Arivia Mutiara Nurussyifa, Ismi Nurfadilah, Rachmiannur Suci Pertiwi, Rifani Sri
Sunari, Riska Nurindayana Rahman dan Yasyifa Nur Hanifah
Dr. Dharma Kesuma, M.Pd., Arie Rakhmat Riyadi, M.Pd., Ence Surahman, M.Pd.
A. Pendahuluan
Belajar merupakan suatu proses yang melibatkan kinerja kognisi, afeksi dan
psikomotor. Ketiga ranah tersebut memiliki kepentingan fungsi masing-masing. Siswa
dapat mengasah intelektualnya melalui ranah kognitif, sikapnya melalui ranah afektif
serta geraknya melalui psikomotorik. Untuk meningkatkan ketiga fungsi ranah tersebut,
pendidik harus mampu memberikan strategi yang cocok dalam pelaksanaan
pembelajaran.
Setelah proses pembelajaran berlangsung, pendidik harus mampu mengukur
ketercapaian tujuan belajar yang didapatkan oleh siswa. Ketercapaian ini dapat diukur
dengan proses evaluasi. Bagaimana fungsi kognisi, afeksi serta psikomotor siswa dapat
tercapai. Hal tersebut dapat diketahui melalui proses evaluasi.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengertian evaluasi, fungsi
serta tujuan evaluasi, dan bagaimana evaluasi yang harus dilakukan pada ranah kognitif,
afektif dan psikomotor.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah dapat menambah ilmu
pengetahuan khususnya mengenai evaluasi pembelajaran yang baik pada ranah kognitif,
afektif dan psikomotor, serta dapat dijadikan referensi atau bahan dan menjadi
pedoman bagi calon guru untuk diimplementasikan dalam proses belajar mengajar di
Sekolah.
B. Pembahasan
Menurut Guilford (1983), pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap
suatu gejala menurut aturan tertentu. Pengukuran dapat menggunakan non-tes maupun
tes. Pengukuran pendidikan dapat berupa kuantitatif yaitu berupa angka antara lain
dapat dinyatakan antara 0 sampai 100. Pengukuran kualitatif biasanya tidak dinyatakan
dengan angka, melainkan dengan kualitas antara lain sangat baik, baik, cukup, kurang,
dan sangat kurang. Pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan
dengan kegiatan penilaian. Penilaian adalah istilah umum yang mencakup semua
metode yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik. Dengan kata lain,
penilaian (assessment) adalah berarti mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu
dengan ukuran baik atau buruk. Penilaian merupakan kegiatan yang dirancang untuk
mengukur tingkat pencapaian siswa dalam belajar yang diperoleh melalui penerapan
program pengajaran tertentu dalam tempo yang relatif tingkat.
Sedangkan evaluasi (evaluation) mencakup pengertian ketiga istilah tersebut di
atas, yaitu suatu rangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur efektivitas sistem
pembelajaran secara keseluruhan.
1. Pengertian Evaluasi
Secara khusus, terdapat beberapa pengertian yang telah dikemukakan oleh para
pakar, sebagai berikut:
Dapat disimpulkan dari beberapa pengertian di atas bahwa evaluasi berarti menentukan
sampai seberapa jauh sesuatu itu berharga, bermutu atau bernilai.
Tujuan belajar kognitif dapat dinilai melalui tes lisan maupun tertulis. Tes tertulis bisa
berbentuk tes objektif (benar-salah, menjodohkan, pilihan berganda, dan jawaban
singkat) dan tes esai yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan siswa
dalam mengukur, menghubungkan, mengintegrasikan, dan menilai suatu ide.
a. Domain Kognitif
Domain kognitif meliputi hal-hal berikut:
1) Tingkatan hafalan, mencakup kemampuan menghafal verbal atau menghafal
paraphrase materi pembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip, dan prosedur.
2) Tingkatan pemahaman, meliputi kemampuan membandingkan
(menunjukkan persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik,
menggeneralisasi, dan menyimpulkan.
3) Tingkatan aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil, atau
prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.
4) Tingkatan analisis, meliputi kemampuan mengklasifikasi, menggolongkan,
memerinci, mengurai suatu objek.
5) Tingkatan sintesis, meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau
komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis,
menggambar, dan sebagainya.
6) Tingkatan evaluasi/penilaian mencakup kemampuan menilai terhadap objek
studi dengan menggunakan kriteria tertentu.
Untuk mengukur penguasaan kognitif dapat digunakan tes lisan, tes tertulis, dan
portofolio. Portofolio merupakan kumpulan dari tugas-tugas peserta didik. Tujuannya
adalah untuk mengukur kemampuan membaca dan menulis yang lebih luas, peserta
didik menilai kemajuannya sendiri, dan menilai sejumlah karya peserta didik. Dengan
kata lain, semua tugas yang dikerjakan peserta didik dikumpulkan dan di akhir program
pembelajaran diberikan penilaian. Jadi, portofolio merupakan alat pengukuran dengan
melibatkan peserta didik untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan mata pelajaran
tertentu.
b. Domain Afektif
Berkenaan dengan ranah afektif, ada dua hal yang harus dinilai. Pertama,
kompetensi afektif yang ingin dicapai dalam pembelajaran meliputi tingkatan
pemberian respons, apresiasi, penilaian, dan internalisasi. Kedua, sikap dan minat
peserta didik terhadap mata pelajaran dan proses pembelajaran. Sikap peserta didik
terhadap pembelajaran bisa positif, bisa negatif, atau netral. Hal ini tidak dapat
dikategorikan benar atau salah. Guru memiliki tugas untuk membangkitkan dan
meningkatkan minat peserta didik terhadap mata pelajaran, serta mengubah sikap
peserta didik dari sikap negatif ke sikap positif.
Tingkat domain afektif yang dinilai adalah kemampuan peserta didik dalam:
1) Memberikan respons atau reaksi terhadap nilai-nilai yang dihadapkan
kepadanya.
2) Menikmati atau menerima nilai, norma, serta objek yang mempunyai nilai
etika dan estetika.
3) Menilai ditinjau dari segi baik-buruk, adil-tidak adil, indah-tidak indah
terhadap objek studi.
4) Menerapkan atau mempraktikkan nilai, norma, etika, dan estetika dalam
perilaku kehidupan sehari-hari.
c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor meliputi hal-hal berikut:
1) Tingkatan penguasaan gerakan awal berisi kemampuan peserta didik dalam
menggerakkan sebagian anggota badan.
2) Tingkatan gerakan semi rutin meliputi kemampuan melakukan atau
menirukan gerakan yang melibatkan seluruh anggota badan.
3) Tingkatan gerakan rutin berisi kemampuan melakukan gerakan secara
menyeluruh dengan sempurna dan sampai pada tingkatan otomatis.
B
Skor = x 100
N
S
Skor = [(B- )/N] x 100
P−1
B = banyaknya butir soal yang dijawab benar
S = banyaknya butir soal yang dijawab salah
P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir
N = banyaknya butir soal
Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.
2) Contoh Pedoman Penskoran Soal Uraian Objektif
Indikator: peserta didik dapat menghitung isi bangun ruang (balok) dan
mengubah satuan ukurannya.
Pedoman penskoran uraian objektif
Butir soal: sebuah bak mandi berbentuk balok berukuran panjang 150
cm, lebar 80 cm, dan tinggi 75 cm. Berapa liter-kah isi bak mandi
tersebut (untuk menjawabnya, tuliskan langkah-langkahnya)
3) Contoh Pedoman Penskoran Soal Uraian Non-objektif:
Indikator: peserta didik dapat mendeskripsikan alasan warga negara
Indonesia bangga menjadi bangsa Indonesia
Butir Soal: Tuliskan alasan-alasan yang membuat Anda berbangga
sebagai bangsa Indonesia!
Pedoman Penskoran
Jawaban boleh bermacam-macam namun pada pokok jawaban tadi dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a
SBS = xc
b
SBS = skor butir soal
a = skor mentah yang diperoleh peserta didik untuk butir soal
b = skor mentah maksimum soal
c = bobot soal
Setelah diperoleh skor butir soal (SBS) maka dapat dihitung total skor
butir soal berbagai skor total peserta didik (STP) untuk serangkaian soal
dalam tes yang bersangkutan dengan menggunakan rumus:
STP = ∑SBS
Ket:
STP = skor total peserta
SBS = skor butir soal
1) Tes paper and pencil. Walaupun bentuknya seperti tes tertulis, tetapi
sasarannya adalah kemampuan peserta didik dalam menampilkan karya,
misalnya berupa desain alat, desain grafis, dan sebagainya.
2) Tes identifikasi. Tes ini ditujukan untuk mengukur kemampuan peserta didik
dalam mengidentifikasi sesuatu. Misalnya, menemukan bagian yang rusak
atau tidak berfungsi dari suatu alat.
3) Tes simulasi. Tes ini dilakukan jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang
dapat dipakai untuk memperagakan penampilan peserta didik. Dengan
demikian, melalui simulasi peserta didik tetap dapat dinilai, apakah dia
sudah menguasai keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau
memperagakan seolah-olah menggunakan alat tersebut.
4) Tes unjuk kerja (work sample). Tes ini dilakukan dengan alat yang
sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah peserta didik
sudah menguasai atau terampil menggunakan alat tersebut.
b. Penyusunan Butir Soal Bentuk Daftar Cek
Daftar cek berisi seperangkat butir soal yang mencerminkan rangkaian
tindakan/perbuatan yang harus ditampilkan oleh peserta ujian, yang
merupakan indikator-indikator dari keterampilan yang akan diukur. Oleh
karena itu dalam menyusun daftar cek hendaknya: (1) mencari indikator-
indikator penguasaan keterampilan yang diujikan, (2) menyusun indikator-
indikator tersebut sesuai dengan urutan penampilannya. Kemudian dilakukan
pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk melihat pemunculan
indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut muncul, maka
diberi tanda V atau tulis kata “ya” pada tempat yang telah disediakan.
Misalnya akan dilakukan pengukuran terhadap keterampilan peserta
didik menggunakan termometer badan. Untuk itu dicari indikator-indikator
apa saja yang menunjukkan peserta didik terampil menggunakan termometer
tersebut, misal indikator-indikatornya sebagai berikut:
9) Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya.
10) Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.
11) Cara memasang termometer pada tubuh orang yang
diukur suhunya.
12) Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang
yang diukur suhunya.
13) Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang
diukur suhunya.
14) Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler
termometer.
Peserta didik dinyatakan terampil dalam hal tersebut jika ia mampu
melakukan urutan kegiatan berikut dengan benar. Setelah diperoleh
indikator-indikatornya, kemudian disusun butir soalnya dalam bentuk
daftar cek sebagai berikut.
Contoh:
Beri tanda V untuk setiap penampilan yang benar dari setiap
tindakan yang dilakukan peserta didik seperti yang diuraikan di bawah
ini!
...1) Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang
bagian ujung yang tak berisi air raksa.
...2) Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer
serendah-rendahnya.
...3) Memasang termometer pada tubuh pasien (di mulut, di ketiak atau
di dubur) sehingga bagian yang berisi air raksa kontak dengan
tubuh orang yang diukur suhunya.
...4) Menunggu beberapa menit termometer tinggal pada tubuh orang
yang diukur.
...5) Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur dengan
memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa.
...6) Membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler termometer dengan
posisi mata tegak lurus.
Jadi, karakteristik butir-butirnya mengandung uraian/pernyataan tentang ranah
perbuatan yang sudah pasti, tinggal perbuatan itu muncul atau tidak.
c. Penyusunan Butir Soal Bentuk Skala Penilaian
Pada prinsipnya penyusunan skala penilaian tidak berbeda dengan
penyusunan daftar cek, yaitu mencari indikator-indikator yang
mencerminkan keterampilan yang akan diukur, yang berbeda adalah cara
penyajiannya. Dalam skala penilaian, setelah diperoleh indikator-
indikator keterampilan, selanjutnya ditentukan skala penilaian untuk
setiap indikator. Misal, skala 5 jika suatu indikator dikerjakan dengan
sangat tepat, 4 jika tepat, 3 jika agak tepat, 2 tidak tepat, dan 1 sangat
tidak tepat. Jadi, pada prinsipnya ada tingkat-tingkat penampilan untuk
setiap indikator keterampilan yang akan diukur.
Untuk mengukur keterampilan peserta didik menggunakan
termometer badan disusun skala penilaian sebagai berikut.
Lingkari angka 5 jika sangat tepat, angka 4 jika tepat, angka 3 jika
agak tepat, angka 2 jika tidak tepat dan angka 1 jika sangat tidak
tepat untuk setiap tindakan di bawah ini!
5 4 3 2 1 Cara mengeluarkan termometer dari tempatnya.
5 4 3 2 1 Cara menurunkan posisi air raksa serendah-rendahnya.
5 4 3 2 1 Cara memasang termometer pada tubuh orang yang
diukur suhunya.
5 4 3 2 1 Lama waktu pemasangan termometer pada tubuh orang
yang diukur suhunya.
5 4 3 2 1 Cara mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur
suhunya.
5 4 3 2 1 Cara membaca tinggi air raksa dalam pipa kapiler
termometer.
Dalam hal ini, akan lebih akurat bila ada kriteria dari tiap butir yang direntang mulai
dari skala 1 sampai 5. Dengan demikian, penilai yang manapun akan dengan tepat dapat
menilai karena sudah ada kriteria bahwa seseorang diberi skala 1 untuk langkah yang
menyangkut cara mengeluarkan termometer dari tempatnya karena demikian, dan diberi
skala 2 karena demikian, dan seterusnya sampai kapan ia diberi skala 5. Kriteria tiap
skala untuk setiap butir/langkah juga harus sudah dihafal oleh penilai. Jadi jika
dilakukan penilaian oleh banyak ada keseragaman antar penilai.
d. Teknik Penskoran Tes Psikomotor
Dari contoh cara pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian,
ada 6 butir soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan seorang
peserta didik jika untuk butir 1 peserta didik yang bersangkutan
memperoleh skor 5 berarti sempurna/benar, butir 2 memperoleh skor 4
berarti benar tetapi kurang sempurna, butir 3 memperoleh skor 4 berarti
juga benar tetapi kurang sempurna, butir 4 memperoleh skor 3 berarti
kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3 berarti kurang benar, dan butir 6
juga memperoleh skor 3 berarti kurang benar, maka total skor yang
dicapai peserta didik tersebut adalah (5 + 4 + 4 + 3 + 3 + 3) atau = 22.
Seorang peserta didik yang gagal akan memperoleh skor 6, dan yang
berhasil melakukan dengan sempurna memperoleh skor 30; maka median
skornya adalah (6 + 30)/2 = 18. Jika dibagi menjadi 4 kategori, maka
yang memperoleh skor 6-12 dinyatakan gagal, skor 13-18 berarti kurang
berhasil, skor 19-24 dinyatakan berhasil, dan skor 25-30 dinyatakan
sangat berhasil. Dengan demikian peserta didik dengan skor 21 dapat
dinyatakan sudah berhasil tetapi belum sempurna/belum sepenuhnya baik
jika sifat keterampilannya adalah absolut, maka setiap butir harus dicapai
dengan sempurna (skala 5). Dengan demikian hanya peserta didik yang
memperoleh skor total 30 yang dinyatakan berhasil dan dengan kategori
sempurna.
C. Penutup
Evaluasi dalam pembelajaran merupakan suatu penentuan sampai seberapa jauh
sesuatu itu berharga, bermutu atau bernilai. Fungsi evaluasi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif. Fungsi formatif dilaksanakan
apabila hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi diarahkan untuk memperbaiki
bagian tertentu atau sebagian kurikulum yang sedang dikembangkan. Sedangkan
fungsi sumatif dihubungkan dengan penyimpulan mengenai kebaikan dari sistem
secara keseluruhan, dan fungsi ini baru dapat dilaksanakan apabila pengembangan
suatu kurikulum telah dianggap selesai. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk
mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut
tentang tujuan, materi, metode, media, sumber belajar, lingkungan, maupun sistem
penilaian itu sendiri
Di dalam evaluasi pembelajaran ini, terdapat tiga ranah yaitu ranah kognitif
merupakan ranah yang mencakup kegiatan otak; ranah afektif merupakan ranah yang
berkiatan dengan sikap dan nilai, dan sikap seseorang; dan ranah psikomotorik
merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Saran kepada mahasiswa, diharapkan dapat memahami dan mempraktekan
kajian tentang evaluasi pembelajaran ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah
psikomotorik pada psoses kegiatan belajar mengajar. Untuk pendidik diharapkan
untuk lebih menguasai mengenai penerapan evaluasi dalam pembelajaran. Dan untuk
sekolah diharapkan pencapaian hasil belajar lebih baik.
Daftar Pustaka
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Cangelosi, J.S.. (1995). Merancang Tes untuk Menilai Prestasi Siswa. Bandung: ITB
Bandung
Sudaryono. (2012). Dasar-dasarEvaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Muslich, Masnur. (2011). Authentic Assessment: Penilaian Berbasis Kelas dan
Kompetensi. Bandung: PT Refika Aditama