Anda di halaman 1dari 12

1.

Pengertian jurnal
adalah formulir khusus yang digunakan dalam mencatat setiap aktivitas transaksi secara kronologis
sesuai urutan tanggal ke dalam jumlah yang harus di debet dan dikredit. Jurnal di dalam praktik
akuntansi adalah tempat pertama kali untuk mencatat transaksi. Ada beberapa macam bentuk
jurnal, pada dasarnya bentuk jurnal dibedakan menjadi dua, yakni jurnal umum dan jurnal khusus.
 Jurnal umum adalah tempat untuk mencatat seluruh aktivitas transaksi keuangan tanpa
terkecuali,
 Jurnal khusus adalah tempat untuk mencatat beberapa jenis transaksi tertentu yang berkaitan
dengan jurnal khusus tersebut.

2. Prinsip Dasar Perancangan Jurnal


a. Harus tersedia jumal dalam jumlah yang cukup memadai sehingga memungkinkan perusahaan
untuk menggunakan karyawan dalam mencatat dengan segera transaksi keuangan yang terjadi.
b. Jurnal akan digunakan untuk memisahkan transaksi ke dalam penggolongan pokok tertentu,
seperti penerimaan kas, pengeluaran kas, penjualan dan pembelian.
c. Untuk mengurangi pekerjaan pembukuan yang terinci harus digunakan kolom-kolom khusus
dalam jurnal, sehingga memungkinkan pembukuan (posting) jumlah per kolom ke dalam
rekening yang bersangkutan di dalam buku besar.
d. Nama kolom dalam jumal harus sesuai dengan nama rekening yang bersangkutan dalam buku
besar, yang akan menerima jumlah yang akan dibukukan dari jumal.
e. Kolom-kolom dalam jumal digunakan untuk mengumpulkan angka yang akan diringkas dalam
rekening yang bersangkutan dalam buku besar.
f. Sedapat mungkin jumal harus dirancang sedemikian rupa sehingga pekerjaan menyalin
informasi dari dokumen sumbemya dibuat sangat Harus ditetapkan hubungan antara dokumen
sumber tertentu dengan jumal sehingga pertanggungjawaban kebenaran informasi dapat
ditentukan.

3. Macam-macam Jurnal
a. Jurnal penjualan
b. Jurnal pembelian
c. Jurnal penerimaan kas
d. Jurnal pengeluaran kas
e. Jurnal umum

4. Pengertian Buku Besar


Buku besar adalah Buku dalam akuntansi yang mencatat semua laporan keuangan mulai dari jurnal
umum, laporan neraca, laporan Rugi/Laba dll.

5. Jenis-Jenis Media
Media (bukti transaksi) dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Mixed Media
Yaitu media yang datanya akan diposting ke lebih dari satu rekening baik debit maupun kredit.
Contoh faktur yang diterima dari penjual yang berisi beberapa jenis barang yang dibeli.
b. Unit Media
Yaitu media yang datanya akan diposting ke satu rekening baik debit maupun kredit. Contoh
faktur yang dibuat untuk penjualan 1 macam barang.
Posting Mixed`Media, ada 2 cara untuk posting dari mixed media yaitu:

a. Metode Random
Dalam cara ini media yang akan diposting diterima bagian akuntansi urut nomor. Media
diposting satu per satu.
b. Metode Exhaust
Dalam cara ini setiap rekening hanya diambil satu kali, kemudian semua data yang berhubungan
dengan rekening diposting dari seluruh media yang ada.

(Indaryanti. (2016). Sistem Informasi Akuntansi (Teori dan Konsep SIA). Malang: Aditya Media
Publishing.)

6. Klasifikasi rekening Riil dan Nominal


Rekening Riil dibagi dalam 3 kelompok, yaitu Harta, Hutang dan Modal.
1. Harta/Aktiva (Assets)
Adalah semau hak yang dapat digunakan dalam operasi perusahaan. Harta dapat diklasifikasikan
dalam beberapa sub kelompok, diantaranya :
a. Harta lancar (Current Assets)
Yaitu harta yang berupa uang tunai dan harta lain yang mudah dijadikan uang atau dapat
digunakan dalama jangka pendek, antara lain
 Kas (Cash) Yaitu uang tunai yang disimpan dibragkas tai dikantor maupun simpanan di
bank yang berbentuk giro atau simpanan lain yang dapat diambil setiap saat.
 Deposito Bank Yaitu simpanan pada bank yang berbentuk deposito yang dapat diambil
pada waktu-waktu tertentu.
 Surat berharga/Efek (Marketable Securities) Yaitu saham dan obligasi perusahaan lain
yang segera dapat diuangkan/dijual di bank/ di bursa efek. Tujuan pemilikan adalah
untuk memanfaatkan kelebihan uang kas (idle money).
 Piutang Dagang (Account Receivable) Yaitu hak untuk menagih kepada pihak lain,
karena sebelumnya memberikan pinkaman atau menjual barang secara kredit kepada
pihak lain.
 Piutang Wesel/Wesel Tagih (Notes Receivable) Yaitu surat perintah yang ditujukan
kepada seseorang untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal yang telah
ditentukan pada orang yang namanya ditulis dalam surat tersebut atau yang membawa
surat tersebut.
 Persediaan Barang Dagang (Merchandise Inventory) Yaitu persediaan barang dagangan
yang siap untuk dijual.
 Perlengkapan kantor/Bahan Habis Dipakai (Office Supplies) Yaitu perlengkapan yang
digunakan untuk lancarnya administrasi perkantoran. Contoh: Kertas HVS, Pita mesin
ketik, isi stapler dll.
 Perlengkapan Toko (Store Supplies) Yaitu perlengkapan yang digunakan untuk
kelancaran kegiatan toko. Contoh: kantong plastik, kertas bungkus, isolasi, isis stapler
dll.
 Beban Dibayar Dimuka/Persekot Biaya (Prepaid Expense) Yaitu biaya yang telah
dikeluarkan oleh perusahaan, tetapi belum menjadi kewajiban / dikonsumir. Contoh :
Asuransi dibayar dimuka (Prepid Insurance)
 Sewa dibayar dimuka (Prepaid rent)
 Gaji dibayar Dimuka (Prepaid Salaries)
 Bunga Dibayar dimuka (Prepaid Interest)

Pendapatan yang masih harus Diterima/ Piutang Pendapatan (Accurals Receivable)

Yaitu pendapatan yang sudah diperhitungkan/ sudah menjadi hak , tetapi belum diterima
pembayarannya.

Contoh : Bunga yang akan diterima/Piutang bunga (Interest Receivable)

 Piutang sewa (Rent Receivable)

b. Investasi Jangka Panjang


Adalah penyertaan/penanaman modal pada perusahaan lain dalam jangka panjang, yang
tujuannya disamping untuk memperoleh tambahan pendapatan, juga dapat
mengontrol/mengendalikan perusahaan lain tersebut.
Yang termasuk Investasi jangka panjang, antara lain :
 Investasi dalam saham dan obligasi
 Dana yang dicadangkan untuk pelunasan hutang jangka panjang, yaitu untuk pelunasan
perusahaan.

c. Harta Tetap/Tidak lancar (Fixed Assets/Non Profit)


Yaitu kekayaan perusahaan yag pemakaiannya dalam waktu lama (lebih dari satu periode
akuntansi). Harta tersebut tidak dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, serta
mempunyai nilai material (relatif besar).
Yang termasuk Harta Tidak Lancar antara lain : Tanah, Gedung/Bangunan, Mesin-Mesin,
Kendaraan, Peralatan Toko, Peralatan Kantor

d. Harta Tetap Tidak Berwujud (Intangible Fixed Assets)


Yaitu hak istimewa yang dimiliki oleh perusahaan dan mempunyai nilai tetapi tidak
mempunyai bentuk fisik.
Yang termasuk Harta Tidak berwujud, antara lain :
 Goodwill, yaitu nilai lebih yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang timbul karena
adanya keistimewaan-keistimewaan tertentu, seperti letak yang sangat strategis dan
nama yang sudah sangat dikenal.
 Hak Paten, yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada perseorangan atau badan
usaha untuk menggunakan penemuan baru.
 Hak Cipta, yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada perseorangan atau badan
usaha untuk memperbanyak/menjual barang-barang hasil karya seni/ tulisan.
 Merek Dagang, yaitu hak yang diberikan oleh pemerintah kepada perseorangan atau
badan usaha untuk menggunakan nama, cap atau lambang bagi usahanya.
 Hak Sewa (Leasing), yaitu hak untuk menggunakan aktiva tetap dari pihak lain dalam
jangka waktu panjang.
 Franchise, yaitu hak istimewa yang diperoleh perusahaan/perseorangan dari pihak lain
untuk mengkomersilkan produk, teknik atau ormula.

e. Harta lain-lain (Other Assets)


Adalah harta yang tidak dapat digolongkan dalam empat jenis aktiva diatas, misalnya : biaya
pendirian dan emisi saham.

2. Hutang/Kewajiban (Liabilities / Pasiva)


Hutang adalah merupakan kewajiban membayar kepada pihak lain yang disebabkan oleh
tindakan/transaksi sebelumnya.
Berdasarkan jangka waktu pelunasannya, hutang diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu :
Hutang Lancar, Hutang Jangka Panjang dan Hutang Lain-Lain.
a. Hutang Lancar/Jangka Pendek (Current Liabilities)
Adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun atau
satu siklus normal operasi perusahaan, antara lain :
 Hutang Usaha (Account Payable)
Yaitu kewajiban yang harus dilunasi karena pembelian barang/jasa secara kredit.
 Hutang Wesel/Wesel Bayar (Notes Payable)
Yaitu janji tertulis untuk membayar pihak lain dalam jumlah tertentu dan pada tanggal
yang telah ditetapkan.
 Hutang Biaya
Yaitu kewajiban membayar karena perusahaan tidak menerima manfaatnya, seperti :
o Hutang Bunga (Interest Payable)
o Hutang Gaji (Salaries Payable)
o Hutang Sewa (Rent Payable)
 Pendapatan Diterima Dimuka
Yaitu pendapatan yang belum merupakan hak, tetapi sudah diterima pembayarannya,
antara lain :
o Sewa Diterima Dimuka
o Bunga Diterima Dimuka

b. Hutang jangka Panjang (Non Current Liabilities)


Adalah kewajiban yang harus dilunasi dalam waktu lebih dari satu tahun tau siklus normal
operasi perusahaan.
Yang termasuk Hutang Jangka Panjang antara lain:
 Hutang Hipotik (Mortgage Payable)
Yaitu pinjaman jangka panjang dengan jaminan Harta Tetap.
 Hutang Obligasi (Bonds Payable)
Yaitu pinjaman jangka panjang yang timbul karena perusahaan menjual/mengeluarkan
surat/surat obligasi.
Obligasi adalah surat bukti yang menyatakan bahwa pemegang obligasi meminjamkan
sejumlah uang kepada perusahaan yang mengeluartkan obligasi tersebut.
Pemegang obligasi akan mendapat bunga tetap secara berkala yang disebut Kupon.
 Kredit Investasi
Yaitu pinjaman jangka panjang yang diterima dari bank atau lembaga keuangan lain,
yang digunakan untuk pelunasan perusahaan

c. Kewajiban/Hutang lain-lain
Adalah meliputi semua hutang yang tidak sesuai untuk diklasifiaksikan sebagai hutang lancar
maupun hutang jangka panjang. Misalnya uang jaminan yang diterima dari langganan

3. Modal (Capital)
Adalah hak pemilik atas aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan bersih (jumlah Harta
dikurangi Hutang)
Modal terdiri dari setoran pemilik dan sisa laba yang belum dibagi. Pemberian nama Modal
tergantung jenis perusahaannya.

Rekening Nominal dapat diklasifiaksikan dalam dua kelompok, yaitu pendapatan dan biaya/ beban.
1. Pendapatan
Adalah penambahan jumlah Aktiva/ Harta sebagai hasil operasi perusahaan. Pendapatan
diperoleh karena adanya penyerahan/ penjualan barang/ jasa atau aktivitas lainnya dalam satu
periode.
a. Pendapatan Operasional
Yaitu pendapatan yang diperoleh perusahaan dalam rangka kegiatan utama, misalnya :
Pendapatan jasa angkutan, pendapatan service dan penjualan (bagi perusahaan dagang)
b. Pendapatan Non-Operasional
Yaitu pendapatan yang diperoleh diluar usaha pokok, yang sifatnya insidentil, misalnya :
pendapatan bunga dan pendapatan komisi.

2. Biaya/ Beban Adalah pengorbanan yang terjadi dalam rangka memperoleh pendapatan. Beban
dibedakan menjadi
a. Beban Operasional Yaitu beban yang terjadi dalam rangka memperoleh pendapatan. Beban
di bedakan menjadi :
 Beban perlengkapan (Supplies Expense)
 Beban gaji (Salaries Expense)
 Beban Sewa (Rent Expense)
 Beban Iklan (Advertising Expense)
 Beban Asuransi (Insurance Expense)

b. Beban Non Operasional Yaitu beban yang terjadi bukan karena kegiatan utama perusahaan
atau tidak berkaitan langsug dengan kegiata utama perusahaan,misalnya :
 Beban bunga (Interest Expense)
 Kerugian Piutang tak Tertagih (Bad Dept Expense).

7. Kode Rekening
adalah suatu kode/ nomor yang digunakan untuk menamakan atau memberi nomor pada tiap-tiap
akun sesuai dengan kelompoknya.
Misalkan Kode Rekening 1 untuk akun Asset, 2 untuk akun liability, dst.

8. Tujuan Kode rekening


 Mengidentifikasikan data akuntansi secara unik
 Meringkas data
 Mengklasifikasikan rekening atau transaksi
 Menyampaikan makna tertentu
9. Metode Pemberian Kode Rekening
Kode angka atau alfabet urut / numerical or alphabetic
Dalam metode ini, rekening buku besar diberi kode angka atau huruf yang berurutan.
Kelemahan metode ini adalah jika terjadi perluasan jumlah rekening, hal ini akan mengakibatkan
perubahan menyeluruh terhadap kode rekening yang mempunyai kode angka yang lebih besar,
contoh kode angka urut :
a. Kas dan bank.
b. Investasi sementara.
c. Piutang.
d. Cadangan kerugian piutang.
e. Dll.

Pemberian kode dengan kode angka urut mempunyai karakteristik

a. rekening diberi kode dengan angka urut, dari angka kecil ke angka besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Rekening dengan kode 1 sampai 9 memiliki 1 angka
dalam kode rekeningnya, sedangkan rekening dengan kode 10 sampai dengan 99 memiliki 2
angka , sedangkan rekening dan kode 100 sampai 999 memiliki 3 angka dalam kode
rekeningnya,dan seterusnya.
c. Perluasan klasifikasi pada suatu rekening akan mengakibatkan perubahan kode semua rekening
yang kodenya lebih besar dari kode rekening yang mengalami perluasan. Sebagai contoh, jika
rekening 21 Beban yang ditangguhkan dalam daftar rekening diatas dirinci lebih lanjut menjadi 3
rekening : 21 Beban organisasi,22 Rugi Trial-Run,dan 23 Beban Promosi, maka rekening-rekening
yang sebelumnya berkode diatas rekening yang dipecah tersebut (kode 22 dan selanjutnya)
semuanya akan mengalami perubahan kode.

Kode Angka Blok / block numerical code

Dalam metode pemberian kode ini, rekening buku besar dikelompokkan menjadi beberapa
golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka yang berurutan untuk memberi kodenya.
Penggunaan Kode Angka Blok ini dapat mengatasi kelemahan Kode Angka urut, yang jika terjadi
perluasan klasifikasi pada suatu rekening mengakibatkan perubahan kode semua rekening yang
kodenya lebih besar dari kode rekening yang mengalami perluasan.

Untuk menghadapi kemungkinan perluasaan rekening, dalam setiap blok angka disediakan angka
cadangan perluasan,sehingga perluasaan kode rekening hanya akan mempengaruhi pemberian kode
rekening dalam blok yang bersangkutan.
Contoh Kode Angka Blok adalah sebagai berikut :

Rekening buku besar digolongkan menjadi golongan dan setiap golongan disediakan satu blok angka
yang berurutan :

1-24 Aktiva Lancar 25-39 Investasi Jangka Panjang

40-69 Aktiva Tetap Berwujud 70-79 Aktiva Tidak Berwujud

80-99 Aktiva Lain-lain 100-124 Utang Lancar

125-129 Utang Jangka Panjang 130-139 Modal

140-169 Pendapatan Penjualan 170-199 Harga Pokok Penjualan

200-299 Biaya Produksi 300-349 Biaya Administrasi dan Umum

350-399 Biaya Pemasaran 400-449 Penghasil Di Luar Usaha

450-499 Biaya Di Luar Usaha 500 Rugi – Laba

Rincian susunan dan kode rekening dengan menggunakan Kode Angka Blok adalah sebagai berikut :

1-24 Aktiva Lancar

1 Kas dan Bank

2 Investasi Sementara

3 Piutang

4 Cadangan Kerugian Piutang

10 Persediaan Produk Jadi

11 Persediaan Produk dalam Proses

12 Persediaan Bahan Baku dan Bahan Penolong

20 Persekot Biaya

24 Aktiva Lancar Lain

25 – 39 Investasi Jangka Panjang

25 Investasi Jangka Panjang Saham

26 Investasi Jangka Panjang Obligasi

27 Investasi Jangka Panjang Deposito Berjangka

40-69 Aktiva Tetap Berwujud

40 Tanah
41 Gedung

42 Akumulasi Depresiasi Gedung

43 Mesin

44 Akumulasi Depresiasi Mesin

45 Mebel

46 Akumulasi Depresiasi Mebel

47 Aktiva Tetap Lain

48 Akumulasi Depresiasi Aktiva Tetap Lain

70-79 Aktiva Tidak Berwujud

70 Goodwill

71 Beban Pendirian

72 Merk dan Cap Dagang

73 Paren

80-099 Aktiva Lain-Lain

80 Jaminan PLN

81 Jaminan Telkom

100-124 Utang Lancar

100 Utang Dagang

101 Utang Pajak

102 Utang Gaji dan Upah

103 Utang Biaya

110 Pendapatan yang Diterima Di Muka

124 Utang Lancar Lain-Lain

125-139 Utang Jangka Panjang

125 Utang jangka panjang Bank

126 Utang jangka panjang Obligasi


127 Utang jangka panjang-lembaga kredit lain

130-169 Pendapatan Penjualan

140 Pendapatan Penjualan Produk A

141 Pendapatan Penjualan Produk B

170-199 Harga Pokok Penjualan

170 Harga Pokok Penjualan Produk A

171 Harga Pokok Penjualan Produk B

200-299 Biaya Produksi

200 Biaya Bahan Baku

230 Biaya Tenaga Kerja

270 Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya

271 Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan

300-349 Biaya Administrasi dan Umum

300 Biaya Administrasi dan Umum

350-399 Biaya Pemasaran

350 Biaya Pemasaran

400-449 Penghasilan di Luar Usaha

400 Pendapatan Bunga

401 Pendapatan Dividen

402 Laba Penjualan Surat Berharga

403 Laba Penjualan Aktiva Tetap

450-499 Biaya diluar usaha

450 Biaya berbunga


451 Rugi Penjualan surat berharga

452 Aktiva tetap

500 Rugi-Laba

Kode Angka Kelompok / Group Numerical Code

Terbentuk dari dua atau lebih subcodes yang dikombinasikan menjadi satu kode. Kode Angka
Kelompok ini mempunyai Karakteristik sebagai berikut :

1. Rekening diberi Kode angka atau kombinasi angka dan huruf.

2. Jumlah angka dan /atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu.

3. Posisi angka dan /atau huruf dalam kode mempunyai arti tertentu.

4. Perluasan Klasifikasi dilakukan dengan memberi cadangan angka dan / atau huruf ke kanan.

Sebagai contoh adalah pemakaian Kode Angka Kelompok untuk memberi kode rekening biaya guna
menghasilkan informasi biaya yang menggambarkan :

xx Daerah Istimewa Yogyakarta

xxx Kode unik (unique code) mobil

xx Daerah Tingkat II di bawah Daerah Tingkat I atau Karasiden

Jadi kode mobil AB7964CE menyampaikan makna sebagai berikut :

AB Daerah Istimewa Yogyakarta

7964 Kode unik untuk mobil tertentu

CE Kabupaten Sleman

a. Hubungan biaya dengan pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan , yang dibagi menurut
hirarkhi berikut ini : Direksi, Departemen, Bagian

b. Jenis Biaya

Berdasarkan data tersebut di atas dapat ditentukan bahwa jumlah angka dalam kode adalah 5,
dengan rincian 3 angka pertama untuk menunjukkan hubungan biaya dengan struktur organisasi
(ada 3 jenjang organisasi), dan 2 angka sisanya untuk menunjukkan jenis biaya (karena jumlah jenis
biaya diperkirakan tidak akan lebih dari 100, sehingga hanya diperlukan 2 angka saja).

Rincian jenis biaya beserta kodenya adalah sebagai berikut :

01 Biaya bahan baku

02 Biaya bahan penolong


03 Biaya bahan bakar

04 Biaya suku cadang

05 Biaya upah

06 Biaya kesejahteraan karyawan

07 Biaya asuransi tenaga kerja

08 Biaya reparasi dan pemeliharaan aktiva tetap

09 Biaya depresiasi aktiva tetap

10 Biaya asuransi aktiva tetap

11 Biaya akuntan dan konsultan

12 Biaya iklan

13 Biaya pembungkus

14 Biaya telepon dan telegraf

15 Biaya lain-lain

Berdasarkan kode tersebut di atas, biaya asuransi tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Bagian Pulp
diberi kode 21107.

Biaya bahan bakar yang dikonsumsi oleh Bagian Listrik dan Air dicatat dalam rekening yang berkode
22203.

Kode Angka Desimal / Decimal Code

Desimal berarti persepuluhan. Kode Angka Desimal memberi kode angka terhadap klasifikasi yang
membagi kelompok menjadi maksimum 10 sub kelompok dan membagi subkelompo menjadi
maksimum 10 golongan yang lebih kecil dari subkelompok tersebut. Sebagai contoh adalah sebagai
berikut :

I. Persediaan

1.1. Persediaan Suku Cadang

1.2 Persediaan Bahan Penolong

1.3 Persediaan Bahan Baku

1.9. Persediaan Lain-Lain

Pemberian kode dengan Kode Angka Desimal ini memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Rekening diberi dengan angka yang berurutan, dari angka kecil ke angka besar.
b. Jumlah angka (digit) dalam kode tidak sama. Klasifikasi besar memiliki jumlah angka yang lebih
sedikit bila dibandingkan dengan klasifikasi rinciannya.

c. Perluasan klasifikasi pada suatu rekening dilakukan dengan maksimum pemecahan tidak lebih dari
10. Pemberian kode perluasannya dilakukan dengan menambahkan 1 angka di sebelah kanannya.

Kode Angka urut Didahului dengan Huruf

Metode ini menggunakan kode berupa kombinasi angka dan Huruf. Setiap rekening diberi kode
angka yang di mukanya dicantumkan huruf singkatan kelompok rekening tersebut. Misalnya : AL
101, ATL 112, MO 245

AL merupakan singkatan dari aktiva lancar, ATL singkatan aktiva tidak lancar , dan MO singkatan dari
modal

10. Laporan Laba Rugi


Sesuai dengan namanya, jenis laporan keuangan ini berfungsi untuk membantu Anda mengetahui
apakah bisnis berada dalam posisi laba atau rugi. Apabila pendapatan perusahaan lebih besar
daripada beban atau biayanya, maka bisnis memperoleh laba

Laporan Perubahan Modal


Dalam menjalankan operasional perusahaan, tentunya modal awal yang ditanam akan mengalami
perubahan. Perubahan ini terjadi karena modal harus digunakan dalam menjalankan roda
perusahaan, juga karena adanya penambahan dari laba yang didapat, penggunaan modal untuk
kepentingan pemilik perusahaan, atau hal lainnya.

Neraca (Balance Sheet)


Neraca adalah jenis laporan keuangan ini menyajikan akun-akun aktiva, kewajiban, dan modal dalam
satu periode. Neraca biasanya terdiri dari dua bentuk, yaitu bentuk skontro/horizontal (account
form) dan bentuk vertikal/stafel (report form). Nilai modal pada neraca merupakan nilai yang
tercatat pada Laporan Perubahan Modal. Keseimbangan pada neraca dapat tercapai karena pada
Laporan Perubahan Modal sudah terdiri dari pendapatan dan biaya yang tercatat pada Laporan
Laba-Rugi.

Laporan Arus Kas


Jenis laporan keuangan ini sangat penting untuk mengetahui perputaran arus dana yang berada di
perusahaan, kemana dana atau kas pergi dan dari mana kas masuk. Hal ini supaya perusahaan dapat
mengontrol dana atau kas perusahaan yang dimiliki selama ini.

Anda mungkin juga menyukai