Ningdyah 2015 BSLT PDF
Ningdyah 2015 BSLT PDF
ABSTRAK
Tampoi (Baccaurea macrocarpa) dari family Euphorbiaceae adalah tumbuhan hutan endemik
yang tersebar di Kalimatan hingga Semenanjung Malaya.Tampoi juga tanaman hutan yang
rentan terhadap kepunahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bioaktifitas toksisitas
pada kulit buah tampoi dengan berbagai tahapan metode diantaranya partisi, uji fitokimia, KLT,
Fraksinasi Kromatografi Vakum Cair (KVC) dan Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Hasil uji
fitokimia pada ekstrak metanol, fraksi metanol dan fraksinasi KVC metanol mengandung
senyawa fenol dan terpenoid. Kemudian diuji menggunakan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) dengan hewan uji dari larva artemia salina tahap napuli. Nilai LC5O dari hasil uji pada
ekstrak etil asetat yaitu sebesar 78,458 ppm, fraksi metanol sebesar 111,985 ppm, pada fraksi
n-heksan 1000,207 ppm dan ekstrak kasar metanol 1146,764 ppm. Fraksi aktif dan terbanyak
berupa fraksi metanol yang difraksinasi dengan KVC 371,415 ppm. Berdasarkan tingkat
toksisistas nilai LC5O dari fraksi metanol, fraksi etila setat, fraksinasi KVC metanol berpotensi
sebagai sitotoksik.
PENDAHULUAN
Tampoi tanaman endemik yang batang B. Ramiflora yang diuji siotoksiknya
banyak ditemukan di daerah Kalimantan, menggunakan metode BSLT memiliki
Sumatra dan Semenanjung Malaya. Tampoi aktivitas LC50 tertinggi pada fraksi n-heksan
merupakan tanaman dari genus Baccaurea sebesar 23,2190 ppm serta mengandung
macrocarpa dari family Euphorbiaceae. senyawa melation (Howlader et al., 2012;
Penelitan tentang tanaman tampoi yang Padumanonda et al., 2014). B. Motleyana
telah dilakukan adalah uji aktivitas sebagai (Rambai) merupakan tanaman obat herba
antioksidan dengan nilai IC50 sebesar 33,11 yang dikenal olah masyarakat, pada buah
µg/mg (Tirtana dkk., 2013). Fraksi etil asetat dan kulit yang diekstrak lalu difraksi dengan
dari kulit buah tampoi menunjukkan aktivitas n-heksan dan diklorometan mampu
sebagai antibakteri E. Coli dan S. aureus menghambat cell lines kanker sel usus
secara berturut turut mampu menghambat (Ismail dkk., 2012; Ramasamy et al., 2011).
pertumbuhan sebesar 22,01 mm dan 23,92 Daun B. javanic memiliki sitotoksik ketika
mm pada konsentrasi 20%. Fraksi etil asetat diuji menggunakan cell lines MCF-7 sel
dari kulit batang tampoi juga memiliki kanker payudara(Subarnas et al., 2012).
aktivitas sitotoksik saat diuji metode BSLT B. Lanceolata, B. Ramiflora dan B.
dengan nilai LC50 sebesar 310,443 ppm Motleyana (Rambai) yang sama-sama satu
(Dwijayanti dkk., 2014). genus dengan tampoi (B. macrocarpa),
Berdasarkan kajian literatur dari sehingga kemungkinan memiliki aktivitas
genus yang sama Baccaurea, daging buah toksisitas yang sama. Maka dari itu, perlu
dan kulit buah dari B. Lanceolata yang dilakukan penelitian lebih lanjut pada ekstrak
dibandingkan aktivitas sitotoksik dengan kulit buah B. macrocarpa, mengingat
metode BSLT memiliki nilai LC50 sebesar tanaman ini rentan terhadap kepunahan,
23,2190 ppm dari fraksi etil asetat pada kulit sehingga perlu dilakukan kajian lebih lanjut
buah (Manullang dkk., 2013). Daun dan tentang aktivitas toksisitas dan senyawa aktif
75
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 75-83 ISSN 2303-1077
yang berpengaruh dalam ekstrak kulit buah diperoleh ekstrak pekat metanol. Ekstrak
B. macrocarpa. pekat yang diperoleh diekstraksi partisi
Uji toksisitas B. macrocarpa dengan n-heksan hingga terbentuk dua
dilakukan dengan menggunakan metode lapisan. Lapisan atas dipisahkan (partisi n-
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Metode heksan), lapisan bawah ditambah etil asetat
BSLT merupakan salah satu metode untuk dan dikocok sampai terbentuk dua lapisan.
skrining tanaman obat yang berpotensi Lapisan atas dipisahkan (fraksi etil asetat)
sebagai antikanker karena lebih murah, dan lapisan bawah dicuci dengan akuades
singkat, mudah dikembangkan serta tidak hingga diperoleh fraksi metanol ( Zuhra dkk,
ada aturan etika dalam penggunaan bahan 2002).
uji (Anderson, 1991). Nilai mortalitas
ditentukan dengan menggunakan analisa Uji Fitokimia
probit untuk menentukan nilai toksisitas Pada setiap ekstrak dan fraksi
menggunakan Lethal Consentration (LC50) terlebih dahulu dilarutkan dan
pada semua fraksi serta fraksi yang paling dihomogenkan, kemudian disiapkan
aktif dan terbanyak dilakukan pemisahan lempeng silika gel F254 yang berfungsi
lebih lanjut dengan metode Kromatografi sebagai fase diam. Fasa gerak berupa eluen
Vakum Cair (KVC) dan tiap fraksi yang akan digunakan berupa n-
diidentifikasi dengan Kromatografi Lapis heksan:metanol:etil asetat (5:2,5:2,5)%.
Tipis (KLT) dengan panjang gelombang 254 a. Uji Senyawa alkaloid
nm dan 366 nm. Kemudian hasil fraksi yang Lempeng silika yang telah dielusi disemprot
baik dan aktif diuji BSLT dengan tujuan dengan menggunakan reagen Dragendrof.
mengetahui LC50 sebelum dan setelah Perubahan warna yang terjadi diamati pada
dilakukan proses KVC serta senyawa aktif cahaya UV 254 dan 366 nm serta di
yang berpengaruh di dalamnya. panaskan dan amati perubahan yang terjadi.
Jika timbul warna coklat hingga jingga maka
senyawa yang ada mengandung alkaloid
METODOLOGI PENELITIAN
(Haryanti dkk, 2012).
Bahan dan Alat b. Senyawa Triterpenoid dan Steroid
Bahan Kimia dan Bahan Uji Lempengan plat yang telah ditotolkan dan
Bahan-bahan yang akan digunakan dielusi kemudian disemprot dengan
pada penelitian yaitu akuades, amoniak menggunakan reagen liberman buchard.
(merck), asam sulfat(merck), asam klorida Perubahan warna yang terjadi dapat diamati
(merck), kulit buah dari B. macrocarpa, asam pada UV 254 dan 366nm kemudian
asetat glacial (merck), DMSO (merck), etil dipanaskan lampengan di pemanas, diamati
asetat (teknis), bubuk Mg (Merck), plat KLT setiap perubahan yang warna. Senyawa
G60 F245 (merck), FeCl3 (merck), n-heksana triterpenoid dinyatakan ada jika warna merah
(teknis), pereaksi Mayer, Dragendorff, ungu(violet), coklat, ungu tua. Sedangkan
Wagner, air laut dan methanol (teknis). warna hijau biru untuk senyawa steroid
Alat (Sukadana, 2011).
Alat-alat yang digunakan berupa alat- c. Senyawa flavanoida
alat gelas, plat KLT (merck), bejana KLT, Lempengan plat yang telah ditotolkan dan
lampu UV 254 nm dan 366 nm, neraca dielusi kemudian disemprot dengan
analitik, evaporator (Heidolph), termomoter, menggunakan reagen AlCl3. Perubahan
toples, kotak plastik, gabus, aerator (Amara) warna yang terjadi dapat diamati pada UV
dan lampu neon akuarium. 254 dan 366 nm, kemudian diamati setiap
perubahan yang terbentuk warna kuning
Prosedur Kerja (Arianti dkk, 2013).
Ekstraksi d. Senyawa Polifenol
Ekstrak metanol kasar dari kulit buah Lempengan plat yang telah ditotolkan dan
B. macrocarpa ditimbang sebanyak 43,7747 dielusi kemudian disemprot dengan
gr, dimasukkan ke dalam bejana dan menggunakan reagen FeCl3. Perubahan
ditambahkan pelarut metanol sampai semua warna yang terjadi diamati jika terbentuk
sampel terendam oleh pelarut dan warna hitam, biru, hijau pekat (Sari dkk,
dihomogenkan menggunakan pengadukan. 2010).
Ekstrak methanol dievaporasi sehingga
76
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 75-83 ISSN 2303-1077
77
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 75-83 ISSN 2303-1077
78
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 75-83 ISSN 2303-1077
tinggi terhadap perubahan kondisi dalam selang beberapa waktu tertentu. LC50
lingkungan dan kontaminasi bahan kimia tidak berfokus pada kerusakan organ
yang ada di lingkungan sehingga dapat tertentu dan spesifik namun pada total
digunakan sebagai parameter awal suatu kematian hewan uji itu sendiri sehingga nilai
perubahan kondisi lingkungan. LC50 digunakan pada uji jangka pendek.
Ekstrak setiap fraksi diuji dengan LC50 digunakan untuk menghitung tingkat
menggunakan larva artemia jumlah kematian kematian kematian artemia mengingat
larva LC50 dengan menggunakan aplikasi susunan pencernaannya yang tidak rumit
SPSS analisa probit. Nilai LC50 (Letal serta sensitifitas yang yang cukup tinggi (Lu,
Consentration) adalah jumlah kadar yang 1995).
menyebabkan kematian dari 50% hewan uji
Tabel 2. Hasil uji BSLT dari setiap fraksi pada kulit buah B. Macrocarpa
Konsentrasi Akumulasi Akumulasi Mortalitas
Sampel LC50
ppm Hidup Mati (%)
Ekstrak metanol 10 39 0 0 1146,764
100 29,3332 1 3,296718
200 20,3332 3,3333 14,08447
500 12,6666 5,9999 32,14261
1000 5,3333 10,6665 66,66646
Fraksi n-heksan 10 32,9999 0 0 1.000.207
100 22,9999 1 4,1666
200 13,9999 3,3333 19,2307
500 6,3333 6,9999 52,4997
1000 5,3333 11,6666 68,6275
Fraksi etil asetat 10 16,9999 1 5,5556 78.458
100 7,9999 4 33,3336
200 2,3333 11,6662 83,333
500 0 21,3332 100
1000 0 31,3332 100
Fraksi metanol 10 20,9999 0 0 111.985
100 11,9999 2,3333 16,279
200 5,9999 5,9999 50
500 2,3333 11,9999 83,721
1000 0 20,9999 100
Fraksi KCV (M9) 10 31 0 0 371.415
100 22,3332 1 4,2857
200 13,3332 4 23,0771
500 6,3332 8,3333 56,8186
1000 0,6666 17,6666 96,364
Ekstrak metanol dan fraksinasinya asetat adalah fraksi yang paling aktif dengan
yang diuji dengan menggunakan metode nilai LC50 sebesar 78,458 ppm, fraksi
BSLT yang mampu mendeteksi tingkat metanol dengan LC50 111,985 ppm.
toksisitas sebagai tahap awal pengujian Berdasarkan tingkat toksisitas bahwa fraksi
aktivitas sebelum digunakan pada sel etil asetat, fraksi metanol bersifat toksik.
kanker. Dengan metode BSLT mampu Ekstrak yang bersifat toksik saat diuji
mendeteksi tingkat toksisitas pad sampel dengan menggunakan metode Brine shrimp
khususnya tumbuhan. Berdasarkan nilai lethality test (BSLT) dapat menyebabkan
toksisitas dalam senyawa dari tumbuhan kematian 50 % larva artemia dalam waktu 24
jika LC50 ≤ 30 ppm maka bersifat sangat jam pada konsentrasi LC50<1000 ppm
toksik, ketika konsentrasi ekstrak 31 ppm ≤ menandakan bahwa sampel memiliki potensi
LC50 ≤ 1000 ppm bersifat toksik jika LC50 sebagai antikanker, antibakteri, antijamur
>1000 ppm maka bersifat tidak toksik. Pada dan sebagainya (Mayer, 1982).
hasil uji menunjukkan bahwa fraksi etil
79
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 75-83 ISSN 2303-1077
Sedangkan pada fraksi n-heksan KVC dan setelah KVC cukup berbeda,
LC50 1000,207 ppm, dan ekstrak metanol dengan nilai LC50 pada fraksi metanol lebih
kasar sebesar LC50 1146,764 ppm yang tinggi dibandingkan fraksi M9. Namun kedua
memiliki nilai LC50 >1000 maka bersifat tidak sampel sama-sama memiliki nilai LC50<1000
toksik. Selanjutnya ekstrak yang terbanyak yang bersifat cukup aktif.
dan aktif (fraksi metanol) dilanjutkan ketahap Fraksi metanol dan fraksi etil asetat
KVC adalah fraksi methanol ditinjau dari memiliki nilai LC50 lebih besar dibandingkan
massa ektrak. Hasil fraksinasi dengan M9 ini disebabkan adanya interaksi kimia
metode KVC kemudian diuji BSLT dari metabolit sekunder yang berpengaruh di
didapatlah hasil berupa nilai LC50 sebesar dalamnya adalah senyawa triterpen dan
371,415 ppm. Senyawa toksik yang ada polifenol sedangkan pada M9 hanya ada
pada ekstrak dapat masuk melalui bagian senyawa triterpen. Fraksi etil asetat dan
mulut A.salina dan diabsorbsi masuk ke fraksi metanol cukup aktif karena terdapat 2
dalam saluran pencernaan terjadi proses komponen senyawa yang saling bekerja
absorbsi melalui membran sel. Setelah sinergis di dalamnya. Senyawa polifenol
proses absorbsi dilanjutkan dengan proses berpengaruh dan berperan aktif dalam
distribusi senyawa toksik ke dalam tubuh A. tingkat kematian larva artemia.
salina, dan terjadi proses kerusakan reaksi
metabolisme. Struktur anatomi tubuh A. Hubungan Tingkat Kematian Larva
salina pada tahap naupli masih sangat Dengan Konsetrasi
sederhana, yaitu terdiri dari lapisan kulit, Tingkat kematian larva tidak hanya
mulut, anthena, saluran pencernaan atau dipengaruhi oleh komponen kimia yang
digesti yang masih sederhana, dan calon terkandung di dalamnya tetapi erat
thoracopoda (Raineri, 1981). Perubahan hubungannnya dengan konsentrasi terhadap
gradien konsentrasi yang drastis antara di larva artemia. Tingkat kematian larva
dalam dan di luar sel yang menyebabkan terhadap konsentrasi berbanding lurus.
senyawa toksik mampu menyebar dengan Seperti yang terlihat pada fraksi etil asetat
baik ke tubuh A.salina. Efek kerusakan dan fraksi metanol adalah fraksi yang paling
metabolisme yang ditimbulkan terjadi secara aktif dimana pada konsetrasi maksimum
cepat dapat dideteksi dalam waktu 24 jam, mampu membunuh 100% larva yang ada ini
hingga menyebabkan 50% kematian A. karena pada kedua fraksi terdapat senyawa
salina. polifenol dan triterpen. Hubungan tingkat
kematian larva yang berbanding dengan
Kromatografi Vakum Cair (KVC) konsentrasi pada gambar 1.
Hasil fraksinasi diuapkan pelarutnya
dengan cara dikering anginkan. Kemudian
semua fraksi yang ada di KLT untuk melihat
pola noda yang terbentuk. Pola noda yang
terbentuk menjadi dasar untuk
mengabungkan beberapa fraksi yang telah
di peroleh dengan melihat noda yang
terbentuk. Hasil KLT yang ada disinari
dengan lampu UV 254 dan 366 nm serta
diuji dengan serium sulfat untuk melihat hasil
elusi yang ada. Gambar 1. Hubungan Kematian Larva
Fraksinasi yang terbanyak kemudian dengan konsentrasi
dilakukan uji lanjut dengan metode BSLT
untuk mengetahui aktivitas toksisitas antara Hubungan tingkat kematian larva
sebelum proses KVC dan setelah proses sangat erat hubungannya dengan
KVC. Fraksi M9 yang digunakan sebagai konsentrasi. Efek sinergis adalah efek dari
sample uji mewakili deretan sample M yang gabungan beberapa komponen senyawa
ada karena jumlah massa yang cukup besar yang bersifat saling meningkatkan aktivitas
dan memungkinkan dilakukan proses uji dan seperti yang terjadi pada fraksi metanol dan
pengulangan. Ekstrak M9 ketika diuji dengan fraksi etil asetat(Lu, 1995). Pada gambar 2
metode BSLT memiliki nilai LC50 sebesar merupakan hubungan kematian terhadap
371,415 ppm. Nilai LC50 sebelum proses konsentrasi.
80
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 75-83 ISSN 2303-1077
81
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 75-83 ISSN 2303-1077
82
JKK, Tahun 2015, Volume 4(1), halaman 75-83 ISSN 2303-1077
83