Anda di halaman 1dari 23

HERNIA

Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Tsabitul Ismi
2. Nurul Ifmi Ramadhini
3. Yeni Safitri
4. M. Romy Pardiansyah

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN JENJANG S.1
MATARAM
2020

i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hernia” dalam tugas mata kuliah
keperawatan Medikal Bedah II.
Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pembuatan makalah ini,
namun kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Jika didalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,maka kami
memohon maaf atasnya. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan.
Lebih dan kurangnya di ucapkan Terima Kasih.

Mataram, 12 Maret 2020

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................1
BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT..........................................................2
2.1 DEFINISI...............................................................................................2
2.2 ETIOLOGI.............................................................................................3
2.3 KLASIFIKASI.......................................................................................4
2.4 MANIFESTASI KLINIS.......................................................................5
2.5 PATOFISIOLOGI..................................................................................6
2.6 WOC......................................................................................................7
2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG...........................................................7
2.8 KOMPLIKASI.......................................................................................8
2.9 PENATALAKSANAAN.......................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................11
BAB 1V PENUTUP...........................................................................................19
4.1 Kesimpulan............................................................................................19
4.2 Saran......................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Hernia adalah tonjolan yang timbul apabila pasien menangis, mengejan atau berdiri
dan biasanya menghilang secara spontan bila pasien dalam keadaan istirahat atau
terlentang. Hernia Inguinalis merupakan permasalahan yang bisa ditemukan dalam
kasus bedah. Kasus kegawatandaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat
stragulasi (ireporibel disertai gangguan pasase) dan inkarserasi (ireporibel disertai
ganggua vascularisasi). Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi usus nomor satu dan
tindakan operasi darurat nomor dua setelah apendecitis akut di Indonesia (Zurimi,2019).
Hernia sering terjadi pada orang yang sudah lanjut usia, karena pada usia lanjut
dinding otot polos abdomen sudah lemah, sehingga sangat berpeluang terjadinya hernia.
penyebab penyakit hernia yaitu dengan bekerja berat untuk memenuhi kebutuhan
seperti mengangkat benda berat atau pekerjaan berat, kebiasaan mengkonsumsi
makanan kurang serat, yang dapat menyebabkan konstipasi sehingga mendorong
mengejan saat defekasi (Fachroni, 2017).

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari penyakit Hernia?
2. Bagaimana etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, WOC,
pemeriksaan penunjang, kompilikasi dan pelaksanaan dari penyakit Hernia?

1.3 TUJUAN
1. Apa definisi dari penyakit Hernia?
2. Bagaimana etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, WOC, pemeriksaan
penunjang, kompilikasi dan pelaksanaan dari penyakit Hernia?

1
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT
2.1 DEFINISI
Penyakit Hernia Adalah penyakit yang disebabkan oleh turunnya usus ke
bawah selaput perut sampai ke kantung buah zakar. Penyakit ini sering terjadi pada
pekerja berat yang banyak benda atau barang seperti kuli pelabuhan dan pekerja
pabrik. Penyakit hernia juga bisa menimpa orang yang sering mengejan terlalu kuat,
misalnya peniup saxophone atau balon udara.
Selain pengertian di atas. Hernia (hernia) bisa juga diartikan sebagai
menonjolnya organ dalam tubuh, keluar dari posisi aslinya, dan masuk ke posisi yang
tidak normal melalui suatu defek atau lokasi yang lemah pada dinding rongga tertentu.
Contoh penyakit hernia yang sering di temui adalah hernia inguinalis, yaitu penjololan
organ dalam perut, seperti sebagian usu, kea rah selangkangan , melalui titik lemah
pada dinding perut.
Masyarakat perkotaan relative rentan terhadap penyakit ini. Sebab, orang yang
tinggal di kota besar memiliki lebih banyak aktifitas dan kesibukan. Mereka dituntut
memiliki stamina tinggi. Bila stamina menurun dan hal itu terjadi terus menerus, maka
bersangkutan akan rentan terhadap penyakit hernia ini.
Bila terdapat suatu efek pada dinding rongga perut, maka akibat tekanan
intraabdominal yang meninggi suatu alat tubuh yang dapat terdorong keluar melalui
defek itu. Hal ini sudah di uraikan pada hernia diafragmatik; sebagai lambung dapat
terdesak keluar rongga dada. Hernia yang tidak tampak dari luar tersebut” internal
hernia”. Di temukan lebih banyak “external hernia”, yaitu yang tampak dari luar
seperti hernia umbilical, inguinal, femoral, dsb.
External hernia inguinal di bagi atas bentuk direk atau inirek. Pada jenis yang
direk, maka sebagai usus keluar melalui segitiga hesselbach ( merupakan bagian
dengan daya tahan dinding rongga perut yang lemah atau locus minoris resistentiae)
masuk kedalam scrotum. Karena segituga hesselbach terletak medial terhadap a.
Epigastrica dan ductus spermiticus, maka jenis hernia yang direk ini juga disebut
hernia iguinal medial, dan selalu merupakan suatu hernia yang di dapat pada hernia

2
yang inderek ( oblique) maka sebagian usus keluar melalui ductus spermaticus yang
terletak sebelah lateral dari a. epigastrica inferior mengikuti canalis inguinalis yang
berjalan miring (oblique) dari lateral atas kemedail bawah masuk kedalam scrotum.
Juga disbut hernia inguinal lateral atau oblique dan biasanya merupakan hernia yang
congenital. Kongenital karena yang melalui suatu tempat yang juga merupakan
kelemahan kongeital. Karena usus keluar rongga perut masuk ke dalam scrotum dan
jelas tampak dari luar maka hernia inguinal disebut juga “external”
Jika liang hernia cukup besar maka isinya (usus0 dapat didorong, masuk lagi
dandisbut reponibel, jika tidak dapat masuk lagi maka disebut incarcerate. Pada
keadaan ini terjadi bendungan pembuluh-pembuluh darah yang disebut strangulasi.
Akibat gangguan sirkulasi darah akan terjadi kematian jaringan setempat yang disbut
infrak.
Infrak pada usus disertai dengan rasa nyeri yang sekonyong-konyong dan
pendarahan , karena itu disebut pula infrak hemoragik atau onfrak merah. Bagian usus
yang nekrotik itu berwarna merah kehitam-hitaman dengan dinding yang menebal
akibat bendungan dalam vena. Darah dapat juga dapat masuk kedalam bagian usus itu
atau kedalam kantong hernia. Akibat infeksi kuman yang ada di dalam rongga usus
yang berendung itu mudah terjadi pembusukann (gangrene).
Hernia yang menunjukan stangulasi pembuluh darah dan tanda-tanda
inkarserasi akan menimbulkan gejala-gejala ileus. Karena usus besar terikat oleh
dinding perut, amka jika terjadi suatu hernia hanya sebagian dinding usus besar yang
masuk kedalam kantong hernia, sehingga tidak menimbulkan inkarserasi dan disebut
hernia richter (Ratu, 2013).

2.2 ETIOLOGI
Hal yang mengakibatkan hernia menurut Haryono (2012) adalah:
1. Kelainan kongenital atau kelainan bawaan
2. Kelainan didapat, meliputi:
1) Jaringan kelemahan
2) Luasnya daerah di dalam ligamen inguinal

3
3) Trauma
4) Kegemukan
5) Melakukan pekerjaan berat
6) Terlalu mengejan saat buang air kecil atau besar (Haryono, 2012).

2.3 KLASIFIKASI
1. Berdasarkan terjadinya dibagi menjadi:
1) Hernia congenital / bawaan.
2) Hernia akuisita
2. Berdasrkan sifatnya hernia terbagi menjadi:
1) Hernia reponible yaitu bila isi hernia dapat dimasukkan kembali. Usus keluar
bila berdiri atau mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong
masuk. Tidak terdapat keluhan atau gejala obstruktif.
2) Hernia ireponible yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan
kedalam rongga, hal ini disebabkan perlengketan isi usus pada peritoneum
kantong hernia. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda sumbatan usus.
3. Berdasarkan isinya hernia dibagi menjadi:
1) Hernia adipose, yaitu hernia yang isinya jaringan lemak.
2) Sanding hernia, yaitu hernia yang isinya kembali sebagai dari dinding
kantong hernia.
3) Hernia litter, hernia inkaserata/ strangulasi yang sebagian dinding ususnya
terjepit dalam cincin hernia.
4. Berdasarkan macam hernia
1) Inguinalis indrirect
Batang usus melewati cincin abdomen dan mengikuti saluran sperma masuk
kedalam kanalis inguinalis.
2) Inguinalis direct
Batang usus melewati dinding inguinal bagian posterior.
3) Femoral
Batang usus melewati femoral ke bawah ke dalam kanalis femoralis.

4
4) Umibilikal
Batang usus melewati cincin umbilical
5) Insicional
Batang usus atau organ lain menonjol melalui jaringan perut yang lemah
(Dermawan, 2010).

2.4 MANIFESTASI KLINIS


1. Gejala umum penyakit hernia
Rasa nyeri atau tidak nyaman, serta pembengkakan lokal di bawah perut atau di
daerah selangkangan. Pada lokasi terjadinya penyakit ini akan terasa nyeri, sedikit
benjolan dengan keras akan mengendor, dan benjolan perlahan menghilang.
Berikut ini gejala hernia yang mungkin bisa dipakai sebagai acuan antara lain:
1) Pertama, rasa nyeri disekitar perut bagian bawah;
2) Kedua, adanya benjolan usus di perut bagian bawah; dan
3) Ketiga, rasa nyeri akan bertambah jika berkerja berat, mengangkat beban,
ataupun batuk terus-menerus.
2. Gejala khusus penyakit hernia
1) Reponible: benjolan di bawah lipatan paha atau umbilicus tampak keluar
masuk (kadang-kadang terlihat menonjol, kadang-kadang tidak . benjolan ini
membedakan hernia dari tumor yang umumnya menetap. Ini adalah tanda
yang paling sederhana dan ringan yang bisa dilihat dari hernia eksternal.
Bisa dilihat secara kasat mata dan diraba, bagian lipat paha dan umbilicus
akan terasa besar sebelah.
2) Irreponible : benjolan yang ada sudah menetap, baik di lipat paha maupun
di daerah pusat. Pada hernia inguinalis misalnya, air atau usus atau oemntum
(penggantungan usus) masuk ke dalam rongga yang terbuka kemudian
terjepit dan tidak bisa keluar lagi.
3) Incarcerate : benjolan sudah semakin menetap karena sudah terjadi
sumbatan pada saluran makanan sudah terjadi di bagian tersebut.

5
4) Strangulate : ini adalah tingkatan hernia yang paling parah karena
pembuluh darah sudah terjepit, selain benjolan dan gejala klinis pada
tingkatan incarcerate, gejala lain juga muncul, seperti demam dan dehidrasi.
Bila terus didiamkan lama-lama pembuluh darah di daerah tersebut akan
mati dan akan terjadi penimbunan racun yang kemudian akan menyebar ke
pembuluh darah. Sebagai akibatnya, akan terjadi sepsis yaitu beredarnya
kuman dan toxin di dalam darah (Ratu, 2013).

2.5 PATOFISIOLOGI
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus bulan kedepan kehamilan
terjadi. Densdensus testiculorum melalui kanalis tersebut. Penurunan testis itu akan
menarik peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritoneal.
Bila bayi baru lahir umumnya prosesus ini telah mengalami obiterasi sehingga isi
perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tapi dalam beberapa hal sering belum
menutup karena testis turm lebih dulu dari kanal, maka kanals inguinalis kanan lebih
sering terbuka.
Pada orang tua, kanal 1 hari telah menutup. Namun karena daerah itu merupakan
lobus minosy resistance maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra
abdominal meningkat benda berat, mengejan saat defekasi, dan mengejan pada saat
miksi, menjadi akibat hipertropi prostal.
Hernia bisa terjadi karena hasil dari adanya defek (lubang), bisa terjadi karena
kelainan kongenital. Biasanya hernia bersifat kongenital dan disebabkan oleh kegagalan
penurunan procuesus vaginalis (kantong hernia). Hernia ini bisa juga terjadi karena
kelemahan otot pada dinding abdomen dan adanya peningkatan tekanan intra abdomen
disebabkan oleh kehamilan, kerja keras mengejan pada waktu BAB dan miksi, batuk
menahuin. Hernia bisa terjadi jika terdapat defek tersebut dan adanya tekanan intra
abdomen (Dermawan,2010).

6
2.6 WOC

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien hernia adalah:
1. Lab darah: hematologi rutin, BUN, kreatinin dan elektrolit darah.
2. Radiologi, foto abdomen dengan kontras barium, flouroskopi.
3. USG
4. Foto rotogen dengan barium
5. MRI (Dermawan, 2010).

7
2.8 KOMPLIKASI
1. Ileus
2. Terjadi peningkatan antara isi hebura dengan dinding kartona hernia, sehingga isi
hernia tidak dapat dimasukkan kembali.
3. Terjadi penekanan terhadap cincin hernia, akibat makin bertambah atau banyaknya
usus yang masuk.
4. Bila inkaserata dibiarkan maka akan timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluh darah dan terjadi nekrosis (Dermawan, 2010).

2.9 PENATALAKSANAAN
1. Menurut Amin & Kusuma (2015) penanganan hernia ada dua macam:
1) Konservatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan
reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi
hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitif sehingga
dapat kambuh kembali. Adapun tindakannya terdiri atas:
a. Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam
kavum peritoneum atau abdomen. Reposisi dilakukan secara manual.
Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara
memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau
kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami
sklerosis atau penyempitan sehingga isi hernia keluar dari kavum
peritoneum.
c. Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
2) Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada hernia
reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia inkarserata. Operasi
hernia ada 3 macam:

8
a. Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke
kavum abominalis
b. Hernioraphy
Mulai dari mengangkat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint
tendon (penebalan antara tepi bebas musculus obliquus intra abominalis
dan musculus tranversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum
pubicum).
c. Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum inguinale agar LMR hilang/
tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty
pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam menurut
kebutuhannya (Kusuma, 2015).
2. Efektifitas Terapi Relaksasi Genggam Jari Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien
Post Operasi Hernia
Menggenggam jari sambil menarik nafas dalamdalam (relaksasi) dapat
mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman
jari akan menghangatkan titik-titik keluar dan masuknya energi pada meridian
(energi channel) yang terletak pada jari tangan kita. Relaksasi merupakan suatu
usaha menurunkan nyeri atau menjaga agar tidak terjadi nyeri yang masih berat
dengan menurunkan ketegangan otot. Relaksasi yaitu suatu cara mengurangi
rangsangan nyeri dengan mengistirahatkan atau relaksasi pada otot-otot tubuh,
teknik ini mudah dipelajari oleh Pasien Post Operasi Hernia dengan melakukan
nafas dalam, pola pernafasan yang Teratur dan rileks serta petunjuk cara
Melepaskan endorfin dalam tubuh atau relaksasi Alami dalam tubuh dalam keadaan
normal (Fachrini, 2017).
3. Mobilisasi Dini Post Herniatomi
Proses mobilisasi dini post herniatomi dipengaruhi juga karena efek anastesi
yang diberikan pada pasien sebelum dilakukan pembedahan dimana tindakan
pembedahan pada pasien post herniatomi tanpa komplikasi rata-rata pasien setelah

9
operasi 6 jam kemudian dapat bergerak badan seperti miring ke kiri dan ke kanan,
tetapi belum bisa mengangkat kepala karena efek obat anestesi yang diberikan
nanti setelah 1 x 24 jam baru pasien dianjurkan mengangkat kepala dan
diperbolehkan untuk duduk di atas tempat tidur, kemudian pada post operasi hari
kedua pasien sudah dapat diperbolehkan mobilisasi dini seperti turun dari tempat
tidur dan bisa jalan seminal mungkin secara bertahap. pasien pasca operasi
diharapkan dapat melakukan mobilisasi sesegera mungkin. Mobilisasi secara
bertahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Manfaat
dari mobilisasi tersebut untuk peningkatan sirkulasi darah yang dapat
menyebabkan pengurangan rasa nyeri. Bila tidak dilakukan mobilisasi hal ini yang
mengakibatkan terjadinya gangguan pergerakan sehingga aktivitas sehari-hari
dapat terganggu. Kondisi yang seperti ini mengharuskan adanya asuhan
keperawatan yang tepat agar dapat mencapai kesehatan yang optimal serta untuk
menghindari komplikasi pada pasien dengan post operasi hernia (Zurimi, 2019).

10
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
1) Identitas Klien
Pada pasien hernia adalah riwayat pekerjaan biasanya mengangkat benda
berat, nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk dan bersin Discharge Planing pasien adalah hindari mengejan,
mengangkat benda berat, menjaga balutan luka operasi tetap kering dan
bersih, biasanya penderita hernia yang sering terkena adalah laki-laki pada
hernia inguinalis dan pada heria femoralis yang sering terkena adalah
perempuan untuk usia antara 45-75 tahun.
2) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus hernia adalah terasa nyeri. Nyeri
tersebut adalah akut disebabkan oleh diskontinuitas jaringan akibat tindakan
pembedahan ( insisi pembedahan ). Dalam mengkaji adanya nyeri, maka
digunakan teknik PQRST.
a. P= Provoking: Merupakan hal - hal yang menjadi faktor presipitasi
timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian tubuh yang
menjalani prosedur pembedahan dan biasanya nyeri akan bertambah
apabila bersin, mengejan, batuk kronik dll.
b. Q= Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, ditekan, ditusuk-tusuk,
diremas.
c. R= Region: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi.
d. S= Scale of pain: Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang
dialaminya dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran 1 - 10.

11
e. T=Time: Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan
dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari hernia,
yang nantinya membantu dalam rencana tindakan terhadap klien. Ini bisa
berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut sehingga nantinya bisa di
tentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh mana yang terkena. merasa
ada benjolan di skrotum bagian kanan atau kiri dan kadang-kadang
mengecil/menghilang. Bila menangis, batuk, mengangkat beban berat akan
timbul benjolan lagi, timbul rasa nyeri pada benjolan dan timbul rasa
kemeng disertai mual-muntah. Akibat komplikasi terdapat shock, demam,
asidosis metabolik, abses, fistel, peritonitis. Pada pasien post operasi hernia
juga akan merasakan nyeri dimana nyeri tersebut adalah akut karena
disebabkan oleh diskontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan (insisi
pembedahan).
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi
faktor predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda berat,
riwayat penyakit menular atau penyakit keturunan, serta riwayat operasi
sebelumnya pada daerah abdomen atau operasi hernia yang pernah dialami
klien sebelumnya.
5) Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu diketahui apakah ada anggota keluarga lainnya yang menderita sakit
yang sama sepert klien, dikaji pula mengenai adanya penyakit keturunan
atau menular dalam keluarga.
6) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan. Empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan yakni keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.
Faktor pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan klinik kesehatan dan
fasilitas kesehatan lainya, faktor perilaku meliputi antara lain perilaku
mencari pengobatan dan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan faktor

12
lingkungan antara lain kondisi lingkungan yang sehat dan memenuhi
persyaratan. Kerja otot yang terlalu kuat, mengangkat beban yang berat,
batuk kronik, mengejan sewaktu miksi dan defekasi, peregangan otot
abdomen karena peningkatan tekanan intra abdomen (TIA). Seperti obesitas
dan kehamilan, kelemahan abdomen bisa disebabkan kerena cacat bawaan
atau keadaan yang didapat sesudah lahir dan usia dapat mempengaruhi
kelemahan dinding abdomen (semakin bertambah usia dinding abdomen
semakin melemah). Peningkatan tekanan intra abdomen diantaranya
mengangkat beban berat, batuk kronis, kehamilan, kegemukan dan gerak
badan yang berlebih (Nuari, 2015).
7) Status Nutrisi dan Cairan.
Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan dan
minum klien dalam sehari. Kaji apakah klien mengalami anoreksia,mual
atau muntah dan haus terus menerus. Kaji selera makan berlebihan atau
berkurang, ataupun adanya terapi intravena, penggunaan selang NGT,
timbang juga berat badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta
hitung berat badan ideal klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi.
2. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan klien dengan hernia biasanya mengalami kelemahan serta tingkat
kesadaran compos mentis. Tanda vital pada umumnya stabil kecuali akan
mengalami ketidakstabilan pada klien yang mengalami perforasi appendiks.
2) B1 Sistem Pernafasan (Breathing) Bentuk hidung simetris keadaan bersih
tidak ada sekret, pergerakan dada simetris, Irama nafas regular tetapi ketika
nyeri timbul ada kemungkinan terjadi nafas yang pendek dan cepat. Tidak
ada nyeri tekan pada dada, tidak ada retraksi otot bantu nafas, gerakan fokal
fremitus antara kanan dan kiri sama, pada hernia inkarcerata dan strangulata
di jumpai adanya peningkatan RR (> 24 x /mnt) pada perkusi terdapat bunyi
paru resonan, suara nafas vesikuler tidak ada suara tambahan seperti ronkhi
dan whezzing.

13
3) B2 Sistem Kardiovaskuler (Blood) Konjungtiva normal tidak terdapat
sianosis, tidak ada peningkatan JVP, tidak ada clubbing finger, CRT < 3
detik, tidak terdapat sianosis, peningkatan frekuensi dan irama denyut nadi
karena nyeri, terdapat bunyi jantung pekak/redup, bunyi jantung tidak disertai
suara tambahan, bunyi jantung normal S1 S2 tunggal lup dup.
4) B3 Sistem Persyarafan (Brain) Umumnya pada pasien hernia tidak
mengalami gangguan pada persyarafannya, namun gangguan bisa terjadi
dengan adanya nyeri pada post operasi sehingga perlu dikaji nilai GCS.
5) B4 Sistem Perkemihan (Bladder) Pada Post Operasi kaji apakah terdapat
benjolan pada abdomen bagian bawah / kandung kemih. Pada hernia
inkarcerata dan strangulata di jumpai penurunan produksi urine. Ada
tidaknya nyeri tekan pada kandung kemih. Kaji PQRST.
a. P= Provoking: Merupakan hal - hal yang menjadi faktor presipitasi
timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada bagian tubuh yang
menjalani prosedur pembedahan dan biasanya nyeri akan bertambah
apabila berdin mengejan batuk kronik dll.
b. Q= Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, ditekan, ditusuk-tusuk,
diremas.
c. R= Region: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar
atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi
d. S= Scale of pain: Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang
dialaminya dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran 1 - 10.
e. T= Time: Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan
dalam kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk.
6) B5 Sistem Pencernaan (Bowel) Dikaji mulai dari mulut sampai anus, tidak
ada asites, pada pasien post-op biasanya sudah tidak ada benjolan pada
abdomen, pada pasien post-op biasanya ada nyeri tekan, tidak ada distensi
abdomen. Terdapat suara tympani pada abdomen, Peristaltik usus 5-
21x/menit.

14
7) B6 Sistem Muskuluskeletal (Bone) Biasanya post operasi herniotomy secara
umum tidak memiliki gangguan, tetapi perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas
atas dan bawah,dengan nilai kekuatan otot (0-5), adanya kekuatan pergerakan
atau keterbatasan gerak. Terdapat lesi/ luka. Kaji keadaan luka apakah
terdapat push atau tidak, ada tidaknya infeksi, keadaan luka bersih atau
lembab.
8) B7 Sistem Penginderaan Pada post herniotomy pada sistem ini tidak
mengalami gangguan baik pengindraan, perasa, peraba, pendengaran dan
penciuman semua dalam keadaan normal.
9) B8 Sistem Endokrin Pada sistem endokrin tidak terdapat pembesaran kelenjar
thyroid dan kelenjar parotis.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Resiko defisist volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan
pasca operasi (puasa)
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskortuitas jaringan akibat
pembedahan
3. Resiko perdarahan dengan luka insisi pembedahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan mikroorganisme skunder terhadap luka post
oprasi
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
6. Kurang pengetahuan tentang hernia berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan muntah pra operasi, pembatasan
paoperasi pemabtasan pasca operasi (puasa)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, diharapkan
kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :

15
1) Membrane mukosa lembab
2) Turgor kulit elastic
3) Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi :
a. Pantau TTV
b. Monitor tanda-tanda pendarahan
c. Pantau pemasukan dan haluaran
d. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan IV
e. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian tnasfusi darah
f. kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk mengatasi perdarahan.
2. Nyeri (akut) berhubungan dengan diskontuinitas jaringan akibat pembedahan.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri
hilang atau berkurang.
Kriteria hasil:
1) Rasa nyeri berkurang atau hilang:
2) TTV dalam batasan normal
3) Klien tampak tenag dan rileks.
Intervensi :
1) Pantau TTV
2) Kaji intensitas dan skala nyeri, catat lokasi karakteristik nyeri
3) Anjurkan klien istirahat di tempat tidur
4) Atur posisi klien senyaman mungkin
5) Ajarkan tehnik relaksasi dan napas dalam
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
3. Resiko perdarahan berhubungan luka insisi pembedahan
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan tidak
terjadi perdarahan.
Kriteria hasil:
1) Tidak terjadi perdarahan
2) TTV dalam batas normal

16
3) Luka bersih tidak lembab dan kotor
Intervensi:
1) Pantau TTV
2) Monitor tanda-tanda perdarahan
3) Pantau masukan dalam haluaran
4) Kolaborasi dengam dokter dalam pemberian cairan IV
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian transfuse darah
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat untuk mengatasi perdarahan
4. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder terhadap
luka post operasi
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan tidak
terjadi infeksi
Kriteria hasil:
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi
2) Luka bersih, tidak lembab dan kotor
3) TTV dalam batas normal
Intervensi :
1) Pantau TTV
2) Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptik
3) Ganti balutan luka operasi secara teratur dan sewaktu-waktu bila kotor
4) Jika ditemukan tanda infeksi, kolaborasi untuk pemeriksaan darah
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic
5. Keterbatasan aktivitas berhubungan dengan efek sekunder terhadap luka post
operasi
Tujuan : setelah dilakukan tindak keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan klien
dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri.
Krteria hasil:
1) Mammpu memenuhi kebutuhan diri
2) Mampu memerlukan aktivitas tanpa di bantu
3) Mampu melakukan aktivitas tanpa nyeri

17
4) Skala nyeri 0-3
Intervensi:
1) Kaji keadaan umum klien
2) Kaji ketidakmampuan klien dalam beraktivitas
3) Berikan istrahat yang cukup
4) Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan diri
5) Berikan aktivitas secara bertahap
6. Kurang pengetahuan tentang hernia berhubungan dengan terpaparnya informasi.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 24 jam, diharapkan
pengetahuan klien tentang hernia bertambah.
Kriteria hasil:
1) Klien mengerti tentang penyakit hernia
2) Klien mengerti tentang penyebab hernia
3) Klien mengerti tentang cara perawatan luka akibat pembedahan
Intervensi :
1) Kaji kemauan dan kemampuan klien untuk belajar
2) Terangkan mengenai penyakit sesuai kemampuan dapat diterima klien
3) Berikan informasi dalam bentuk lisan maupun tulisan
4) Demonstrasikan cara perawatan luka

18
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hernia merupakan suatu penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui defek
fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara kongenital yang memberi
jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.
Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau melebar,
akibat tekanan rongga perut yang meninggi.
4.2 Saran
Melihat kondisi masyarakat desa Baturejo saat ini, memang diperlukan edukasi
yang lebih terkait tentang penyakit hernia. Edukasi akan lebih efektif
diberikan kepada masyarakat yang berpendidikan agar tingkat pemahamannya juga
lebih baik, kemudian mereka akan membantu tenaga kesehatan dalam menyampaikan
informasi tentang hernia kepada keluarga dan masyarakat lain. Hal itu akan memiliki
efek yang positif, karena tingkat pemahaman tentang faktor penyebab hernia ini akan
terus berkembang dengan sendirinya, serta tenaga kesehatan hanya perlu memberi
informasi tambahan seperti cara pengobatan dan sebagainya bagi penderita hernia.

19
DAFTAR PUSTAKA
Courtney. 2010. Buku Saku Ilmu Bedahsabiston. Jakarta: EGC.
Dermawan, dkk. 2010. KEPEEAWATAN MEDIKAL BEDAH (SISTEM PENCERNAAN).
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Fachroni, dkk. 2017. EFEKTIFITAS TERAPI RELAKSASI GENGGAM JARI
TERHADAP TINGKAT NYERI PADA PASIEN POST OPERASI HERNIA DI
RSUD RA .KARTINI JEPARA. Jurnal Keperawatan, 2-11.
Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem
Pencernaan.Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Nuari, N.A (2015). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta:
Trans Info Media.
Ratu, dkk. 2013. Penyakit Penyakit Hati, Lambung, Usus, dan Ambeien. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Zurimi, Suardi. 2019. PENGARUH PEMBERIAN MOBILISASI DINI TERHADAP
PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST HERNIATOMI INGUINALIS
LATERALIS DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA AMBO. GLOBAL HEALTH
SCIENCE, (4), 182-188.

20

Anda mungkin juga menyukai