Anda di halaman 1dari 2

“Anarkisme” adalah sebuah ideologi yang menentang akan ideologi Marxism tentang negara, dan

penganutnya mempercayai bahwa segala bentuk negara dengan berbagai pemerintahan di


dalamnya adalah perangkat yang menumbuh-suburkan penindasan thd kehidupan.

Penganut ideologi ini seringkali menggunakan terorisme sebagai alat untuk memperjuangkan kelas.
Ideologi ini mampu berkembang di negara-negara yang menganut capitalism dengan masyarakatnya
yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.

Dalam beberapa peristiwa, kaum ini secara terang-terangan melakukan tindakan pemecah dalam
suatu gerakan yang revolusioner di Rusia dan Spanyol, baik sebelum atau saat perang anti-Franco.

Menurut Peter Kropotkin, seorang ahli geografi, filsuf, dan revolusioner dari Rusia, menyebutkan
bahwa ideologi ini merupakan suatu sistem sosialis dengan tanpa adanya pemerintahan.

Eksploitasi dan penindasan manusia hanya bisa dihilangkan ketika capitalism yang rakus dan
pemerintahan yang menindas dihapuskan (Ericco Malatesta).

“Anarkisme” sbg teori politik memiliki tujuan utk menciptakan masyarakat tanpa adanya hierarki
dalam berbagai bidang.

Kebebasan tanpa sosialisme adalah ketidakadilan, sosialisme tanpa kebebasan adalah perbudakan
dan kebrutalan.

Tujuan akhir penganut teori ini adalah kebebasan dan kebersamaan sbg sebuah kerjasama yang
saling membangun antar satu dengan yang lain.

Anarko-sindikalisme adalah anak cabang dari “anarkisme” (Rudolf Rocker tokoh utamanya).
Sindikalisme atau yang di Prancis disebut sebagai syndicalisme révolutionnaire memiliki arti “trade
unionism” atau “serikat buruh”. Anarko-sindikalisme secara umum adalah aliran yang menolak aksi
politik dan memandang bahwa perserikatan buruh merupakan satu-satunya bentuk organisasi dan
pemogokan sebagai satu-satunya bentuk perjuangan yang diperlukan bagi kaum buruh.

Gerakan Anarko-sindikalisme pertama kali muncul dan tumbuh kuat di Spanyol, Italy, dan France.

Gerakan tersebut menimbulkan akibat-akibat yang mencelakakan bagi kaum buruh dalam
perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh mereka sendiri. Gerakan ini lebih menekankan kepada
“Labor-movements” (gerakan-gerakan buruh).

Kelompok atau pengikut gerakan ini memandang bahwa labor unions mempunyai kekuatan untuk
mewujudkan suatu perubahan sosial untuk mengganti kapitalisme dengan masyarakat demokratis
yang dikendalikan oleh para pekerja.

Nilai positif yang dapat diambil dari adanya gerakan Anarko-sindikalisme ini adalah bahwa segala
bentuk penindasan, eksploitasi, ataupun perbudakan yang dilakukan oleh manusia yang satu
terhadap manusia yang lainnya merupakan sebuah bentuk ketidakadilan yang perlu dilawan.

Para Anarko-sindikalis mempunyai ambisi untuk membangun tatanan dunia yang baru tanpa adanya
pemerintahan yang otoriter (sesuai pernyataan ketua anarko-sindikalis Indonesia).

Pada awal 2020, terjadi penangkapan ketua anarko-sindikalis (Pius Laut Labuangan, ditangkap di
Jaksel) indonesia karena telah melakukan berbagai aksi provokasi dan juga kasus vandalisme,
pencurian, dan pemerasan. Kegiatan-kegiatan tersebut sudah termasuk kejahatan sosial yang dapat
menimbulkan keresahan dan kerusuhan bagi masyarakat.
Kombes Adi Saputra menyebutkan bahwa Anarko-sindikalisme adalah sebuah fenomena global yang
dimulai pada tahun 1910 di Barcelona, ketika sebuah kelompok masyarakat yang beralaskan pada
perburuhan yang anti-capitalism. Gerakan ini kemudian merambah ke berbagai kawasan di dunia
dan lebih lanjut lagi masuk ke Indonesia pada 1990. Gerakan anarko-sindikalisme ini memiliki simbol
bendera merah dan hitam dengan logo yang menyerupai huruf A dilingkari di bagian tengahnya.

Sebelumnya, pada 2019 dalam kegiatan May Day ada 619 orang dari kelompok anarko-sindikalis
yang diamankan di Bandung, 293 di antaranya merupakan remaja. Berdasarkan itu dapat
disimpulkan bahwa kelompok ini tidak lagi berbasis kepada persoalan ekonomi, buruh, atau sosial-
politik. Karena menurut Kombes Adi Saputra, kelompok buruh juga sudah melakukan aksi-aksi
penolakan thd anarko-sindikalis ini.

Para penganut anarko-sindikalisme percaya bahwa serikat buruh dapat menghilangkan kapitalisme
dan mereka memiliki keinginan untuk membangun masyarakat baru yang dikelola oleh kaum
pekerja.

Banyak orang yang rancu akan “anarkisme” dan menganggap bahwa anarki adalah suatu kekacauan
atau kegiatan penjarahan dengan tidak adanya suatu tatanan, sesuai dengan doktrin yang dilakukan
oleh para penguasa. Padahal berdasarkan gerakan anarcho sendiri, anarki diartikan sebagai suatu
tatanan tanpa adanya hierarki sosial sehingga setiap individu bebas untuk mempertahankan
kekhasannya.

Anarko-sindikalisme berdasarkan pada serikat pekerja atau memandang bahwa organisasi


perserikatan buruh sebagai ujung tombak untuk mewujudkan tatanan anarki.

Anarkisme tumbuh dan terus berkembang sebagai akibat dari kebiasaan akan berkerja untuk para
kaum kapital. Selain itu, anarkisme juga menganjurkan akan kerangka kerja untuk mengkritik negara
dan hierarki sosial yang menindas.

Gerakan anarko-sindikalisme mendapat cap yang hampir mirip dengan musuh besar dan abadi
Indonesia yaitu Komunisme sehingga ketakutan akan gerakan tersebut menciptakan “musuh” baru
yang sebenarnya tidak perlu. Anarko-sindikalisme hanyalah cabang dari pemikiran anarkisme yang
menolak adanya ketimpangan kelas dan melawan akan kapitalisme dan fundamentalisme pasar yang
sangat kokoh berdiri di Indonesia. Para anarko-sindikalis adalah sekelompok orang yang menuntut
akan persamaan dan pemenuhan hak buruh seperti hak untuk hidup yang layak dan juga keadilan
sosial.

Selain itu, dengan banyaknya seruan atau pun spanduk-spanduk akan anti-anarko-sindikalisme ini
membuat sebagian besar masyarakat memiliki stigma bahwa anarko-sindikalisme ini mungkin
memang sama bahayanya seperti musuh besar dan abadi Indonesia yaitu komunisme.

Anda mungkin juga menyukai