Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

GAYA KEPEMIMPINAN DAN MANAJEMEN

KONFLIK KEPALA RUANGAN DI INSTALASI RINDU


A
RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Juli Rostandi Purba*, Achmad Fathi**
* Mahasiswa Fakultas Keperawatan

** Dosen Departemen Keperawatan Dasar dan Medikal Bedah


Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Phone: 081397955628

E-mail : juli_ostrandi@yahoo.co.id

Abstrak
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang untuk memberikan pengaruh kepada perubahan
perilaku orang lain secara langsung maupun tidak. Gaya kepemimpinan dapat diidentifikasikan
berdasarkan perilaku pimpinan itu sendiri. Kepala ruangan berperan sebagai pemimpin untuk
mengatur dan memimpin perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat banyak
berinteraksi dengan tenaga kesehatan lain, pegawai lain, pasien dan keluarga pasien dan berpotensi
menimbulkan konflik. Konflik adalah suatu kondisi yang ditimbulkan karena adanya perbedaan
pendapat atau perbedaan cara pandang antara individu yang berinteraksi. Kepala ruangan harus
mampu mengambil inisiatif untuk memfasilitasi penyelesaian konflik. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran gaya kepemimpinan dan manajemen konflik kepala ruangan yang
dipersepsikan oleh perawat pelaksana di Instalasi Rindu A Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) H. Adam
Malik Medan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan sampel 72 orang
perawat pelaksana, dengan menggunakan metode sampling proportionate staratified random
sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner meliputi kuesioner data demografi, gaya
kepemimpinan dan manajemen konflik. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat. Hasil
analisis univariat dari gaya kepemimpinan kepala ruangan yang dipersepsikan perawat pelaksana
adalah partisipatif dan manajemen konflik yang dipersepsikan perawat pelaksana adalah kompromi.
Disarankan pada penelitian selanjutnya agar menggunakan metode observasi dan wawancara untuk
mengurangi bias pada hasil penelitian.

Kata Kunci : Gaya kepemimpinan, Manajemen konflik

PENDAHULUAN merusak kesatuan unit kerja dan seringkali


Rumah sakit merupakan suatu menimbulkan situasi yang tidak
organisasi yang memberikan pelayanan menyenangkan (Suyanto, 2009), sehingga
kesehatan dengan melibatkan berbagai mengganggu hubungan kerja dan
kelompok profesi dari berbagai latar menurunkan produktivitas (Marquis &
belakang pendidikan (Soeroso, 2003). Huston, 2010).
Tim keperawatan merupakan salah satu
komponen profesi yang dianggap sebagai
kunci dari keberhasilan pemberian
pelayanan di rumah sakit (Sumijatun,
2009). Hubungan kerja diantara perawat
dengan tenaga kesehatan lain, pegawai
lain, pasien dan keluarga berpotensi
menimbulkan konflik (Swanburg, 2000).
Konflik yang berkelanjutan dapat
Kepala ruangan berperan sebagai langkayang tepat dalam pemecahan
seorang manajer sekaligus sebagai masalah (Fathoni, 2006). Ada beberapa
seorang pemimpin (Suyanto, 2009). strategi yang digunakan dalam
Kepala ruangan harus mampu penyelesaian konflik yaitu kompromi atau
mengambil inisiatif untuk memfasilitasi negosiasi, kompetisi, akomodasi,
penyelesaian konflik karena konflik smoothing, menghindar, dan kolaborasi
yang terjadi dapat mempengaruhi (Nursalam, 2009). Sinaga (2010)
pemberian asuhan keperawatan kepada menyatakan bahwa manajemen konflik
klien (Arwani & Supriyanto, 2006). kolaborasi berpengaruh positif dan
Perselisihan dalam hubungan kerja signifikan terhadap kinerja karyawan,
harus diselesaikan dan memerlukan sedangkan manajemen konflik kompetisi,
menghindar dan akomodasi tidak yang menghargai sifat dan kemampuan
berpengaruh signifikan terhadap kinerja setiap anggotanya. Pembuatan rencana dan
karyawan. Sikap pimpinan dalam pengontrolan dalam penerapannya diberikan
kepemimpinannya sangat mempengaruhi informasi yang terbuka (Nursalam, 2009).
penyelesaian konflik (Fathoni, 2006). Gaya kepemimpinan ini menggunakan
Aktivitas kepemimpinan akan kekuatan pribadi dan kekuatan jabatan
menunjukkan gaya kepemimpinan dengan untuk menarik gagasan dari anggota dan
polanya masing–masing (Nawawi & memotivasi anggota kelompok untuk
Hadari, 2004). Gillies (1994) mengatakan menentukan tujuan sendiri,
gaya kepemimpinan berdasarkan mengembangkan rencana dan
wewenang dan kekuasaan dibedakan
menjadi empat yaitu: otoriter, demokratis,
partisipatif dan bebas tindak (Laissez–
Faire). Pada penelitian yang dilakukan
Hutahaen (2009) didapatkan setengah dari
perawat pelaksana menyatakan gaya
kepemimpinan yang dilakukan kepala
ruangan di RSUP H. Adam Malik adalah
gaya kepemimpinan demokratis dan gaya
kepemimpinan tersebut sangat
berpengaruh pada semangat kerja perawat
pelaksana. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Setiawan (2008)
menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
demokratis memiliki pengaruh positif
terhadap penyelesaian konflik individu,
konflik antarindividu dan konflik
interorganisasi.
Gaya kepemimpinan adalah
sekumpulan pola perilaku yang dimiliki
oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi perilaku orang lain. Gaya
kepemimpinan otoriter adalah gaya
seorang pemimpin yang berorientasi pada
tugas, menggunakan jabatan kekuasaan
posisi dan kekuasaan dalam memimpin,
mempertahankan tanggung jawab untuk
semua perencanaan tujuan dan pembuatan
keputusan serta memotivasi anggota
dengan menggunakan penghargaan
(reward) dan kesalahan (punishment)
(Gillies, 1994). Gaya kepemimpinan
demokratis merupakan kepemimpinan
mengontrol praktek mereka sendiri Konflik adalah suatu kondisi yang
(Gillies, 1994). Gaya kepemimpinan ditimbulkan karena adanya perbedaan
partisipatif merupakan gabungan antara pendapat atau perbedaan cara pandang
otoriter dan demokratis, yaitu pemimpin antara individu yang saling berinteraksi.
yang menyampaikan hasil analisis Marquis & Huston (2010) mengatakan
masalah dan kemudian mengusulkan ada tiga kategori konflik yang utama :
tindakan tersebut kepada anggotanya. intrapersonal, interpersonal, dan
Anggota diminta saran dan kritiknya interkelompok. Beberapa alasan yang
serta mempertimbangkan respon paling umun menyebabkan terjadinya
anggota terhadap usulannya, dan konflik di lingkungan kerja yaitu:
keputusan akhir ada pada kelompok kompetisi diantara kelompok, beban kerja
(Nursalam, 2009). Gaya kepemimpinan yang meningkat, peran ganda, ancaman
Laissez–Faire atau bebas tindak identitas profesional dan lingkungan,
merupakan pimpinan offisial dimana ancaman keamanan dan keselamatan,
pemimpin melepaskan tanggung sumber daya yang kurang, budaya yang
jawabnya, anggota menentukan sendiri berbeda, dan kondisi ruangan. Strategi
kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dalam manajemen konflik yaitu
dan koordinasi dan memaksa mereka kompromi atau negosiasi, kompetisi,
untuk merencanakan, melakukan, dan akomodasi, menghindar dan kolaborasi
menilai pekerjaan mereka yang menurut (Tappen, 2004).
mereka tepat (Gillies, 1994). Berbagai Tujuan umum dari penelitian ini
jenis kepemimpinan tersebut memiliki adalah untuk mengetahui gambaran gaya
kelebihan dan kelemahan. Semua gaya kepemimpinan dan manajemen konflik
kepemimpinan dapat dipilih untuk kepala ruangan yang dipersepsikan oleh
digunakan tergantung dari situasi dan perawat pelaksana di Instalasi Rindu A
kondisi yang ada (Suyanto, 2009). RSUP H. Adam Malik Medan.
METODE kepegawaian sebagai pegawai negeri sipil
Desain yang digunakan dalam (PNS)
penelitian ini adalah deskriptif. Jumlah Tabel 2. Gambaran Umum Gaya
sampel dalam penelitian ini adalah 72 Kepemimpinan Kepala Ruangan yang
orang perawat pelaksana. Cara Dipersepsikan oleh Perawat
pengambilan sampel dari setiap kelas Pelaksana di Instalasi Rindu A RSUP H.
dilakukan secara proportionate staratified Adam
random sampling.
Uji statistik yang digunakan dalam Malik Medan (N = 72)
menganalisis variabel gaya kepemimpinan
Gaya Frekuensi Persentase
kepala ruangan dan manajemen konflik Kepemimpinan (%)
yang dipersepsikan oleh perawat Partisipatif 51 70,8
pelaksana yaitu analisis univariat. Analisis Demokratis 15 20,8
univariat yang dilakukan dalam penelitian Otoriter 6 8,4
ini untuk mendeskripsikan seluruh Laissez-Faire - -
variabel dinyatakan dengan sebaran
frekuensi. Variabel pertama adalah gaya Tabel 2. menunjukkan lebih dari setengah
kepemimpinan yang terdiri dari gaya reponden (70,8%) mempersepsikan gaya
kepemimpinan bebas tindak atau Laissez– kepemimpinan kepala ruangan yang
Faire, otoriter, partisipatif, dan diterapkan di ruangan Instalasi Rindu A
demokratis dan variabel kedua adalah RSUP H. Adam Malik Medan adalah
manajemen konflik yang terdiri dari partisipatif.
kompetisi, kolaborasi, kompromi,
menghindar, dan akomodasi. Tabel 3. Gambaran Umum
Manajemen Konflik Kepala Ruangan
HASIL DAN PEMBAHASAN yang Dipersepsikan oleh Perawat
Hasil Pelaksana di Instalasi Rindu A RSUP

H. Adam Malik Medan (N = 72)


Manajemen Frekuensi Persentase
Konflik (%)
Kompromi 32 44,4
Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase
Menghindar 13 18,1
Responden Berdasarkan Data Demografi di
Akomodasi 11 15,3
Instalasi Rindu A Kolaborasi 9 12,5
RSUP H. Adam Malik Medan (N = 72) Kompetisi 4 9,7
Karakteristik Frekuensi Persentase
(%)
Usia
47 65,3
b.41-60 tahun 25 34,7 Tabel 3. menunjukkan bahwa
Jenis Kelamin manajemen konflik kepala ruangan yang
3 4,2
b.Perempuan 69 95,8 dipersepsikan oleh perawat pelaksana di
Tingkat ruangan Instalasi Rindu A RSUP H.
9 12,5 Adam Malik Medan adalah kompromi
a.SPK
37 51,4 (44,4%).
c. Sarjana 26 36,1
Pembahasan
Kepegawaian
20 27,8 Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan
b.PNS 52 72,2
Nawawi & Hadari (2004) menyatakan
Tabel 1. menunjukkan karakteristik gaya kepemimpinan terwujud melalui
data demografi responden, yaitu diperoleh interaksi antara pemimpin dengan orang-
lebih dari setengah responden (65,3%) orang yang dipimpinnya yang terjadi
berusia diantara 23-40 tahun dan dalam berbagai kondisi yang
mayoritas responden (95,8%) adalah mempengaruhinya. Gaya bersikap dan
perempuan. Lebih dari setengah bertindak akan tampak dari cara memberi
responden (51,4%) memiliki tingkat tugas, perintah, berkomunikasi, membuat
pendidikan D-III dan lebih dari setengah keputusan, memberikan bimbingan dan
responden (72,2%) memiliki status menegur kesalahan bawahan.
Berdasarkan penelitian ini didapatkan Hasil penelitian Caroline (2007)
bahwa gaya kepemimpinan kepala didapatkan bahwa gaya kepemimpinan
ruangan yang dipersepsikan oleh perawat partisipatif berhubungan positif dengan
pelaksana adalah gaya kepemimpinan integritas kerja anggotanya. Hal ini terjadi
partisipatif (70,8%). Gaya kepemimpinan karena gaya kepemimpinan partisipatif dari
partisipatif adalah gabungan bersama pemimpin membuat anggota merasa
antara gaya kepemimpian otoriter dengan menjadi bagian dari organisasi sehingga
gaya kepemimpinan demokratis (Gillies, akhirnya mendorong peningkatan integritas
1994). Pada gaya kepemimpinan dalam diri anggota. Gaya kepemimpinan
partisipatif, pengambilan keputusan partisipatif juga akan meningkatkan
diambil secara bersama, ada diskusi motivasi anggota dalam menjalankan
bersama dalam pemecahan masalah, dan tugasnya (Ponto, 2011).
diterapkan pada anggota yang memiliki
kemampuan tetapi tidak memiliki Manajemen Konflik Kepala Ruangan
kemauan, ketidakmauan lebih cenderung Konflik dapat terjadi karena manusia
disebabkan karena ketidakyakinan pada memiliki sifat dominasi, kepengaruhan,
kemampuan diri anggota (Sumijatun, keteguhan hati dan kepatuhan (Bachtiar,
2009). Ditemukan paling banyak kepala 2004). Menurut Marquis & Huston (2010)
ruangan yang menerapkan sikap ada 3 kategori konflik yang utama yaitu
partisipatif apabila perawat pelaksana intrapersonal, interpersonal dan
yang ditegur oleh profesi lain atas interkelompok. Gregorc (2009) mengatakan
kesalahan yang dilakukan perawat konflik yang sering terjadi di rumah sakit
pelaksana tersebut (47,2%). Kepala yaitu konflik interpersonal antara perawat
ruangan akan berdiskusi dengan perawat dan dokter, hal ini disebabkan karena beban
pelaksana tersebut dan membantu perawat kerja mereka dan kepala ruangan
pelaksana untuk mengambil keputusan memiliki
yang tepat.
pengetahuan kurang tentang manajemen rumah sakit umum Israel adalah
konflik dan kurang memahami peran kompromi. Pada saat terjadi konflik,
dalam memecahkan perawat pelaksana
masalah interpersonal. mempersepsikan stategi yang dilakukan
Penanganan konflik yang tidak baik oleh kepala ruangan berupa kompromi
akan mempengaruhi asuhan dimana pemecahan konflik ini bersifat
keperawatan pada pasien karena sementara, hal ini dilakukan karena pada
semangat kerja dari perawat akan pemecahan masalah dengan kolaborasi
menurun (Al- Hamdan et al., 2011). tidak terpecahkan dan dalam hal ini tidak
Berdasarkan penelitian ini ditemukan ada pihak yang merasa dirugikan
bahwa kepala ruangan di seluruh ruang (Marquis & Huston, 2010). Hasil
rawat inap Instalasi Rindu A RSUP H. penelitian ini juga didukung oleh
Adam Malik Medan adalah perempuan. penelitian Sportsman dan Hamilton
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa (2007) yang mengatakan bahwa
manajemen konflik yang dipersepsikan manajemen konflik pada profesi perawat
oleh perawat pelaksana di ruang rawat pada umumnya adalah kompromi.
inap Instalasi Rindu A RSUP H. Adam Perbedaan usia antara kepala ruangan
Malik Medan adalah kompromi dengan perawat pelaksana berpengaruh
(44,4%). Hal ini sejalan dengan signifikan terhadap manajemen konflik.
pernyataan Sumijatun (2009) yang Manajemen konflik yang paling sedikit
mengatakan bahwa perempuan dalam disenangi kepala ruangan yaitu
manajemen konflik yang digunakan akomodasi, terkhusus jika perawat
adalah kompromi, hal ini disebabkan pelaksana lebih tua dari kepala ruangan.
karena sifat intuitifnya. Hal ini Berdasarkan penelitian ini ditemukan
didukung kembali oleh Hendel, Fish dan bahwa manajemen konflik yang paling
Galon (2005) yang mendapatkan bahwa sedikit dipersepsikan oleh perawat
manajemen konflik yang paling umum pelaksana adalah kompetisi (9,7%). Hal
digunakan oleh manajer keperawatan di
ini karena jumlah responden laki-laki penelitian ini diharapkan sebagai praktisi
dalam penelitian hanya 4,2%, laki-laki perawat yang bergerak dibidang manajemen
pada umumnya memanajemen konflik terkhusus kepala ruangan harus mampu
lebih ke kompetisi (Sumijatun, 2009). untuk mengatur bawahannya dan harus
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil mampu memanajemen konflik dengan baik
penelitian Kunavikitkul (1994) yang dalam berbagai kondisi. Pada peneliti
mendapatkan bahwa manajemen konflik selanjutnya yang akan meneliti tentang
yang dipersepsikan perawat paling sedikit faktor-faktor yang menyebabkan konflik di
adalah kompetisi. Hal ini berhubungan pelayanan keperawatan diharapkan
dengan usia, pendidikan, daerah klinis menggunakan metode lain dalam
tempat bekerja, posisi, dan pengalaman pengumpulan data berupa observasi dan
kerja. wawancara yang lebih mendalam agar hasil
yang didapat representatif.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis data dan UCAPAN TERIMA KASIH
pembahasan dapat diambil kesimpulan Peneliti mengucapkan terima kasih
bahwa lebih dari setengah responden kepada pihak RSUP H. Adam Malik yang
(70,8%) mempersepsikan gaya telah memberi izin untuk dilakukannya
kepemimpinan kepala ruangan diterapkan penelitian serta pada perawat pelaksana
di ruang rawat inap instalasi Rindu A yang bersedia menjadi responden dalam
RSUP H. Adam Malik Medan adalah penelitian ini.
partisipatif, manajemen konflik kepala
ruangan yang dipersepsikan oleh perawat
pelaksana di ruang rawat inap instalasi
Rindu A RSUP H. Adam Malik Medan
adalah kompromi (44,4 %). Dari hasil
DAFTAR PUSTAKA
Fathoni, H. A. (2006). Organisasi dan
Al-Hamdan, Z., Shukri, R., & Anthony, Manajemen Sumber Daya Manusia.
D. (2011). Conflict management Jakarta : PT. Rineka Cipta
styles used by nurse managers in the
Sultanate of Oman. Journal of
Clinical Nursing (J CLIN NURS). Gillies, D. A. (1994). Manajemen
Diunduh pada tanggal 5 Juli 2012 Keperawatan : Suatu Pendektan
dari http://web.ebscohost.com Sistem Ed. 2. Illioni : WB Saunders
Company

Arwani & Supriyanto. (2006).


Manajemen Bangsal Keperawatan. Gregorc, C. (2009). Conflict management
Jakarta : EGC styles of nurses and physicians
(Slovene). Obzornik Zdravstvene Nege,
43(3), 155-162. Diunduh pada
Bachtiar, A. (2004). Manajemen
tanggal 2 Juli 2012 dari
Sukses : Kiat Menghadapi Enam Hal
http://web.ebscohost.com
yang Menggangu Sukses Anda.
Jogjakarta : Saujana Jogjakarta Hendel, T., Fish, M., & Galon, V. (2005).
Leadership style and choice of strategy
in conflict management among Israeli
Caroline, R. A (2007). Hubungan antara
nurse managers in general hospitals.
Persepsi Karyawan terhadap Gaya Journal of Nursing Management (J
Kepemimpinan Partisipatif Atasan NURS MANAGE). Diunduh pada
dengan Integritas Kerja pada tanggal 5 Juli 2012 dari
Karyawan pada PT. "X". Diunduh http://web.ebscohost.com
pada tanggal 4 Agustus 2012 dari
http://lib.atmajaya.ac.id
Hutahaen, F. A. (2009). Pengaruh Gaya Nawawi, H., & Hadari, M. (2004).
Kepemimpinan Kepala Ruangan Kepemimpinan yang Efektif.
terhadap Semangat Kerja Perawat Yogyakarta : Gajah Mada University
Pelaksana di Ruang Inap Rumah Sakit Press
Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.
Diunduh tanggal 29 September 2011
dari http://www.repository.usu.ac.id Nursalam. (2009). Manajemen
Keperawatan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta :
Kunavikitkul, W. (1994). Conflict Salemba Medika
management, job satisfaction, intent
to stay, and specific demographic
variables of professional nurses in Ponto, H. (2011). Pengaruh Kepemimpinan
Thailand . Diunduh pada tanggal 5 Juli Partisipatif terhadap Motivasi Mengajar
Guru SMK Negeri
2012 dari http://web.ebscohost.com
2 Manado. Elematika, 1(1),15-20.
Diunduh pada tanggal 4 Agustus 2012
Marquis, B. L. & Huston, C. J. (2010). dari http://jurnalelektro.wordpress.com
Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan : Teori & Aplikasi, (Ed.
4). Jakarta : EGC
Soeroso, S. (2003). Manajemen Sumber
Daya Manusia di Rumah Sakit.
Jakarta

: ECG

Sportsman, S., & Hamilton, P. (2007)


Conflict Management Styles in the
Health Professions. Journal of
Professional Nursing, 23(3), 157-
166.

Diunduh pada tanggal 7 Agustus


2012 dari
www.professionalnursing.org

Sumijatun. (2009). Manajemen


Keperawatan Konsep Dasar dan
Aplikasi Pengambilan Keputusan
Klinis. Jakarta : CV. Trans Info Media

Suyanto. (2009).
Mengenal
Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatn di Rumah Sakit.
Jakarta : Mitra Cendikia Offset

Swanburg, R. C. (2000). Pengantar


Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan. Jakarta: EGC

Tappen, R. M. (2004). Essetials of


Nursing Leadership and
Management 3rd:Ed. Davis
Company : Philadelphia.
Setiawan, A. (2008). Pengaruh Gaya
Kepemimpinan terhadap Penyelesaian
Konflik di PT Tainesia Jaya Wonogiri.
Diunduh pada tanggal 15 November
2011 dari

http://etd.eprints.ums.ac.id/2982/

Sinaga, H. H. (2010). Pengaruh


Manajemen Konflik Terhadap Kinerja
Karyawan Pada PT. BPR Mitradana
Madani Medan. Diunduh pada
tanggal

15 November 2011 dari


www.repositoryusu.ac.id

Anda mungkin juga menyukai