Anda di halaman 1dari 10

Nama : Rafiif Wasis Ibaadurrahman Topik : Bioreaktor

NPM : 1806150162 Tanggal : 27 April 2020

Kelompok : 8 (HeLa) Paraf Asisten :

Metode Kultivasi Sel Berdasarkan Mode Operasi Bioreaktor

Outline

1. Bioreaktor Batch
1.1. Definisi dan Karakteristik
1.2. Bagian-bagian Bioreaktor Batch
1.3. Kelebihan dan Kekurangan
1.4. Neraca Biomassa
2. Bioreaktor Kontinu (Kemostat)
2.1. Definisi dan Karakteristik
2.2. Kelebihan dan Kekurangan
2.3. Jenis-jenis dan Cara Kerja Kemostat
2.4. Neraca Biomassa
3. Bioreaktor Semikontinu (Fed-batch)
3.1. Definisi dan Karakteristik
3.2. Kelebihan dan Kekurangan
3.3. Neraca Biomassa

Isi

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merancang proses biologis maupun kimia
adalah pilihan konfigurasi sistem reaktor. Pilihan reaktor dan mode operasi mempengaruhi
konsentrasi produk, jumlah dan jenis pengotor (impurities), tingkat konversi substrat, serta hasil
(yield). Ada tiga mode operasi umum untuk tangki bioreaktor berpengaduk: batch, kontinu atau
kemostat, dan semikontinu atau fed-batch.

Bioreaktor batch memiliki ciri khas tidak adanya input maupun output dari reaktor selama
proses berlangsung. Pada waktu t=0, larutan nutrisi yang disterilkan diinokulasi dengan
mikroorganisme dan inkubasi dilakukan pada kondisi yang sesuai untuk periode waktu yang
sesuai. Selama proses, tidak ada yang ditambahkan, kecuali oksigen (apabila mikroorganisme
bersifat aerob), zat antifoam, dan asam atau basa untuk mengontrol pH. Akibatnya, komposisi
medium, konsentrasi biomassa dan konsentrasi metabolit berubah secara konstan (unsteady-state).
Dalam bioreactor batch, dapat diamati 4 fase pertumbuhan mikroba: fase lag, fase eksponensial,
fase stasioner, dan fase kematian. Bioreaktor batch digunakan dalam produksi skala kecil, produksi
skala intermediet, produksi obat-obatan, pemrosesan makanan, fermentasi, dan studi laboratorium.

Gambar 1. Plot log jumlah bakteri terhadap waktu yang menunjukkan empat fase khas pertumbuhan
bakteri/mikroba. (Sumber: thoughtco.com)

Bioreaktor batch umumnya terdiri atas tangki dengan agitator, baffle, sparger, dan jaket
termal. Agitator biasanya berupa batang penggerak (driveshaft) yang dipasangkan ke unit
penggerak di atasnya. Bilah impeller dipasang pada poros. Ada berbagai macam desain bilah yang
digunakan dan biasanya bilah memiliki panjang sekitar dua pertiga dari diameter reaktor. Baffle
berfungsi mencegah terbentuknya pusaran/vortex yang dapat memakan daya. Sparger berfungsi
memasok oksigen apabila biakan berupa mikroba aerobik. Fluida dialirkan melalui jaket termal
untuk menambahkan atau menghilangkan panas.

Gambar 2. Bagian-bagian bioreaktor batch. (Ilustrasi oleh Yassine Mrabet)


Kelebihan dari pembiakan dalam bioreaktor batch terletak pada fleksibilitasnya. Satu
reaktor dapat melakukan serangkaian proses yang berbeda secara berturut-turut. Kelebihan ini
khususnya berguna saat memproses beberapa bahan baku dan memproduksi beberapa produk yang
berbeda. Selain itu, bioreaktor batch memiliki tingkat konversi per satuan volume yang tinggi.
Pembiakan dalam bioreaktor batch juga memiliki risiko kontaminasi atau mutasi yang rendah.

Namun, bioreaktor batch memiliki beberapa kekurangan. Bioreaktor batch membutuhkan


waktu untuk sterilisasi, pertumbuhan inokulum, dan pembersihan di mana operasi harus
diberhentikan terlebih dahulu sehingga tingkat produktivitasnya lebih rendah. Proses-proses
tersebut juga memerlukan biaya operasi dan biaya tenaga kerja yang lebih tinggi. Selain itu,
kualitas produk bioreactor batch tidak sekonsisten produk yang dihasilkan dari reaktor kontinu
akibat kondisi medianya yang tidak konstan. Bioreaktor batch juga sulit digunakan untuk produksi
skala besar.

Neraca massa sel (biomassa) pada bioreaktor batch adalah sebagai berikut.

𝑑(𝑋𝑉)
0 − 0 + 𝑟𝑋 𝑉 = … (1)
𝑑𝑡

Rate law untuk biomassa biasanya dinyatakan sebagai berikut.

𝑟𝑋 = 𝜇𝑛𝑒𝑡 𝑋 = (𝜇𝐺 − 𝑘𝑑 )𝑋 … (2)

di mana X adalah konsentrasi biomassa, µnet adalah laju pertumbuhan spesifik bersih (net), µG
adalah laju pertumbuhan spesifik, dan kd laju kematian spesifik. Karena volume konstan selama
proses berlangsung, persamaan (1) dapat ditulis sebagai berikut.

𝑑𝑋
= 𝑟𝑋 = (𝜇𝐺 − 𝑘𝑑 )𝑋 … (3)
𝑑𝑡

Dengan mengasumsikan bahwa terdapat substrat pembatas (limiting substrate) S, kita


menggunakan persamaan Monod untuk menghitung µG.

𝜇𝑚𝑎𝑥 𝑆
𝜇𝐺 = … (4)
𝐾𝑆 + 𝑆

Neraca massa untuk substrat (S) adalah sebagai berikut.


𝑑(𝑆𝑉)
0 − 0 + 𝑟𝑆 𝑉 = … (5)
𝑑𝑡

Rate law untuk substrat dinyatakan sebagai berikut.

𝜇𝐺 𝑋
𝑌𝐹𝑋/𝑆 = … (6)
−𝑟𝑆

Dengan mensubstitusikan persamaan 6 ke 5 didapat persamaan berikut.

𝑑𝑋 𝜇𝐺 − 𝑘𝑑 𝑘𝑑 𝐾𝑆
= −𝑌𝐹𝑋/𝑆 = −𝑌𝐹𝑋/𝑆 [1 − ( + 1)] … (7)
𝑑𝑆 𝜇𝐺 𝜇𝑚𝑎𝑥 𝑆

Dengan mengintegralkan persamaan 7 didapat persamaan berikut.

𝑘𝑑 𝑘𝑑 𝑆0
𝑋 = 𝑋0 + 𝑌𝐹𝑋/𝑆 [(1 − ) (𝑆0 − 𝑆) + 𝐾𝑆 ln ] … (8)
𝜇𝑚𝑎𝑥 𝜇𝑚𝑎𝑥 𝑆

dimana X0 dan S0 berturut-turut adalah konsentrasi biomassa dan substrat pada t=0, YFX/S adalah
yield factor biomassa, dan KS adalah koefisien jenuh substrat. Apabila laju kematian sel dapat
diabaikan (kd << µmax atau kd ≈ 0) atau koefisien jenuh sangat kecil (KS << S0), persamaan 8 dapat
dipersingkat menjadi:

𝑘𝑑
𝑋 = 𝑋0 + 𝑌𝐹𝑋/𝑆 (1 − ) (𝑆0 − 𝑆) … (9)
𝜇𝑚𝑎𝑥

Persamaan 9 dapat digunakan untuk menghitung yield biomassa sel.

Dalam biroeaktor batch, kondisi media berubah seiring berjalannya waktu akibat hasil
metabolisme sel dan tidak adanya kontrol. Pertumbuhan sel, pembentukan produk, dan
penggunaan substrat akan berakhir setelah jangka waktu tertentu. Berbeda dengan bioreaktor
batch, dalam bioreaktor kontinu, media segar terus menerus dipasok ke biomassa di dalam tangki
sementara produk, hasil metabolisme sel, dan mikroorganisme dikeluarkan dalam laju yang sama
sehingga volume kultur konstan. Oleh karena itu, pertumbuhan sel dan pembentukan produk dapat
berlangsung untuk waktu yang lebih lama daripada pembiakan dalam bioreaktor batch. Setelah
periode waktu tertentu, sistem mencapai kondisi tunak (steady state) di mana konsentrasi sel,
produk, dan media konstan. Dalam bioreaktor kontinu, terdapat istilah waktu tinggal (residence
time) yang dihitung dengan membagi volume tangki dengan laju alir volumetrik rata-rata. Waktu
tinggal menunjukkan waktu yang dihabiskan bagian diskrit umpan/komponen di dalam tangki.

Bioreaktor kontinu wajib digunakan untuk proses-proses yang terhambat katabolit (hasil
reaksi katabolisme). Kelebihan pembiakan dalam bioreaktor kontinu adalah kualitas produknya
konsisten karena kondisi di dalam tangki bersifat tunak (steady state). Pembiakan dalam bioreaktor
kontinu juga memberikan tingkat kontrol yang lebih tinggi, di mana parameter seperti pH,
konsentrasi sel, dan komposisi media dapat dijaga pada tingkat yang diinginkan. Dengan begitu,
laju pertumbuhan mikroba dapat dikendalikan dalam jangkauan yang diinginkan.

Namun, bioreaktor kontinu memiliki konversi per satuan volume yang rendah sehingga
dibutuhkan reaktor yang besar untuk mencapai konversi yang tinggi. Selain itu, bioreaktor kontinu
kurang fleksibel, yaitu satu reaktor tidak dapat digunakan untuk proses yang berbeda-beda. Waktu
operasi bioreaktor kontinu yang lebih lama juga meningkatkan risiko kontaminasi sehingga
bioreaktor harus andal dan konsisten yang biasanya memerlukan biaya yang lebih besar.

Jenis utama bioreaktor kontinu adalah kemostat. Kemostat memiliki beberapa variasi,
seperti sitostat (di mana biomassa sel di dalam reaktor dijaga konstan), turbidostat (di mana
turbiditas/kekeruhan dijaga konstan, turbiditas ini berhubungan dengan konsentrasi sel), pH-
auksostat (di mana nilai pH dijaga konstan), dan produktostat (di mana konsentrasi produk
metabolik utama dijaga konstan). Di bawah ini merupakan salah satu variasi kemostat, yaitu
turbidostat.

Gambar 3. Bagian-bagian turbidostat. Optical density media di dalam tangki dimonitor dan laju alir
umpan di atur berdasarkan hal tersebut. Apabila turbiditas media melebihi ambang batas, pompa yang
terhubung dengan monitor turbiditas akan diaktivasi dan media akan ditambahkan. (Sumber: Bioprocess
Engineering Kinetics oleh Shijie Liu)
Neraca biomassa dalam bioreaktor kontinu adalah sebagai berikut.

𝑑(𝑉𝑋)
𝑄(𝑋0 − 𝑋) + 𝑟𝑋 𝑉 = … (10)
𝑑𝑡

𝑑𝑋
= 𝐷(𝑋0 − 𝑋) + (𝜇𝐺 − 𝑘𝑑 )𝑋 … (11)
𝑑𝑡

dimana Q adalah laju alir volumetrik dari larutan nutrien (L/jam), V adalah volume kultur (L,
diasumsikan konstan), X adalah konsentrasi sel (g/L), µG adalah laju pertumbuhan spesifik, kd laju
kematian spesifik, dan D adalah laju dilusi (D = Q/V). Dalam kondisi tunak, d(VX)/dt = 0 sehingga
persamaan 11 menjadi:

𝐷(𝑋 − 𝑋0 ) = 𝑟𝑋 … (12)

Melalui perhitungan lebih lanjut yang tidak diuraikan dalam LTM ini, didapatkan persamaan
konsentrasi sel pada kondisi tunak yaitu sebagai berikut.

𝑆0 𝐾𝑆
𝑋 = 𝑌𝐹𝑋/𝑆 𝐷 ( − ) … (13)
𝐷 + 𝑘𝑑 𝜇𝑚𝑎𝑥 − 𝐷 − 𝑘𝑑

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembiakan dalam bioreaktor kontinu
lebih menguntungkan daripada bioreaktor batch dari sisi produksi (kualitas produk lebih konsisten)
dan kontrol (kondisi kimia dapat diatur pada tingkat yang diinginkan). Namun, ada banyak kasus
di mana regulasi dan/atau keterbatasan operasional tidak memungkinkan dilakukannya pembiakan
dalam bioreaktor kontinu sejati. Dengan menggunakan bioreaktor semikontinu (atau fed-batch),
kita tetap dapat memanfaatkan kelebihan bioreaktor kontinu dengan mempertahankan sifat batch.

Dalam bioreaktor semikontinu, sel ditumbuhkan dalam kondisi batch untuk beberapa
waktu, biasanya hingga mendekati akhir fase pertumbuhan eksponensial. Pada titik ini, umpan
berupa larutan substrat dialirkan masuk ke dalam reaktor (biasanya dalam dosis yang rendah
namun terus-menerus), tanpa adanya aliran keluar. Laju alir umpan dijaga agar pertumbuhan
mikroorganisme berada pada tingkat pertumbuhan spesifik yang diinginkan.

Kelebihan dari pembiakan menggunakan bioreaktor semikontinu adalah adanya kontrol


penuh terhadap konsentrasi nutrisi/subtrat. Adanya kontrol ini sangat cocok untuk proses-proses
di mana konsentrasi substrat yang terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan mikroba (seperti
metanol, etanol, asam asetat, dan senyawa aromatik), untuk proses dimana produk
sampingan/katabolit dapat menghambat berjalannya reaksi, dan untuk proses dimana yield produk
tertinggi pada konsentrasi substrat yang rendah (seperti pada produksi protein rekombinan dan
produksi antibiotik). Kekurangan bioreaktor semikontinu adalah produktivitas yang rendah akibat
waktu yang diperlukan untuk pengisian, sterilisasi, dan pembersihan reaktor serta biaya tenaga
kerja yang lebih tinggi.

Gambar 4. Skema operasi bioreaktor semikontinu. (A) Persiapan reaktor; (B) reaktor diisi substrat; dan
(C) pemanenan (harvest) produk. (Sumber: Bioprocess Engineering Kinetics oleh Shijie Liu)

Neraca biomassa dalam bioreaktor kontinu adalah sebagai berikut.

𝑑(𝑋𝑉)
𝑋𝐹 𝑄 − 0 + 𝑟𝑋 𝑉 = … (14)
𝑑𝑡

di mana XF adalah konsentrasi sel dalam umpan yang nilainya 0 (diasumsikan umpan steril), Q
adalah laju alir volumetrik dari larutan nutrient (L/jam), dan X adalah konsentrasi sel (g/L).
Persamaan 14 dapat ditulis sebagai berikut.

𝑑𝑉 𝑑𝑋
𝑋 +𝑉 = (𝜇𝐺 − 𝑘𝑑 )𝑋𝑉 … (15)
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑𝑋 𝑄
= (𝜇𝐺 − 𝑘𝑑 − ) 𝑋 … (16)
𝑑𝑡 𝑉
Mind Map PBL 4
Bukti Diskusi
Daftar Pustaka

Department of Chemical Engineering Tikrit University. n.d. Lecture (9) - Reactor Sizing. [online]
Tersedia di: <https://ceng.tu.edu.iq/ched/images/lectures/chem-lec/st4/c4/9.pdf>
[Diakses 23 April 2020].

Liu, S., 2016. Bioprocess Engineering Kinetics, Sustainability, and Reactor Design. Elsevier
Science.

Microbiology.ukzn.ac.za. n.d. Types Of Microbial Culture. [online] Tersedia di:


<http://microbiology.ukzn.ac.za/Libraries/MICR304/TYPES_OF_MICROBIAL_CULT
URE.sflb.ashx> [Diakses 23 April 2020].

Villadsen, J., 2014. Bioreaction Engineering Principles. Springer.

Anda mungkin juga menyukai