Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KMB II

TENTANG

HEMATIMISIS MELENA.

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7:

1. Linda Ade Pratma


2. Lindayati
3. Nisya Rofiko TJ
4. Nurul Diah Anggriani

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

MATARAM TAHUN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kesehatan
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah II. Tak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan pengarahan sehingga kami
dapat menyesuaikan tugas ini dengan baik.

Akhirnya, penulis memohon taufik dan hidayahnya-Nya semoga makalah ini dapat
berguna bagi semua orang. Namun kekurangan pasti ada, untuk itu kritik dan saran sangat
kami harapkan.

Mataram, 10 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Hematisis Melena.................................................................................3


2.2 Etiologi Hematisis Melena.................................................................................3
2.3 Manifestasi Klinis Hematisis Melena................................................................4
2.4 Patofisiologi Hematisis Melena.........................................................................5
2.5 Pathway Hematisis Melena................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Penunjang Hematisis Melena.......................................................7
2.7 Komplikasi Hematisis Melena...........................................................................7
2.8 Penatalaksanaan Hematisis Melena...................................................................8
2.9 ASKEP Hematimisis Melena.............................................................................9
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pencernaan atau system gastrointestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencerna menjadi zat-zat gizi dan energy, menyerap zat-zat gizi kedalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna ataupun merupakan sisa
proses tersebut dari tubuh.(Haryno,2012).

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar
dan mempersiapkannya untuk diserap tubuh dengan jalan proses pencernaa
(penguyahan, penelanan dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang
mulai dari (oris) sampai anus. (Dermawan dan Tutik, 2010).

Fungsi uatama system penceraan adalah memindahkan zat nutrient (zat yang sudah
dicerna ), air, dan garam yang berasal dari zat makanan ke lingkungan dalam untuk
didistribusikan ke sel-sel melalui system sirkulasi. Agar makanan dapat dicerna secara
optimal dalam saluran pencernaan maka saluran pencernaa harus memiliki persediaan
air, elektrolit, dan makanan yang terus menerus.(Dermawan dan Tutik,2010).

Gangguan saluran penceraan merupakan sebagian besar penyakit yang


menyebabkan penderita mencari pertolongan medic dan merupakan enyebab utama
kasus rawat inap di Amerika Serikat. Walaupun gangguan system pencernaan bukan
merupakan penyebab langsung kematian seperti gangguan kardiovaskuler, tetapi
merupakan salah satu penyebab kematian tersering. Kanker saluran pencernaan
bertangungg jawab terhadap seperempat dari semua kematian yang diakibatkan kanker.
(Haryno,2012).

Saluran pencernaan terutama rentan terhadap serangan penyakit mendadak dengan


gejala yang ganas, tetapi penyakit semacam ini umumnya akan mereda dalam waktu
singkat dan tidak meninggalkan efek sisa. Gangguan semacam ini tidak diragukan lagi

1
merupakan gangguan yang disebabkan karena menelan makanan dan minuman yang
berkontaminasi bakteri atau berbagai senyawa kimia lain. (Haryno,2012).

1.2 Rumusan Masalah


1. Definisi Hematisis Melena?
2. Etiologi Hematisis Melena?
3. Manifestasi Klinis Hematisis Melena?
4. Patofisiologi Hematisis Melena?
5. Pathway Hematisis Melena?
6. Pemeriksaan Penunjang Hematisis Melena?
7. Komplikasi Hematisis Melena?
8. Penatalaksanaan Hematisis Melena?
9. ASKEP Hematimisis Melena?
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui Definis, Etiologi, Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Pathway,
Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Penatalaksanaan dan ASKEP Hematimisis
Melena.
2. Tujuan khusus
1. Untuk Mengetahui Definisi Hematisis Melena?
2. Untuk Mengetahui Etiologi Hematisis Melena?
3. Bagaimaa Manifestasi Klinis Hematisis Melena?
4. Untutk Mengetahui Patofisiologi Hematisis Melena?
5. Untuk Mengetahui Pathway Hematisis Melena?
6. Untuk Mengetahui bagaimana Pemeriksaan Penunjang Hematisis Melena?
7. Unutk Mengetahui Komplikasi Hematisis Melena?
8. Unutk Mengetahui Penatalaksanaan Hematisis Melena?
9. Untuk Mengetahui ASKEP Hematimisis Melena?

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hemastemisis Melena

Hematemesis adalah muntah darah dan melena adalah pengeluaran feses atau tinja
yang berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya perdarahan saluran
makan bagian atas. Warna hematemesis tergantung pada lamanya hubungan atau
kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga
dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal.
(Syaifudin,2010).

Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah darah
yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna
bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di
tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena
pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum manusia, sistem
pencernaan mengolah makanan atau asupan yang masuk untuk diubah menjadi zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, sistem pencernaan yang terdiri dari organ-
organ tersebut harus tetap terjaga agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal
(Bruner and Suddart, 2011).
2.2 Etiologi
Etiologi dari Hematemesis melena adalah :
1. Kelainan esofagus : varise, esofagitis, keganasan.
2. Kelainan lambung dan duodenum: tukak lambung dan
duodenum,keganasan.
3. Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular
coagulation), purpura trombositopenia.
4. Penyakit sistemik lainnya: uremik,.

3
5. Pemakaian obat-obatan yang ulserogenik: golongan salisilat, Kortikosteroid dan
alcohol. (Soe,2019).
2.3 Manifestasi Klinis
Gejala terjadi akibat perubahan morfologi dan lebih menggambarkan beratnya
kerusakan yang terjadi dari pada etiologinya. Didapatkan gejala dan tanda sebagai
berikut:
1. Gejala-gejala intestinal yang tidak khas seperti anoreksia, mual,
2. muntah dan diare.
3. Demam, berat badan turun, lekas lelah.
4. Ascites, hidratonaks dan edema.
5. Ikterus, kadang-kadang urin menjadi lebih tua warnanya atau kecoklatan.
6. Hematomegali, bila telah lanjut hati dapat mengecilkarena fibrosis. Bila secara
klinis didapati adanya demam, ikterus dan asites, dimana demam bukan oleh
sebab-sebab lain, ditambahkan sirosis dalam keadaan aktif. Hati-hati akan
kemungkinan timbulnya prekoma dan koma hepatikum.
7. Kelainan pembuluh darah seperti kolateral-kolateral didinding, koput medusa,
wasir dan varises esofagus.
8. Kelainan endokrin yang merupakan tanda dari hiperestrogenisme yaitu:
- Impotensi, atrosi testis, ginekomastia, hilangnya rambut axial dan pubis.
- Amenore, hiperpigmentasi areola mamae
- Spider nevi dan eritema
- Hiperpigmentasi Jari tabuh
2.4 Patofisiologi
1. Ulkus peptikum
Ulkus peptikum terjadi terutama pada mukosa gastroduodenal karena jaringan ini
tidak dapat menahan kerja asam lambung pencernaan(asam hidroklorida) dan
pepsin. Erosi yang terjadi berkaitan dengan peningkatan konsentrasi dan kerja asam
pepsin, atau berkenaan dengan penurunan pertahanan normal dari mukosa. Mukosa
yang rusak tidak dapat mensekresi mucus yang cukup bertindak sebagai barier
terhadap asam klorida.

4
2. Sekresi lambung
Sekresi lambung terjadi pada tiga fase yang serupa ; (1) fase sefalik yaitu : fase
yang dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau, atau rasa makanan yang
bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal
, (2) fase lambung, yaitu : pada fase lambung dilepaskan asam lambung dilepaskan
sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap resptor di dinding
lambung, dan (3) fase usus, yaitu makanan pada usus halus menyebabkan pelepasan
hormon (dianggap sebagai gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi
asam lambung.
3. Barier mukosa lambung
Merupakan pertahanan utama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan
lambung itu sendiri. Faktor lain yang mempengaruhi pertahanan mukosa adalah
suplai darah keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa dan regenersi sel epitel.
Seseorang mungkin akan mengalami ulkus peptikum karena satu dari dua faktor
ini , yaitu; (1) hipersekresi asam lambung (2) kelemahan barier mukosa lambung.
Apapun yang menurunkan produksi mucus lambung atau merusak mukosa lambung
adalah ulserogenik salisilat, obat anti inflamasi non steroid, alcohol dan obat
antiinflamasi.
4. Sindrom Zollinger-Ellison
Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan ; hipersekresi getah lambung, ulkus
duodenal, dan gastrinoma dalam pancreas.
5. Ulkus Stres
Merupakan istilah yang diberikan pada ulserasi mukosal akut dari duodenal atau
area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis. Kejadian
stress misalnya ; luka bakar, syok, sepsis berat dan trauma organ multipel.

5
2.5 Pathway

6
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan tinja
Mikroskopis dan mikroskopis, ph dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula,
kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai
antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan yaitu pemeriksaan darah rutin berupa
hemoglobin, hematokrit, leukosit, trombosit, pemeriksaan hemostasis lengkap untuk
mengetahui adanya kelainan hemostasis, pemeriksaan fungsi hati untuk menunjang
adanya sirosis hati, pemeriksaan fungsi ginjal untuk menyingkirkan adanya penyakit
gagal ginjal kronis, pemeriksaan adanya infeksi Helicobacter pylori.
3. Pemeriksaan esofagogastroduodenoskopi
Merupakan pemeriksaan penunjang yang paling penting karena dapat
memastikan diagnosis pecahnya varises esofagus atau penyebab perdarahan lainnya
dari esofagus, lambung dan duodenum
4. Kontras Barium (radiografi)
Bermanfaat untuk menentukan lesi penyebab perdarahan. Ini dilakukan atas
dasar urgensinya dan keadaan kegawatan.
5. Angiografi
Bermanfaat untuk pasien-pasien dengan perdarahan saluran cerna yang
tersembunyi dari visual endoskopik. (Nurarif, Amin dkk. 2015)
2.7 Komplikasi
Menurut Primanileda, 2009. Komplikasi Hematemesis Melena antara lain :
1. Syok hipovolemik
Disebut juga dengan syok preload yng ditandai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena perdarahan. Dapat terjadi karena kehilangan cairan tubuh
yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume
intraventrikel. Gagal ginjal akut . Terjadi sebagai akibat dari syok yang tidak
teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati
dengan menggantikan volume intravaskuler.

7
2. Anemia karena perdarahan.
Anemia karena perdarahan adalah berkurangnya jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin. Pendarahan hebat merupakan penyebab tersering dsari anemia.
Jika kehilangan darah tubuh segera menarik cairan dan jaringan diluar pembuluh
darah sebagai usaha untuk menjaga agar pembuluh darah tetap terisi. Akibatnya
darah menjadi encer dan presentase sel darah merah berkurang.
3. Koma Hepatic
Suatu sindrombneuropsikiatrik yang ditandai denagn kesadaran intelektual dan
kelainan neurologis yang menyertai kelainan prankimbhatid. Aspirasi pneimoni
infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk ke saluran napas
4. Anemia Posthemoragik
kehilangan darah yang mendadak dan tidak disadari..
2.8 Penatalaksanaan
a. Keperawatan
Pengobatan penderita perdarahan saluran makan bagian atas harus sedini
mungkin dan sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pengawasan yng
teliti dan pertolongan yang lebih baik. Pengobatan meliputi :
a) Tiirah baaring,
b) Diet makanan lunak,
c) Pemeriksaan Hb, Ht,
d) Pemberian transfusi darah bila terjadi perdarahan luas,
e) Pemberian cairan IV untuk mencegah dehidrasi,
f) Pengawasan thd TD, N dan kesadaran bila perlu pasang CVP,
g) Pertahankan kadar Hb 50-70 % nilai normal,
h) Pemberian obat hemostatik seperti Vit K,
i) Dilakukan klisma dengan air biasa dan pemberian antibiotik yang tidak disera,
usus

8
b. Medis

1. Pemasangan balon SB Tube untuk penderita perdarahan akibat pecahnya


varies,sebaiknya pemasangan SB tube dilakukan sesudah penderita tenang dan
kooperatif, sehingga penderita dapat diberitahu dan dijelaskan makna pemakaian
alat tersebut, cara pemasangan dan kemungkinan. Kerja ikutan yang dapat timbul
pada waktu dan selama pemasangan.

2. Tindakan Operasi, Bila usaha penaggulangan perdarahan diatas mengalami


kegagalan dan pendarahan tetap berlangsung, maka dapat dilakukan tndakan
operasi. Tindakan operasi yang bisa dilakukan adalah: ligasi varies esophagus,
transeksi esophagus, pantasaan portovakal. Operasi efektif dianjurkan setelah 6
minggu pendarahan berhenti dsn fungsi hati membaik. (Nurarif, Amin dkk.
2015)

2.9 Asuhan Keperawatan Pada Hematemisis Melena


1. Pengkajian
a. Identitas pasien, meliputi :
Nama, Umur (biasanya bisa usia muda maupun tua), Jenis kelamin (bisa laki-
laki maupun perempuan), Suku bangsa, Pekerjaan, Pendidikan, Alamat, Tanggal
MRS, dan Diagnosa medis
b. Keluhan utama
Biasanya keluhan utama klien adalah muntah darah atau berak darah yang
datang secara tiba-tiba.
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama pasien adalah muntah darah atau berak darah yang
datang secara tiba-tiba .
b) Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya pasien mempunyai riwayat penyakit hepatitis kronis, sirosis
hepatitis, hepatoma, ulkus peptikum, kanker saluran pencernaan bagian atas,

9
riwayat penyakit darah (misal : DM), riwayat penggunaan obatulserorgenik,
kebiasaan / gaya hidup (alkoholisme, gaya hidup / kebiasaan makan).
c) Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya apabila salah satu anggota keluarganya mempunyai kebiasaan
makan yang dapat memicu terjadinya hematemesis melena, maka dapat
mempengaruhi anggota keluarga yang lain
d. Pola-pola fungsi kesehatan
1. Pola perspsi dan tata laksana hidup sehat
Biasanya klien mempunyai kebiasaan alkoholisme, pengunaan obat-obat
ulseroge
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi perubahan karena adanya keluhan pasien berupa mual, muntah,
kembung, dan nafsu makan menurun, dan intake nutrisi harus dalam bentuk
makanan yang lunak yang mudah dicerna
3. Pola aktivitas dan latihan
Gangguan aktivitas atau kebutuhan istirahat, kekurangan protein
(hydroprotein) yang dapat menyebabkan keluhan subjektif pada pasien berupa
kelemahan otot dan kelelahan, sehingga aktivitas sehari-hari termasuk
pekerjaan harus dibatasi atau harus berhenti bekerja
4. Pola eliminasi
Pola eliminasi mengalami gangguan,baik BAK maupun BAB. Pda BAB
terjadi konstipasi atau diare. Perubahan warna feses menjadi hitam seperti
petis, konsistensi pekat. Sedangkan pada BAK, warna gelap dan konsistensi
pekat.
5. Pola tidur dan istirahat
Terjadi perubahan tentang gambaran dirinya seperti badan menjadi kurus,
perut membesar karena ascites dan kulit mengering, bersisik agak kehitaman.
6. Pola hubungan peran
Dengan adanya perawatan yang lama makan akan terjadi hambatan dalam
menjalankan perannya seperti semula.

10
7. Pola reproduksi seksual
Akan terjadi perbahan karena ketidakseimbangan hormon, androgen dan
estrogen, bila terjadi pada lelaki (suami) dapat menyebabkan penurunan libido
dan impoten, bila terjadi pada wanita (istri) menyebabkan gangguan pada
siklus haid atau dapat terjadi aminore dan hal ini tentu saja mempengaruhi
pasien sebagai pasangan suami dan istri.
8. Pola penaggulangan stres
Biasanya dengan koping stres yang baik, maka dapat mengatasi
masalahnya namun sebaliknya bagi kx yang tidak bagus kopingnya maka
dapat destruktif lingkungan sekitarnya.
9. Pola tata nilai dan kepercayaan
Pada pola ini tidak terjadi gangguan pada klien.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien Hematomesis melena akan terjadi ketidak seimbangan
nutrisi akibat anoreksia, intoleran terhadap makanan / tidak dapat mencerna,
mual, muntah, kembung.
b. Sistem respirasi
Akan terjadi sesak, takipnea, pernafasan dangkal, bunyi nafas tambahan
hipoksia, ascites.
c. Sistem kardiovaskuler
Riwayat perikarditis, penyakit jantung reumatik, kanker (malfungsi hati
menimbulkan gagal hati), distritnya, bunyi jantung (S3, S4).
d. Sistem gastrointestinal.
Nyeri tekan abdomen / nyeri kuadran kanan atas, pruritus, neuritis perifer.
e. Sistem persyaratan
Penurunan kesadaran, perubahan mental, bingung halusinasi, koma, bicara
lambat tak jelas.

11
f. Sistem geniturianaria / eliminasi
Terjadi flatus, distensi abdomen (hepatomegali, splenomegali. asites),
penurunan / tak adanya bising usus, feses warna tanah liat, melena, urin gelap
pekat, diare / konstipasi.
3. Diagnosa medis
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan (kehilangan cairan
tubuh secara aktif) ditandai dengan perubahan pada status mental, penurunan
tekanan darah, tekanan nadi, volume nadi, turgor kulit, haluaran urine,
pengisian vena, dan berat badan tiba-tiba, membrane mukosa kering, kulit
kering, peningkatan hematokrit, suhu tubuh, frekuensi nadi, dan konsentrasi
urine, haus, dankelemahan.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (rasa panas/terbakar pada
mukosa lambung dan rongga mulut atau spasme otot dinding perut).
4. Intervensi Keperawatan

Wakt Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


u
1 Setelah dilakukan 1. kaji TTV
tindakan keperawatan 2. Pantau haluaran urine setiap jam,
3x24 jam diharapkan 3. Catat karakteristik muntah
terjadi pemulihan 4. Pertahankan tirah baring
keseimbangan cairan dan 5. Awasi masukan dan haluaran dan
elektrolit yang hubungkan dengan perubahan
optimal dengan kriteria berat badan.
hasil: Kesadaran pasien 6. Pertahankan pemberian infuse
composmentis, Tanda dan mengaturan tetesannya
vital stabil, warna urine 7. Kolaborasi pengamatan hasil
kuning dan jernih, Kadar elektrolit serum
elektrolit serum dalam 8. Kolaborasi pemeriksaan
batas normal, Berat laboratorium;
badan stabil, Membran
1.
mukosa lembab, Turgor
kulit normal dan Tidak
mengalami muntah

12
Setelah dilakukan 1. Kaji TTV
tindakan keperawatan 2. Catat keluhan nyeri, lokasi,
selama 2x20 menit lamanya, intensitas (skala 0-10).
dalam 2 hari diharapkan 3. Kaji ulang faktor yang
nyeri terkontrol dengan meningkatkan atau menurunkan
kriteria hasil: TTV stabil, nyeri.
Klien menyatakan 4. Anjurkan makan sedikit tapi
nyerinya menurun atau sering sesuai indikasi untuk
terkontrol, Klien tampak klien.
rileks 5. Bantu latihan rentang gerak aktif/
aktif dan teknik relaksasi
nafas dalam.
6. Kolaborasi pemberian obat
analgesik sesuai indikasi.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami muntah


darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna hitam.
Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada saluran cerna
bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang sering dijumpai di
tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia. Pendarahan dapat terjadi karena
pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau ulkus peptikum manusia, sistem
pencernaan mengolah makanan atau asupan yang masuk untuk diubah menjadi zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh. Oleh karena itu, sistem pencernaan yang terdiri dari organ-
organ tersebut harus tetap terjaga agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal.

14
DAFTAR ISI

Brunner dan Suddarth.2011. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah. Jakarata: EGC.

Dermawan dede & Tutik Rahayu.2010. KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH (SYSTEM


PENCERNAAN). Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Haryono Rudi. 2012. KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH SISTEM PENCERNAAN.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Nur Arif, Amin dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis %
NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Media Action.

15

Anda mungkin juga menyukai