Anda di halaman 1dari 5

Nama: Muhammad Fakhrurozi

NIM: J3J118039

BEBEK(ITIK)
Bebek termasuk hewan omnivora, artinya memakan segalanya baik tumbuh-
tumbuhan atau pun hewan kecil lainnya, seperti rumput, tanaman air, ikan,
serangga, amfibi kecil, cacing, dan moluska kecil. Di dalam air, bebek mengambil
makanannya dengan cara menyelam. Bebek dari sub Anatinae tidak mampu
menyelam sampai dalam. Paruh bebek dalam sub anatinae memiliki paruh pipih
dan mengandung lamellae.

 Klasifikasi Bebek (ITIK)

 Kingdom : Animalia
 Filum : Chordata
 Kelas : Aves
 Ordo : Anseriformes
 Famili : Anatidae
 Genus : Cairina

 Spesies : Cairina mpschata (itik liar, Cairina

domesticus (itik ternak)

 Morfologi Bebek
 Kepala bebek
Bebek memiliki kepala berukuran kecil, terdapat dua pasang mata dan
paruh yang berbentuk pipih. Bentuk kepala bebek seperti tanda tanya (?) dengan
tangkai leher relatif panjang, namun tidak sepanjang angsa. Mata bebek berbentuk
bulat kecil seperti biji pepaya yang berwarna coklat hingga kehitaman. Bentuk
paruh bebek pipih, berwarna umumnya kuning dan memiliki lamellae yang
berfungsi untuk menyaring makanan dari dalam air.

 Tubuh bebek
Nama: Muhammad Fakhrurozi

NIM: J3J118039
Tubuh bebek bila dilihat secara keseluruhan bentuknya seperti angka dua
(2) berlekuk dan lebar. Bebek memiliki beragam bentuk tubuh mulai dari bulat
hingga lonjong. Tubuh bebek di selimuti oleh bulu-bulu yang mengandung
lapisan lilin. Jika terkena air, bulu tidak basah dan tubuh bebek tetap kering.

 Ekor Bebek
Ekor bebek berukuran relatif kecil dan dilapisi bulu-bulu dengan
pertulangan bulu yang cukup besar. Ekor bebek berfungsi untuk membantu arah
gerakan ketika berada di dalam air.

 Bulu Bebek
Hampir seluruh tubuh bebek ditutupi dengan bulu-bulu halus. Warna bulu
bebek sangat beragam tergantung dari jenisnya, ada yang berwarna hitam, corak
hitam, kecoklatan, putih kusam, dan sebagainya. Bulu bebek berfungsi untuk
melindungi dan menjaga suhu tubuh bebek tetap dalam keadaan stabil.

 Subsistem Agribisnis
A. Bibit Itik
Bibit (DOD) hendaknya ditangani secara teknis dan dirawat ditempatkan
dalam kandang brooder (indukan) yang telah dipersiapkan , temperatur brooder
perlu diatur diuasahakan anak itik yang tersebar secara merata, kapasitas kandang
untuk 1 M2 mempunyai daya tamping 50 ekor DOD, tempat minum dan pakan
disesuaikan dengan ketentuan jenis pakan itik dan minumannya perlu ditambah
dengan vitamin.

B. Perawatan Calon Induk Itik


Calon induk itik ada dua macam untuk produksi telur konsumsi dan induk
untuk telur tetas perawatannya sama, produksi untuk induk telur tetas harus ada
pejantan dengan perbandingan 1 jantan untuk 5 sampai 6 ekor betina.

C. Pemeliharaan itik
Sanitasi kandang itik mutlak perlu dilakukan dalam pemeliharaan itik dan
tidakan pencegahan penyakit perlu dilakukan secara dini sehingga peternak dapat
waspada terhadap serangan penyakit pada itik. Selain itu dilakukan pengawasan
atau pengontrolan secara menyeluruh apabila ada tanda-tanda ternak itik yang
kurang sehat.
Nama: Muhammad Fakhrurozi

NIM: J3J118039
D. Pemberian Pakan
Cara pemberian pakan itik terbagi dalam empat kelompok yaitu :
1. Itik umur 0 – 16 hari diberikan pakan pada tempat pakan datar (tray feeder).
2. Itik umur 16 – 21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantai.
3. Itik umur 21 hari – 18 minggu disebar dilantai.
4. Itik umur 18 -72 minggu ada dua cara 7 hari pertama cara peralihan dengan
memperhatikan permulaan produksi betelur sampai produksi mencapai 5 %
setelah itu pemberian pakan itik secara terus menerus.

 Subsistem Usahatani
Faktor pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap kesehatan itik yang
dikembangkan diantaranya penggunaan bibit itik yang berkualitas, pemeliharaan
dan sanitasi kandang dan peralatan pakan, semua peralatan harus dijaga
kebersihannya dan perlu juga dilakukan pencucian, dan kandang perlu dilakukan
pembersihan dengan menggunakan desifektan  sehingga dapat mematikan kuman-
kuman yang dapat menginfeksi ternak itik yang dikembangkan. Pemeliharaan itik
diperlukan kesabaran dan keuletan bagi para pekerja.

 Subsistem Agribisnis Hilir


Subsistem agribisnis hilir pada peternakan itik mencakup penanganan hasil
dan pemasaran, nilai tambah dari peternakan itik yang paling besar terdapat pada
subsistem agribisnnis hilir.

A. Subsistem Penanganan Hasil


Hasil dari peternakan itik selain daging adalah telur, kebutuhan akan telur
akan semakin meningkat untuk kebutuhan agroindustri, untuk pembuatan telur
asin, pembuatan kue, dan untuk kebutuhan lainnya untuk kebutuhan sehari-hari
dan hari-hari raya dan keagamanan.

B.  Subsitem Pemasaran


Sifat dari usaha peternakan itik selama ini merupakan suatu usaha
sampingan maka yang menjadi target pemasaran dari usaha ini adalah masyarat
disekitar Kabupaten Rejang Lebong, kegiatan pemasaran dapat dilakukan secara
Nama: Muhammad Fakhrurozi

NIM: J3J118039
langsung ditempat usaha tersebut, konsumen dapat membeli itik dan telur secara
langsung dengan datang ke tempat peternakan itik yang ada di wilayah Curup
Selatan dimana tempat peternakan tersebut sangat strategis dan mudah dijangkau.
Target pasar dimana produk berupa itik yang dijual oleh konsumen dalam
bentuk itik hidup dan dalam bentuk telur itik belum diolah menjadi telur asin,
yang dikelola langsung oleh para peternak itik. Pemasaran telur yang paling
penting adalah produsen memiliki kekuatan dalam penentuan harga, harga telur
ditentukan dari mutu telur tersebut, semakin baik mutu telur maka harga semakin
tinggi.

 Subsistem Penunjang
Lembaga penunjang agribisnis peternakan itik adalah intansi dinas terkait
,penyuluh peternakan, pihak swasta,bank dan lembaga penelitian. Pemerintah
berfungsi mendorong kemajuan usaha peternakan itik dan memfasilitator dalam
pengembangan, sedangkan penyuluh berfungsi mengarahkan para petani dari segi
pemeliharaan dan menambah ketrampilan para peternak itik tentang pengetahuan
dan penggunaan teknologi yang dapat meningkatkan kemajuan dalam peternakan
itik.

 Integrasi Vertikal
Analisis ini menggunakan model ravallion hasil analisis menyimpulkan
bahwa tidak terjadi integrasi pasar di tingkat peternak-pedagang besar. Begitu
pula ditingkat pedagang besar-pengecer.Namun terjadi integrasi pasar ditingkat
pedeagang besar-pengecer. Dengan tidak terintegrasinya pasar secara vertical
maka ada kecendrungan bahwa margin keuntungan tidak terdistribusi dengan baik
di tiap pelaku.

 Integrasi Horizontal
Merupakan penggabungan penguasaan perusahaan yang menghasilkan
barang atau produk jenis yang saling bersaing dipasar. Dalam batasan tertentu
integrasi horizontal dapat dilakukan tanpa penggabungan penguasaan perusahaan
yang sejenis, namun hanya dalam bentuk asosiasi dalam mencapai kesepakatan
harga pangsa produksi dari masing–masing perusahaan.
Nama: Muhammad Fakhrurozi

NIM: J3J118039
 Kaitan Kebelakang ( Backward Linkage )
Dimana subsistem produksi akan mempunyai keterkaitan erat kebelakang
(backward linkage) yang berupa peningkatan kegiatan pengadaan dan penyaluran
sarana produksi. Jika subsistem produksi digambarkan sebagai proses
menghasilkan produk-produk pertanian ditingkat primer (peternakan), maka
kaitannya dengan industri berlangsung ke belakang (backward linkage) dan
kedepan (forward linkage). Kaitan ke belakang belangsung karna produksi
memerlukan input, alat dan mesin pertanian, modal, teknologi, serta manajemen.
Selanjutnya kaitan kebelakang ini disebut juga agroindustri Hulu (Up Stream)

 Kaitan Kedepan ( Forward Linkage )


Peningkatan kegiatan pasca produksi (pengolahan dan pemasaran produk
pertanian dan pengolahannya) keterkaitan kedepan dapat diartikan bahwa suatu
industri muncul karena mempergunakan hasil produksi budidaya / usahatani
sebagai bahan bakunya, atau bisa juga suatu produk agroindustri digunakan untuk
bahan baku industri lainnya dan kaitannya kedepan disebut agroindustri Hilir
(Down Stream)

Anda mungkin juga menyukai