0 - Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Klien Di Icu
0 - Makalah Komunikasi Terapeutik Pada Klien Di Icu
Disusun Oleh:
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
2.1 Pengertian Komunikasi .....................................................................................5
2.2 Pengertian komunikasi terapeutik .....................................................................8
2.3 Komponen komunikasi .....................................................................................8
2.4 Factor-faktor yang mempengaruhi komunikasi ................................................9
2.5 Tipe komunikasi ..............................................................................................11
2.6 Aplikasi komunikasi dalam keperawatan ........................................................14
2.7 Komunikasi dalam hubungan terapeutik perawat-klien ..................................15
2.8 Karakteristik Pasien yang Tidak Sadar............................................................17
2.9 Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar..........................................................18
2.10 Fungsi Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar............................................18
2.11 Cara Berkomunikasi dengan Pasien Tidak Sadar..........................................20
2.12 Prinsip-Prinsip Berkomunikasi dengan Pasien Tidak Sadar..........................22
2.13 Tahap Komukasi dengan Pasien Tidak Sadar................................................23
2.14 Contoh Kasus dan Komunikasi Terapeutik pada Klien di ICU.....................24
BAB III PENUTUP................................................................................................28
3.1 Kesimpulan......................................................................................................28
3.2 Saran.................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................29
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses
penyembuhan klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi
terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam
hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih
bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses
keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan
kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989).
Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang
tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989)
dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik
tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah
terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit,
tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan
pertolongan terhadap sesama manusia. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang
pengertian komunikasi termasuk “therapeutic use of self” dan “helping
relationship” untuk praktek keperawatan, sikap dan tehnik serta dimensi
hubungan dari komunikasi terapeutik.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam makalah komunikasi antara perawat dengan pasien gangguan
3
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah yang berhubungan dengan metode berkomunikasi
dengan pasien tidak sadar yaitu sebagai berikut:
1. Menyadari betapa pentingnya komunikasi dengan pasien yang tidak sadar.
2. Mengetahui teknik-teknik dalam berkomunikasi dengan pasien yang tidak
sadar.
3. Mengetahui prinsip-prinsip dalam berkomunikasi dengan pasien yang tidak
sadar.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi
5
dapat dipahami, hubungan, kontak. (2). Perhubungan.
Berikut saya lampirkan pandangan beberapa ahli tentang pengertian
komunikasi:
6
komunikasi dalam tiga konseptual yaitu:
Komunikasi sebagai tindakan satu arah
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari
seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya,
baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat
(selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman
komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila diterapkan
pada komunikasi tatap muka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada
komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman
komunikasi dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi
seperti ini mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja
dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk
membangkitkan respon orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap
suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan pesan demi memenuhi
kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau
membujuk untuk melakukan sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
7
suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari
sumber kepada penerima.
8
Komunikasi mempunyai 6 komponen yaitu (Potter & Perry, 1993):
Proses komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter & Perry, 1993):
A. Perkembangan
9
perawat tidak terpengaruh oleh nilai pribadinya.
D. Latar Belakang Sosial Budaya Bahasa dan gaya komunikasi akan sangat
dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara bertindak dan
berkomunikasi seseorang.
E. Emosi
10
H. Peran dan hubungan
Gaya komunikasi sesuai dengan peran dan hubungan antar orang yang
berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang perawat dengan koleganya,
dengan cara komunikasi seorang perawat pada klien akan berbeda
tergantung perannya. Demikian juga antara guru dengan murid.
I. Lingkungan
11
maupun tulisan. Komunikasi ini paling banyak dipakai dalam hubungan antar
manusia. Melalui kata-kata, komunikator mengungkapkan perasaan, emosi,
pemikiran, gagasan, atau maksud mereka, menyampaikan fakta, data, dan informasi
serta menjelaskannya, saling bertukar perasaan dan pemikiran, saling berdebat.
b. Komunikasi Non-verbal
a. Komunikasi langsung
12
a. Komunikasi Intrapersonal
13
dan waktu, serta tahan lama bila didokumentasikan.
a. Komunikasi Agresif
Tipe komunikasi ini dapat mengurangi hak orang lain dan cenderung
merendahkan/ mengendalikan orang lain.
b. Komunikasi Pasif
L. Interview/ anamnesa;
14
O. Komunikasi melalui sentuhan;
A. Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat. Ciptakan suasana
yang hangat, kekeluargaan.
B. Hindari interupsi, atau gangguan yang timbul akibat dari lingkungan yang
gaduh.
C. Hindari respon dengan kata hanya “ya atau tidak”. Respon tersebut akan
mengakibatkan tidak berjalannya komunikasi dengan baik, karena perawat
kelihatan kurang tertarik dengan topik yang dibicarakan dan enggan untuk
berkomunikasi.
D. Jangan memonopoli pembicaraan.
E. Hindari hambatan personal. Jika perawat sebelum komunikasi
menunjukkan rasa tidak senang kepada klien, maka keadaan ini akan
berdampak terhadap hasil yang didapat selama proses komunikasi.
15
mempelajari diri sendiri, belajar dari orang lain, dan membuka diri, ini secara
tidak langsung akan mendorong seseorang untuk melakukan komunikasi
dengan orang lain/ komunikasi interpersonal.
Upaya meningkatkan kesadaran diri kadang menyakitkan dan tidak mudah,
khususnya jika ditemukan konflik dengan ideal diri seseorang. Untuk itulah kita
membutuhkan komunikasi sebagai alat. Perawat disini perlu memahami 4 fokus
analisa diri :
1. Kesadaran diri.
c. Membuka diri.
2. Eksplorasi perasaan
16
mendasarkan pemilihan responnya. Pemilihan respon perlu didasarkan pada
nilai, nilai/standar perilaku yg pantas tersebut bila ditetapkan sebagai prinsip
maka nilai akan menjadi pusat kehidupan.
4. Role model dan rasa tanggung jawab.
17
2.9 Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar
Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi
dengan menggunakan teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi
sensorik dan motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus
dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali
stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan
gangguan kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat
dan dapat membahayakan kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat
terganggu fungsi utamanya mempertahankan kesadaran. Gangguan kesadaran ini
dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer intrakranial ataupun
ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik di tingkat
korteks serebri, batang otak keduanya.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita
tidak menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini
dikarenakan klien tidak dapat merespon kembali apa yang telah kita
komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar.
2.10 Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Komunikasi dengan klien dalam proses keperawatan
memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1 Mengendalikan Perilaku
Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki
respon dan klien tidak ada perilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak
berfungsi sebagai pengendali perilaku.Secara tepatnya pasien hanya memiliki
satu prilaku yaitu pasien hanya berbaring, imobilitas dan tidak melakukan
suatu gerakan yang berarti.Walaupun dengan berbaring ini pasien tetap
memiliki prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.
2 Perkembangan Motivasi
18
Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan kesadaran,
tetapi klien masih dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya.Perawat
dapat menggunakan kesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi
untuk pengembangan motivasi pada klien.Motivasi adalah pendorong pada
setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk menjadi lebih maju dari keadaan
yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada akhir, karena kemajuan
pasien tidak lepas dari motivasi kita sebagai perawat, perawat yang selalu ada
di dekatnya selama 24 jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain halnya
dengan pasien yang sadar, karena klien masih dapat mendengar apa yang
dikatakan oleh perawat.
3 Pengungkapan Emosional
Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada, sebaliknya
perawat dapat melakukannya terhadap klien.Perawat dapat berinteraksi
dengan klien.Perawat dapat mengungkapan kegembiraan, kepuasan terhadap
peningkatan yang terjadi dan semua hal positif yang dapat perawat katakan
pada klien. Pada setiap fase kita dituntut untuk tidak bersikap negatif terhadap
klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak langsung/langsung terhadap
klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan pengungkapan positif
maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh mengungkapkan
kekecewaan atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini berkarakteristik tidak
sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang terjadi, apa
yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang
dirasakan klien terhadap apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien
bila klien telah sadar kembali dan mengingat memori tentang apa yang telah
kita lakukan terhadapnya.
4 Informasi
Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses keperawatan
yang akan kita lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan harus
dikomunikasikan untuk menginformasikan pada klien karena itu merupakan
19
hak klien. Klien memiliki hak penuh untuk menerima dan menolak terhadap
tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien tidak sadar ini, kita dapat
meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada klien sendiri.
Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien.
Perawat dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa
yang akan terjadi jika kita tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.
Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses keperawatan
menjalankan satu atau lebih dari ke empat fungsi di atas. Dengan kata lain,
tujuan perawat berkomunikasi dengan klien yaitu untuk menjalankan fungsi
tersebut. Dengan pasien tidak sadar sekalipun, komunikasi penting
adanya.Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu dari fungsi di atas.
Dibawah ini akan diuraikan fungsi-fungsi berkomunikasi dengan klien,
terhadap klien tidak sadar. Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar
sekali pun, ia merupakan seorang pasien yang memiliki hak-hak sebagai pasien
yang harus tetap kita penuhi.
Perawat itu adalah manusia pilihan Tuhan, yang telah terpilih untuk
membantu sesama, memiliki rasa bahwa kita sesama saudara yang harus saling
membantu. Perawat akan membantu siapapun walaupun ia seorang yang tidak
sadar sekalipun. Dengan tetap memperhatikan hak-haknya sebagai klien.
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk membentuk
hubungan saling percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas.Pada
komunikasi dengan pasien tidak sadar kita tetap melakukan komunikasi untuk
meningkatkan dimensi ini sebagai hubungan membantu dalam komunikasi
terapeutik.
2.11 Cara Berkomunikasi Dengan Pasien Tak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses
keperawatan adalah berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat
juga menggunakan komunikasi terapeutik.Komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya
20
dipusatkan untuk kesembuhan klien.Dalam berkomunikasi kita dapat
menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada pasien tidak sadar ini
kita tidak menggunakan keseluruhan teknik.Teknik terapeutik, perawat tetap
dapat terapkan. Adapun teknik yang dapat terapkan, meliputi:
Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat
lakukan terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan
dilakukan kepada klien. Dengan menjelaskan pesan secara spesifik,
kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih besar oleh klien.
Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci
dari pesan yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan
diberikan pada klien untuk menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.
Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan
informasi.Dalam interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat
memberi informasi kepada klien. Informasi itu dapat berupa intervensi yang
akan dilakukan maupun kemajuan dari status kesehatannya, karena dengan
keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat menumbuhkan kepercayaan
klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.
Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat
menujukkan dengan kesabaran dalam merawat klien.Ketenagan yang perawat
berikan dapat membantu atau mendorong klien menjadi lebih baik.Ketenagan
perawat dapat ditunjukan kepada klien yang tidak sadar dengan komunikasi
non verbal.Komunikasi non verbal dapat berupa sentuhan yang hangat.
Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah satu cara
21
yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain.
Sentuhan adalah bagian yang penting dari hubungan antara perawat dan klien.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar
adalah komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah
seorang sebagai pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran
untuk komunikasi serta tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan
karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point ini pasien tidak sadar.
Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini, keefektifan
komunikasi lebih diutamakan kepada perawat sendiri, karena perawat lah
yang melakukan komunikasi satu arah tersebut.
2.12 Prinsip-Prinsip Berkomunikasi Dengan Pasien Yang Tidak Sadar
Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak
sadar, hal-hal berikut perlu diperhatikan, yaitu:
Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada
keyakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terkhir yang
mengalami penurunan penerimaan, rangsangan pada klien yang tidak sadar.
Klien yang tidak sadar seringkali dapat mendengar suara dari lingkungan
walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.
Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan
mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi
ucapan yang perawat sampaikan dekat klien.
Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat
menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan
penurunan kesadaran.
Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu
klien fokus terhadap komunikasi yang perawat lakukan.
22
2.13 Tahap komunikasi dengan pasien tidak sadar
Komunikasi terapeutik terdiri atas 4 fase, yaitu fase pra interaksi, fase
orientasi, fase kerja dan fase terminasi. Setiap fase atau tahapan komunikasi
terapeutik mencerminkan uraian tugas dari petugas, yaitu
Fase Prainteraksi
Pada fase prainteraksi ini, petugas harus mengeksplorasi perasaan, fantasi dan
ketakutan sendiri.Petugas juga perlu menganalisa kekuatan kelemahan
profesional diri.Selanjutnya mencari data tentang klien jika mungkin, dan
merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.
Fase Orientasi
Fase ini meliputi pengenalan dengan pasien, persetujuan komunikasi atau
kontrak komunikasi dengan pasien, serta penentuan program orientasi.
Program orientasi tersebut meliputi penentuan batas hubungan,
pengidentifikasian masalah, mengakaji tingkat kecemasan diri sendiri dan
pasien, serta mengkaji apa yang diharapkan dari komunikasi yang akan
dilakukan bersama antara petugas dan klien.Tugas petugas pada fase ini
adalah menentukan alasan klien minta pertolongan, kemudian membina rasa
percaya, penerimaan dan komunikasi terbuka. Merumuskan kontrak bersama
klien, mengeksplorasi pikiran, perasaan dan perbuatan klien sangat penting
dilakukan petugas pada tahap orientasi ini.Dengan demikian petugas dapat
mengidentifikasi masalah klien, dan selanjutnya merumuskan tujuan dengan
klien.
Fase kerja / lanjutan
Pada fase kerja ini petugas perlu meningkatkan interaksi dan mengembangkan
faktor fungsional dari komunikasi terapeutik yang dilakukan. Meningkatkan
interaksi sosial dengan cara meningkatkan sikap penerimaan satu sama lain
untuk mengatasi kecemasan, atau dengan menggunakan teknik komunikasi
terapeutik sebagai cara pemecahan dan dalam mengembangkan hubungan
23
kerja sama. Mengembangkan atau meningkatkan faktor fungsional
komunikasi terapeutik dengan melanjutkan pengkajian dan evaluasi masalah
yang ada, meningkatkan komunikasi pasien dan mengurangi ketergantungan
pasien pada petugas, dan mempertahankan tujuan yang telah disepakati dan
mengambil tindakan berdasarkan masalah yang ada.Tugas petugas pada fase
kerja ini adalah mengeksplorasi stressor yang terjadi pada klien dengan tepat.
Petugas juga perlu mendorong perkembangan kesadaran diri klien dan
pemakaian mekanisme koping yang konstruktif, dan mengarahkan atau
mengatasi penolakan perilaku adaptif.
Fase Terminasi
Fase terminasi ini merupakan fase persiapan mental untuk membuat
perencanaan tentang kesimpulan pengobatan yang telah didapatkan dan
mempertahankan batas hubungan yang telah ditentukan. Petugas harus
mengantisipasi masalah yang akan timbul pada fase ini karena pasien
mungkin menjadi tergantung pada petugas. Pada fase ini memungkinkan
ingatan pasien pada pengalaman perpisahan sebelumnya, sehingga pasien
merasa sunyi, menolak dan depresi.Diskusikan perasaan-perasaan tentang
terminasi. Pada fase terminasi tugas petugas adalah menciptakan realitas
perpisahan. Petugas juga dapat membicarakan proses terapi dan pencapaian
tujuan. Saling mengeksplorasi perasaan bersama klien tentang penolakan dan
kehilangan, sedih, marah dan perilaku lain, yang mungkin terjadi pada fase
ini.
2.14 Contoh Kasus dan Komunikasi Terapeutik pada Klien di ICU
Kasus :
Seorang pasien bernama Nn. T (22 tahun) mengalami koma selama
enam bulan. Sekarang Nn. T dirawat di RSUD Kabupaten Kediri dan
ditempatkan di ruang ICU. Sebelumnya Nn. T pernah dirawat di Rs X dalam
24
keadaan koma. Perawat pun melakukan tindakan pemberian obat melalui injeksi
IV.
A. Tahap Pra-interaksi
1. Mempersiapkan :
- Topik : Pemberian obat melalui injeksi IV pada
pasien koma.
- Subtopik : Menyembuhkan pasien.
- Tujuan jangka panjang : Setelah dilakukan tindakan, diharapkan
beberapa lama kemudian pasien sadar dan kembali seperti keadaan semula.
- Tujuan jangka pendek : Tidak terjadi penurunan kestabilan dan
kesadaran.
- Sasaran : Pasien koma.
- Tempat : RSUD Kabupaten Kediri
- Waktu : 5 menit.
2. Karakteristik Klien :
- Nama : Nn. T.
- Umur : 22 tahun.
- Jenis kelamin : Perempuan.
- Kondisi : Menderita koma selama enam bulan.
- Riwayat Penyakit : Seorang pasien yang bernama Nn. T. adalah
Adik dari Ny. L, sebelumnya Nn. T. pernah dirawat dirumah sakit dengan
keadaan koma dan sekarang harus dirawat lagi di RSUD dr. Soebandi di
tempatkan diruang ICU.
- Keadaan umum : Pasien masuk di RSUD Kabupaten Kediri
dengan keadaan koma.
B. Tahap Orientasi :
Perawat : Selamat pagi Bu.
Keluarga : Selamat pagi Ners.
Perawat : Bagaimana kabar Nn.T. Bu?
25
Keluarga : Ya begitulah Ners, seperti biasanya masih belum ada perkembangan.
Adik saya masih belum sadar, padahal Dokter bilang beliau sudah melewati masa
kritis. Tapi kenapa adik saya belum sadar ya Ners?
Perawat : Sabar ya Bu, lebih baik Ibu banyak berdoa agar Nn.T segera sadar
dan bisa berkumpul dengan keluarga seperti dulu.
Keluarga : Amin, tapi kira-kira sampai berapa lama Ners?
Perawat : Kalau masalah itu saya belum bisa memastikan Bu, tapi yang pasti
kami akan berusaha merawat Nn. T. sebaik mungkin untuk membantu proses
penyembuhan. Ibu, hari ini saya akan memberikan obat pada Nn. T, nanti Nn. T
akan disuntik menggunakan obat ini. (sambil menunjukkan obatnya)
Apakah saya di perbolehkan memberi obat ini pada Nn. T.?
Keluarga : Silahkan Ners, lakukan yang terbaik untuk adik saya.
Lalu perawat masuk ke ruang ICU, kemudian mempersiapkan alat untuk injeksi.
Perawat : Selamat pagi Mbak, perkenalkan saya perawat Mei yang akan merawat
mbak hari ini. Mbak hari ini saya akan memberikan obat melalui injeksi IV.
(sambil menyentuh pasien)
C. Tahap Kerja
Perawat : Mbak, saya akan menyuntikkan obatnya sekarang ya? (Sambil
menyentuh pasien), Bismillah.
D. Tahap Terminasi
Beberapa menit kemudian perawat telah selesai melakukan tindakan.
Perawat : Mbak saya sudah selesai memberi obat pada mbak, semoga obat
yang saya masukan bisa membantu mbak agar cepat sembuh dan segera bertemu
dengan keluarga, karena keluarga mbak sudah ingin bertemu dengan mbak lagi.
(sambil menyentuh dan menghadap pasien)
Perawat : Baik mbak, karena saya sudah selesai memberi tindakan, saya
pamit dulu ya? Permisi mbak selamat beristirahat.
Perawat keluar dari ruangan dan kembali bertemu dengan keluarga pasien.
26
Keluarga 2: Bagaimana keadaan Anak saya Ners?
Perawat : Kondisi anak Bapak stabil, akan tetapi masih belum ada
perkembangan yang menunjukkan tanda-tanda sadar. Bapak tetap sabar, banyak
berdoa untuk kesembuhan Nn. T. Kalau Bapak terus mendoakan, pasti akan
membawa dampak positif pada kesehatan Nn. T.
Keluarga 2: Baik Ners, saya ingin anak saya segera sadar dan bisa berkumpul
dengan keluarga lagi.
Perawat : Kalau begitu saya permisi dulu ya Pak? Kalau Bapak
membutuhkan bantuan saya atau perawat yang lain, silahkan datang ke
nursestation ya? Semoga Nn. T cepat sembuh, Permisi selamat pagi!
Keluarga 2: Amin, terimakasih Ners. Pagi
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemampuan menerapkan teknik komunikasi terapeutik memerlukan
latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak
dalam kemampuan tetapi dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut
mempengaruhi keberhasilan komunikasi yang terlihat melalui dampak
terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam
penggunaanya diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain
yang cukup penting diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini
merupakan factor penunjang yang sangat berpengaruh dalam mengembangkan
kemampuan berhubungan terapeutik.
3.2 Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman sudi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah
ini dan penulisan makalah di kesempatan- kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca yang budiman pada umumnya.
28
DAFTAR PUSTAKA
Freska, Windy. Maisa, Estika Mariani. Sarfika, Rika. 2018. Buku Ajar Keperawatan
Dasar 2 Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan. Padang: Andalas University Press.
29