Prolog
Hayua diponah-ponah
hayua dicawuh-cawuh
(Jagan
dimusnahkan,
Jangan
semena-‐mena,
bila
dipelihara
akan
tetap
ada,
bila
di
diinjak-‐
injak/dirusak
akan
roboh)
Sumber:
Teks
di
tepi
bagian
tebal,
Prasasti
Kawali
I
di
kawasan
Astana
Gede.
1
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
2
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Paguyuban
Pasundan
(saat
bernama
Parki).
Para
guru
bekerja
dengan
gaji
seadanya
dan
penghargaan
yang
hampir
tidak
ada
dari
pemerintah,
namun
perhatian
terhadap
murid
sangat
besar.
Di
masa
orde
baru
saat
nasionalisme
di
benturkan
dengan
keragaman
budaya,
menyebabkan
simbol
kedaerahan
semakin
tersudut.
Saat
itu
pun
juga
Paguyuban
Pasundan
harus
menanggung
beban
stigma
“Negara
Pasundan”
yang
dianggap
berseberangan
dengan
NKRI,
padahal
antara
Paguyuban
Pasundan
dengan
Negara
Pasundan
tidak
ada
kaitan
formal
sama
sekali.
Namun
hikmah
dari
itu,
Paguyuban
Pasundan
terbiasa
untuk
berjuang
dengan
mengoptimalkan
sumberdaya
yang
dimiliki
dan
menghindari
ketergantungan
kepada
pihak
manapun.
Keteguhan
menjaga
kemandirian
namun
tetap
memelihara
silaturahim
dengan
pihak
manapun,
menemukan
bingkainya
saat
reformasi
digulirkan.
Saat
itu
wacana
pentingnya
pemindahan
bandul
kekuasaan
dari
atas
ke
bawah
serta
memberi
ruang
yang
luas
pada
partisipasi
masyarakat,
mengisyaratkan
pentingnya
masyarakat
sipil
(civil
society)
yang
kuat.
3
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Ormas
dan
juga
LSM
merupakan
pilar
utama
masyarakat
sipil
yang
seyogyanya
memiliki
posisi
tawar
yang
bermakna
kala
berhadapan
dengan
masyarakat
negara.
Maka
penguatan
pranata
organisasi
harus
mampu
membangun
kemandirian,
inisiatif,
dan
sikap
kritis
para
penggiat
yang
diharapkan
terakumulasi
menjadi
budaya
organisasi.
Pranata
yang
menjadi
ciri
kultural
masyarakat
sipil,
mencakup
(a)
maindset
keguyuban
(kolektivisme),
(b)
keperdulian
sosial,
dan
(c)
kesadaran
berpribadi.
Ciri-‐
ciri
itu
menjadi
konstatasi
yang
memiliki
linearitas
dengan
kemandirian
kolektif
untuk
kemaslahatan
sosial,
yang
boleh
jadi,
ini
identik
dengan
konsep
socioentrepreneurship,
yang
oleh
J.G.
Dess
disebut
sebagai
spesies
khusus
dalam
genus
wirausaha
(Dees,1998)
Kini
reformasi
sudah
bergulir
lebih
dari
lima
belas
tahun,
namun
masyarakat
sipil
yang
diidam-‐idamkan
masih
jauh
panggang
dari
api,
alih-‐
alih
kemandirian
terwujud,
yang
terjadi
adalah
ketergantungan
kekuatan
civil
society
yang
makin
kuat
kepada
anggaran
publik
(APBN/APBD).
Mobilitas
pun
masih
lebih
kuat
dari
partisipasi,
demokrasi
berjalan
absurd,
supremasi
hukum
masih
terkendala,
kebebasan
berpendapat
belum
produktif
dan
belum
menjadi
sarana
efektif
untuk
mencerdaskan
masyarakat,
dan
yang
lebih
parah
korupsi
kalu
dulu
milik
elit,
kini
telah
menjadi
budaya
kolektif
dan
masif.
4
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
5
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
6
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
7
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
kemungkinan,
yakni
proses
dan
hasil;
dalam
dimensi
proses
sudah
kita
lalu
dalam
satu
dekade
ini,
sedang
pada
dimensi
hasil
belum
menampakan
sosok
yang
jelas.
Budaya
demokrasi
mempunyai
pengertian
kemampuan
manusia
yang
berupa
sikap
dan
kegiatan
yang
mencerminkan
nilai-‐nilai
demokrasi
seperti
menghargai
persamaan,
kebebasan,
dan
peraturan.
Maka
dimensi
hasil
menuntut
implementasi
atas
hasil-‐hasil
dari
proses
demokrasi
yang
dilalui
berdasarkan
azas
persamaan,
kebebasaan,
dan
keadilan
substanstif.
Kedua,
mengembangkan
metodologi
transformasi
budaya
di
luar
jalur
persekolahan.
Ke
depan
harapan
kita
berharap,
nilai-‐
nilai
budaya
sunda
bisa
diletakkan
sebagai
landasan
kebijakan
dan
strategi
pengembangan
karakter
bangsa.
Metodologi
yang
dimaksud
itulah
yang
diharapkan
mampu
mendorong
munculnya
irisan
antara
budaya
sunda
dan
budaya
nasional
dengan
budaya
global,
yang
lebih
masif
dan
terdokumentasi.
Urgensi
irisan
itu
diarahkan
untuk
lahirnya
sistem
sintesis
baru
budaya
Indonesia,
diantaranya
yang
penting
saat
ini
adalah
memerangi
sikap
permisif
masyarakat
terhadap
korupsi
yang
merajalela
dengan
pendekatan
budaya.
Inilah
kontribusi
nyata
komunitas
sunda
terhadap
bangsa
ini
tanpa
memasuki
wilayah
kekuasan
yang
kadang
abai
terhadap
urusan
ini.
Ketiga,
mengembangkan
sistem
rekrutasi
baru
yang
memungkinkan
lahirnya
kader-‐kader
yang
memiliki
potensi
membangun
jaringan
luas,
dan
kesadaran
kelompok
yang
lebih
kuat,
dan
sanggup
bersinergi
untuk
pencapaian
tujuan
bersama.
Ke
depan
masyarakat
sunda
tidak
boleh
lagi
mengandalkan
jumlah
penduduk
sebagai
dasar
keunggulan
dalam
berkomptensi,
namun
harus
lebih
memasuki
ranah
yang
lebih
kualitatif.
Dan
itu
membutuhkan
sarana
dan
proses
serta
perencanaan
yang
lebih
adaftif
dengan
kondisi
yang
dihadapi.
Ketiga
hal
itu
erat
kaitannya
dengan
harapan
nenek
moyang
Sunda
yang
bisa
kita
simak
pada
naskah
prasasti
Kawali
bagian
kesatu,
yang
penulis
gubah,
isinya
“Berpa
aya
ma,
nu
ngeusi
bhagya
Sunda
bari
pakena
kereta
bener
pakeun
nanjeur
na
Juritan”.
Yang
berarti,
semoga
ada
generasi
8
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
9
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
10
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Mengapa koperasi?
11
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
12
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
13
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
14
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
15
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
16
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
17
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
18
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
19
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
“Maaf
pak,
dari
Unpas?”
Mata
saya,
demikian
pula
Prof.Ali
Anwar
dan
pak
Khaerul
yang
sedang
sama-‐sama
memasuki
lobi
hotel,
menoleh
ke
arah
datangnya
suara.
Seorang
wanita
muda
dengan
beberapa
temannya
menunggu
kedatangan
kami
di
pintu
Hotel
Luwansa
di
Palangkaraya,
tanggal
12
Juli
yang
lalu.
Kami
bertiga
mengangguk
sedikit
terheran-‐heran.
Dia
memperkenalkan
diri
sebagai
alumnus
Unpas
angkatan
1991
sekarang
telah
bekerja
di
salah
satu
bank
nasional
milik
pengusaha
ternama
dewasa
ini.
20
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
itu
harus
saya
terima?”
Saya
berfikir,
tidaklah
banyak
yang
dilakukan
setelah
mendapat
penghargaan
Bakti
Koperasi
tahun
lalu.
Hanya
berkunjung
ke
daerah
mengunjungi
gerakan
koperasi
untuk
berbabagai
kegiatan
sosialisasi
KUR,
bintek,
diskusi-‐diskusi,
atau
RAT
di
beberapa
koperasi,
misalnya.
Tugas-‐tugas
yang
sayaanggap
tidaklah
terlalu
berat,
itupun
dijalankan
karena
saya
sebagai
unsur
pimpinan
Dekopinwil
Jabar
dan
sebagai
dosen
koperasi,
lumayan
untuk
menambah
bahan
ajar
di
kelas.
Kalaupun
ada
yang
lebih
dalam
dari
itu,
adalah
janji
saya
kepada
Bapak
Menteri
KUMKM
RI.
Saat
beliau
menanyakan
mengapa
saya
tidak
meneruskan
tugas
di
IKOPIN.
Waktu
itu
saya
menjawab,
“Pak
saya
akan
tetap
di
koperasi,
walaupun
tidak
menjadi
rektor”
21
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
koperasi
tidak
hanya
karena
mundurnya
IKOPIN
saja.
Bagi
saya,
masalah
IKOPIN
bukan
sekedar
masa
depan
ekonomi
bangsa
yang
dititipkan
para
founding
fathers.
Tapi
juga
masalah
kehormatan
masyarakat
Jawa
Barat
yang
dititipi
aset
nasional,
yang
di
awal-‐awal
sebagai
perintis,
pejuang,
dan
pengelolanya,
merupakan
tokoh-‐tokoh
terhormat
masyarakat
Sunda.
Jujur
saja
saat
tanggal
12
Juli
2012,
bukan
penghargaan
itu
yang
membuat
hati
terenyuh.
Ada
yang
lain,
yakni
pertama,
tetap
disebutnya
peran
masyarakat
Jawa
Barat
(baca,
Sunda)
dalam
perjalanan
sejarah
perkoperasian
nasional.
Peristiwa
itu
berulang
tiap
tahun,
tanpa
mengurangi
dampak
sentimentil
dalam
hati
saya.
Apalagi
bila
dikaitkan
dengan
kenyatan
dunia
perkoperasian
Jawa
Barat
tidaklah
seindah
sejarahnya.
Tidak
pula
sesepektakuler
jumlah
unit
yang
ada
terbesar
secara
nasional.
Tidak
sepatriotik
pendiri
IKOPIN
di
tahun
70-‐80
an.
Dan
tidak
sepada
dengan
jumlah
penerima
penghargaan
setiap
tahunnya
yang
diberikan
kepada
para
tokohnya.
Kedua,
ditetapkannya
Kopma
UPI
sebagai
koperasi
terbaik
nasional
untuk
katagori
mahasiswa.
Terbayang,
peristiwa
tiga
puluh
tahun
yang
lalu
memulai
segalanya
dengan
hambatan
internal
22
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
yang
sangat
kuat.
Tidak
ada
seorang
pun
teman
di
awalnya
mau
membantu
karena
koperasi
embrionya
bermasalah
cukup
berat.
Setelah
tiga
tahun
berselang
semuanya
menjadi
lain.
Dalam
perjalanan
wacana
spritual
pribadi,
peristiwa
12
juli
2012,
menegaskan
satu
nilai
“keyakinan
yang
didasari
oleh
keikhlasan,
pada
akhirnya
keindahan
akan
datang
pada
waktunya”.
Tugas
kita
melakukan
apa
yang
bisa
kita
kerjakan.
Tanpa
perlu
meminta
dan
berharap,
bila
itu
terbaik
bagi
kita
dan
Allah
menghendaki
semuanya
akan
berjalan
dengan
sendirinya.
23
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
24
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Apa
yang
salah
dari
rentetan
cerita
panjang
itu.
Sepertinya
tidak
ada
yang
salah,
belanja
pendidikan
Jabar
dalam
kurun
waktu
lima
tahun
telah
mengeluarkan
lebih
dari
10
triliun
rupiah.
Sementara
tahun
2012
alokasi
anggaran
fungsi
pendidikan
di
Dinas
Pendidikan
Jabar
mencapai
1,602
triliun
rupiah,
jika
digabung
dengan
dinas
lain
maka
anggaran
fungsi
pendidikan
di
Jabar
mencapai
dua
triliun
rupiah.
Belum
termasuk
dana
CSR
dan
dana
masyarakat
lainnya.
Namun
hasilnya
hanya
mampu
menaikan
Rata-‐rata
Lama
Sekolah
sekitar
satu
tahun
saja.
Lebih
dari
itu,
dana
yang
besar
itu
masih
masih
menyisakan
sekitar
10
jutaan
anak
usia
sekolah
belum
tertampung
di
lembaga
persekolahan1.
1
Komponen
Rata-‐rata
Lama
Sekolah
(RLS)
di
Jabar
dalam
kondisi
merah.
Dari
26
kota/kabupaten,
25
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
26
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Langkah Terobosan
Selain
itu,
pada
tataran
yang
lebih
hilir,
sudah
saatnya
Jabar
mengembangkan
pendidikan
berbasis
IT.
Kondisi
geografis
daerah
selatan,
27
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
serta
daya
jangkau
jaringan
teknologi
informasi,
serta
potensi
SDM
yang
relatif
lebih
baik
di
banding
propinsi
lain;
merupakan
pendorong
untuk
mulai
diterapannya
e-‐learning
dalam
pelayanan
pendidikan
kita.
Pengembangan
e-‐Learning
sangat
baik
untuk
mengajak
masyarakat
mulai
melek
teknologi.
Melek
teknologi
selanjutnya
menjadi
bagian
penting
dalam
mengembangkan
kreasi
dalam
bentuk
usaha
setelah
pendidikan
usai.
Ini
bisa
dilakukan
oleh
pemerintah
propinsi,
dimana
salah
satu
dari
dua
kewenangannya
mengurusi
sekolah
bertaraf
Internasional,
yang
sekarang
keberlangsunggannya
sudah
final
di
MK.
Wassalam.
28
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Menjelmakan
visi
Jawa
Barat
sebagai
provinsi
termaju
merupakan
tantangan
yang
memiliki
nilai
relevan
dengan
kondisi
saat
ini.
Selain
berdekatan
waktunya
dengan
pemilihan
pimpinan
tertinggi
di
pemerintahan
daerah
Jawa
Barat.
Bisa
jadi,
hasil
bincangan
ini
diharapkan
menjadi
masukan
berharga
bagi
siapa
saja
yang
terpilih.
Selain
itu,
berdasarkan
hasil
studi
Abdulah
dkk.
(2002),
ditemukan
bahwa
daya
saing
Jawa
Barat
berada
di
posisi
23
dari
26
provinsi
yang
diteliti,
untuk
aspek
pemerintahan
(government),
yang
mencakup
faktor
peraturan
pemda
di
bidang
investasi,
pajak
dan
retribusi.
Sementara,
studi
lain
yang
dilakukan
oleh
LPEM-‐FEUI
(2001)
di
9
kabupaten/kota
di
Jawa
Barat,
menyimpulkan
bahwa
pengusaha
yang
menjadi
responden
dalam
penelitian
tersebut,
merasa
iklim
usaha
belum
kondusip.
Diantaranya,
adalah
biaya
usaha
di
Jawa
Barat
dirasakan
sangat
mahal.
Baik
pungutan
resmi
maupun
tidak
resmi.
Hal
yang
terakhir
mengindikasikan
perlu
adanya
perbaikan
kinerja
pemerintahan,
karena
bila
daya
saing
Jabar
lemah,
maka
posisi
“Provinsi
Termaju”
sulit
terwujud.
Posisi
pemerintah
daerah
provinsi
dalam
konstelasi
paradigma
otonomi
daerah,
model
UU
no.
22
tahun
1999,
jelas
berbeda
dengan
posisi
lama.
Namun
melalui
fungsi
regulator,
pemerintah
provinsi
tetap
memiliki
peran
penting
terutama
dalam
memberi
garis
tebal
dalam
kerangka
hukum,
untuk
berbagai
kebijakan
pemerintah
kabupaten/kota.
Kemudian,
harus
diakui
pula
sampai
saat
ini
otonomi
daerah
belum
sepenuhnya
berjalan
dengan
baik,
sehingga
peran
pendampingan
(advisor)
untuk
mengimplementasikan
kewenangan
dan
keleluasaanbagi
kabupaten/kota,
masih
perlu
dijalankan
oleh
pemerintahan
provinsi.
Mengacu
pada
Rencana
Strategis
Propinsi
Jawa
Barat
(Jabar)
2001-‐2005,
serta
berdasarkan
pengembangan
pengamatan
pribadi,
dalam
kapasitas
dan
posisi
penulis,
setidak-‐tidaknya
ada
beberapa
permasalahan
krusial
yang
dihadapi
oleh
Jabar
dalam
mengejar
visi
sebagai
propinsi
termaju,
yakni
rendahnya
indeks
pembangunan
manusia
(IPM),
kesenjangan
29
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
30
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
31
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
32
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
33
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
34
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
35
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
budaya
yang
jelas.
Keadaan
itu
berimbas
pada
ketahanan
budaya
dan
ketangguhan
jati
diri.
Fenomena
ini
semakin
merata
dengan
tingginya
angka
urbanisasi
dan
penglaju
(commuter),
serta
meruyaknya
bisnis
berbasis
elektronis.
Dan
Jawa
Barat
menjadi
pasar
penting
bagi
berkembangnya
bisnis
berbasis
elektronis
ini.
Proporsi
masyarakat
Sunda
yang
bertutur
dalam
bahasa
ibu
kian
lama,
kian
berkurang.
Sopan
santun
serta
keramahtamahan
telah
bergeser
ke
arah
upacara
yang
seremonial.
Sementara
peraturan
daerah
yang
berkaitan
dengan
kebudayaan
dan
bahasa
Sunda,
dalam
pelaksanaannya
masih
dihadapkan
pada
berbagai
kendala.
Dalam
iklim
kepemerintahan
yang
baik
(good
governance
climate)
masa
mendatang,
tampaknya
mengimplementasikan
peraturan
daerah
mengenai
budaya
Sunda
harus
menjadi
garapan
penting.
Penegakan
Hukum
Upaya
menegakan
tidak
lepas
dari
sistem
hukum
yang
berlaku,
namun
mengenai
itu
tidak
dibahas
dalam
kesempatan
ini.
Yang
paling
penting
untuk
dihadapi
saat
ini
adalah
konsistensi
dan
komitmen
aparat
hukum.
Kinerja
aparat
hukum
memberikan
jaminan
penegakan
hukum
dan
kepastian
hukum,
dan
itu
harus
menjadi
conditio
sine
quanon
bagi
Jabar
di
masa
depan.
Pergeseran
budaya,
meningkatnya
iklim
persaingan
hidup,
problematika
dunia
pendidikan,
rangsangan
kemewahan
dan
gemerlapnya
dunia
hiburan,
serta
merebaknya
pragmatisme;
telah
membentuk
moral
masyarakat
sedemikian
rupa
yang
semakin
jauh
dari
tuntunan
norma
hukum
dan
bahkan
agama
manapun.
Fenomena
tersebut
banyak
menciptakan
paradoksal.
Paradoksal
dimaksud
yaitu
terjadinya
distorsi
antara
lain,
pemahaman
agama
dengan
pengamalan
agama.
Sulit
terbentuknya
masyarakat
yang
bercirikan
civil
society,
sebagai
syarat
terbentuknya
good
governance,
tanpa
adanya
kesadaran
terhadap
norma
hukum
dan
etika
serta
agama
yang
tinggi.
Perencanaan
Pembangunan
36
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
37
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
38
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
39
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
40
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
hanya
ditentukan
sekitar
20%
oleh
hard
skill
dan
sisanya
80%
oleh
soft
skill.
Harus
kita
akui
bahwa
pendidikan
di
Indonesia
saat
ini
lebih
memberikan
porsi
yang
lebih
besar
untuk
muatan
hard
skill,
bahkan
bisa
disebut
melupakan
soft
skill.
Indikasi
ke
arah
itu
sangat
kuat
bila
dikaitkan
dengan
fakta
bahwa
semakin
tinggi
tingkat
pendidikan
diraih
oleh
manusia
Indonesia,
semakin
tinggi
ketergantungannya
dan
semakin
rendah
kemandiriannya.
Hal
ini
didukung
oleh
data
bahwa
lulusan
perguruan
tinggi
yang
memilih
berwirausaha
hanya
6%
saja,
sedang
sisanya
lebih
banyak
menjadi
pegawai.
Kebalikannya
lulusan
pendidikan
di
bawahnya
semakin
besar
pula
yang
memilih
bekerja
secara
mandiri.
Maka
dapat
disimpulkan
keberhasilan
pendidikan
di
Indonesia
tidak
berkorelasi
dengan
meningkatnya
pendapatan
nasional,
sebagaimana
terungkap
dari
data
UNESCO-‐UECD.
41
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Manfaat
dari
strategi
pendidikan
tinggi
yang
baru
tersebut
adalah:
1)
mencegah
terjadinya
dilema
selama
ini
yang
sangat
sulit
dipecahkan,
yaitu
pilihan
penekanan
pada
kuantitas
dan
kualitas;
2)
memberikan
kontribusi
kepada
usaha
nasional
dalam
melakukan
pembenahan
struktural;
3)
42
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
43
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
44
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
45
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
46
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
ASEAN
Economic
Community
(AEC)
adalah
salah
satu
dari
3
pilar
konsep
ASEAN
Integration
yang
telah
disetujui
bersama
oleh
kepala
negara
dari
10
negara
anggota
ASEAN
dalam
pertemuan
di
Bali
tahun
2003,
kemudian
dikukuhkan
lewat
Declaration
of
ASEAN
Concord
II
atau
yang
dikenal
dengan
BALI
Concord
II.
Konsep
utama
dari
AEC
adalah
menciptakan
ASEAN
sebagai
sebuah
pasar
tunggal
dan
kesatuan
basis
produksi
dimana
terjadi
free
flow
atas
barang,
jasa,
faktor
produksi,
investasi
dan
modal
serta
penghapusan
tarif
bagi
perdagangan
antar
negara
ASEAN
yang
kemudian
diharapkan
dapat
mengurangi
kemiskinan
dan
kesenjangan
ekonomi
diantara
negara-‐negara
anggotanya
melalui
sejumlah
kerjasama
yang
saling
menguntungkan.
Pasar
tunggal
dan
basis
produksi
diharapkan
membuat
ASEAN
lebih
dinamis
dan
produkif,
dan
menjadikan
segmen
yang
lebih
kuat
dari
rantai
pasokan
global.
Melalui
terwujudnya
AEC
posisi
tawar
ASEAN
di
perekonomian
global
menjadi
lebih
kuat
dan
berdaya
saing.
47
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
48
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
e. Birokrasi
yang
ada,
belum
efisien
dan
belum
sepenuhnya
berpihak
pada
pebisnis.
Disamping
itu,
sinkronisasi
program
&
kebijakan
pemerintah
(pusat
dengan
daerah)
masih
memerlukan
koordinasi
lebih
baik
lagi.
a. Jumlah
penduduk
237
juta
jiwa,
merupakan
40%
dari
total
penduduk
di
Asia
Tenggara,
angka
yang
besar
untuk
munculnya
pasar
yang
prosfektif;
49
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
50
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
51
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
52
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
53
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
54
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
55
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
56
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Apa
yang
salah
dengan
di
kita
pikir
saya?
Setelah
dua
hari,
tiga
hari,
baru
ditemukan
bedanya.
Mereka
di
saat
jam
kerja
senantiasa
menyibukan
diri.
Terlihat
di
sela-‐sela
kerja
bersenda
gurau
di
antara
mereka,
tapi
tangan,
kaki,
dan
mulutnya
tidak
berhenti
bekerja.
Ada
saja
yang
selalu
di
buka,
di
tulis,
dicari,
dikerjakan
tangannya.
Kakinya
terus
bergerak
di
ruang
kerjanya.
Mulutnya
tidak
berhenti
menyapa
dan
tersenyum
kepada
orang
57
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Kedua,
kinerja
dosen
patut
ditiru.
Tanpa
harus
malu,
saya
harus
mengatakan,
”kita
harus
masih
banyak
belajar”.
Tiga
hal
yang
harus
dicatat,
dalam
masalah
ini.
Pertama,
kesadaran
profesi
diperlihatkan
dengan
persiapan
mengajar
dan
penguasaan
bahan.
Mengajar
lebih
dari
satu
mata
kuliah
dalam
satu
semester,
hampir
sulit
ditemukan.
Kajian
materi
perkuliahan
senantiasa
komprehensif
dan
tuntas.
Saya
yang
ditugasi
membantu
Prof.Ginandjar
Kartasasmita
dalam
mata
kuliah
Kebijakan
Publik,
lebih
concern
hanya
pada
kajian
ekonomi
khususnya
dalam
membahas
kasus
kemiskinan
dan
pembangunan
di
Indonesia.
Selebihnya
beliau
mempersiapkan
sendiri,
di
bantu
anggota
tim
lain
yang
kompeten
di
bidangnya.
Kedua,
pemanfaatan
teknologi
informasi
sangat
optimal.
Di
ruang
dosen
kelengkapan
internet
tersedia.
Saya
jadi
ingat
di
ruang-‐ruang
dosen
kita
malah
yang
tersedia
tayangan
TV.
Di
masa
datang
kelihatannya
asesoris
ruangan
itu
harus
dilihat
ulang.
Hubungan
dosen
dengan
mahasiswa
berjalan
dengan
baik
dengan.
Sikap
ramah,
bersahabat
dari
para
dosen,
di
respon
rasa
hormat
dari
mahasiswa.
Mahasiswa
sangat
menghormati
posisi
dosen,
dan
dosen
senantiasa
merasa
terpanggil
untuk
membantu
mahasiswanya.
Fenomena
itu,
coba
saya
kritisi,
kemungkinan
hipotetisnya
banyak.
Jawaban
hipotetis
akhir,
adalah
pada
perbaikan
sistem
insentif,
dan
rekayasa
sosial
dalam
mengapresisasi
profesi
pendidik,
di
samping
kesadaran
internal
pendidik
terhadap
profesi
juga
tak
kalah
penting.
58
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
59
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
60
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
2
Berdasarkan
ketentuan
WTO,
khususnya
Perjanjian
Perdagangan
Jasa
(General
Agreement
on
Trade
In
Services/GATS),
beberapa
cara
dapat
dilakukan
untuk
memperdagangkan
sektor
jasa
pendidikan.
Pertama,
dilakukan
dengan
internet-‐based
courses
(cross-‐border
supply)
atau
sarana
komunikasi
lainnya.
Kedua,
membolehkan
mahasiswa
Indonesia
belajar
di
luar
negeri
(consumption
abroad),
Ketiga,
membolehkan
perguruan
tinggi
asing
mendirikan
perguruan
tinggi
di
Indonesia
(commercial
presense).
Terakhir,
membolehkan
pengajar
asing
memberikan
kuliah
di
perguruan
tinggi
di
Indonesia
(presense
of
natural
person).
61
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
62
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
63
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
64
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
65
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Kiprah
di
bidang
politik
Tjetje
Hidayat
Padmadinta
(THP),
sudah
saya
kenal
melalui
cerita-‐cerita
pendek
ayah
saya
saat
itu.
Sampai
saat
ini
secara
66
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
pribadi
saya
pun
mengenal
THP
dengan
baik.
Dari
pengenalan
itu
dapat
keyakinan,
bahwa
THP
tidak
termasuk
tokoh
yang
memiliki
kemampuan
“membeli”
gelar
itu
dengan
uang.
Dia
tidak
cukup
kaya
untuk
itu.
Demikian
pula
dengan
kemampuan
memberi
harapan
fasilitas.
Walaupun
THP
adalah
politikus
kahot
di
Jabar,
tetapi
tidak
memiliki
potensi
untuk
memberi
konsesi
politik
apapun
kepada
lembaga
pemberinya.
Sebagaimana
bila
pemberian
itu
diberikan
kepada
para
pejabat
politis
seperti
presiden,
menteri,
gubernur,
atau
sederajat.
Sebagai
politisi
praktis,
perjalanan
hidup
THP
banyak
diwarnai
oleh
“kekalahan”.
THP
lahir
di
Bandung
22
Juni
1935
memulai
kiprahnya
dalam
politik
praktis
pada
usia
20
tahun.
Sejak
1955
terjun
dalam
politik
praktis,
dengan
mengusung
semangat
kesundaan,
namun
partainya
memperoleh
hasil
yang
buruk.
Di
awal
era
orde
baru
pun
beberapa
kali
masuk
penjara.
Di
awal
era
reformasi
THP
mencoba
terjun
kembali
di
dunia
politik
dengan
menggunakan
partai
baru
yakni
PKP,
hasilnya
pun
tidak
menggembirakan.
Diluar
jabatannya
sebagai
anggota
legislatif
di
tahun
90-‐an
melalui
Golongan
Karya
hampir
tidak
ada
karir
politik
yang
membanggakan.
Demikian
pula
saat
ia
merasa
terkecoh–
beserta
banyak
tokoh
Jabar
lainnya-‐
masuk
salah
satu
ormas
yang
digadang-‐gadang
akan
mengadakan
perubahan
namun
ujung-‐ujungnya
masuk
kancah
politik
dan
menjadi
partai
politik
pula.
THP
pun
akhirnya
sambil
menggerutu,
hengkang
dari
ormas
tersebut.
67
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Dari
tiga
epilog
tadi,
yakni
pertama,
kiprahnya
di
politik
praktis
walau
sering
gagal
tapi
tidak
menyerah
dan
harus
mendekam
di
penjara.
Kedua,
penolakan
terhadap
politik
praktis
yang
tidak
etis,
saat
keluar
dari
ormas,
dan
sikap
tegasnya
kepada
Paguyuban
Pasundan.
Ketiga,
keluhannya
terhadap
peran
politik
ki-‐Sunda
di
kancah
nasional
yang
masih
sangat
kecil.
Tersembul
sebuah
pelajaran
penting
dalam
berpolitik
bagi
generasi
muda
ki-‐Sunda,
yakni
Politik
tak
hanya
berkaitan
dengan
proses
meraih
kekuasaan.
Bagaimana
diraihnya,
dijalankan
atau
pun
dipertahankan;
membutuhkan
etika
yang
mendasarinya.
Jika
itu
diabaikan
maka
idelogi,
nilai
budaya
malahan
ajaran
agama
yang
diagungkan
sekalipun,
hanya
menjadi
sekedar
alat
belaka.
Dalam
konteks
itu,
pemikiran
THP
selaras
dengan
pandangan
Albert
Camus
yang
melihat
politik
sebagai
perjuangan.
Dari
sana
lahir
pengakuan
terhadap
komitmen,
keterlibatan
tanpa
henti,
68
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
69
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Demokrasi
dan
Budaya
Kekuasaan
Sunda
Menulis
sebuah
makalah
dengan
karakteristik
ilmiah
untuk
judul
di
atas,
jelas
bukan
pekerjaan
mudah
bagi
saya,
yang
tidak
secara
intens
belajar
tentang
budaya.
Namun
dengan
berbagai
pertimbangan,
antara
lain
untuk
sekedar
beropini,
hal
itu
tampaknya
tidak
ada
salahnya.
Sebagai
elemen
pendukung
budaya
Sunda
memang
seharusnya
merasa
terpanggil
untuk
concern
terhadap
dinamika
dan
problematika
masyarakat
sunda
yang
kerap
merasa
termarjinalisasikan
dalam
kancah
perebutan
kekuasaan
melalui
mekanisme
demokrasi
yang
telah
berkembang
dalam
satu
dasa
warsa
terakhir
ini.
Kajian
saya
tentu
saja
tidak
akan
menapak
lekat
pada
budaya
dalam
perspektif
sejarah.
Selain
kajian
bernuansa
sejarah
pasti
telah
dibahas
oleh
penyaji
sebelumnya
yang
jelas
lebih
berkompeten,
sebagaimana
dalam
jadwal
acara,
juga
tidak
ada
salahnya
melihat
topik
ini
dari
perspektif
kekinian.
Yakni
pada
saat
wacana
demokrasi
yang
berkembang
di
masyarakat,
boleh
jadi
baik
semangat
maupun
implementasinya,
kurang
relavan
dengan
pengalaman
hidup
“urang
Sunda”
di
masa
lalu.Ide-‐ide
globalisasi
dan
demokratisasi
yang
berkembang
saat
ini,
pada
dasarnya
tidak
akan
menghapus
eksistensi
kelompok-‐kelompok
budaya
yang
ada
di
masyarakat
dunia,
malah
boleh
jadi
akan
menjadi
pengikat
yang
kuat
untuk
itu.
Hal
itu
sebagaimana
prediksi
John
Naisbit
tentang
kemunculan
gejala
tribalisme
di
tengah
gejolak
globalisme.
Sehubungan
dengan
itu,
maka
saya
anggap
diskusi
mengenai
topik
ini
sangat
penting,
khususnya
sebagai
upaya
mencari
benang
merah
serta
interelasi
antara
budaya
Sunda
dengan
fenomena
global.
Sehingga
budaya
Sunda
tetap
mampu
memberikan
kontribusi
berarti
bagi
kehidupan,
khususnya
kepada
masyarakat
pendukung
budayanya.
70
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Saat
PNI
berjaya
di
masa
orde
lama,
ataupun
Golkar
di
masa
orde
baru,
Jawa
Barat
selalu
menjadi
penyumbang
suara
sangat
signifikan
bagi
kedua
kekuatan
politik
tersebut.
Demikian
pula
fakta
PKI
yang
tidak
pernah
berhasil
menguasai
Indonesia,
karena
selalu
tidak
pernah
berhasil
menguasai
masyarakat
Jabar
yang
religius.
Namun
hasilnya
apa?,
sangat
tidak
banyak
elit-‐elit
politik
nasional
selanjutnya
yang
lahir
benar-‐benar
dari
kesejarahan
budaya
Sunda
dari
keloyalan
terhadap
bangsa
ini.
Fenomena
terisinya
sebagian
besar
kursi
di
DPRD
Jabar
oleh
kelompok
mukimin,
memperkuat
dugaan
bahwa
masyarakat
Sunda
“tidak
pandai
berpolitik”
namun
tetap
sebagai
“pendukung
politik
potensial”.
Jelas
gambaran
itu
tidak
menggambarkan
penguasaan
resources
yang
elegant
71
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Hampir
sulit
saat
ini
menemukan
figur
nasional
Sunda
yang
memiliki
latar
belakang
kuat
dengan
perjuangan
ki-‐Sunda.
Wajar
bila
mereka
kemudian
tidak
memiliki
hutang
sejarah
dengan
perkembangan
budaya
Sunda.
Kalaupun
ada,
hanya
elit-‐elit
politik
untuk
skala
lokal,
yang
nyaring
bersuara
kepentingan
“Budaya
Sunda”
namun
kecil
akseptabilitas
pada
permasalahan
akar
rumput.
Isyu-‐isyu
kedaerahan
sering
dijadikan
agenda
politik,
namun
tidak
pada
implementasi
kebijakan.
Dalam
bahasa
sehari-‐
hari
mahasiswa,
fenomena
ini
disebut
“Lebih
berciri
retorika
ketimbang
realita”.
72
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
73
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
74
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
75
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Berkaitan
dengan
itulah,
maka
dalam
rapat
yang
diadakan
23/4
2013
diputuskan
sikap
politik,
setelah
melihat
kondisi
masyarakat
khususnya
paska
reformasi
yang
telah
berjalan
16
tahun
terakhir
ini.
Sikap
itu
adalah.
Pertama,
Agar
UUD
1945
hasil
amandemen
ditinjau
kembali,
karena
pada
beberapa
bagian
penting
konstitusi
kita
telah
menciptakan
potensi
keadaan
yang
mengancam
paham
dasar
kehidupan
berbangsa
dan
bernegara,
yakni
hilangnya
faham
kebersaman
atas
dasarkekeluargaan.
Demokrasi
barat
berdasar
pada
liberalisme
dan
individualisme
telah
meracuni
kearifan
budaya
nasional
yang
berciri
silih
asih,
asah,
dan
asuh.
Sehingga
kini
berkembang
budaya
pragmatisme,
hedonisme,
dan
transaksionalisme
yang
mengancam
budaya
luhur
secara
masif.
76
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
77
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
lebih
kuat
lagi.
Saat
ini
faktor-‐faktor
etika
dan
moral
yang
secara
langsung
maupun
tidak
langsung
ditunjukan
oleh
para
elit
politik,
seperti
pemerintah
beserta
birokrasinya,
serta
terakhir
adalah
mentalitas
pengusaha
Indonesia;
sudah
tidak
bisa
ditangani
dengan
cara
biasa.
Penguatan
KPK
seyogyanya
sejalan
pula
dengan
upaya
reformasi
sistem
penegakan
hukum
secara
luas,
sehingga
ke
depan
upaya
pemberantasan
korupsi
menjadi
agenda
bersama
para
penegak
hukum
dalam
membangun
pemerintah
yang
bersih
dan
berwibawa.
Keenam,
menghimbau
segenap
warga
Paguyuban
Pasundan
di
seluruh
wilayah,
baik
di
dalam
negeri
maupun
di
luar
negeri,
untuk
tampil
aktif
mendorong
putra-‐putri
bangsa
terbaik
yang
mampu
menyelesaikan
masalah
bangsa
untuk
memimpin
bangsa
ini
lima
tahun
mendatang,
dengan
mengedepankan
persatuan
dan
kesatuan
bangsa
demi
terjaganya
keutuhan
Negara
Kesatuan
Republik
Indonesia.
78
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Visi
Ekonomi
Kerakyatan
Para
Capres
Sejujurnya
harus
diakui
visi
dan
misi
ekonomi
kerakyatan
sebagai
dasar
kemandirian
ekonomi
yang
dibuat
oleh
kedua
pasangan
capres/cawapres,
yang
tertuang
dalam
Nawa
Cita
(Jokowi/JK)
dan
Agenda
Nyata
(Prabowo/HR);
tidak
menunjukkan
hal
yang
luar
biasa
dan
baru
sama
sekali,
malah
cenderung
miskin
terobosan.
Namun
bagaimanapun
hal
ini
harus
diapresiasi
-‐
sebagaimana
sering
penulis
kemukakan
dalam
sepuluh
tahun
terakhir
ini-‐
ekonomi
kerakyatan
seolah
hampir
dilupakan
dalam
ingatan
para
pejabat
publik
terutama
pada
tahapan
mplementasi.
Kedua
konsep
tersebut
mencoba
menjawab
tantangan
perekonomian
yang
berimbas
pada
kesejahteraan
rakyat,
hal
ini
tepat,
karena
selama
ini
ekonomi
kita
ditandai
paradoksal
makro
ekonomi
dengan
mikro
ekonomi.
Disatu
sisi
indikator
makro
tumbuh
luar
biasa
di
sisi
lain
sektor
ril
cenderung
stagnan,
karena
pertumbuhan
dipompa
oleh
konsumsi
bukan
produksi.
Ditengah
harapan
kembalinya
ekonomi
konstitusi
yang
asli,
dan
membaiknya
kesejahteraan
rakyat
untuk
lima
tahun
mendatang,
bangsa
ini
patut
mempertanyakan
kesungguhan
dalam
mewujudkan
visi
dan
misi
itu.
Setidak-‐tidaknya
ada
tiga
kekhawatiran
yang
mendasari
pertanyaan
itu.
Pertama,
Jusuf
Kala
(JK)
atau
Hatta
Rajasa
(HR)
yang
akan
menjadi
nakhoda
perekonomian
dalam
lima
tahun
ke
depan,
tidak
cukup
memberi
keyakinan
untuk
mampu
mewujudkan
harapan
tersebut.
Seolah
telah
menjadi
karakter
keduanya
dalam
keikutsertaan
menjalankan
roda
perekonomian
nasional
selama
masa
reformasi
ini.
Program
BLT
yang
digagas
JK
bukanlah
ide
yang
baik
dalam
membangun
karakter
kemandirian,
dan
jauh
panggang
dari
api
untuk
membangun
UMKM
yang
tangguh
dan
berdaya
saing.
Demikian
pula
program
MP3EI
yang
dibidani
HR,
lebih
cenderung
memompa
pertumbuhan
ketimbang
memperhatikan
79
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
80
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
81
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
basis
kemandirian
dalam
lima
tahun
ke
depan
akan
menetukan,
apakah
kita
akan
tetap
menjadi
pasar
produk
negara
lain,
dan
rakyat
kita
tetap
menjadi
buruh
dengan
upah
murah
dalam
sistem
ekonomi
yang
samasekali
kita
tidak
memahaminya.
Walahualam.
82
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Menunggu
Jokowinomics
Tanpa
ingin
merecoki
proses
politik
yang
tengah
berjalan
khususnya
pada
pasca
pilpres.
Tanpa
juga
bermaksud
membuat
lebih
galau
para
pihak
yang
terganggu
dengan
kinerja
kabinet
Jokowi.
Tulisan
ini
hanya
ingin
mengembalikan
ingatan
pubik
terhadap
pentingnya
perikehidupan
ekonomi
yang
berkeadilan
sebagaimana
diamanatkan
oleh
para
pendiri
bangsa.
Dimana
tugas
penting
negara
dalam
urusan
ini,
adalah
melaksanakan
diktum,
“perekonomian
disusun.....”.
Sementara
ini
perekonomian
kita
saat
ini
bernuansa,
perekonomian
“tersusun”
oleh
sistem
pasar
yang
sangat
tidak
berkeadilan.
83
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
84
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Penjelasan
pasal
33
UUD
1945
yang
murni
pun
menunjuk
dengan
jelas
tentang
wujud
nyata
dari
badan
usaha
yang
dimasud
sebagai
koperasi.
Sementara
orang
di
sekitar
kita
menganggap
itu
kuno
dan
tidak
terbukti.
Padahal
fakta
yang
terjadi
di
negara-‐negara
maju
menunjukan
kebalikannya.
Contoh
eksterim,
RRC
dengan
tidak
meninggalkan
faham
politiknya
yang
komunis
dengan
pengaturan
negara
yang
ketat,
namun
faktanya
bisa
mengembangkan
kehidupan
ekonomi
dengan
sistem
pasarnya
yang
lebih
elegan
dari
kita.
Demikian
pula
Singapura,
Jepang,
Perancis,
Inggirs,
bahkan
di
Amerika
yang
mentasdikkan
sebagai
negara
kapitalis,
namun
koperasinya
berkembang
luar
biasa.
Sementara
di
sisi
lain,
negara
kita
saat
ini
telah
bergulir
amat
jauh
menjadi
negara
kapitalis
tanpa
tapal
batas.
Kini
Jakarta
menjadi
kota
yang
memiliki
mall
terbanyak
di
dunia.
Mall
sebagai
representasi
pemodal
kuat
telah
melindas
usaha-‐usaha
eceran
rakyat
sampai
ke
peloksok,
dan
membunuh
eksistensi
usaha
rakyat.
Demikian
pula
ekspansi
lembaga
keuangan
dengan
modal
kuat
kini
menjadi
mesin
penghisap
usaha
koperasi
di
bidang
ini
secara
pasti.
85
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
86
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
87
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
88
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
89
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
90
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Seseorang
berdiri
di
bibir
pantai
melihat
jauh
ke
depan,
selepas
mata
memandang
yang
dilihatnya
hanya
laut
biru.
Pada
saat-‐saat
tertentu
tapi
pasti,
debur
ombak
pecah
di
muka
bibir
pantai.
Ia
tahu
jauh
nun
disana
terdapat
sebuah
daratan
yang
penuh
keindahan
dan
kaya
dengan
potensi
alamnya.
Sebagai
seorang
yang
memiliki
pandangan
jauh
ke
depan,
ia
amat
besar
keinginannya
untuk
sampai
ke
pulau
harapan
itu.
Yang
ia
lakukan
kemudian
adalah
berusaha
untuk
memperoleh
perahu,
membuat
atau
mencari
tumpangan
perahu,
kalau
proses
menuju
ke
tujuan
itu
ingin
lebih
cepat
maka
ia
harus
memiliki
perahu
dan
kendali
kapal
sepenuhnya
ada
pada
dirinya.
Pada
dasarnya
ia,
adalah
seorang
pemimpin.
Dan
perahu
yang
harus
ia
siapkan
dan
dijaga
selama
perjalanan,
merupakan
analog
dari
sebuah
91
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
92
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
baik
pula.
Tapi
bila
prosesnya
dipenuhi
dengan
intrik,
pembelian
suara,
intimidasi,
rekayasa
dukungan;
maka
hasilnya
bisa
dipastikan
akan
meninggalkan
persoalan
dikemudian
hari.
Dan
akan
menentukan
tingkat
keterterimaan
konstituen
terhadap
pemimpinnya.
Saya
mempunyai
tesa
tentang
hirarki
keterterimaan
konsituen
terhadap
pemimpinannya.
93
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
94
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
95
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
96
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Namun
dari
perspektif
yang
lain,
fenomena
ini
sangat
menarik
untuk
dijadikan
pelajaran
berharga
bagi
siapapun
yang
berkepentingan
dalam
proses
pembangunan
manusia
Sunda
sebagai
kader
bangsa
yang
handal.
Pada
kasus
yang
dipaparkan
di
atas,
kemunculan
kader
sunda
dalam
forum
nasional
karena
kemampuan
individu
di
atas
rata-‐rata.
Bukan
hasil
kerja
kolektif
komunitas
budaya.
Demikian
pula
tanpa
mekanisme
sistimatik
rekayasa
budaya
yang
sistimatis.
Bagi
penulis,
hal
ini
mengindikasikan
beberapa
hal,
antara
lain.
97
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
98
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
99
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Guliran
demokrasi
yang
tengah
kita
jalankan
saat
ini
sudah
di
luar
akal
sehat
dan
mengingkari
etika
pada
budaya
manapun.
Tujuan
jauh
lebih
menarik
daripada
proses
yang
dilalui.
Bila
ada
jalan
yang
lebih
pintas
mengapa
harus
mengikuti
jalur
resmi.
Adagium
itu
mewakili
kecenderungan
kita
untuk
memudahkan
persoalan.
Pragmatisme
dalam
menghadapi
persoalan
semakin
menjerumuskan
kita
pada
praktik
menihilkan
nilai
kemanusiaan,
antara
lain
dengan
untuk
mengurangi,
menghilangkan,
atau
menistakan
karakter
seseorang
atau
lazim
disebut
character
assassination
(pembunuhan
karakter)
merupakan
tindakan
yang
kurang
berbudaya
dan
tidak
dibenarkan
oleh
agama
manapun.
100
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
101
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Konflik
sesaat
antar
elit
itu
berjalan
karena
dalam
politik
berlaku
adagium
”tidak
ada
musuh
dan
kawan
sejati,
yang
ada
kepentingan
sejati”,
sekarang
bermusuhan
dulu
bermesraan,
dan
sesaat
lagi
mereka
minum
kopi
bersama,
seolah
tanpa
bekas.
Namun
dampaknya
di
masyarakat
akan
sangat
masif
dan
berjangka
panjang.
Berkaitan
dengan
itu
maka
masyarakat
harus
selektif
menerima
informasi,
karena
boleh
jadi
mereka
hanya
menjadi
objek
kepentingan
sesaat.
Militansi
dan
fanatisme
sebaiknya
bukan
pada
tokoh,
tapi
pada
kepentingan
yang
lebih
berdimensi
luas.
102
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Silaturahmi
Nasional
Iedul
fitri
sering
dijadikan
momentum
untuk
bersilaturahmi
oleh
masyarakat
kita
secara
turun
temurun
entah
sejak
kapan
itu
dimulai.
Dan
keniscyaan
itu
melahirkan
budaya
mudik
yang
menjadi
bagian
tidak
terpisahkan
dari
momentum
lebaran
oleh
hampir
seluruh
lapisan
masyarakat.
Kemudian
dengan
motif
yang
sama,
hahal
bil
halal
pun
digelar
menjadi
bagian
ritual
lebaran
yang
tidak
pernah
senyap,
walau
kerap
menuai
kontroversi
di
tengah
masyarakat.
Sebagai
fenomena
budaya,
silaturahmi
berenkarnasi
dari
waktu
ke
waktu,
dulu
menjelang
lebaran
masyarakat
saling
antar
mengantar
dari
rumah
ke
rumah
makanan
khas
lebaran,
seperti
ketupat,
semur
ayam
dan
lain
sebagainy;
kini
tergantikan
dengan
budaya
baru
khususnya
di
perkotaan,
yakni
saling
mengirim
parsel
atau
kartu
lebaran
kepada
kerabat,
teman
sekerja,
mitra
bisnis,
dan
orang
yang
layak
dihormati.
Bentuk-‐bentuk
yang
disebut
terakhir
itu
bukanlah
akhir
dari
silaturahmi,
pada
kelompok
tertentu
silaturahmi
saat
lebaran
pun
berkembang
dengan
semakin
memasyarakatnya
acara
open
house
yang
digelar
secara
bervariasi
tergantung
status
sosial
pihak
pengundangnya.
Kelak
dikemudin
hari
bentuk-‐bentuk
ini
kemungkinan
akan
berubah
seiring
dengan
berkembangnya
teknologi
informasi.
Namun
apapun
bentuknya,
esensi
silaturahmi
yang
merupakan
bagian
penting
dalam
membangun
kohesi
sosial
untuk
menciptakan
kehidupan
bumi
yang
lebih
baik,
seyogyanya
tetap
diapresiasi
tanpa
mempermasalahkan
apakah
di
“Arab”-‐
nya
berjalan
seperti
itu
atau
tidak,
karena
Islam
diakui
pada
dasarnya
rakhmatin
lilalamin.
103
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
104
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
akan
ada
pihak
yang
merasa
teraniaya
seumur
hidup
karena
itu.
Ini
bukan
sekedar
dampak
opini-‐opini
yang
berkembang
belakangan
ini,
namun
sebagai
refleksi
kejadian
yang
dialami
tiga
tahun
lalu
saat
mengunjungi
Desa
Savanajaya
di
Pulau
Buru,
tempat
dimana
sebagian
eks-‐tapol
1965
sampai
kini
tinggal.
Walau
anaknya
yang
berjumlah
6
orang
sudah
menjadi
sarjana
dari
perguruan
tinggi
ternama
di
tanah
air,
dan
diantaranya
ada
yang
sudah
menjadi
guru
PNS
dan
bahkan
menjadi
anggota
DPRD
provinsi,
namun
trauma
setengah
abad
yang
lalu
itu,
masih
sangat
terlihat
dari
perilaku
suami
istri
eks
tapol
yang
ditemui
secara
acak
itu.
Terlepas
dari
persoalan
politik,
ada
persoalan
kemanusian
yang
ternyata
belum
tuntas
selama
ini.
Ruang
publik
dan
ruang
privat
itu
harus
mampu
menjawab
peristiwa-‐peristiwa
kemanusiaan
itu
dengan
tepat
tanpa
prasangka
buruk
melalui
prinsip
silaturahmi
yang
kita
miliki,
bila
bangsa
ini
mau
tetap
tegak
melawan
kapitalisasi
yang
telah
menjadi
mainstream
dunia.
105
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
106
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Plato
(427
–
347
SM)
nétélakan
yén
puluhan
rébu
taun
katukang
aya
daratan
raksasa
anu
kaitung
rohaka
disabudeureun
Samudera
Atlantik
sakuloneun
Laut
Tengah
rahayatna
geus
kaetung
maju
dina
sagala
widang.
Maranehna
geus
mampu
ngahasilkeun
emas
kalawan
perak
anu
kaetung
reana.
Kakawasaanana
ngawengku
daratan
éropa
jeung
daratan
nu
aya
di
afrika.
ATLANTIS
digambarkeun
miboga
peradaban
teknologi
nu
geus
maju
kacida.
Malahan
mah,
ceuk
sakaol
kapal
terbang
ge
geus
aya
harita.
Ku
alatan
kajadian
alam,
utamana
bituna
gunung-‐gunung,
nu
di
susul
ke
lini
jeung
banjir
anu
kaetung
rohaka
sarta
lééhna
és
di
sabaraha
bagian
wilayah.
Jadi
musabab
sabagian
daratana
titeuleum
diteureuy
bumi,
sakitar
11.600
taun
katukang.
Bagian
anu
leungit
eta
nu
ku
sabagian
ahli
kakoncara
disebut
”Benua
yang
hilang
atau
Atlantis”.
Perkara
éta
kaunggel
dina
catatan
dialog
Plato,
ngaliwatan
buku
Critias
jeung
Timaeus.
Tug
nepi
kaayeuna
para
ahli
nitenan
kalayan
imeut
dilebah
mana
wilayah
Benua
Atlantis
anu
tilem
eta
saéstuna.
107
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Kang
Ibing
pernah
nganaha-‐naha
ka
sim
kuring
basa
ngariung
saacan
acara
walimahan
puterana,
“Teu
rido
kang
amah
mun
urang
Sunda
punta
penta
kadudukan,
kuduna
oge
di
rebut
ku
kamampuh”,
kuring
mah
mesem
wae
da
ngarti
pamaksudanana.
Harita
Kang
Ganjar
(Rektor
Unpad)
mairan
ku
harepan.
Kuring
sapamadegan,
yen
urang
sunda
teu
kudu
nungguan
108
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
dibéré
kesempatan
tapi
kudu
neangan
jeung
nyiar
kasempeten.
Salian
ti
dibéré
mah
wirang
ongkoh,
tapi
pan
urang
mah
turunan
karuhun
nu
unggul.
109
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Dina
dua
bulan
ieu
(Juni-‐Juli)
sok
remen
ider-‐ideran
salian
ti
Médan,
kota-‐kota
lianna
nu
datangan
sok
bari
ngahaja
nepungan
urang
sunda
nu
keur
bubuara.
Hasilna,
teu
weudeu
ngajenghokna.
Dina
babasaan,
prototife
urang
sunda
mah
heureut
deuleu,
pondok
lengkah,
jeung
sok
nyalindung
ka
gelung.
Geuning
henteu
kitu,
transmigran
urang
boh
nu
aya
di
Bolaang
Mongodow
(Sulut),
jeung
Namlea
(Pulau
Buru)
kaitung
arulet
pisan.
Khusus
nu
di
Namléa,
hiji
kabupaten
pamekaran
tapi
maju
ngelehkeun
kabupatén
asalna.
Ceuk
bupati
na
ka
kuring,
“Kuncinya
saya
di
dukung
oleh
Korpri”.
Can
ditembalan,
inyana
nyambung
“Korpri
itu
Korp
Priangan”
bari
gumujeng.
Pantes
waé
geuning,
sékda
na
urang
Tasik,
kadisna
urang
Sumedang,
Dandim
na
urang
Subang,
Kajari
jeung
Kapolrésna
lila
di
Sukabumi.
Ampir
sarua
jeung
nu
pernah
diomongkeun
ku
Fadel
Muhamad
3
(tilu)
taun
ka
tukang
ka
kuring
di
bumina
pa
Ginandjar,
di
Gorontalo
ceuk
inyana
sering
rapat
teh
maké
basa
sunda
waé,
da
loba
pajabatna
urang
sunda
cenah.
Geuning
simana
horéng,
kabuktian
urang
sunda
lain
hayam
pelung,
nu
ngan
bisa
kongkorongok
di
lembur
sorangan
sabada
di
usapan,
tapi
satria-‐satria
pinilih
anu
paningalna
jembar,
teuneung
ludeung
tandang
makalangan
lain
ngan
saukur
jago
kandang.
Kasaksén
pisan
jembarna
urang
sunda
mangsa
kiwari
oge
mangsa
bihari
keur
pieunteungeun
urang
ka
hareup.
Boa
enya,
jeung
anggap
enya
wae,
yén
urang
teh
turunan
séké
seler
nu
pernah
jugala
rébuan
taun
katukang.
Pagawean
nalikung
manéh,
bari
sisiku
ka
papada
dulur,
heureut
deuleu
pondok
ténjo;
eta
lain
watek
urang.
Namung
da
teu
rék
wuri-‐wuri
kanu
badé
ngemut
mung
saukur
kitu.
Cag
ah.
110
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Tuladeun
mah
bisa
ti
nu
iraha
waé.
Kitu
deui
nulad
pamingpin,
lian
ti
nu
kiwari
téh
bisa
ti
nu
bihari.
Ngan,
saha
tuladeun
pamingpin
ti
Sunda
téh?
Bisa
ngimeutan
ti
mangsa
ka
mangsa.
***
Pilihan
umum
geus
lekasan,
tapi
héabna
mah
karasa
kénéh.
Komo
da
baris
disambung
ku
pilihan
présiden.
Merenah
mun
loba
nu
ngotéktak
ngiker-‐ngiker
pipamingpineun.
Malah,
sawatara
pihak
mah
keur
nataharkeun
‘jagona’
abenkeuneun
dina
pilpres.Milih
pamingpin,
hartina
milih
‘ajenna’.
Nya
dina
kaayaan
kitu,
teu
anéh
upama
loba
pihak
nu
ngabanding-‐banding
pamingpin
nu
aya
boh
nu
sajaman
boh
nu
béda
mangsana.
Urang
Sunda
gé
kitu,
bisa
ngabanding-‐banding
inohong
Sunda
kiwari
jeung
nu
kiwari
atawa
nu
kiwari
jeung
nu
bihari.
Ti
waktu
ka
waktu
di
Sunda
gé
teu
weléh
aya
pamingpin
tuladeun.
111
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
112
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Kusman
teu
weléh
nyontoan,
sangkan
nu
hirup
kiwari
ngajénan
jasa-‐jasa
nu
ti
heula.
Sabalikna,
deuih,
éta
inohong
Sunda
téh,
kacida
ngajurung
jeung
ngajénanana
ka
para
nonoman.
Teu
weleh
nyumangetan
nonoman
sangkan
langkung
majeng,
kuring
nulis
lalampahan
hirup
H.
Abung
Kusman
dina
milangkala
ka-‐70
salapan
welas
taun
ka
tukang.
Taun
ieu,
anjeunna
nincak
yusawa
89
taun.
Tina
lalampahanana
seueur
tuladeun,
mugi
dipasihan
kasehatan
tur
manjang
barokah.
H.
Abung
Kusman,
dina
25
April
2014
panceg
yuswa
89
taun.
Tapak
lacakna
ngendat,
ngotrétkeun
tapak.
Jadi
salasahiji
‘obor’
nonoman
Sunda
kiwari.
Saapal
kuring,
anjeunna
mah
meunteun
nu
sanes
téh
nu
saéna
wungkul,
tara
ngagogoréng.
Dina
sawangan
kuring
éta
wagub
manten
téh,
lain
ukur
inohong
lokal,
tapi
deuih
‘nganasional’.
Anjeunna,
nu
asalna
ti
ABRI
boga
sawangan
jauh
ka
hareup
sarta
bisa
ditarima
ku
sélér
séjén.
Buktina,
apan
pancen
gawena
gé
lain
ukur
di
tatar
Sunda,
tapi
deuih
di
tingkat
nasional.
Malah,
apan
kungsi
meunang
kapercayaan
jadi
minijer
Tim
Uber
Cup
di
Tokyo
(1972).
Atuh,
dina
taun
1992
dipercaya
kénéh
mingpin
rombongan
badmnton
di
Cina.
Kanyaahna
ka
tatar
Jawa
Barat
jinek
naker.
Aya
conto
nyata.
Hiji
waktu,
H.
Abung
Kusman
saparakanca,
mémérés
pasualan
Bandara
113
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
114
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
115
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
di
Bandung
oge
kota
lianna
di
Jabar.
Sok
sanajan
katanggar
urang
Sunda,
mun
diajak
ngobrol
sunda
teh,
eh
balik
deui
make
basa
Indonesia.
Aya
kahariwang
pokal
kitu
teh,
pedah
teu
ngarasa
reueus
make
basa
indung.
Leuwih
jauh,
ngarasa
jadi
urang
Sunda
mah
jadi
kasta
nomer
dua.
Can
aya
memang
hasil
panalungtikan
anu
medar,
yen
aya
hubungan
antara
hal
eta
jeung
ngaran
propinsi.
Tapi
ceuk
teori
pemasaran
Creating
Brand
Insistence
anu
neueulkeun
yen
ngaran
teh
sawadina
boga
lima
syarat
(The
Five
Driver)
nyaeta
awareness,
relevant
differentation,
value,
accessiblity,
jeung
emotional
connection.
Karasana,
urang
butuh
wacana
anyar
perkara
ngaran
wewengkon
masyarakat
sunda
ieu.
Dina
pikiran
eta,
pantes
Jawa
Barat
sababaraha
indikator
penting
kahirupan
urang
masih
disahadapeun
propinsi
Jawa
Tengah
jeung
Jawa
Timur.
Perkara
anu
sifatna
makro
seperti
pangangguran,
kamiskanan,
angka
korupsi,
jumlah
pekerja
migran,
Angka
Partisipasi
Pendidikan.
Atuh
dina
sisi
mikrona
penyerapan
dana
KUR,
kondisi
UMKM
masih
dihandapeun
dua
propinsi
tadi.
Boa-‐boa
hayang
jadi
propinsi
termaju
di
Indonesia
teh
moal
kahontal,
sabab
urang
boga
mental
subordinate
tadi.
116
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Ceuk
R.W.
van
Bemmelen
(1949)
Sunda
teh
istilah
nu
geus
dipake
heubeul
pisan
keur
ngaran
hiji
wewengkon
anu
aya
di
bagian
barat
laut
wilayah
India
wetan,
nepika
dataran
bagian
tenggara
nu
ngaranna
Sahul.
Dataran
Sunda
dikurilingan
ku
Gunung
Sunda
(circum
Sunda
Mountain
System)
panjang
kira-‐kira
7.000
km.
Kaasup
wewengkon
urang
ayeuna.
Sunda
ku
ahli
ilmu
bumi
ti
Yunani,
Ptolemaeus
geus
kacatet
dina
bukuna
tahun
150
Masehi.
Saterusna
ti
kitu,
kerajaan
Sunda
mimiti
ditaratas
tahun
670
M
basa
Tarumanagara
dipecah
jadi
dua
kerajaan,
nyaeta
Karajaan
Sunda
jeung
Karajaan
Galuh,
Citarum
jadi
watesna.
Kasimpulanana,
urang
boga
tuturus
keur
ngawangun
karakter
masyarakat,
anu
bisa
disimbolkeun
ku
ngaran
wewengkon
tangtuna
oge.
Payus
upama
wewengkon
ieu
dingaranan
“tempat
urang
sunda
bumen-‐beumen”,
atawa
“Pa-‐Sundaa-‐an”,
bisa
disingket
jadi
Pasundan.
117
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
hariwang,
diajar
ka
Cina
wae,
waktu
taun
1997,
Hongkong
lepas
ti
Inggris
balik
ka
Cina.
Harita
pemerintah
Cina
ngajamin
kahirupan
masyarakat
Hongkong.
Perkara
tatar
Galuh
kiwari
mah,
sigana
malah
geus
ngarasa
leuwih
nyunda,
batan
masyarakat
wewengkon
karajaan
Sunda
heubeul
(Banten,
Jakarta,
jeung
Bogor).
118
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Asa
mobok
manggih
gorowong
basa
meunang
tugas
keur
nguji
calon
doktor
(S3)
di
Universitas
Cendrawasih
ping
12
jeung
15
Desember
2014
kamari
mah.
Universitas
Cendrawasih
hiji
paguron
luhur
(PTN)
pang
kolotna
di
pulo
Papua
mah,
geus
boga
program
S3
anu
ngabiasakeun
ari
mungkas
tugas
akhir
mahasiswana
teh
sok
kudu
diuji
ku
panguji
ti
luar.
Ari
nu
pikabungaheun
teh,
pédah
nu
di
uji
ayeuna
mah
nyaéta
Yusuf
Wally,
Bupati
Kabupatén
Keerom.
Geus
lila
boga
kapanasaran
hayang
lolongok
ka
warga
Sunda
anu
aya
di
wewengkon
éta.
Ari
nguriling
nepungan
urang
sunda
di
wewengkon
deungeun
mah
geus
jadi
pagawéan
matuh
kuring
dina
sapuluh
taun
ieu
mah,
bari
nedunan
tugas
nu
lian
sakalian
wae
pikir
téh.
Husus
Keerom,
kuring
kataji
maca
situs
dina
media
éléktronik,
keur
ukuran
organisasi
kawargian
bari
jeung
aya
di
wewengkon
papua
mah
asa
modern
boh
kagiatanana
boh
media
informasina.
Kapanasaran
asa
nambahan,
kusabab
maranéhanana
bet
make
ngaran
Paguyuban
Pasundan.
119
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Teu
meunang
raratan
anu
leuwih
ti
kitu,
da
bongan
sajrutna
turun
di
palataran
dayeuh
manggungna
baraya
sunda
di
tengah
leuweung
papua,
hate
nu
loba
ngomong
batan
sungut
nu
hayang
tatanya.
Sok
komo
sabada
anjog
ka
kampung
Sanggaria,
minangka
dumukna
kokolot
Paguyuban
Pasundan,
dibejaan
yén,
bapa
Nandi
Supriatna
minangka
panaratas
kakara
pisan
tilar
dunya.
Hate
teh
tambah
ngalongkéwang,
di
wewengkon
anu
jauh
réwuan
kilo
ti
lembur,
hawar-‐hawar
kadéngé
gamelan
maturan
haleuangna
tembang
“Bangbung
ranggaék”
bogana
Upit
Sarimanah.
Barudak
lulumpatan
make
seragem
penca
silat
aya
dalapan
urang
wae
mah,
muru
hiji
wangunan
resik,
bari
récét
cocorowokan
make
basa
Sunda.
Kuring
ngan
bisa
papelong-‐pelong
jeug
Mayor
Budi
teureuh
Ujung
Berung
nu
keur
tugas
di
Kodam
Cendrawasih.
Inyana
maturan
kuring
bari
jeung
hayang
nyaho
120
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
oge
kaayaan
batur
salembur
cenah.
Sumpahna
ogé
teu
asa
di
lembur
deungeun.
Rada
beda
rasa
téh,
basa
kuring
ngulampreng
ka
kampung
Espé
di
Manokwari,
oge
di
Namléa
jeung
Tual
di
Maluku,
Bengkalis
jeung
daerah
lianna
teu
pati
bisa
newak
aura
sunda,
didieu
mah
karasa
pisan.
121
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
Manjing
awal
taun
70an
kuring
mimiti
mikawanoh
majalah
Manglé
téh,
keur
kuring
harita,
nu
dumuk
dipilemburan
teu
loba
piliheun
keur
ngeusi
waktu
sabada
réngsé
sakola
madrasah.
Salian
ti
ngojay
di
leuwi,
gawe
teh
nya
ngagulang
geper
nyi
Mangle
anu
harita
mah
katarima
saban
poé
kemis.
Kataji
pisan
seratan
Ki
Umbara,
Tjandrahajat,
atuh
beh
dieuna
mah
Mien
Resmana
jeung
réa-‐réa
deui.
Tina
sawangan
kuring
harita,
nu
masih
umur
welasan
taun,
manglé
teu
weléh
dianti-‐anti
kalawan
gemet
dibaraca
ku
balaréa
tina
sabaraha
lapisan
umur.
Ceuk
rarasaan,
kanyaah
masyarakat
sunda
masih
nganteng
tug
dugi
kiwari.
Teu
ngabibisani,
teu
nginjeum
panon,
basa
aya
pancén
ka
hiji
nagara
deungeun,
kabeneran
loba
pisan
urang
sunda
di
kadutaan
siga
na
mah,
nyi
Manglé
mendengkreng
dina
rak
majalah
ruang
tamu.
Teu
weudeu
ngilu
reueus,
pon
keneh
kitu
di
lingkungan
wargi
sunda
nu
aya
dipangumbaraan,
di
luar
pulau
jawa,
masih
ngaraku
masih
keneh
maraca
manglé.
Majar
teh,
sok
sanajan
teu
bisa
rutin,
maca
mangle
teh
wawakil
hate
keur
nu
di
lembur.
122
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
mah
sarua
hirup
kumbuh
di
Bandung,
jeung
nanjeur
pisan
kalawan
boga
segmen
khusus.
Tah
mun
ngaca
kadinya
mah,
manglé
mah
kaasup
anu
kuat,
sok
sanajan
pasti
na
ogénan
masalah
mah
tangtu
aya.
Dina
hal
éta,
urang
sunda
kudu
méré
pangajén
keur
nu
ngokolakeunana,
sabab
masih
bisa
kénéh
manglé
medal
tug
dugi
ka
kiwari.
Dina
hal
éta
oge,
pihak
manajemen
Manglé
kudu
yakin,
yén
urang
sunda
teh
masih
aya,
tur
maturan
dina
mangsa
kakeueung.
123
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
124
Litbang Paguyuban Pasundan 2010-2015
125