Anda di halaman 1dari 1

KONTROVERSI LARANGAN MENIKAH NGALOR-NGULON (BARAT LAUT)

DI WILAYAH BLITAR JAWA TIMUR

Elian Nafissatun Nisa

Prodi Teknik Bioproses, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang


Email: elian.nisa@gmail.com

PENDAHULUAN

Indonesia memiliki adat istiadat yang berbeda - beda di setiap daerah nya. Adat itu
sendiri merupakan gagasan kebudayaan yang terdiri dari nilai-nilai kebudayaan, norma,
kebiasaan, kelembagaan, dan hukum adat yang lazim dilakukan di suatu daerah. Apabila adat
ini tidak dilaksanakan akan terjadi kerancuan yang menimbulkan sanksi tak tertulis oleh
masyarakat setempat terhadap pelaku yang dianggap menyimpang. Hal yang biasanya
memiliki banyak aturan adat yaitu perihal pernikahan. Umumnya sebelum diadakan
pernikahan orang tua akan melihat bibit, bebet dan bobot dari calon menantu yang akan
menikahi anaknya. Tidak hanya itu, di wilayah Blitar Jawa Timur terdapat larangan menikah
ngalor-ngulon. Dalam aturan nya setiap pasangan tidak diperbolehkan membangun rumah
tangga apabila rumah asal kedua nya membentuk arah barat laut. Sebagai contoh seorang
perempuan dari Blitar memiliki pasangan yang berasal dari Bojonegoro, otomatis pasangan
tersebut tidak diperbolehkan menikah. Karena antara Blitar dan Bojonegoro membentuk arah
barat laut. Namun semua nya tergantung dari keluarga masing – masing. Jika masih
menganut kejawen yang cukup kental, pasangan yang berasal dari dua wilayah yang
membentuk arah barat laut benar – benar ditentang hubungan nya. Tetapi tidak sedikit juga
sekarang yang tidak lagi mepermasalahkan hal seperti itu. Dari contoh contoh tersebut, dapat
dilihat bahwa seiring dengan perkembangan jaman terdapat pro dan kontra terhadap hal
tersebut. Maka dari itu penulis merasa perlu untuk membahas “Kontroversi larangan menikah
ngalor – ngulon (barat laut) di wilayah Blitar Jawa Timur” untuk mengetahui makna dari
larangan menikah dengan arah ngalor ngulon (barat laut) dan untuk mengkritisi adat unik
tersebut.

PEMBAHASAN

Anda mungkin juga menyukai