Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

Hukum Keluarga
dan kewarisan islam

Disusun Oleh:
Vergiono
Nim:
(A1011221275)
Kelas: A
(Reguler A)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
1. Mahar merupakan pemberian dari calon mempelai pria kepada mempelai wanita, baik berbentuk barang,
uang atau jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam, sebagai bentuk kesungguhan dan cerminan kasih
sayang calon suami terhadap calon isterinya, walau bagaimanapun mahar tidaklah merupakan rukun nikah atau
syarat sahnya suatu pernikahan. Dengan kata lain mahar merupakan keikhlasan dari seorang calon suami
kepada calon istrinya dimana mahar ditetapkan oleh kedua belah pihak besar atau kecilnya.
Adapun beberapa suku atau daerah di Indonesia yang memiliki peraturan uniknya tersendiri sehingga
maharpun mengikuti adat istiadat setempat contohnya yaitu:

· Mahar adat aceh


Di daerah istimewa aceh sangat kental dengan kebudayaan islamnya dimana mereka menggunakan emas untuk
maharnya disebut juga dengan mayam menariknya mayam yang diberikan disesuaikan dengan strata sosial
wanita yang akan dinikahkan seperti jika wanita tersebut lulusan SMA maka mayam yang bisa didapatkan
sekitar 5-10 mayam. Dan apabila perempuan tersebut berstatus PNS maka bisa mendapatkan 30-50 mayam.
Satu mayam disini sekitar 3,3 gram emas.

· Mahar adat bugis


Adat bugis Sulawesi selatan menyebut uang mahar dengan sebutan uang panai wajib diberikan oleh laki-laki
kepada keluarga perempuan yang akan melangsungkan acara pernikahan.Uang panai adalah uang belanja
dimana uang ini akan digunakan untuk kebutuhan acara pernikahan, jadi uang panai harus dapat memenuhi
seluruh kebutuhan prosesi pernikahan hingga hari-H. Masyarakat bugis biasanya menentukan uang panai ini
dengan mempertimbangkan status sosial sang wanita. Wanita dengan lulusan S1 bisa dikenakan uang panai
hingga 100 juta.

· Mahar adat nias


Suku nias menganal mahar dengan istilah mahar bowo. Mahar bowo ini termasuk kedalam syarat sah
pernikahan dari adata Nias,jadi jika tidak adanya mahar maka pernikahan tidak dapat dilaksanakan. Mahar
bowo dalam adat nias berbentuk uang, babi, ataupun beras untuk menentukan nilai maharnya biasanya akan
dilaksanakn musyawarah dari kedua belah pihak namun faktor yang paling menentukan lagi-lagi yaitu tingkat
pendidikan atau strata sosial. Pria keturunan adat Nias umumnya harus menyiapkan 25 ekor babi untuk
mempersunting wanitanya.

2. Dalam hukum islam ada orang-orang yang selamanya haram untuk dinikahkan ialah:
· Nasab (keturunan)
· Saudara persusuan
· Yang haram dinikahi karena hubungan perkawinan kerabat Ada yang berpandangan bahwa pelarangan
menikahi seorang wanita karena sebab kekeluargaan atau ketirunan dilatarbelakangi oleh dampak yang dapat
ditimbulkan dari hubungan tersebut, yaitu dapat melahirkan anak cucu yang lemah jasmani dan ruhani.
Dalam hukum positif di Indonesia tercantum pada UU No1 Tahun 1974 pasal 8 yaitu: Berhubungan darah
dalam garis keturunan lurus ke bawah ataupun ke atas. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping
yaitu antar saudara. Antrara seseorang dengan saudara tua dan antara seseorang dengan saudara neneknya.
Dalam adat dan. Budaya di Indonesia ada juga larangan dalam adat-adat tertentu seperti:

· Adat batak
Dalam adat batak ada yang disebut dengan namarpadan.merupakan suatu ikrar janji yang sudah ditetapkan
oleh marga-marga tertentu. Dari ikrar itu, lelaki dan perempuan tiap marga yang memiliki padan tidak bisa
melakukan pernikahan.
Dalam Batak, banyak marga-marga yang melakukan ikrar atau padan tersebut. Seperti marga Hutabarat dan
Silaban Sitio, Manullang dan Panjaitan, Sinambela dan Panjaitan, Sibuea dan Panjaitan, dll.

· pelarangan pernikahan antara Syarifah dengan non Sayyid


seorang Syarifah dilarang untuk menikah dengan lakilaki non Sayyid karena dianggap dapat merusak atau
mamutuskan nasab Rasulullah pelarangan dalam masalah ini tidaklah secara mutlak Ketika ada Syarifah
menikah dengan laki-laki non Sayyid dan walinya ridho, maka pernikahan tersebut hukumnya boleh.

· larangan perkawinan ngalor-ngulon


adalah suatu larangan bagi masyarakat Desa Banjarsari untuk melakukan perkawinan yang arah rumah
mempelai laki-laki ke mempelai perempuan ngalor-ngulon,artinya seorang laki-laki tidak diperbolehkan
melaksanakan perkawinan dengan seorang perempuan yang arah rumahnya utara ke barat dan
sebaliknya.ditarik secara garis lurus perkawinan itu berjalan dari selatan menuju ke utaralalu menuju ke barat
maka perkawinan tersebut tidak diperbolehkan karena melanggar adat yang berlaku di Desa Banjarsari

1. i NURUL FATTAH , LARANGAN PERKAWINAN SYARIFAH DENGAN NON SAYYID. Skripsi


thesis, PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA.15 april 2016
2. Dr. Hj. Rusdaya Basri, Lc. M. Ag. (Ketua Prodi Ahwal al- Syakhsiyah Fakshi IAIN Parepare)
3. Dewi Mayangsari | Apr 11, 2022 | 10:30
4. Agus Hermanto / Larangan Perkawinan Perspektif
5. Pipin Armita Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta . 2, Desember 2016
6. Abd kafi, jurnal Paramurobi, Vol. 3, No. 1, Januari-Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai