Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

PERILAKU KEKERASAN

A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah
yang tidak konstruktif. Pengungkapkan kemarahan secara tidak langsung dan
konstrukstif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain
untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Kemarahan yang ditekan atau pura-pura
tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal.
Sedangkan menurut Carpenito 2014, Perilaku kekerasan adalah keadaan dimana
individu-individu beresiko menimbulkan bahaya langsung pada dirinya sendiri
ataupun orang lain.
Individu melakukan kekerasan akibat adanya frustasi yang dirasakan sebagai
pemicu dan individu tidak mampu berpikir serta mengungkapkan secara verbal
sehingga mendemostrasikan pemecahan masalah dengan cara yang tidak adekuat
(Rawlins and Heacoco, 2014). Sedangkan menurut Keliat (2014), perilaku kekerasan
adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai dengan hilangnya kontrol
diri atau kendali diri.

B. Faktor Predisposisi
a. Faktor biologis
1. Instinctual drive theory (teori dukungan naluri)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu
dorongan kebutuhan dasar yang sangat kuat.
2. Psycosomatic theory (teori psikosomatik)
Pengalaman marah adalah akibat dari respons psikologis terhadap
stimulus eksternal, internal maupun lingkungan. Dalam hal ini sistem
limbik berperan sebagai pusat untuk mengekspresikan maupun
menghambat rasa marah.
b.  Faktor Psikologis
1. Frustation Aggresio theory (teori agresi-fustasi)
Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil akumulasi
frustasi-frustasi terjadi bila keinginan individu untuk mecapai sesuatu
sesal atau terlambat, keadaan tersebut dapat mendorong individu
berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan berkurang melalui
perilaku kekerasan.
2. Behavioral theory (teori perilaku)
Kemarahan adalah proses belajar, hal ini dapat dicapai apabila tersedia
fasilitas / situasi mendukung
c. Faktor Sosial Cultural
1. Sosial environment theory (teori lingkungan sosial)
Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam
mengekspresikan marah, norma budaya dapat mendukung individu
untuk berespons asertif atau agresif
2. Social Learning theory (teori belajar sosial)
Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui
proses sosialisasi.

C. Faktor Presipitasi
Menurut Yosep (2010), faktor-faktor yang dapat mencetuskan
perilakukekerasan seringkali berkaitan dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan ekstensi diri atau simbolis solidaritas
sepertidalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian
massaldan sebagainya.
b. Ekspesi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
d. Adanya riwayat perilaku anti social meliputi penyalahgunaan obat dan
alcoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa
frustasi.

D. Pohon Masalah

Resiko menciderai diri sendiri, orang lain


dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan Konsep diri Harga Diri Rendah


E. Tanda dan Gejala
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mengancam secara verbal atau fisik
9. Melempar atau memukul benda atua orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak memiliki kemampuan mencegah atau mengendalikan oerilaku
kekerasan

F. Akibat yang ditimbulkan


Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai
diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

G. Penatalaksaan Medis
Dalam pandangan psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa), jika seseorang mengalami
suatu gangguan atau penyakit, maka yang sakit atau terganggu itu bukan terbatas
pada aspek jiwanya saja atau raganya saja, tetapi keduanya sebagai keutuhan
manusia itu sendiri. menurut pandangan houstik, manusia juga tidak dapat lepas dari
lingkungannya, karena itu pengobatan yang dilakukan juga harus memperlihatkan
ketiga aspek tersebut sebagai satu kesatuan. Sehubungan dengan hal tersebut maka
pengobatan dalam psikiatri secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu :
a. Somatoterapi
Dengan tujuan untuk memberikan pengaruh-pengaruh langsung  berkaitan
dengan badan, biasanya dilakukan dengan :
1) Medikasi psikotropik
Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik
atau psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik
langsung pada proses mental pasien karena efek obat tersebut pada
otak. Obat-obat tersebut antara lain :
a) Clorpromazine (CPZ)
1. Indikasi
Untuk sindrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya
nilai nirma sosial dan tilik diri terganggu, daya berat dalam
fungsi-fungsi mental : waham, halusinasi, gangguan perasaan
dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari-hari tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
2. Mekanisme kerja
Memblokade dopamine pada reseptor pasca sinap di otak
khususnya sistem ekstra piramidol.
3. Efek samping
a. Sedasi
b. Gangguan otonomik (hypotensi, antikolinergik atau
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan
defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra
okuler meninggi, gangguan irama jantung)
c. Gangguan ekstra piramidol (distonia akut, akatshia,
sindrome parkinsontremor, bradikinesia rigiditas)
d. Gangguan endrokrine (amenorhoe, ginekonosti)
e. Metabolik (jourdice)
f. Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian
jangka panjang.
4. Kontra Indikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris,
ketergantungan obat, penyakit SSP, gangguan kesadaran
disebabkan CNS Depresan.
b) Haloperidol (HLP)
1. Indikasi
Berdaya berat dalam kemampan menilai realita dalam fungsi
netral dalam fungsi kehidupan sehari-hari.
2. Mekanisme kerja
Obat anti psikosis dalam memblokade dopamin pada reseptor
paska sinaptik neuron di otak khususnya sistem limbik dan
sistem ekstra piramidal.
3. Efes samping
a. Sedasi dan inhibisi psikomotorik
b. Gangguan otonomik (hypoytensi, anti kolinergik atau
parasimpatik, mulut kering, kesulitan miksi dan defekasi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler
meninggi, gangguan irama jantung.
c) Trihexypheniyl (THP)
1. Indikasi
Gejala jenis penyakit parkinson termasuk paska ensefalitis dan
idiopatik, sindrom perkinson akibat obat misalnya reserpinie
dan fenotiazine.
2. Mekanisme kerja
Sinergis dengan kinidine, obat anti depresan trisiklik dan anti
kolinergik lainnya.
3. Efek samping
Mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual muntah,
bingung, agitasi, konstipasi, tachikardia, dilatasi, ginjal retensi
urine.
4. Kontra indikasi
Hypersensitif terhadap trihexypenidyl, glaukoma sudut
simpatik, psokosis berat, psikoneurosis, hypertropi prostat, dan
obstruksi saluran cerna.
b. Terapi Elektrokonvulsi (ECT)
Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh
penderita menerima aliran listrik yang terputus-putus.

H. Asuhan Keperawatan
1. Data yang perlu dikaji
a)
b) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif :
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.
1) Perilaku kekerasan / amuk
Data Subyektif :
a) Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
b) Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika
sedang kesal atau marah.
c) Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif :
a) Mata merah, wajah agak merah.
b) Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai.
c) Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
d) Merusak dan melempar barang-barang.

2) Gangguan harga diri : harga diri rendah


Data subyektif:
a) Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu
terhadap diri sendiri.
Data obyektif:
Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko Perilaku kekerasan
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. Intervensi keperawatan/Rencana Keperawatan


a. Diagnosa I :Resiko Perilaku Kekerasan
TujuanUmum :
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
Tujuan Khusus :

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya.


Intervensi :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.


Intervensi :
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan.
b) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel / kesal.
c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan
sikap tenang.

3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.


Intervensi :
a) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat
jengkel/kesal.
b) Observasi tanda perilaku kekerasan.
c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/kesal yang dialami klien.
3) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Intervensi :
a) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
b) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan.
c) Tanyakan "apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai?"

4) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.


Intervensi :
a) Bicarakan akibat/kerugian dari cara yang dilakukan.
b) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan.
c) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.

5) Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap


kemarahan.
Intervensi :
a) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat.
b) Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
kesal, berolah raga, memukul bantal / kasur.
c) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
d) Secara spiritual : berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran.

6) Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku kekerasan.


Intervensi :
a) Bantu memilih cara yang paling tepat.
b) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih.
c) Bantu mensimulasikan cara yang telah dipilih.
d) Beri reinforcement positif atas keberhasilan yang dicapai dalam simulasi.
e) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel / marah.

7) Klien mendapat dukungan dari keluarga.


Intervensi :
a) Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
keluarga.
b) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

8) Klien dapat menggunakan obat dengan benar (sesuai program).


Intervensi :
a) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping).
b) Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
dosis, cara dan waktu).
c) Anjurkan untuk membicarakan efek dan efek samping obat yang
dirasakan.

b. Diagnosa II : Gangguan konsep diri: harga diri rendah


Tujuan Umum :
Klien tidak melakukan kekerasan
Tujuan Khusus :

1) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.


Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama
perawat dan jelaskan tujuan interaksi.
b) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.
c) Bicara dengan sikap tenang, rileks dan tidak menantang.

2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


Tindakan:
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindari penilaian negatif detiap pertemuan klien
c) Utamakan pemberian pujian yang realitas
3) Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri
dan keluarga
Tindakan:
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah

4) Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai kemampuan


yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan.
b) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien

5) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
a) Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6) Kliendapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

c. Diagnosa III : Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan


lingkungan
Tujuan umum :
Pasien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
a) Pasien mendapatkan perlindungan dari lingkungannya
b) Pasien mampu mengungkapkan perasaannya
c) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya
d) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaiaan masalah yang baik
Tindakan : Mendikusikan cara mengatasi keinginan mencederai diri sendiri,
orang laain dan lingkungan

1) Meningkatkan harga diri pasien dengan cara :


a) Memberikan kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
b) Memberikan pujian jika pasien dapat mengatakan perasaan yang positif
c) Meyakinkan pasien bahawa dirinya penting
d) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh pasien
e) Merencanakan yang dapat pasien lakukan

2) Tingkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara :


a) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya
b) Mendiskusikan dengan pasien efektfitas masing-masing cara penyelesian
masalah
c) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 2014

Rawlins and Heacoco, 2014.Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).


St.Louis Mosby Year Book

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2013

Townsend, M.C. 2013. Buku saku Diagnosa Keperawatan pada Keoerawatan


Psikiatri, edisi 3. Jakarta: EGC

Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda Tangan Nama & Tanda tangan
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik Mahasiswa

( .............................) (……………………) (.............................)

Anda mungkin juga menyukai