Dosen Pengampu:
Drs. Sumarjono,
M.Si.
Ahmad Rian Pratama, S.Hum, MA.
Tugas Artikel Sejarah Lisan Kelas
B
Oleh:
Muhammad Arsil Mubin
Nim 140210302039
ABSTRAK
Masyarakat Suku Osing Dalam Melestarikan Adat Istiadat di Tengah Modernisasi (Studi
Kasus : di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi),
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada dua yakni bagaimana upaya
masyarakat suku Osing di desa Kemiren, kecamatan Glagah, kabupaten Banyuwangi dalam
melestarikan adat-istiadat pernikahan di tengah modernisasi serta apa hambatan dan tantangan
yang dihadapi masyarakat suku Osing dalam melestarikan adat istiadatnya di desa Kemiren,
kecamatan Glagah kabupaten Banyuwangi.
Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan
data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam menganalisis Strategi
Masyarakat Suku Osing Dalam Melestarikan Adat- Istiadat di Tengah Modernisasi (Studi Kasus
: di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi) ialah teori Fungsionalisme
Struktural Talcolt Parsons.
Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa : Strategi Masyarakat Suku Osing di Desa
Kemiren dalam Melestarikan Adat-Istiadat Pernikahan di Tengah Modernisasi Berlandaskan
Teori Fungsionalisme Strukturalisme : Adaptasi (adaptation): sebuah sistem harus
menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan
dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. Hukum Adat adalah salah satu strategi
yang sangat efektif untuk melestarikan adat istiadat pernikahan di tengah modernisasi yang ada
di Desa Kemiren Kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi. Pencapaian tujuan (Goal
attaiment): sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuannya. Sosialisasi Adat-
Istiadat adalah strategi kedua yang masyarakat untuk melestarikan adat-istiadat pernikahan di
tengah modernisasi. Sosialisasi yang pertama adalah masyarakat secara tidak langsung sudah
memperkenalkan adat- istiadat dari dini kepada anak-anak mereka. Kemudian sosialisasi melalui
seni teater dan lagu. Integrasi (integration): sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-
bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi
penting lainnya (A,G,I,L). Pengembangan desa Adat adalah strategi ketiga, Dengan adanya desa
adat ini banyak remaja yang semakin mencintai dan rasa memiliki terhadap adat-istiadat yang
dimilikinya semakin tinggi. Hambatan dan tantangan yang dihadapi dalam melestarikan adat-
istiadat pernikahannya di tengah modernisasi gaya makeup pernikahan modern, model pakaian
pernikahan, menikah dengan warga selain suku osing, pemikiran logis masyarakat.
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN :
Penelitian ini adalah penelitian sejarah karena objek-objek yang diteliti dalam
penelitian ini adalah peristiwa sejarah sehingga metode penelitian yang digunakan adalah
metode penelitian sejarah. Sebelum menguraikan langkah langkah dalam penelitian sejarah,
terlebih dahulu perlu dijelaskan pengertian metode penelitian sejarah. Metode penelitian
sejarah menurut Louis Gottschalk adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis
rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan rekonstruksi yang imanjinatif
(1975:32).4 Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa metode penelitian
sejarah adalah sarana atau alat bantu yang digunakan sejarawan dalam suatu prosedur kerja
untuk menguji dan menganalisis secara kritis bahan bahan atau jejak jejak yang ditinggalkan
di masa lampau. Metode penelitian sejarah berupa aturan yang sistematis untuk memberikan
arah dalam penelitian sejarah. Adapun langkah langkah metode penelitian sejarah meliputi;
(1) heuristik, (2) kritik, (3) interpretasi, (4) historiografi (Gottschalk, 1975: 34).
Langkah kedua dalam penelitian sejarah adalah kritik. Kritik adalah menyeleksi atau
menilai sumber sumber atau data data sejarah menjadi fakta sejarah. Kritik sumber dilakukan
setelah peneliti berhasil mengumpulkan sumber yang selanjutnya akan dikritik untuk
memperoleh keabsahan sumber yang digunakan. Kritik sejarah dapat dibedakan menjadi dua
yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian
sumber yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber
(kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern (Abdurrahman, 2007:68).
Kegiatan selanjutnya agar fakta-fakta sejarah yang didapat memiliki makna, maka
langkah yang dilakukan penulis adalah melakukan interpretasi. Menurut Kuntowijoyo
(1995:100-101) Interpretasi sejarah sering juga disebut sebagai analisis sejarah. Dalam hal
ini, ada dua metode yang digunakan, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan,
sedangkan sintesis berarti menyatukan. Fakta yang sudah terhimpun dirangkai dan
dihubungkan menjadi suatu bentuk yang logis, rasional dan objektif dan kausalitas sehingga
dapat membentuk fakta yang rasional dan faktual berdasarkan pada aspek pembahasan.
PEMBAHASAN
Fungsi melakukan mepe kasur dibulan Dzulhijjah ialah untuk pameran budaya tradisi
masyarakat osing atau nguri-nguri budaya leluhur dan mencegah tolakbalak. Selain berfungsi
untuk mencegah tolak balak, mepe kasur juga berguna untuk menjalin rasa kebersamaan antar
warga sebab pada saat bulan Dzulhijjah para masyarakat mengeluarkan kasur mereka dari
dalam rumah. Biasanya kasur yang dipepe oleh masyarakat osing adalah kasur berwarna hitam
dan merah. Sebab, merah dan hitam menurut masyarakat desa kemiren memiliki filosofi yaitu,
merah artinya berani, maksudnya dalam artian berani segala resiko untuk suami dan isteri
dalam menjalani hidup. Sedangkan warna Hitam memiliki arti kelanggengan, maksudnya suami
dan isteri akan berjodoh secara langgeng hingga nenek dan kakek.
Pelaksanaan mepe kasur pertama, kasur harus dikeluarkan terlebih dahulu dari dalam
rumah kemudian dijemur dari pagi hingga siang hari. Sejak matahari terbit, warga yang akan
melaksanakan tradisi ini harus memanjatkan do,a sambil memericikan air bunga dihalaman
rumah. Hal ini dipercaya dapat mengusir segala penyakit yang ada pada kasur. Setelah lewat
siang hari, kasur wajib dimasukan kembali kedalam rumah. Sebab, jika kasur dijemur terlalu
sore akan menghilangkan keampuhan ritual. Menjelang sore, biasanya warga desa kemiren
berbondong-bondong menuju makam seseorang tokoh yang dipercaya menjaga desa kemiren.
Masyarakat menuju makam dengan mengarak barong ke ujung desa menuju makam. Ketika
dimalam hari, masyarakat berkumpul untuk menggelar acara tumpeng sewu. Setiap warga
membuat tumpengnya sendiri-sendiri dengan hiasan yang menarik dan indah untuk dinikmati.
Biasanya acara tersebut sangat meriah hingga larut malam
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Bagi lembaga, penelitian ini wujud nyata dari Tri Dharma Perguruan Tinggi;
2. Bagi Ilmu, dapat menambah referensi khususnya sejarah kebudayaan dan sejarah lokal.
5. Apakah ada makna sembolis dari gerakan tari Godril ini sendiri?
6. Menurut anda, adakah keunikan tersendiri dari mepe kasur sendiri?
7. Menurut anda, bagaimanakah generasi sekarang memaknai tradisi mepe kasur ini
sendiri sebagai tradisi yang dimiliki oleh Kabupaten banyuwangi?