Anda di halaman 1dari 2

Siti Salsabilla Andrianti

1181004005

Jumlah kata:

Gerakan Anarko Syndikalis Bandung Sebagai Fenomena Internasional

Apa menjadi topik permasalahan? Aksi 1 Mei 2019 menjadi momentum gerakan kelas
pekerja untuk memperingati Hari Buruh pada tahun 1886 di mana pada waktu itu jam kerja yang
panjang dan upah yang murah menjadi salahs atu faktor turunnya para buruh turun ke jalan. Para
demonstran melakukan pawai besar-besaran untuk pengurangan waktu kerja sebesar 8 jam kerja per
hari. Aksi ini berlangsung selama 4 hari sejak tanggal 1 Mei dan ini menjadi peringatan Hari Buruh
Sedunia atau May Day.

Pada 1 Mei 2019 di Bandung, diwarnai aksi vandalisme dan perusakan properti di beberapa
lokasi salah satunya di Sekolah Luar Biasa (SLB) C-Plus di Jalan Singaperbangsa dan perusakan
properti pribadi dengan menggunakan pakaian serba hitam. Detiknews mengatakan “Sekelompok
orang itu bukan buruh, melainkan siswa SMP atau SMA maupun mahasiswa.” Permasalahan ini
menarik karena menjadi salah satu femonema internasional di mana masa demonstran bukan dari
kalangan buruh.

Kapolrestabes Bandung mengungkapkan bahwa ini adalah gerakan Anarko Syndicalism dan
massa aksi tersebut tidak digerakan oleh sekelompok orang tertentu. Artinya gerakan ini murni
sebagai gerakan ideologi dan hanya memiliki kepentingan ideologis.

Disini, pertanyaan paling mendasar ialah apa itu anarkisme?

Anarkisme berasal dari bahasa Yunani yaitu anarki secara harfiah berarti “tidak ada
pemerintah” (On Anarchism, Noam Chomsky, *tahun hal. 167) namun, dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, anarki diartikan sebagai kekacauan, dimana segala sesuatu tindakan merusak ataupun
kerusuhan dianggap sebagai tindakan anarkis.

Anarkisme sendiri menurut Chomsky mengedepankan kebebasan sebagai landasan pemikiran


anarkisnya yang memungkinkan ketiadaan negara dan aparatusnya untuk mengintervensi kehidupan
manusia. Tapi bukan berarti tidak ada aturan dalam kehidupan bermasyarakat, Chomsky menganggap
ini sebagai paham kiri-libertarian. Dan dari sudut pandang ini anarkisme dipandang sebagai
sosialisme sukarela, yaitu sebagai sosialis-libertarian atau bisa disebut anarko-syndicalis atau anarko-
komunis. Kiri-libertarian ini muncul dari sosio kultural dimana masyarakat memiliki kehendak bebas
dalam menjalani hidup dan kehidupannya seperti yang dikatakan Bakunin dan Kropotkin dan lain-
lainnya.

Anarkisme tidak menghendaki tatanan masyarakat hierarkis dimana otoritas sebagai alat
untuk mengatur kehidupan sosial, politik, dan ekonomi masyarakat. Namun, bukan berarti ketiadaan
aturan yang pasti membentuk keadaan suatu entitas masyarakat dalam ketidakteraturan. Sebaliknya,
dalam konsep masyarakat anarkis adalah masyarakat yang terorganisir tetapi masyarakat yang
diorganisir atas dasar unit organik, komunitas organik. Dan umumnya, yang mereka
maksudkan adalah tempat kerja dan lingkungan, dan dua unit dasar itu dapat diperoleh
melalui pengaturan federal semacam organisasi sosial yang terintegrasi, yang mungkin
bersifat nasional atau bahkan internasional. Dan, keputusan dapat dibuat dalam rentang yang
substansial, tetapi oleh delegasi yang selalu menjadi bagian dari komunitas organik dari mana
mereka datang, atau ke mana mereka kembali, dan di mana— pada kenyataannya—mereka
hidup. (On Anarchism, Noam Chomsky, *tahun hal. 168)

Dimana ketiadaan suatu masyarakat hierarkis yang tersentralisir dari atas kebawah
maupun dari bawah keatas, semuanya terlibat dalam hal mengambil keputusan melalui
delegasi dari berbagai macam afiliasi yang membentuk federasi. Dari federasi-federasi ini
membentuk konfederasi yang memungkinkan untuk pengambilan suatu kebijakan dan
keputusan bersama. Lalu apa perbedaan yang paling signifikan dengan pengambilan
keputusan yang dianut oleh negara demokrasi? Tentu, perbedaan ini terletak pada federasi
demokratik dimana sistem demokrasi disini tidak tersentralisir kepada satu federasi.

Anda mungkin juga menyukai