Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL PROJECT

EMG KONTROL MOTOR DENGAN SENSOR API


MATA KULIAH ELEKTRONIKA TERAPAN

Oleh :

SANDIKA TRI PRASTYO BUDI


P27838018032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
SURABAYA
2019
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan dari tubuh agar tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut. Kondisi kelelahan setiap orang biasanya berbeda-beda, tetapi
semuanya bermuara pada kehilangan efisiensi dan penurunan ketahanan tubuh. Konsep
kelelahan dibagi menjadi subyektif, obyektif dan physiological. Kelelahan subyektif
adalah dibedakan dengan suatu penurunan kesiagaan, konsentrasi mental, dan motivasi
dan kelelahan obyektif adalah dicirikan dengan penurunan input kerja, sedangkan
kelelahan fisiologi adalah dihubungkan dengan perwujudan eksternal seperti
ketidakmampuan mempertahankan suatu gaya input yang diberikan, gemetar pada otot,
dan kesakitan pada sekelompok otot tertentu yang melaksanakan kontraksi.
Kontraksi serabut otot (muscle fibre contraction) selalu diikuti dengan aktifitas listrik
(electrical activity).
Elektromiografi (electromyography) adalah sebuah metode untuk pengukuran,
menampilkan dan menganalisa setiap sinyal listrik (electrical signal) dengan
menggunakan bermacam-macam elektroda. Sebuah sinyal elektromiogram berasal
dari sinyal serabut otot pada jarak tertentu dari elektroda. Kelelahan otot dapat
diobservasi dengan mengamati perubahan amplitudo dari sinyal EMG dalam level
microvolt atau dengan mengamati perubahan aktifitas spectral dari sinyal. Pada power
frekuensi nilai yang dihasilkan akan sedikit demi sedikit menuju kearah level minimum,
hal ini menandakan bahwa ada indikasi kelelahan. Elektromiografi (EMG) adalah teknik
untuk mengevaluasi dan merekam aktivitas listrik yang dihasilkan oleh otot rangka. EMG
dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut electromyograph. Electromyograph
mendeteksi potensial listrik yang dihasilkan oleh sel-sel otot ketika sel-sel ini elektrik
atau neurologis diaktifkan. Sinyal dapat dianalisis untuk mendeteksi kelainan medis,
tingkat aktivasi atau untuk menganalisis biomekanik gerakan manusia atau hewan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana mengukur aktivitas otot pada kondisi telapak tangan kondiai (hand
close, hand open, wrist flexion dan wrist extension) dengan EMG untuk
menghasilkan sinyal yang tepat?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan EMG?
1.2.3 Apa yang dimaksud dengan sensor api?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mampu memahami tentang rangkaian EMG control motor
dengan sensor api.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat membuat rangkaian EMG motor dengan menggunakan sensor
api.
2. Menampilkan alat pengontrol motor dengan sensor api dengan mekanisme kerja
kontraksi dan relaksasi pada otot.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan khususnya mahasiswa Teknik Elektromedik
tentang mekanisme kerja otot yaitu kontraksi dan relaksasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Mempermudah melakukan pengontrolan motor hanya dengan menggunakan
mekanisme kerja otot dan sensor yang dipakai dalam menggerakkan motor.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Elektromyograph (EMG)


Elektromiografi adalah suatu teknik untuk mengevaluasi dan merekam sinyal
aktivitas otot. Pemeriksaan Elektromiografi dilakukan menggunakan alat yang
disebut electromyograph, lalu rekaman yang dihasilkan disebut dengan Elektromiogram.
Teknik ini mendeteksi potensial aksi dari sel-sel otot saat sel-sel berkontraksi dan
relaksasi dengan menggunakan elektroda yang ditempel di atas jaringan otot.
Pemeriksaan EMG adalah pemeriksaan untuk mengevaluasi kondisi dari saraf tepi
(motoris maupun sensoris) dari otak, melalui pemeriksaan ini dapat terdeteksi tingkat
kelainan otak maupun saraf yang diperiksa sehingga sangat membantu penegakkan
diagnosa. Namun demikian diagnosa yang benar baru bisa ditegakkan melalui pembacaan
dari interpretasi perekaman EMG yang akurat. Untuk megetahui sinyal EMG diletakkan
elektroda sebagai media interaksinya dan keluaran dari EMG berupa sinyal.
Sinyal EMG adalah sinyal acak yang amplitudonya berkisar dari 0 sampai 1,5 mV
atau 0 ke 10 mV (puncak-ke-puncak) dengan rentang frekuensi antara 0 – 500 Hz. Yang
perlu diperhatikan dalam sinyal EMG adalah kehadiran noise yang berada pada rentang
frekuensi 50 – 150 Hz. Noise bisa muncul dari berbagai sumber seperti noise internal dari
komponen listrik, ketidakstabilan sinyal, dan noise lingkungan sekitar. (C. J. De Luca,
2002).
2.1.1 Cara Pengambilan Sinyal EMG
Sinyal EMG bisa diperoleh dengan dua cara, melalui penanaman elektrode
dan tanpa penanaman elektrode di dalam tubuh pasien. Untuk diskusi selanjutnya,
kita hanya memfokuskan pada sinyal EMG yang diperoleh dari permukaan kulit
atau dikenal dengan surface EMG. Peletakan elektrode biasanya diletakan langsung
pada otot yang akan diamati dengan cara menempelkan pada permukaan kulit
sebagai pendeteksi sinyal dari pergerakan otot. Sinyal yang ditangkap meliputi
daerah yang diberikan elektrode, akibatnya sinyal yang diperoleh merupakan
penjumlahan seluruh sinyal yang ada. Karena proses kontraksi dan relaksasi tiap-
tiap otot gerak pada daerah tersebut tidak bersamaan, maka sinyal yang didapat
terkesan seperti sinyal acak.
Gambar 2.1 Sinyal EMG

Elektrode juga berfungsi sebagai grounding yang ditempelkan pada daerah


yang memiliki resistansi tubuh yang kecil, contohnya pada kaki atau telinga.
Karakteristik dari sinyal otot EMG yang umumnya dianalisa mempunyai range
frekuensi antara 20 Hz sampai 500Hz dan range tegangan antara 0,4 V sampai 5 V,
terdapat amplitudo yang tinggi lagi apabila terjadi kontraksi.

Gambar 2.2 Titik elektroda pada Tangan

Pemasangan elektroda ini ada 2 jenis juga, yakni secara unipolar dan bipolar.
Secara unipolar perekaman EMG dilakukan dengan 1 elektroda dipasang pada otot
yang akan di ukur dan dibandingkan dengan elektroda lain yang di letakkan di otot
yang minim gerakan sebagai referensi. Sedangkan yang bipolar 2 elektroda yang
aktif diletakkan secara berdekatan di otot yang akan di ukur dan di bandingkan
dengan kodisi di ground.

Gambar 2.3 (A) Unipolar (B) Bipolar


2.2. Rangkaian EMG
2.2.1 Rangkaian Instrumentasi
Penguat instrumentasi adalah suatu penguat untai tertutup (closed loop)
dengan masukan diferensial dan penguatannya dapat diatur tanpa mempengaruhi
perbandingan penolakan modus bersama (Common Mode Rejection Ratio).
Penguat ini merupakan penguat serba guna dan bermanfaat yang terdiri atas tiga op-
amp dan tujuh buah tahanan. Rangkaian ini tersusun atas rangkaian penguat
differensial dan penguat penyangga. Untuk mengatur penguatan yang diinginkan
diatur dengan mengubah-ubah nilai Rg.

Gambar 2.4 Rangkaian Instrumentasi

2.2.2 Rangkaian Penguat Non-Inverting


Penguat Tak-Membalik (Non-Inverting Amplifier) merupakan penguat sinyal
dengan karakteristik dasat sinyal output yang dikuatkan memiliki fasa yang sama
dengan sinyal input. Penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) dapat
dibangun menggunakan penguat operasional, karena penguat operasional memang
didesain untuk penguat sinyal baik membalik ataupun tak membalik. Rangkain
penguat tak-membalik ini dapat digunakan untuk memperkuat isyarat AC maupun
DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan sinyal inputnya. Impedansi masukan
dari rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) berharga sangat
tinggi dengan nilai impedansi sekitar 100 MOhm.

Gambar 2.5 Non-Inverting


2.2.3 Rangkaian Komparator
Komparator adalah sebuat rangkaian yang dapat membandingkan besar
tegangan masukan. Komparator biasanya menggunakan Op-Amp sebagai piranti
utama dalam rangkaian. Vref di hubungkan ke +V supply, kemudian R1 dan R2
digunakan sebagai pembagi tegangan, sehingga nilai tegangan yang di referensikan
pada masukan + op-amp adalah sebesar :V = [ R1/(R1+R2) ].
Vs Op-amp tersebut akan membandingkan nilai tegangan pada kedua masukannya,
apabila masukan (-) lebih besar dari masukan (+) maka, keluaran op-amp akan
menjadi sama dengan – Vs, apabila tegangan masukan (-) lebih kecil dari masukan
(+) maka keluaran op-amp akan menjadi sama dengan + Vs. Jadi dalam hal ini jika
Vin lebih besar dari V maka keluarannya akan menjadi – Vs, jika sebaliknya, Vin
lebih besar dari V maka keluarannya akan menjadi + Vs.
Untuk op-amp yang sesuai untuk di pakai pada rangkaian op-amp untuk
komparator biasanya menggunakan op-amp dengan tipe LM339 yang banyak di
pasaran. Komparator merupakan rangkaian elektronik yang akan membandingkan
suatu input dengan referensi tertentu untuk menghasilkan output berupa dua nilai
(high dan low). Suatu komparator mempunyai dua masukan yang terdiri dari
tegangan acuan (Vref) dan tegangan masukan (Vin) serta satu tegangan ouput (Vout).

Gambar 2.6 Rangkaian Komparator

2.2.4 Driver Relay


Relay Driver adalah rangkaian elektronika yang bisa mengendalikan
pengoperasian sesuatu dari jarak jauh. Untuk mempermudah dan memperlancar
pekerjaan kadang kita memang membutuhkan relay. Dengan relay ini kita bisa
mengontrol dan mengopersikan perangkat dari jarak jauh sehingga tak perlu
bergeser atau pindah tempat duduk.
Gambar 2.7 Relay Driver

2.2.5 Driver Motor


Driver Motor H-Bridge adalah rangkaian yang tersusun dari transistor yang
digunakan untuk menggerakkan motor DC. Komponen utamanya adalah transistor
yang dipasang sesuai karakteristiknya.

Gambar 2.8 Driver Motor

2.2.6 Rangkaian HPF


High pass filter adalah jenis filter yang melewatkan frekuensi tinggi, tetapi
mengurangi amplitudo frekuensi yang lebih rendah daripada frekuensi cut off.
Nilai-nilai pengurangan untuk frekuensi berbeda-beda untuk tiap-tiap filter ini.
High pass filter sangat berguna sebagai filter yang dapat memblokir component
frekuensi rendah yang tidak diinginkan dari sebuah sinyal komplek saat melewati
frekuensi tertinggi. High pass filter yang paling simple terdiri dari kapasitor yang
terhubung secara pararel dengan resistor.
Gambar 2.9 High Pass Filter

2.2.7 Rangkaian LPF


Low Pass Filter adalah rangkaian filter yang menggunakan penguat
operasional (Op-Amp) rangkaian terpadu (IC) dimana rangkaian filter aktif low pass
ini akan meloloskan sinyal input dengan frekuensi dibawah frekuensi cut off
rangkaian dan akan melemahkan sinyal input dengan frekuensi diatas frekuensi cut-
off rangkaian filter aktif tersebut.

Gambar 2.10 Rangkaian Low Pass Filter

2.2.8 Sensor Api


Sensor api UV-Tron adalah sebuah sensor yang mendeteksi adanya nyala api
yang memancarkan sinar ultraviolet. Pancaran cahaya ultraviolet dari sebuah nyala
lilin berjarak 5 meter dapat dideteksi oleh sensor ini. Sensor api UV-Tron biasanya
digunakan pada lomba robot, seperti KRCI (kontes robot cerdas indonesia) yang
berfungsi mendeteksi keberadaan lilin yang akan dipadamkan oleh sirobot. Untuk
lebih mudah jika anda berniat untuk membeli sensor UV-Tron sebaiknya langsung
membeli lengkap dengan drivernya alias membeli yang sudah jadi modul yang siap
dipakai. Sensor UV-Tron akan mengeluarkan logika high (1) jika ia mendeteksi
keberadaan api dan sebaliknya sensor UV-Tron akan mengeluarkan logika low (0)
jika ia tidak mendeteksi api, anda bisa mengecek keluarannya dengan multimeter
analog. Perlu diketahui, output yang dikeluarkan adalah sinyal kotak dengan
frekuensi yang bergantung pada kapasitor yang digunakan pada driver.
Gambar 2.11 Bentuk dan Rangkaian Sensor Api
BAB 3
METODOLOGI

3.1 Blok Diagram

ELEKTRODA INSTRUMENTASI FILTER

KOMPARATOR

SENSOR API
MOTOR

KIPAS

Gambar 3.1 Blok Diagram Rangkaian

3.2 Cara Kerja

Ketika otot berkontraksi akan menimbulkan sinyal biolistrik yang dapat disadap
dengan memanfaatkan elektroda agar sinyal lebih mudah untuk dibaca. Setelah sinyal
biolistrik terbaca oleh elektroda maka sinyal tersebut mengalami penguatan instrumentasi
sehingga sinyal EMG pada otot ketika mengalami kontraksi. Setelah sinyal EMG terlihat
sinyal akan difilter oleh rangkaian HPF dan LPF guna mengurangi noise yang timbul
pada sinyal EMG. Ketika sinyal EMG dikuatkan untuk membandingkan sinyal otot
ketika kontraksi dan relaksasi. Ketika otot mengalami kontraksi maka driver akan
menyala karena tegangan output pada komparator akan menghidupkan driver motor
sehingga motor akan bergerak dengan kontrol sinyal EMG yang didapat dari tangan
kanan dan tangan kiri dan ketika motor sudah berada pada jarak 15cm dengan api maka
motor akan berhenti dan akan menghidupkan kipas untuk memadamkan api.
DAFTAR PUSTAKA

No Name. 2019. “Elektromiogram (EMG)”,


https://www.gleneagles.com.sg/id/specialties/medical-specialties/orthopaedic-surgery-sports-
medicine/emg
Diakses pada : 20 Agustus 2019

Anam, Khairul. 2016. “Mengenal Elektromiografi (EMG)”,


https://kipmi.or.id/mengenal-elektromiografi-emg.html
Diakses pada : 20 Agustus 2019

Irwan Falih, Adi Dwi. “Desain dan Analis Electromyography (EMG) serta Aplikasinya
dalam Mendeteksi Sinyal Otot”. 2017
http://journal.umy.ac.id/index.php/st/article/download/870/970
Diakses pada : 20 Agustus 2019

Rizal Maulana, “Pengkondisian Sinyal Electromyography sebagai identifikasi jenis gerakan


lengan manusia”.2019
http://file:///E:/Jurnal%20EMG.pdf
Diakses pada : 20 Agustus 2019

Anda mungkin juga menyukai