Anda di halaman 1dari 6

SOAL TT3 MANAJEMEN RANTAI PASOK

ANNISA CIPTAGUSTIA
TAKE HOME

Nama : Asri Nurfaonah


NIM : 030285902

SOAL
1. JELASKAN PERBEDAAN STRATEGI RANTAI PASOK VALUE CHAIN DAN
CPFR. (SKOR 15)
2. JELASKAN AKAN KONSEP KOLABORASI DALAM STARTEGI RANTAI
PASOKAN. (SKOR 15)
3. JELASKAN TUJUAN DAN TAHAPAN DALAM SUPLLY CHAIN RISK
MANAGEMENT. (SKOR 10)
4. JELASKAN DISERTAI CONTOH DARI KONSEP STRATEGI RANTAI PASOK
“PULL” AND “PUSH”. (SKOR 20)
5. JELASKAN KONDISI YANG TERMASUK KATEGORI “DISRUPTION” BAGI
MANAJEMEN RANTAI PASOKAN.(SKOR 10)
6. JELASKAN KOSNEP MITIGASI SUPPLY CHAIN DISRUPTION DARI
PENCEGAHAN HINGGA PEMULIHAN. (SKOR 30)
Jawab:
1. JELASKAN PERBEDAAN STRATEGI RANTAI PASOK VALUE CHAIN DAN
CPFR.
 STRATEGI RANTAI PASOK VALUE CHAIN
- Rantai pasok value chain dimulai dari pengembangan produk bar yang menciptakan
spesifikasi produk.
- Bagian pemasaran melakukan publikasi kepada konsumen mengenai produk yang
dihasilkan sehingga muncul permintaan dari konsumen
- Berdasarkan spesifikasi produk yang telah ditetapkan, bagian operasi mentranformasikan
input menjadi output untuk menghasilkan produk.
- Kemudian bagian distribusi akan menyampaikan produk pada konsumen
- Bagian pelayanan bertugas untuk merespon permintaan konsumen selama dan setelah
penjualan
- Faktor pendukung keberhasilan : keuangan, akuntansi, teknologi, dan SDM.
 STRATEGI RANTAI PASOK CPFR
- Pengecer, perusahaan jasa transportasi, distributor danpabrik dapat mengadopsi suatu
sistem berbasis internet untuk berlokaborasi sejak tahap perencanaan hingga eksekusi.
- CPRF adalah proses peramalan yang berevolusi menjadi perangkat berbasis web yang
bertujuan untuk bertuka informasi secara internal antar sesama patner dalam suatu rantai
pasokan
- Dapat dilakukan jika pelaku antar bagian fungsional bersedia untuk bekerja sama dalam
melakukan peramalan.
Perbedaan:
CPRF menggunakan teknologi berbasis web, sedangkan value chain masih manual untuk
melaksanakan strategi rantai pasok.

2. JELASKAN AKAN KONSEP KOLABORASI DALAM STARTEGI RANTAI


PASOKAN.
1) Penetapan garis besar kesepakatan antara seluruh pihak yang terkait,
2) Menyusun rencana bsnis.
3) Dengan rencana dasar tersebut, dibuat periraan penjualan dan dikenali kemuungkinan
adanya masalah dan hal-hal khusus dalam perkiraan penjualan.
4) Diperoleh data yang lebih pastii mengenai ketersediaan produk.
5) Perkiraan pesanan akan dibuat berdasarkan ketersediaan produk.
6) Bila tidak ada masalah dalam pemenuhan produk, maka pesanan akan ditempatkan
secara resmi.

3. JELASKAN TUJUAN DAN TAHAPAN DALAM SUPLLY CHAIN RISK


MANAGEMENT.
Tujuan dari suplly chain manajement adalah untuk menjamin bahwa aktivitas
rantai pasokan dapat berjalan seperti perencanaan dengan lanvcar dan tanpa hambatan
pada aliran material mulai supplier awal hingga konsumen akhir.
Tahapan:
1) Menentukan konteks
Proses untuk mendefinisikan parameter dasar dakam pengelolaan risiko. Dalam tahap
ini akan diketahui bagian mana yang akan dijadikan peninjauan berdasarkan low
procces serta pihak mana saja yang terkait didalamnya.
2) Identifikasi risiko
Proses sistematis untuk menjaring setiap risiko yang berpotensi menghambat
pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan sehingga tidak ada risiko potensial yang
tidak teridentifikasi.
Alat untuk meganalisis kejadian lampau:
- Five whys
- Diagram sebab akibat
- Analisis pareto
- Checklist
3) Analisis risiko
Pada tahap ini dilakukan proses penilaian risiko yang dilakukan dengan menggunakan
kriteria risiko yang telah ditetapkan perusahaan.
Tujuan : untuk menunjukan risiko yang mmenjadi prioritas sekaligus
mengidentifikasi risiko yang signifikan dan membutuhkan perhatian dengan segera,
sedangkan risiko yang tidak signifikan dapat diabaikan.
4) Evaluasi risiko
Tahap terakhir. Tujuannya untuk menenukan prioritas pengelolaan risiko sehingga
diketahui risiko maja saja yang perlu segera mendapatkan perhatian dan penanganan
risiko leboh lanjut.

4. JELASKAN DISERTAI CONTOH DARI KONSEP STRATEGI RANTAI PASOK


“PULL” AND “PUSH”.
Pull dimana permintaan pada akhir aliran menarik produk terhadap pasar da dibeakang
aliran produk-produk komponen juga ditentukan pleh permintaan yang sama. Hal ini
bertentangan secara tradisional dengan sistem push.
Sistem push yaitu dimana produk diproduksi atau dirakit dalam batch untuk
mengantisipasi permintaan dan diposisikan dala rantai pasokan sebagai buffer antara
berbagai fungsi dan entitas
Contoh: PULL STRATEGI
Beberapa tahun lalu, Pantene dikabarkan berhasil menjadi market leader pasar
shampo di Indonesia. Keberhasilan P&G mengalahkan dominasi brand shampo dari
Unilever ini antara lain lantaran ketepatannya memilih kontak poin untuk komunikasi
Pantene. P&G memilih membuat activation untuk para professional rambut ketimbang
untuk end-user. P&G juga memutuskan menggunakan PR sebagai vehicle untuk
komunikasi.

Public Relations (PR) Beauty Networking, Pantene Cari Media, PR Media


Maximization adalah program-program komunikasi pemasaran Pantene yang dipercaya
menimbulkan competitive advantage yang tidak bisa ditiru dalam sekejap. Pantene Cari
Bintang dengan pesan tunggal ‘shine’ dikonsep bersama oleh tim PR dan Marketing
sebagai strategic program yang terintegrasi dalam periode tahunan.

PR Commercialization ditujukan agar PR bisa berefek langsung terhadap sales


dan consumer. Media maximization diwujudkan dalam bentuk aktivitas merek non iklan
yang kemudian dimasukkan dalam program televisi. Di luar itu, tim Pantene juga aktif
melakukan kegiatan-kegiatan below the line (BTL) di toko-toko pengecer.

Fenomena ini makin mengukuhkan pentingnya keseimbangan antara strategi push


dan pull marketing, selain pemanfaatkan media sosial. Dalam marketing, dikenal adanya
teori mengenai push marketing yang pada intinya ialah menggunakan jalur distribusi
untuk melakukan push produk ke outlet-outlet dimana konsumen bisa membelinya.

Kemudian ada pull strategy yang pada intinya ialah membangun daya tarik
terhadap produk dan jasa melalui berbagai media sehingga konsumen atau customer
datang sendiri ke tempat kita atau datang ke toko untuk membeli barang kita. Dengan
kata lain agar bisa menjadi merek hebat, komunikasi melalui media -- termasuk media
sosial – mesti dibarengi dengan distribusi yang mumpuni untuk menjamin visibilitas
produk.

Contoh Push Strategi


“Pushing” strategy menggunakan marketing material untuk mengarahkan produk kepada
pelanggan. Beberapa contoh strategi push yang digunakan seperti :

- Perusahaan suzuki menawarkan berbagia insentif bonus untuk karyawan atau


sales dalam melakukan penjualan.

- Advertising dan consumer promotional yang mengarahkan konsumen untuk


membeli produk kapur barus bagus saat itu juga, biasanya menggunakan
bahasa “buy now” atau “buy 1 get 2”.

- Wholesale discount, bonus, insentif tambahan atau support lain yang dapat
diberikan kepadadistribution channel mulai dari wholesalers sampai retailers
dengan tujuan para distribution channel

5. JELASKAN KONDISI YANG TERMASUK KATEGORI “DISRUPTION” BAGI


MANAJEMEN RANTAI PASOKAN.
1) Lingkungan yang kompetitif.
Beberapa perusahaan mengalami perbedaan yang besar antara kondisi saat ini dengan
beberapa dekade yang lalu. Pada era ini kompetisi perusahaan menjadi lebih intens,
permintaan yang berubah dengan cepat, meningkatnya permintaan yang mengarah
kepada kostumisasi, meningkatnya variasi produk dan pendeknya siklus produk.
2) Meningkatnya kompleksitas
Kompleksitas dalam rantai pasokan dapat meningkat dikarenakan adanya praktik
global sourching, pengaturan rantai pasokan dalam jumlah yang besar,koordinasi
yang kompleks dengan beberapa tier (multi tier) dan lead time yang panjang.
3) Outsourching dan partnership.
Terlalu mempercayai phak outsourching dan patner bisnis dapat meningkatkan
ketergantungan perusahaan terhadap pihak ketiga dalam jaringan suplai global
tersebut.
4) Single sourcing.
Strategi ini memang dapat menekankan harga beli barang, karena pembelian dalam
jumlah besar dan menekan biaya administrasi karena perusahaan hanya mengelola 1
supplier.
5) Inventory cadangan yang terbatas.
Beberapa perusahaan berusaha menerapkan pengiriman JIT dan zero inventory,
namun mereka kurang mempertimbangkan bahwa strategi tersebut dapat berdampak
pada rapuhnya rantai pasokan perusahaan.
6) Terlalu fokus pada efesiensi.
Faktanya,rantai pasokan terlalu fokus pada peningkatan efesiensi dan pengurangan
biaya
7) Konsentrasi yang berlebihan terhadap aktivitas operasional.
Seperti penerapan economic of scale dan biaya transaksi yang rendah dapat
mengurangi fleksibilitas rantai pasokan terhadap perubahan lingkungan yang terjadi
dan menyebabkan rantai pasokan menjadi rentan terhadap disrupsion.
8) Perencanaan dan eksekusi yang buruk.
Hal ini berdampak pada seringnya terjadi ketidakocokan antara suply dan demand.

6. JELASKAN KOSNEP MITIGASI SUPPLY CHAIN DISRUPTION DARI


PENCEGAHAN HINGGA PEMULIHAN.
 Strategi pencegahan:
1) Peramalan
Yaitu untuk mempersiapkan kejadian yang bersifat mengganggu , perusahaan perlu
utnuk mengidentifikasi kejadian yang berpeluang menjadi disruption menjadi
perusahaan. Setelah itu perusahaan perlu utnuk mengevaluasi probabiitas dan dampak
yang besar terhadap investasi sumber daya. Perusahaan dapat menggunakan data
historicall untuk mengestimasi konseuensi finansial dari suatu disruption
2) Strategi pengurangan risiko
Untuk kejadian dan produk yang memngkinkan untuk dilakukan intervensi dan
masuk akal seara ekonomi, perusahaan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
disruption dengan dampak yang tinggi melalui peningkatan keamanan.
 Post-action:
1) Meningkatkan loyalitas konsumen
Hal ini dapa meminimalkan risiko hilangnya market share perusahaan dalam jangka
panjang. Dengan memperlakukan konsumen secara baik, peka dan adil ketika
disruption tersebut terjadi dapat berdampak pada loyalitas konsumen yaitu dengan
memberikan diskon, memberikan sesuatu diluar ekspektasi konsumen, peka dan
memberikan perhatian kepada costumer yang tidak puas dengan kinerja perusahaan,
dan mengetahui tingkat pelayanan yang diinginkan oleh customer sehingga
perusahaan selalu berusaha memenuhi targer tersebut.
2) Asuransi.
Asuransi dapat memitigasi masalah cash flow perusahaan, namun sifatnya hanya
sebagai strategi pelengkap dalam memitigasi risiko dari suatu disruption.
3) Perencanaan setelah terjadinya disruption.
Perencanaan dalam rangka reovery diperlukan karena perubahan pada rencana awal
berdampak secara signifikan teradap kepuasan konsumen.

Anda mungkin juga menyukai