DIKTAT KULIAH
FISIKA ZAT PADAT I
Oleh
Nyoman Wendri, S.Si., M. Si.
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
(i)
2
3
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya sehingga Diktat Fisika Zat Padat I ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Terwujudnya Diktat Fisika Zat Padat ini tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, sehingga pada kesempatan yang baik ini menghaturkanbanyak terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Bapak Drs. Ida Bagus Made Suaskara, M.Si, selaku Dekan FMIPA
Universitas Udayana
2. Bapak Ir. S. Poniman, M.Si selaku ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas
Udayana
3. Bapak Drs. Made Sumadiyasa, M.Si, atas bantuan yang telah memberikan
masukan dan koreksi sehingga diktat ini bisa terselesaikan.
4. Bapak serta Ibu dosen jurusan fisika dilinkungan Fakultas Matematika dan
Ilmu pengetahuan Alam Universitas Udayana yang telah memberikan
dukungan sehingga Diktat Fisika Zat Padat I ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis senantiasamengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun
Penulis
(iii)
4
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL
HALAMAN JUDUL....................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ii
KATA PENGANTAR.................................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................iv
BAB I. STRUKTUR KRISTAL........................................................................................1
1.1 Kisi Kristal : Basis dan Kisi ; Sistem Kristal..................................................1
1.2 Sistem Indeks Bidang Kristal
1.3 Struktur Kristal Sederhana
1.4 Ikatan Kristal ; Kristal dari Gas Inert
BAB II . DIFRAKSI KRISTAL
2.1 Hukum Bragg
2.2 Kisi Balik /Resiprok (Reciprocacal lattice)
2.3 Vektor Kisi Balik
2.4 Difraksi dan Hukum Bragg
BAB III. DINAMIKA KISI (Fonon)
3.1 Gelombang Elastis
3.2 Vibrasi Pada Kisi Monoatomik
3.3 Kecepatan Fase dan Kecepatan Group
3.4 Kisi Linier Diatomik
BAB IV. SIFAT-SIFAT TERMAL
4.1. Energi Model Klasik
4.2. Energi Model Einstein
4.3. Energi Model Debeye
4.5. Ekspansi Termal
BAB V. ELEKTRON BEBAS GAS FERMI
5.1. Pengaruh Suhu Terhadap Distribusi Fermi-Dirac
5.2. Gas Elektron Bebas Dalam Tiga Dimensi
5.3. Konduktivitas Listrik dan Hukum Ohm
5.5. Efek Hall
DAFTAR PUSTAKA
iv
5
BAB I
STRUKTUR KRISTAL
Suatu benda padat tampak sebagai benda yang kontinyu, tetapi bila diteliti lebih
mendalam, secara mikroskopik benda padat tersebut tersusun atas unit-unit yang diskrit,
atom-atomnya tersusun dengan teratur mengikuti suatu pola. Suatu kristal ideal adalah
dibangun oleh pengulangan tak berhingga unit-unit struktur ideal dalam ruang.
Kisi non-Bravais terkadang diungkapkan sebagai kisi dengan basis. Pada Gambar
1.2, basisnya adalah A dan A’. Kisi non-Bravais dapat dipandang sebagai kombinasi
dari dua atau lebih kisi Bravais dengan orientasi tertentu. Oleh karenanya, titik-titik A,
B, C dan seterusnya membentuk kisi Bravais, sedangkan titik-titik A’, B’, C’
membentuk kisi Bravais yang lain. Struktur kristal real terbentuk bila atom-atom basis
ditempatkan secara identik pada setiap titik kisi. Relasi logikanya adalah :
Kisi + Basis = Struktur Kristal
Setiap titik dalam kisi tiga dimensional dapat ditulis sebagai ujung dari vektor kisi.
Rn = n1a, + n2b + n3c (1.1)
1
26
Dimana : a, b, dan c adalah vektor; n 1, n2 dan n3 bilangan yang nilainya tergantung pada
titik kisinya. Seperti diberikan pada Gambar 1.2. dalam gambaran dua dimensi, titik asal
berada pada titik kisi tertentu, A. Titik B, (n1, n2) = (1,0); C, (n1, n2) = (1,1), D, (n1, n2) =
(0,-1).
Gambar 1.2. Vektor a dan b adalah vektor basis kisi. Vektor a dan b’
membentuk satu set vektor basis yang lain. Daerah yang diarsir
adalah satu unit sel untuk kedua basis tersebut
Jika bidang memotong sumbu pada sisi negatif dengan titik asal, indeks
Misalnya pada kasus di atas, x = 3a, y = 2b, z = 2c. kebalikan fraksionalnya adalah
37
Jarak antara bidang dengan indeks Miller yang sama, (h k l) dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan yang tergantung pada struktur kristalnya. Secara umum, jarak antara
bidang dh k l :
dhkl 1 1
1
(1.4)
111 h2 k2 l2
x2y 2 z 2 2
a 2
b2 c2
2 e2
e2 e2 (1.6)
H1 e R x1 R R
R
x2 x1 x2
Bila |x1| dan |x2| << R, dan menyelesaikan Persamaan (1. 6) maka dapat diperoleh
2
2e x x
H 1 2 (1.7)
1 3
R
Hamiltoman total dengan menggunakan bentuk pendekatan Persamaan (1.7) bagi H1.
Modus simetri dan anti-simetri dari gerakan dua osilator adalah :
x s 1 x x 2
1 x1 12 xs x a (1.8)
2
1
x a 1 x (1.9)
1
x x 2 2 x x
2 2 s a
P
H Ps C 3 xs a 2m C 3 xa
2m 2 R 1 2 R 1
2e 1
2 2 2e2 1 2
C R
3
m C R3 m
1/ 2
1 2e2 1 2e2 2
C 2e
2
1
1/ 2
0 1 ... (1.12)
CR
3
3
3
M
2 CR 8 CR
X 1 2
dengan 1 X 1/2
1 X
2 8
H 0 1
2 dengan T= 0K
o
2
o
Energi terendah (titik nol) adalah ½(a + s); Energi osilator tak tergandeng adalah 2.
Energinya pada saat jarak tertentu adalah bersifat tolak-menolak yang sebagian
besar diakibatkan oleh prinsip larangan Pauli : dua elektron tidak dapat memiliki
seluruh bilangan kuantum yang sama. Energi potensial total pada dua atom dengan jarak
R adalah :
12 6
U R 4 (1.14)
R R
B
U 12
R
r r 6
12
4
R R
A 4 6 , B 4 12
R
U exp
10
1
6
12
U R 4
R R
N 2
ij
Besar R0 kesetimbangan dapat dicari
dUt R
dR 0
dU 6
12
tot
2N (12)(12.13) (6)(14.45)
dR R 13
R 7
6
14,45 1
R R0
R0 24,26 1,09
R
0
R0
1,09 untuk keadaan equilibrium m dengan R0 adalah jarak terdekat
R0
Sehingga diperoleh: 1,09
1.4.2. Ikatan Kristal Ionik
Apabila ion Na+ dan ion Cl- saling berdekatan satu sama lain, energi tarik-menarik
Coulomb pada jarak pisah antar inti R relatif terhadap energi nol pada jarak tak terhingga
adalah :
Ucoil q
2
(1.19)
o
R
4
Bentuk lain interaksi tolak menolak (suku pertama persamaan (1.14) adalah dalam
bentuk empiris :
R
U rep B exp. (1.20)
Dengan menggunakan Persamaan (1.19) dan (1.20), energi interaksi antara ion ke i dan
ion lain adalah
ij coul
U rep
q 2
R
U U B exp .
4 R
o
11
(1.21)
Kontribusi interaksi Van der Waals pada energi kohesif dalam kristal ionik
Ui Uij j (`1.22)
Energi total pada kristal yang terkomposisi atas Ñ molekul atau 2 N ion adalah
diungkapkan sebagai, 2
R q (1.23)
U ij B exp
4 o R
U tot N U i
N zB q
R 2
R j rj
Ambil ion negatif sebagai ion acuan dan jarak R sebagai jarak antar ion terdekat. Hasilnya
: 1 1
2 1 1 ...
R R 2R 3R 4R
1 1 1 (1.25)
x2
4 x3 x
21 ... ln 1 x x ...
2 3 4 2 3 4
2 ln 2
Untuk sistem kristal kita perhatikan kristal NaCl; terdapat :
6 Cl- terdekat dengan jarak R
12 Na+ terdekat berikutnya dengan jarak 2 R
8 Cl- berikutnya dengan jarak 3 R
dan seterusnya.
Maka
6 12 8
...
R R 2R 3R
Atau 1, 748
Untuk kristal CsCl; 1,762675; kristal ZnS (kubus), = 1,6381.
Turunan pertama terhadap R dan pada kondisi sama dengan nol.
dU tot
0
dR
NzB R Nq 2
exp 0
0
4 oR
12
q 2
R0 (1.26)
B exp .
4o zRo 2
q 2
U eq N 1 (1.28)
4o R0 Ro
Soal-Soal
1. Pikirkanlah struktur fcc, bcc, hcp dan intan
Gambarkan satu satuan sel struktur tersebut, nyatakan posisi atom sebagai fungsi
tinggi dari satu satuan sel
a. Beri koordinat atom dalam basis masing-masing struktur tersebut.
b. Jika struktur dibangun oleh bola-bola yang saling berkontak, hitunglah fraksi
yang ditempati oleh bola-bola tersebut.
2. Sudut antara ikatan tetdra hedral pada intan adalah sama dengan sudut antara
diagonal ruang kubus. Gunakanlah analisis vektor elementer untuk menentukan besar
sudut tersebut.
3. Tunjukkanlah bahwa perbandingan c/a untuk suatu struktur paket tertutup heksagonal
(hcp) adalah 1.633.
4. Gambarkan satu satuan sel kubus dengan bidang kisi (122), (201), (233) dan (222)
13
BAB II
DIFRAKSI OLEH KRISTAL
Sedangkan
d 2d
AB da AC AC cos cos
sin tan
n '
Sehingga
2d d
sin
sin
cos2
2d
sin
1 cos
2
2d sin
Interferensi yang saling menguatkan terjadi apabila
n ;
Dimana: n adalah bilangan bulat positip
λ adalah panjang gelombang sinar-X
Sehingga diperoleh hukum Bragg untuk refleksi oleh bidang kristal (hkl)
n 2dhkl sin
n adalah ordo pemantulan (2.1)
n 1,2,3,4,......
14
b 2 a2 ; b 2 a3 ; b 2 a1 xa2 (2.2)
1 2 3
xa3 xa1
a1 a2 xa3 a1 xa3 a1 xa3
a2 a2
Setiap vektor yang didefinisikan oleh Persamaan (2.2) adalah ortogonal dengan dua
sumbu vektor kisi kristal. Sifat-sifat dari b1, b2 dan b3 adalah bahwa
bi a j 2ij (2.3)
a1 a x ; a2 a y ; a3 a z (2.5)
a
adalah daerah Brillouin pertama kisi kristal kubus sederhana.
2.2.3. Kisi Balik Dari Kubus Berpusat Tubuh (bcc:body center cubic)
15
11
Vektor basis primitif dari kekisi bcc, seperti terlihat pada Gambar 2.2 adalah
1
a a (xˆ yˆ zˆ) 1 1
a (xˆ yˆ zˆ) a (xˆ yˆ (2.8)
,a zˆ) 2
1
;a
22
2
3
Dengan a adalah rusuk dari kubus dan x, y dan z adalah vektor satuan. Volume satu
satuan sel primitif adalah,
1
V a .a xa a3 (2.9)
1 2 3
2
Dengan menggunakan persamaan 2.2, vektor basis kisi balik bcc adalah
2 2 2
b ( yˆ zˆ) ;b ( xˆ zˆ) ;b (
(2.10)
xˆ yˆ)
1 2 3
a a a
Vektor kisi balik dengan bilangan bulat h, k dan l dapat ditentukan dengan menggunakan
Persamaan (2.4) dan (2.10), yaitu
2
G (k )xˆ (h ) yˆ (h (2.11)
a
k)zˆ
Setiap sel mengandung satu titik kisi pada titik pusat selnya. Daerah ini (untuk kisi bcc)
dibatasi oleh bidang normal terhadap 12 vektor, pada titik tengah dari
2 2 2
yˆ xˆ yˆ
z ; zˆ ; yˆ
(2.12)
a a a
yˆ zˆ ; xˆ zˆ ; xˆ
yˆ (2.13)
a a a
.Pemilihan tanda dilakukan secara bebas sehingga memberikan 12 vektor.
k k' 2 (2.17)
Seperti diperlihatkan pada Gambar 2.7, perubahan vektor k dalam k adalah tegak lurus
terhadap bidang (hkl) . Arahnya adalah searah dengan arah G(hkl) atau vektor satuan n.
Maka diperoleh hubungan
k k1 k 2 k n
4 Sin
n
Sin
4 Sin G hkl
Ghkl
(2.18)
Dapat ditunjukkan bahwa jarak antar bidang d(hkl) berkaitan dengan besar G(hkl)
dalam bentuk
2
dhkl (2.19)
Ghkl
2 d (hkl)
G (hkl)
Sink
(2.20)
Jika hukum Bragg terpenuhi maka,
k Ghkl (2.21)
Dari persamaan ini, hubungan antara vektor gelomabang awal dan akhir refleksi Bragg
gelombang - partikel dapat ditulis sebagai
(2.22)
k ' Ghkl k
2
2 k . G G2 0 (2.23)
Ini adalah ungkapan khusus yang dipergunakan sebagai kondisi bagi difraksi
13
17
Produk skalark dan G, dari persaman 2.3 dan 2.4, kita dapatkan,
a1 . k 2 h ; a2 . k 2 k ; a3 . k 2 l (2.24)
Persamaan ini adalah persamaan Laue, yang mana digunakan dalam pembicaraan simetri
dan struktur kristal. Persamaan (2.24) di atas memiliki interpretasi sebagai berikut,
acos 1 cos 1 acos 2 cos2 acos 3 cos3 l;
h ; k;
2.4. Faktor Struktur
Hasil difraksi gelombang oleh keseluruhan atom dalam unit sel (satu satuan sel)
dinyatakan dalam faktor struktur. Bila kondisi difraksi terpenuhi amplitudo terhambur
bagi kristal terdiri dari N sel adalah diungkapkan sebagai
FC N SG (2.25)
Dimana kuantitas SG disebut dengan faktor struktur yang didefinisikan sebagai
SG
jj
f eiG..r j
(2.26)
Dengan rj adalah vektor terhadap pusat atom ke j
rj xj a1 y j a2 zi a3 (2.27)
Dan fj = faktor atomik. Kemudian, bagi refleksi yang tandai dengan h, k, l,
G .r hb lb xj
yaza
1
kb a
2 3 j 2 j 3
2 hx 1 (2.28)
j ky j lz j
Sehingga persamaan (2.26) menjadi
SG hkl f j exp i2 hx j ky j lz (2.29)
j j
Faktor struktur S tidak perlu real karena intensitas hamburan adalah melibatkan S*S yang
hasilnya adalah real, dimana S* adalah “kompleks konjugate” dari S.
Basis bcc adalah sel kubus dengan atom-atom identik pada x1 y1 z1 0 dan
x2 y2 z2 1 2
. Dengan Persamaan (2.29),
Shkl f 1 expi h k l
dan S = 0, bila h+k+l = bilangan ganjil
S = 2f, bila h+k+l = bilangan genap
Misalnya Sodium memiliki struktur bcc. Puncak difraksi (100), (300), (111) atau (221)
tidak ada, tetapi puncak (200), (110) dan (222) tampak.
1814
Basis struktur fcc untuk sel kubus dengan atom identik pada 000 ; 0½ ½ ; ½01/2, ½ ½ 0.
Dengan Persamaan (2.29)
S 0 , bila hkl adalah bilangan genap
S 0, bila hkl adalah bilangan ganjil
S = 0, bila hkl adalah dua genap satu ganjil
S = 0 , bila hkl adalah satu genap dua ganjil
Beberapa contoh menghitung faktor struktur geometrik Fhkl, Sel satuan kubik sederhana
(SC; Simple cubic),
Atom terletak di (000)
SG hkl f j exp i2 hx j ky j lz
j j
f a e2 i000
SG 2
2
fa
Base-Centered Cell
Atom-atom ini terletak di 000 dan 1 1 1
2 2 2
1 1
2i h k 0l
2i0h0k 0l
fa e f ea 2 2
fa f ihk
ae
fa
1 eihk
SG hkl 2 fa , untuk h dan k yang tidak tercampur ; artinya keduanya genap atau
keduanya ganjil
SG hkl 0 , untuk h dan k tercampur artinya h dan k tidak dua-duanya genap atau dua-
duanya ganjil
Persamaan (2.25) adalah sebagai penjumlahan bentuk eksponensial,
F hkl f (2.30)
j
i
e j
e i Cos i Sin
AiB
Dengan fj = faktor fase. Dari bentuk identitas
Sehingga,
f ei f Cos f i Sin
fAfB
19
15
Dalam difraksi intensitas adalah terkait dengan besar absolut |F|. ungkapan
trigonometri untuk menghitung |F| :
2 1
2 2
F f j Aj f j Bj
j
j
1
2 2
2
f j Cos j f j Sin j
j j (2.31)
Selanjutnya dapat ditulis sebagai,
2
2 2
1
Bagian trigonometrei sering ditulis sebagai faktor struktur geometri ditulis secara
terpisah
d2 a2
h2 k2 l2
21
BAB III
VIBRASI KRISTAL
x x+dx
Gambar 3.1. Gelombang elastis dalam suatu medium
Bila gelombang yang merambat adalah gelombang longitudinal dan perpindahan
secara elastis pada titik x adalah u(x) dan sesuai dengan hukum Newton II pada segmen
dx berlaku hubungan :
u(x)
2
(3.1)
du
e dx (3.3)
v Y v2
(3.5)
Penyelesaian Persamaan (3.4) adalah berbentuk :
17
22
18
Laju suatu gelombang longitudinal dalam medium dengan rapat masa adalah
diberikan oleh Persamaan (3.5), yaitu
B
0 v
Dengan B adalah modulus “bulk” elastis atau koefisien kekakuan medium. Dengan
mengetahui rapat masa dan modulus bulk (dapat diukur) laju 0 dapat dihitung.
Fs U s 1 U s U s 1 (3.8)
Us
2U s U s 1 U s 1
(a)
23
19
(b)
Gambar 3.2. Model kisi monotomik (a). Bidang atom berpindah pada gelombang
longitudinal (b). Bidang atom berpindah pada gelombang transversal,
menggambarkan perpindahan bidang s dari posisi
kesetimbangannya.
Pada zat padat yang homogen transmisi suatu gelombang bidang dalam arah
tertentu, arah x dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan perpindahan,
U Aexpikx (3.9)
t
A = amplitudo, k = bilangan gelombang, = frekwensi sudut, t = waktu. Lebih khusus
seamalog dengan Persamaan (3.9), perpindahan bidang ke s,
U s Aexpiksa t (3.10)
sa = posisi kesetimbangan bidang ke s ; a = jarak antar bidang. Turunan dua kali pers.
(3.10) terhadap waktu t, diperoleh
d 2U2
2
s Aexp ksa t
i
dt … (3.11)
2U s
Sesuai dengan hukum Newton kedua, gaya pemulih pada bidang s adala
d 2U
(3.12)
F m s
m 2U
s 2 s
dt
Dari Persamaan. (3.8) dan (3.12) :
m 2 Us 2Us Us 1 U s
2 Us 1 Us 1
2
m Us U s
2 exp.i ka exp. i (3.13)
ka m
20
24
m 2
Dari Persamaan (3.14) kita dapatkan bahwa hubungan dispersi gelombang dalam kisi
monotomik adalah :
3.4. Kristal Linier Diatomik
Pada bagian ini kita bahas model matematis kristal linier diatomik. Dalam model
ini kita memiliki dua jenis atom yang bermasa M yang terletak dalam suatu bidang dan
atom yang bermasa m pada bidang yang lain. Kedua atom tersebut dapat dipandang
sebagai satu rantai linier dimana jarak antara dua atom terdekat pada saat keadaan
kesetimbangannya adalah a.
Diasumsikan bahwa interaksi hanya terjadi diantara atom terdekat saja dan
konstanta gaya adalah identik. Perpindahan yang terjadi adalah dalam daerah jangkauan
hukum Hooke. Persamaan gaya bagi perpindahan U2l dan U2l + 1 adalah :
d
2 2r 2
M m U U 2r U 2r 2U
Udt 2 2r 1 1 2r
d 2U
m
1
2r
m 2U 2
2r 1
(3.23)
dt 2
2
U
2r
1
U
2r 2
2r U
ika2r 1t
U 2r 1
Subtitusi Persamaan (3-24) ke dalam Persamaan (3-23), diperoleh persamaan
linier simultan.
M 2 B A eika eika
2B m 2 A B eika eika
2A
Atau
m 2 A B2coska (3.25)
2A
Ini memberikan persamaan Untuk A dan B
2 mA 2 cos kaB 0
2
Persamaan ini memiliki solusi yang tidak trivial hanya jika determinan koefisien A dan
B sama dengan nol.
2 M 2 2 coska
= 0
2 coska 2 m 2
1
2
1
1 1 2 4 Sin2 (ka)
12
(3.26)
mM
m M m M
a. 1
m M mM
m M
Dengan
2 untuk k = 0
0
1
12 = 2/M , untuk ka = /2
(3.27)
1
b. 2
1
1 1 2 4 Sin2 (ka)
12
2
m M mM
m M
Dengan
22 21/ m 1/ M untuk k = 0
26
22
2
1
M
Tampak frekuensi sudut maksimum tidak tergantung pada masa atom yang
lain, m dalam rantai. Frekuensi sudut berkisar antara 0 sampai 1.
3. Perbandingan amplitudo kedua atom sebagai fungsi frekwensi, dari
Kecepatan fasa k 8 a 2
2 (3.30)
1
2M
d
Kecepatan group 0
dk
Dari cabang optiknya, daerah vibrasi adalah dari
2 1 1
2 sampai dengan
m mM
1. * Pada k 0
;
Kecepatan fasa /k ~
Kecepatan group d/dk 0
* Pada k /2a
8 a2 12
Kecepatan fasa
k
Kecepatan group d/dk 0
2. Pada k = 0, perbandingan amplitudo B/A adalah negatif :
1 1 (3.31)
2 2 m A 2 B
m M
B m
A M
Artinya, getaran atom bermasa m berlawanan fasa dengan getaran atom bermasa
M ; MB + mA=0 menyatakan bahwa titik pusat masa atom tidak berubah.
d 2 2a (3-16)
Si ka
n 0
dk m
karena pada k = ±/a, sin (ka) = sin (±) = 0. Plot terhadap k diberikan pada Gambar
3.3 Daerah k yang kecil merupakan daerah spektrum dari gelombang yang panjang.
Bagi ka <<1, sin (ka/2) (ka/2) dan relasi frekwensi sudut terhadap bilangan
gelombang adalah
ka
2
m 2
v0k
v0 a ka<<1 (3-17)
m
BAB IV
SIFAT-SIFAT THERMAL
m xm E. E k T d dx
e 0
(4.2)
E 0 0
E k T
xmm
oo
e 0 d dx
T = suhu ; k0 = konstanta Boltzmann
Dengan mensubstitusikan persamaan (4.1) ke dalam persamaan (4.2) dan
mengingat bahwa :
~2 11 n
n1
2
e x x n dx
I n
o 2 2
Maka Persamaan (4.2) dapat dievaluasi, hasilnya adalah :
E ko T
Cv U
T 3Nk0
v
Pada volume konstan, panas per mole adalah :
CV 3Noko 24,94 joule / Mole Kelvin
Ini dikenal sebagai hukum Dulong dan Petit. Tampak bahwa panas jenis adalah
konstan, tidak tergantung pada suhu.
Secara eksperimen panas jenis sesungguhnya adalah tergantung pada suhu,
seperti diperlihatkan pada Gambar 4.1. Oleh karenanya perlu pejelasan lebih lanjut
untuk menjelaskan ketergantungan panas jenis pada suhu
25
30
26
Gambar 4.1. Ketergantungan suhu dari panas jenis Argon, Xenon dan Kripton. Garis
mendatar adalah hasil perhitungan secara klasik
n dx n 1 x 2
maka Persamaan (4-6) dapat dievaluasi, dan hasilnya adalah
2731
1
E e
k0T (4.7)
1
Untuk penyederhanaan, Einstein menganggap bahwa N atom memiliki 3 N
ragam vibrasi dan seluruhnya memiliki frekuensi sudut yang sama, yaitu E . Dengan
demikian setiap ragam vibrasi memiliki energi yang sama, yaitu <E>. Energi vibrasi
kisi secara total adalah
3N
U
E (4.8)
E
0 1
exp
kT
Dengan menggunakan Persamaan .(4.8) ini, panas jenis pada volume konstan
adalah
U
Cv
T V (4.9)
3Nk0 FE E ,T
k T
0
Fungsi Einstein adalah mendekati satu pada suhu tinggi, sehingga panas jenisnya adalah
sama dengan panas jenis klasik.
Dengan mendefinisikan suhu karakteristik Einstein, E / k0 , pada T << TE
TE
maka Persamaan.(4.10) menjadi
FE E E 2
,T exp E
kT kT
0
T 0
2 (4.11)
TE exp E
T
T
Perbandingan kurva panas jenis model klasik dan model yang dibuat oleh Einstein
sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4. 2
32
28
Ada tambahan energi ½, adalah energi titik nol karena ada pada seluruh suhu
termasuk T = 0.
L 3 V
32 8 (4.15)
harga k yang diijinkan per satu satuan volume di dalam ruang k. Jumlah total ragam
dengan vektor gelombang kurang dari k adalah (L/2)3 kali volume bola yang berjari-
jari k, yaitu :
L 3 4k 3 (4.16)
N 2
3
Rapat keadaan adalah didefinisikan sebagai,
dN Vk 2 dk
g
(4.17)
d 2 2 d
Dalam pendekatan Debye digunakan relasi dispersi = vk di mana v = kecepatan yang
konstan. Dengan demikian, rapat keadaan pers.(4-17) menjadi :
g
V V 2 1
2 2
2 2 L T
2 2V 3 3 3 (4-18)
Selanjutnya kita bahas panas jenis sesuai dengan model Debye. Model ini
didasarkan pada asumsi Berarti sistem mempunyai ragam utama dengan 3 N derajat
kebebasan. Oleh karenanya,
m
3N g () (4.19)
o
d
Sebagai pendekatan, Debye mendefinisikan bahwa
g
3V
2
Untuk seluruh ragam vibrasi, kemudian Persamaan 4.19 dapat ditulis sebagai :
3N D 3 ² D ³
d
V o
2 ² 0 2 ²0 ³
³
Atau
6 ² N 31
(4.21)
D 0
V
D disebut dengan frekuensi ambang.
Suhu karateristik Debye diungkapkan dalam bentuk
D
D k 0 1 (4.22
3
D 6 ² N
k0 V
3034
( ) g () d
U (4.23)
exp 1
k 0T
Dengan menggunakan ungkapan Persamaan .(4.20), maka Persamaan (4.23) menjadi :
U 3 3d
2 2 3 (4.24)
0
exp 1
k T
0
U 4 exp
3²
C k0T 2
D
2 ² ³ k T ² 0
1
v
T 0 exp
0
CV
9N k0 T 3 x (4.26)
V
0
D
1ex 2e
4
X
X
D
Kurva panas jenis suatu zat padat (per-mole) sebagai fungsi suhu sesuai dengan model
Debye diberikan pada Gambar 4.3.
Sifat-sifat termal U dan Cv melibatkan integral yang cukup rumit untuk
diselesaikan secara langsung. Akan tetapi dengan mudah dapat diselesaikan secara
analitik dengan pendekatan pada suhu yang sangat tinggi dan sangat rendah. Untuk suhu
yang sangat tinggi dimana T >> D.
x3
x²
e X 1
35
31
Joule/mole-K
20
15
Gambar 4. 3. Panas jenis sebagai fungsi suhu. Lingkaran adalah data eksperimen
dari Yttrium yang dilaporkan oleh l.D. Jennings, dkk. (1960)
3 Nk0 (4.28)
Cv
V
Hasilnya ternyata sesuai dengan pendekatan klasik. Untuk T << D, dengan mengambil
batas atas sampai tak terhingga dapat diperoleh
~
~x3dx ~
ex 1
x e
0 3 nx
0 s1
6 1 4~
s1 s 4 15
Dengan demikian, persamaan energi total pers. 4.25 dapat dinyatakan dalam suhu T, yaitu
3Nk T 4
U 0
5V D3
Kemudian panas jenis CV dapat dihitung, yaitu
36
32
12 Nk T 3
4
T 3
C 0 234Nk (4.29)
D
5V
D
Hasilnya memperlihatkan bahwa panas jenis berbanding lurus dengan T3. Persamaan
(4.29) ini disebut dengan hukum Debye T3
Untuk suatu gradien suhu yang kecil arus thermal yang diamati sebanding dengan
T
:
dT
jv K
dx
J = - KT (4.30)
Energi thermal per elektron adalah (T{x-l}. l = vx adalah panjang lintasan bebas
rata-rata bila v = kecepatan rata-rata dan = waktu rata-rata
1
J nv T x l T x l
2
Dengan perubahan suhu pada lintasan bebas rata-rata adalah sangat kecil,
persamaan di atas dapat diekspansikan sehingga diperoleh
d dT
J nv2 (4.31)
X
dT dx
3 k 2
0
T 2 e
1,11.108 Watt Ohm
K2
Ini dikenal sebagai hukum Wiedemann-Franz, dan sering disebut seabgai bilangan
Lorentz. Harga ini adalah sekitar setengah dari harga hasil eksperimen.
F (4.39)
p V
T
Kemudian dengan pendekatan harmonik,
F Epot Emod us
Dengan Epot. Adalah energi potensial yang mana tidak tergantung pada suhu berkenaan
dengan adanya interaksi inter-atomik. Emodus adalah energi sebahai konsekuensi dari
adanya vibrasi kisi. Dari pelajaran fisika statistik, energi setiap modus pada osilasi
harmonik dapat diungkapkan sebagai
3438
1
f k0T ln k0T ln 1 exp (4.40)
2 kT
0
pot. exp 1
dV modus V 2
k0T
Keterkaitan antara frekuensi vibrasi dengan volume diungkapkan dalam bentuk
persamaan berpangkat ~ V-, dengan adalah parameter tak-berdimensi yang mana
disebut dengan parameter Gruneisen. Selanjutnya ini dapat dibuat dalam bentuk
persamaan diferensial,
d(ln) d
dan d (4.42)
d(ln dV V
V)
Dengan demikian dapat diperoleh ungkapan untu tekanan, p dalam bentuk
dE 1
1
pot.
exp 1 (4.43)
p
dV V mod us
2
k0T
Energi potensial tidak tergantung pada suhu sehingga koefisien ekspansi thermal dapat
diungkapkan sebagai,
Emod us (4.44)
CV
BV T V BV
CV adalah kapasitas panas kisi pada volume konstan yang mana berkaitan dengan efek
ketidak-harmonikan. Dalam hal ini volume adalah tergantung pada frekuensi vibrasi.
Pers. 44 dikenal sebagai hukum Gruneisen. Parameter adalah menggambarkan efek
dari suku ketidak-harmonikan, ketergantungan volume terhadap frekuensi.
Soal – soal Bab 4
1. Tentukan ungkapan bagi kapasitas panas kerena vibrasi rantai linier dari atom-atom
identik dengan pendekatan Debye. Tunjukkan pada suhu rendah kapasitas panas
berbanding lurus dengan T.
2. Hitunglah energi titik nol per atom dari vibrasi kisi zat padat Argon (D=92)
39
39
BAB V
ELEKTRON DALAM LOGAM
x=L. Fungsi gelombang n(x) dari elektron adalah merupakan penyelesaian dari
persamaan Schrodinger
H n x n x
Gambar 5.1. Tiga tingkat energi pertama dan fungsi gelombang dari elektron bebas
bermasa m sepanjang garis L. Tingkat energi ditandai berdasarkan
bilangan kuantum n. Energi n pada tingkat bilangan kuantum n adalah
sama dengan (2/2m)(n/2L)2.
n x Asin
x 1
nn L (5.2)
2 ;
2
n
dimana A adalah konstanta. Kita dapat lihat bahwa persamaan (5.2) adalah penyelesaian
dari persamaan (5.1), karena
2
d n d 2 n
n n
n n
f () 1
(5.5)
exp () / kBT
1
Besaran adalah suatu fungsi terhadap temperatur. Pada nol absolut =F,
karena dalam limit T 0 fungsi f() berubah secara tidak kontinyu dari nilai 1 (terisi)
ke nilai 0 (kosong) pada =F = . Pada semua temperatur f() sama dengan ½ ketika
= , dimana penyebut pada persamaan (5.5) akan bernilai sama dengan 2.
Besaran adalah potensial kimia dan pada temperatur absolut sama dengan nol
potensial kimia tersebut adalah sama dengan energi Fermi, yang didefinisikan sebagai
energi dari orbital teratas yang telah terisi. Daerah dimana - >> kB T; suku
41
37
eksponensial akan dominan pada penyebut persamaan (5.5), sehingga f() exp [-
)/k0T]. Batas ini disebut distribusi Boltzmann atau Maxwell.
kx 0 ;
2 4 . . ., (5.10)
; ;
L L
expi2nx / L (5.11)
expi2n
Dengan mensubstitusikan persamaan (5.9) ke persamaan (5.6) maka diperoleh energi k
dari orbital dengan vektor gelombang k.
42
38
2 2 2 2 2 2
(5.12)
Besar vektor gelombang dihubungkan dengan panjang gelombang oleh relasi k =2/.
Momentum linier p direpresentasikan dengan mekanika kuantum dengan operator
p i , dengan demikian untuk orbital Persamaan (5.9), akan dipenuhi :
nilai eigen k Kecepatan partikel dalam orbital k adalah diberikan oleh v = k/m.
Untuk sistem N elektron bebas dalam keadaan dasar, elektron elektron yang
menempati orbital dapat direpresentasikan sebagai titik-titik di dalam suatu bola dalam
ruang k. Energi pada permukaan bola adalah energi Fermi; vektor gelombang pada
permukaan Fermi mempunyai besar sama dengan kF, seperti (Gambar 5.4), sedemikian
rupa sehingga :
2 2
kF (5.14)
F 2m
Dari Persamaan (5.10) terdapat satu vektor gelombang yang diijinkan untuk
elemen volume (2/L)3 pada ruang k. Jadi dalam bola dengan volume 4k 3/3, jumlah
F
total orbit adalah :
4 k F3 / 3
2. V 3N (5.15)
(2 / L) 3
3 k
2 F
dimana faktor 2 pada ruas sebelah kiri berasal dari dua harga yang diperbolehkan pada
ms, yaitu bilangan kuantum spin, untuk setiap harga k yang diijinkan. Selanjutnya kita
dapatkan :
3 2 N 1/3
k (5.16)
F
V
Gambar 5. 4. Dalam keadaan dasar sistem N elektron bebas menempati orbital sistem
mengisi bola dengan jari-jari kF, dimana F 2k 2 / 2m adalah energi
Persamaan (5.17) menjelaskan ubungan antara energi Fermi dengan konsentrasi elektron
N/V. Kecepatan elektron vF pada permukaan Fermi adalah :
k 3 2 N 1 / 3
(5.18)
v F
F
m m V
Selanjutnya kita lakukan perhitungan terhadap jumlah orbital per satuan daerah
energi, yaitu kerapatan keadaan D(). Kita gunakan persamaan (5.17) untuk jumlah
total orbital pada energi :
V 2m 3 / 2
N 2 2 (5.19)
3
sehingga kerapatan keadaan Gambar 5 adalah :
dN V
2m 3 / 2
D() .
.1 / 2
d 2 2 2 (5.20)
D()
di sini f() adalah fungsi Dirac-Fermi dan D() adalah jumlah orbital persatuan energi.
Kita kalikan identitas
F
F d F d
0
f D() (5.26)
()D() 0 F
F F
Kita ambil
x (-F)/ (5.30)
Dan dari Persamaan (5.29) dan (5.30) maka
2
2 ex
Cel k 0 T D(F ) dxx (5.31)
F/t (e x 1)2
Dengan mengganti batas bawah dengan - karena faktor ex di dalam
pengintegralan adalah sangat kecil pada x = -F/ jika kita berbicara pada temperatur
x 2
dx
x ex 2
2
(5.32)
1) 3
(e
Sehingga kapasitas panas gas elektron persamaan (5.32) menjadi
1 2
C D ( ) k 2 T
(5.33)
el F 0
3
Dari persamaan (5.21) kita dapatkan bahwa
DF 3N / 2F 3N / 2k 0TF
(5.34)
untuk gas elektron bebas dengan k0TF F. Selanjutnya, Persamaan (5.34) menjadi
1 2
C Nk T / T
(5.35)
el 0 F
2
Temperatur Fermi, TF sesungguhnya bukanlah temperatur yang nyata tetapi hanya notasi
dari temperatur referensi
magnet, seperti tampak dalam Gambar 5.14. Jika tidak ada arus yang mengalir keluar
batang dalam arah y maka vy=0. jika medan listrik transversal
eB
Ey c Ex E (5.37)
m x
Kuantitas yang didefinisikan sebagai :
Ey
RH Koefisien Hall (5.38)
jx B
Untuk mengevaluasi model yang sederhana tersebut kita gunakan jx = ne2Ex/m dan
koefisien Hall menjadi :
1
R (5.39)
H
ne
Gambar 5.14. Susunan standar dari efek Hall, sampel dengan tampang lintang
segiempat diletakkan pada medan magnet yang berada dalam arah Z seperti
pada (a). Medan listrik Ex dilewatkan pada salah satu sisi elektroda
menyebabkan arus listrik jx mengalir sepanjang sampel. Kecepatan hanyut
dari elektron yang bermuatan negatif segera terjadi setelah diberi medan
listrik seperti terlihat pada (b). Pembelokan ke arah y ini terjadi karena
adanya medan magnet. Elektron terkumpul pada salah satu sisi dari batang
dan kelebihan ion positif terkumpul pada sisi yang berlawanan sampai seperti
terlihat pada (c), medan listrik tranversal (medan Hall) saling meniadakan
dengan gaya Lorentz yang disebabkan oleh medan magnet.
Daftar Pustaka
1. C. Kittel, Intruduction to Solid State Physics, 6-edition,john Willey &Sons, Inc,
California
2. J. S. Blakemore, Solid State Physics, 2-edition
3. M. A. Omar, Elementary Solid State Phisics : Principles & Application, Addison –
Wesley Publihing, Manila 1975
4. V. Rajendran, A. Marikani, Materials Science, Tata McGraw-Hill Publiching, New
Delhi, 2004