(Muhammad Sa’i)
∗
Penulis adalah dosen tetap Fakultas Dakwah IAIN Mataram.
1
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
PENDAHULUAN
Sufisme atau tasawuf dalam praktek Islam dapat dimaknai
sebagai intensifikasi dan interiorisasi dari semangat keyakinan Islam.
Kelahiran ajaran tasawuf ini bersifat koekstensif dengan Islam, dan
dipahami sebagai ruh (inti) yang memberi kehidupan dalam
aktualisasi Islam itu sendiri. Locus dari ajaran tasawuf bersumber
dari suatu keyakinan tentang Tuhan sebagai Yang Maha Agung (al-
jalâl) Yang Maha Indah (al-jamâl) serta Realitas Diri (Zat) yang absolut
dan tak terhingga (Misticism of infinity). Konsep tentang Tuhan
sebagai "Zat Yang Maha" dalam segala dimensi kehidupan
memunculkan keinsyafan dan dan refleksi diri yang terjawantahkan
dalam sistem berfikir atau mempersepsi semua relitas.
Sejalan dengan perkembangannya dan adanya formulasi
ajaran Islam, maka gerakan tasawuf dengan para tokohnya (sufi)
terkategorikan menjadi dua kelompok. Pertama; kelompok kategori
sufi individual yaitu mereka yang terpanggil untuk mempraktekkan
kehidupan mistis dan asketis. Mereka adalah tokoh-tokoh tasawuf
praktisi ( tasawuf 'amaly ) dan tasawuf teoritis ( tasawuf nazhari ) yang
kemudian terkenal dengan karya-karya mereka. Mereka adalah
special figure dalam satu fenomena praktek esoterik ajaran Islam.
Kedua; kelompok sufi yang terikat oleh aliran tertentu dan
merupakan satu persaudaraan yang sering disebut sebagai kelompok
tarekat.
Kelompok tarekat (tarekat, jm.: thuruq atau tharaiq) secara
bahasa berati "jalan" atau "cara".1 Penggunaan kata ini kemudian
secara terminologis ditujukan pada suatu organisasi sosial maupun
kewajiban-kewajiban yang ditujukan untuk maksud khusus yang
menjadi basis ritual dan struktur kelompok. Maka kelompok sufi
atau tarekat mencakup spektrum aktivitas yang luas dalam sejarah
dan masyarakat muslim.2
Formulasi tasawuf menjadi gerakan tarekat berorientasi
pada latihan-latihan spiritual (riyâdlah) melaluli serangkaian amal
(zikir) yang bertujuan menyucikan diri (tazkiah al-nafs) sebagai
perantara mendekatkan diri pada Allah (taqarrub illahi). Dan
formulasi ini dalam perkembangan selanjutnya menjadi institusi
1
Ibnu Manzur, Lisân al-Arab,( Bairut : Dar Ihya al-Turats al-'Araby.
T.th ), 155.
2
John L. Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Moderen, jilid 5
(Bandung , Mizan, 2001), 215.
2
Kontribusi Tarekat Qadiriyah ..... (Muhammad Sa’i)
METODE PENELITIAN
Bertolak dari orientasi kajian, penelitian ini dikategorikan
sebagai penelitian dengan jenis deskriptif–analitik dengan
menggunkanan pendekatan historis-sosilogis. Hal ini didasari pada
pertimbangan bahwa penelitian ini menggambarkan bagaimana
realitas dan pergerakan yang terjadi pada tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah di pulau Lombok yang terkait dengan situasi dan
kondisi serta tuntutan keadaan. Atau dengan kata lain penelitian ini
bemaksud mengungkapkan bahwa keadaan atau kondisi saat ini
merupakan kelanjutan dari masa sebelumnya. Dengan pendekatan
historis-sosiologis ini diungkapkan bagaimana realitas sejarah dan
kondisi sosial masyarakat dan relevansinya dengan gerakan suatu
institusi keagamaan.
3
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
4
Kontribusi Tarekat Qadiriyah ..... (Muhammad Sa’i)
4
Azyumardi Azra, Jaringan Global dan Lokal Islam Nusantara,
Bandung: Mizan, 2002, hal. 64
5
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
5
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia Survei
Historis,Geografis dan Sosiologis, ( Bandung : Mizan 1992 ), 91
6khalifah dalam terminologi tarekat adalah seorang murid yang
6
Kontribusi Tarekat Qadiriyah ..... (Muhammad Sa’i)
10
Fath Zakaria, Mozaik Budaya Orang Mataram, ( Mataram NTB:
Yayasan” Sumurmas Al-Hamidy “ 1998) ,142-144
11
Wawancara dengan Tuan Guru haji Mustiadi Abhdar, tanggal 6
Oktober 2004.
7
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
12
Wawancara tanggal 6-Oktober 2004 dengan Tuan Guru Haji
Mustiadi.
13
Tuan Guru Haji Lalu Abdul Hafizh tinggal di Masjuring Bonder
Praya Barat Lombok Tengah, lahir di Penujak sekitar tahun 1920. Pada masa
remajanya ia pernah nyantri di Pondok Pesantren Darul Qur’an Bengkel
pimpian Tuan Guru Haji Saleh Hambali. Beliau masuk dan berbai’at Tarekat
Qadiriyah Naqsabandiyah sekembalinya dari belajar di Makkah dari Tuan
Guru Haji Abdul ‘Azim murid Tuan Guru Haji Muhammad Siddiq. Dan
beliau berbait pula pada Tuan Guru Haji Makmun Karang Lebah Praya.
(Wawancara tanggal 11 Nopember 2004)
8
Kontribusi Tarekat Qadiriyah ..... (Muhammad Sa’i)
Tabel 1.
STRUKTUR JARINGAN GERAKAN TAREKAT DI LOMBOK
Ahmad Khatib Sambas
Tgh. Amin Pejeruk Tgh. M. Siddiq Kr. Kelok Tgh. M. Ali Sakra KH. Ramli Tamim
LOMBOK TENGAH
Tgh. Makmun Tgh. Umar Tgh. Azim Tgh. M. Shaleh KH. Mustain
Gerunung Ramli
Tgh. Muhsin Tgh. Makmun Tgh. Hudaimi Tgh. Abd. Hafidz Tgh. Bais Tgh Abhar
Tgh. Nuri Pagutan
Tgh. Misbah
9
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
14
Ibid
15
Fath Zakaria, Mozaik ..., 128
10
Kontribusi Tarekat Qadiriyah ..... (Muhammad Sa’i)
Pasca Kemerdekaan
Dakwah Dalam Bidang Pendidikan.
Membicarakan tentang kontribusi tarekat terhadap
perkembangan dunia pendidikan, secara historis kita mengacu pada
keberadaan pusat-pusat kegiataan (zâwiyah) dan keteladanan sosial
dari para mursyid (public figure) tarekat. Zâwiyah-zâwiyah merupakan
pusat pendidikan dan pembinaan spiritual. Zâwiyah ini terdiri dari
sejumlah bangunan, yang mencakup tempat tinggal syekh dan
keluarga, ruang pembinaan zikir, kamar-kamar para murid, masjid,
dapur, penginapan para pengunjung dan madrasah. Syekh bertindak
sebagai imam shalat, mengajar dan mendidik serta mengawasi
perkembangan murid-muridnya.
Dalam kontek perkembangan Islam (tarekat) di Nusantara
16
Ibid., 91
11
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
17
Alwi Shihab, Islam Sufistik:: Islam Pertama dan Pengaruhnya hingga
Kini di Indonesia (Bandung: Mizan, 2001), 215.
12
Kontribusi Tarekat Qadiriyah ..... (Muhammad Sa’i)
13
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
18
Elizabeth K Notingham, Sosiologi Agama , ( Jakarta: Rajawali,
1990), 16-17
15
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
19
Wawancara tanggal 13-Oktober 2004 di Pagutan.
16
Kontribusi Tarekat Qadiriyah ..... (Muhammad Sa’i)
20
Khaul merupakan acara tahunan yang dihadiri oleh seluruh
jamaah tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Acara ini biasanya dilakukan
selama dua bulan yanitu dari bulan Rabiul Awwal. Dalam khaul ini
diadakan acara pembaan zikir dan shalaawat-shalawat, amal-amalan serta
pembacaan manaqib yaitu riwayat hidup Syekh Abdul Qadir al-Jaelani
(wawancara dengan Tuan Guru Haji Ridwanullah Bermi, tanggal 16-
September 2004).
21
Wawancara dengan Tuan Guru Haji Ridhwanullah , tanggal 16-
September 2004.
17
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
Tabel 2.
SKEMA PERUBAHAN POLA GERAKAN
TAREKAT QADIRIYAH NAQSABANDIYAH
KEBIJAKAN PEMERINTAH
Undang-Undang Ormas dan Parpol
18
Kontribusi Tarekat Qadiriyah ..... (Muhammad Sa’i)
22
Wawancara dengan Tuan Guru Haji hamid Faeshal tanggal, 29
September 2004.
19
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
20
Kontribusi Tarekat Qadiriyah ..... (Muhammad Sa’i)
SIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa; pertama
jaringan awal dan perkembangan awal tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah di Pulau Lombok diperkirakan sekitar abad ke-18,
dengan adanya kontak dan jaringan langsung dengan markaz
gerakannya di Makkah al-Mukarrramah.
Kedua Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah dalam
membangun jaringan dakwahnya di Lombok dengan mereformasi
gerakan sesuai dengan tuntutan zamannya. Perubahan orientasi
gerakan Tarekat dimulai dari sistem pembinaan internal-individual (
sistem sosio-organik) ke sistem pembinaan sosial-kolektif (sistem sosio-
kultural) dan kemudian beralih ke pembinaan pada tatanan sosio-
politik (sistem sosio-politik). Arah perubahan itu berlangsung secara
gradual seiring dengan realitas dan kebutuhan sosial anggotanya dan
masyarakat secara umum.
DAFTAR PUSTAKA
Abd al-Qadir al-Jaelani, Al-ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq, ( Mesir :
Musthafa Bab al-halaby , 1956 ).
Aboebakar Atjeh, Pengantar Ilmu Tarekat , Uraian Tentang Mistis, (
Solo : Ramdhani,1990 ).
Abu al-'Ala al-Afifi, Al-Thasawwuf al-Tsaurah al-Ruhaniyah al-Islam (
Kairo : dar al-Ma'arif, 2001 ).
21
Jurnal Penelitian Keislaman, Vol. 1, No. 2, Juni 2005: 1-....
22