Anda di halaman 1dari 9

Laporan Praktikum

Fenomena Dasar Mesin

Kalorimeter BOM

Disusun Oleh:

Kelompok : 4E
Vito Ismael Kemas 13117045
M. Dzaki Irfan Pahlevi 13117081
Dzakwan Nabih 13117128

Tanggal Praktikum : 05 Maret 2020


Pukul : 15.00-17.00
Asisten:
Anindya Triana Oktavia 13116143

Program Studi Teknik Mesin


Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
2020
I. Tujuan Percobaan
- Menghitung nilai kalor bahan bakar cair dengan menggunakan kalorimeter
bom.
- Menghitung nilai kalor bahan bakar padat dengan menggunakan kalorimeter
bom.

II. Prosedur Percobaan


Prosedur Persiapan:
1. Kami menyiapkan peralatan meliputi bom, gelas ukur, crucible, dan jaket
kalorimeter.
2. Kami menggunakan crucible untuk bahan bakar padat dan kapsul untuk bahan
bakar cair.
3. Kami menimbang massa kosong dari crucible dan kapsul dengan timbangan.
4. Kami berdiskusi dan akhirnya memilih avtur sebagai bahan bakar cair dan
batu bara sebagai bahan bakar padat.
5. Kami mengisi crucible dan kapsul dengan sampel bahan bakar kemudian
menimbang massanya, pun dengan kawat atau benang pemantik yang
digunakan.

Gambar 2.1
Proses penimbangan kawat dan benang pemantik

6. Kami meletakkan pada rangka elektroda dan kemudian menyambungkan kabel


pemantik ke terminal. Dipastikan pula kabel pemantik menyentuh sampel agar
terjamin akan terjadi pembakaran. Untuk bahan bakar padat, kami memakai
benang pemantik untuk meneruskan bunga api dari kabel ke bahan bakar.
7. Kami meneteskan sekitar 5-7 tetes aquades ke dalam bejana tekan.
8. Kami menutup bejana lalu mengencangkan tutup dari kalori bom dengan erat.
9. Kami mengisi bom dengan oksigen dengan tekanannya diatur 40 atm.
Gambar 2.2
Pengaturan tekanan oksigen hingga mencapai 40 atm

10. Kami mengisi ember kalorimeter dengan 2L air.


11. Kami menaruh bom ke dalam air dari gelas ukur tadi.
12. Kami memasang selubung kalorimeter dan memastikan pengaduk dan
termometer tidak menyentuh sisi dari gelas ukur.

Prosedur Pengukuran:
1. Kami menyalakan motor pengaduk dari kalorimeter dan stopwatch.
2. Setelah kira-kira satu menit, kami mengamati temperatur untuk dicatat. Untuk
tahap berikutnya dilakukan pengamatan tiap menit.

Gambar 2.3
Proses pemasangan thermometer untuk mengukur temperature air.

3. Ketika sudah steady, kami menekan tombol ignition lalu pengamatan


temperatur dilakukan setiap 15 detik.
4. Setelah mencapai temperatur maksimum, kami melakukan pengamatan tiap
menit sampai tidak ada perubahan temperatur.
5. Setelah pengamatan terakhir, kami mematikan motor pengaduk dan membuka
kalorimeter sesuai prosedur untuk membuka kalorimeter.
6. Kami memeriksa isi dari bom dan menimbang kawat pemantik yang tersisa.

Prosedur Membuka Kalorimeter:


1. Kami melepas termometer dari bom kalorimeter.
2. Kami membuka tutup selubung kalorimeter.
3. Kami melepas sambungan listrik dari bom dan memastikan agar tidak terkena
air.
4. Kami mengangkat bom dari gelas ukur untuk mengeluarkan gas yang dari
dalam bom secara perlahan sampai tekanan internalnya sama dengan tekanan
atmosfer.

Gambar 2.4
Pengangkatan bom dari ember.

5. Kami membuka tutup dari bom dan meletakkannya pada rangka yang telah
disediakan.
6. Kami membersihkan semua peralatan dan mengeringkannya lalu
mengembalikannya ke tempat semula.
III. Data Pengamatan

Tabel 1. Massa objek hasil pengukuran


Objek Massa Awal Massa Akhir

Avtur 275.7 mg 0 mg

Batu Bara 1049.4 mg 0 mg

Kawat pemantik avtur 15.4 mg 5 mg

Kawat pemantik Batu Bara 17.2 mg 2 mg

Kapsul (untuk BB cair) 74.9 mg 0 mg

Benang (untuk BB padat) 31.7 mg 0 mg

Tabel 2. Data temperatur vs. waktu dari bahan bakar cair (Avtur)
Setelah Mencapai Temperatur
Sebelum Penyalaan Setelah Penyalaan Maksimum
O O
t(j:m:d) T( C) t(j:m:d) T( C) t(j:m:j) T(OC)
0:01:00 25.12 0:10:15 25.55 0:15:00 26.64
0:02:00 25.15 0:10:30 26.1 0:16:00 26.64
0:03:00 25.17 0:10:45 26.25 0:17:00 26.65
0:04:00 25.18 0:11:00 26.4 0:18:00 26.65
0:05:00 25.2 0:11:15 26.48    
0:06:00 25.21 0:11:30 26.5    
0:07:00 25.22 0:11:45 26.53    
0:08:00 25.23 0:12:00 26.55    
0:09:00 25.25 0:12:15 26.57    
0:10:00 25.25 0:12:30 26.59    
  0:12:45 26.6    
  0:13:00 26.6    
  0:13:15 26.61    
  0:13:30 26.62    
  0:13:45 26.62    
  0:14:00 26.62    
Tabel 3. Data temperatur vs. waktu dari bahan bakar padat (Batu Bara)
Setelah Mencapai Temperatur
Sebelum Penyalaan Setelah Penyalaan Maksimum
O O
t(j:m:d) T( C) t(j:m:d) T( C) t(j:m:d) T(OC)
0:01:00 25.43 0:09:15 25.6 0:16:00 27.5
0:02:00 25.44 0:09:30 26 0:17:00 27.5
0:03:00 25.45 0:09:45 26.45 0:18:00 27.5
0:04:00 25.46 0:10:00 26.75    
0:05:00 25.48 0:10:15 26.93    
0:06:00 25.49 0:10:30 27.05    
0:07:00 25.5 0:10:45 27.15    
0:08:00 25.51 0:11:00 27.2    
0:09:00 25.51 0:11:15 27.24    
    0:11:30 27.3    
    0:11:45 27.34    
    0:12:00 27.35    
    0:12:15 27.36    
    0:12:30 27.39    
    0:12:45 27.41    
    0:13:00 27.42    
    0:13:15 27.43    
    0:13:30 27.44    
    0:13:45 27.45    
    0:14:00 27.46    
    0:14:15 27.47    
    0:14:30 27.47    
    0:14:45 27.48    
    0:15:00 27.48    

Tabel 4. Kondisi ruangan praktikum


Kondisi Temperatur Ruangan Tekanan Ruangan

Sebelum Eksperimen 26oC 749 mmHg

Setelah Eksperimen 26oC 749 mmHg


IV. Perhitungan dan Analisis

Temperatur Avtur
27

26.5
Temperatur (C)

26

25.5

25

24.5

24
0:00:00 0:02:52 0:05:45 0:08:38 0:11:31 0:14:24 0:17:16 0:20:09
Waktu

Dari grafik di atas, dapat dilihat temperatur air relatif konstan hingga menit ke-10.
Saat menit ke-10 dilakukan ignition sehingga terjadi pembakaran bahan bakar dan temperatur
naik dengan cepat hingga menit ke-15. Setelah itu temperatur kembali konstan karena
keadaan sudah steady.

Temperatur Serbuk Batubara


28
27.5
27
Temperatur

26.5
26
25.5
25
24.5
24
0:00:00 0:02:52 0:05:45 0:08:38 0:11:31 0:14:24 0:17:16 0:20:09
Waktu

Dari grafik di atas, dapat dilihat temperatur air relatif konstan hingga menit ke-8. Saat
menit ke-8 dilakukan ignition sehingga terjadi pembakaran bahan bakar dan temperatur naik
dengan cepat hingga menit ke-15. Setelah itu temperatur kembali konstan karena keadaan
sudah steady.

Berdasarkan hasil perhitungan, Berikut adalah perbandingan antara nilai HHV


perhitungan dengan nilai HHV referensi:
Jenis Bahan Bakar HHV Perhitungan (kJ/kg) HHV Referensi (kJ/kg)
Batu Bara 18079.28 20830
Avtur 44845.65 42565.8

Dari hasil perhitungan Heating Value (HV) batu bara didapatkan bahwa dalam
praktikum ini, kemungkinan besar jenis batu bara yang digunakan adalah jenis batu bara Sub-
Bituminous C karena hasil perhitungan HV yang paling mendekati dengan nilai referensi
adalah jenis batu bara tersebut dengan sedikit penyimpangan. Dari hasil perhitungan juga
dapat diketahui bahwa nilai avtur yang didapatkan mendekati nilai HV referensi avtur.
Diduga penyimpangan dalam perhitungan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya
kesalahan dalam pembacaan temperatur, kualitas bahan bakar yang sedikit berbeda,
pembacaan waktu dan massa, serta kesalahan dalam menentukan keadaan steady state
(keadaan belum steady state, namun tombol ignition sudah dinyalakan).
Dari hasil percobaan pula, kualitas dari bahan bakar avtur lebih baik daripada batu
bara. Terbukti bahwa dari massa avtur yang lebih kecil dibanding batu bara mampu
menghasilkan heating value yang lebih besar. Sehingga untuk menjadi bahan bakar pilihan
yang lebih baik adalah avtur karena dapat memberi energi yang lebih besar dengan massa
yang relatif sedikit.
Fenomena yang terjadi dalam praktikum ini adalah adanya air yang terkondensasi,
karena ada uap H2O yang dihasilkan dari pembakaran fuel dan juga ada panas yang
dihasilkan dari air aquades. Ketika aquades yang didrop ke dalam bom mendapat panas dari
pembakaran fuel (panas selebihnya digunakan untuk memanaskan bom), aquades menguap
menjadi uap air. Kemudian pembakaran menghasilkan uap air dan bom mencapai tempratur
tinggi relatif thd temperatur air diluar bom, sehingga bom melepas panas untuk mencapai
kesetimbangan termal dgn air diluar bom. ketika sistem mencapai kesetimbangan termal,
temperatur uap H2O hasil pembakaran dan temperatur aquades di dalam bom juga harus
mencapai kesetimbangan dengan temperatur akhir bom (yang lebih rendah dibanding ketika
awal pembakaran), uap air hasil pembakaran dan aquades melepaskan panas sehingga
mendingin dan mengkondensasi.

Gambar 4.1
Kondensasi pada bom
Alasan menggunakan aquades adalah karena aquades adalah H 2O murni, dengan
properti yang sudah diberikan dan dapat digunakan dalam perhitungan. Selain itu, jika bukan
air H2O murni, akan terdapat senyawa lain di dalam air tersebut sehingga property nya akan
berbeda dan memengaruhi hasil pengukuran

V. Kesimpulan
Berdasarkan data temperatur yang didapat pada percobaan, didapat:
- HHV untuk bahan bakar avtur adalah sebesar 44845.65107 kJ/kg.
- HHV untuk bahan bakar Batu Bara adalah 18079.28159 kJ/kg. Diduga batu
bara yang digunakan ialah jenis Sub-Bituminous C

Anda mungkin juga menyukai