Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH GIZI KURANG

KELUARGA Tn. R PADA AN. R TANGGAL 30 SEPTEMBER – 12 OKTOBER 2019 DI


DESA LICIN RT/RW, KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Lapangan Keperawatan Keluarga

Oleh :

Nama : Melinda Herliani

NIM : 1708235

Kelompok : A I

TK 3-A

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS DAERAH DI SUMEDANG

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya
penulis masih diberikan kekuatan, kesehatan, dan kemudahan. Shalawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya,
sahabatnya, dan kita semua selaku umatnya.

Saya bersyukur dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan yang


berjudul “Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. R Pada Tanggal 30 September – 12
Oktober 2019 Di Dusun L Rt 02 Rw 06 Desa L Kecamatan C Kabupaten S” dengan
tepat waktu. Laporan Asuhan Keperawatan ini Disusun Sebagai Salah Satu Tugas
Praktik Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga.

Dengan rasa hormat dan kerendahan hati yang terdalam, saya mengucapkan
terimakasih yang sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan ini, baik bantuan secara moril maupun materil sejak perencanaan
hingga pelaksanaan. Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Tim pembimbing yang telah memberikan banyak dorongan serta bimbingan dan
pengarahan sehingga terselesaikannya Laporan Asuhan Keperawatan ini.
2. Keluarga Tn. R yang telah bersedia bekerja sama dengan penulis dalam
melaksanakan pembinaan keluarga.
3. Kedua orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dorongan dan bantuan, baik
secara moral maupun spiritual.
4. Dan kepada teman-teman satu kelompok maupun satu kelas yang telah membantu,
baik secara langsung maupun tidak.
Saya menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan sehingga
dapat menjadi solusi yang terbaik untuk masa yang akan datang.
Saya harapkan laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca, dan
semoga segala bantuan, pengobatan, serta dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak
mendapat ganjaran dan pahala dari Allah SWT Aamiin.

Sumedang, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar ........................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 1
C. Studi Literatur............................................................................................... 2
D. Sistematik Penulisan....................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORITIS......................................................................................... 4

A. Konsep Dasar Penyakit................................................................................4


B. Konsep Keluarga.......................................................................................... 7
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gizi Kurang .....................17
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA.........23

A. Pengkajian................................................................................................... 23
B. Analisa Data................................................................................................. 33
C. Diagnosa Keperawatan................................................................................33
D. Perencanaan (Planning)...............................................................................33
E. Implementasi dan Evaluasi..........................................................................38
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................... 40

A. Kesimpulan.................................................................................................. 40
B. Saran............................................................................................................ 40
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 42

LAMPIRAN..................................................................................................................... 43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kurang gizi adalah sebuah masalah yang komplek yang terjadi di
Indonesia. Anak Indonesia pada hakikatnya lahir dengan berat dan panjang
yang normal kegagalan pertumbuhan yang nyata pada dasarnya akan terlihat pada
saat anak berusia empat bulan sampai dua tahun.
Gizi kurang merupakan salah satu masalah kesehatan yang harus mendapatkan
perhatian yang serius. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO, 2008)
Hal ini terjadi karena beberapa faktor penting yang mempengaruhi diantaranya
adalah kondisi sosial ekonomi yang kurang, pengetahuan keluarga tentang
makanan bergizi yang masih kurang. Sehingga untuk meningkatkan pengetahuan
keluarga tersebut maka perlu diberikan asuhan keperawatan kepada keluarga
supaya keluarga mampu meningkatkan kualitas kesehatan di Indonesia (Santoso,
2009).
Masalah gizi kurang tersebut apabila tidak segera ditangani akan
menimbulkan akibat-akibat yang dapat merugikan bangsa. Akibat-akibat tersebut
antara lain, kecerdasan yang semakin menurun, kualitas pendidikan yang
berkurang, dan generasi penerus bangsa yang semakin minim. Sehingga akibat
tersebut harus dicegah secara dini supaya tidak berkelanjutan (Santoso, 2009).
Terkait dengan data–data tersebut penulis tertarik untuk mengetahui sejauh
mana pengelolaan keluarga terhadap masalah kurang gizi dalam lingkup asuhan
keperawata keluarga. Kemudian dibentuk dalam “Asuhan Keperawatan Keluarga
dengan Masalah Gizi Kurang”.

Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang komprehensif pada keluarga Tn. R pada An. R di
Dusun L Rt / Rw Desa L Kecamatan C Kabupaten S.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian keluarga Tn. R dengan Gizi kurang
pada An. R .
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan keluarga Tn. R
dengan Gizi kurang pada An. R.

1
2

c. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan keluarga Tn. R dengan


Gizi kurang pada An. R
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan keluarga Tn. R
dengan gizi kurang pada An. R
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan keluarga Tn. A dengan
gizi kurang pada An. R

B. Studi Literatur
Metode yang digunakan dalam penulisan laporan ini adalah metode deskriptif
berbentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
1. Studi dokumentasi
Mempelajari data-data status klien dengan catatan-catatan yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan secara langsung dan spesifik mengkaji keadaan umum klien secara
menyeluruh melalui metode head to toe dengan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
untuk mendapatkan data mengenai keadaan klien sehingga dapat menentukan diagnose
dan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Observasi
Pengumpulan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung dengan cara
berkunjung ke keluarga yang menjadi subjek asuhan keperawatan.
4. Wawancara dan pastisifasi aktif
Merupakan kegiatan aktif penulis melakukan langsung asuhan keperawatan dengan
menanyakan data yang diperlukan pada klien, keluarga dan tenaga kesehatan yang
terkait.
5. Studi perpustakaan
Merupakan kegiatan untuk mendapatkan teori konsep dan model yang berhubungan
dengan masalah yang dibahas.

C. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran singkat mengenai isi dari laporan ini, maka penulis
akan menguraikan secara singkat mengenai systematika penulisan sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang penjelasan mengenai latar belakang, tujuan, studi literature, dan
sistematika penulisan yang digunakan dalam asuhan keperawatan ini.
2. BAB II TINJAUAN TEORI
3

Berisikan tentang penjelasan konsep dasar Gizi kurang , konsep keluarga, dan konsep
asuhan keperawatan keluarga dengan BGM.
3. BAB III KASUS dan PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Pada bab ini berisikan tentang pembahasan kasus mengenai asuhan keperawatan
keluarga dengan Gizi kurang, yang berisikan : pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
4. BAB IV PENUTUP
Berisikan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan keluarga dan saran untuk
beberapa pihak.
5. DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini akan dipaparkan sumber-sumber literature dalam pembuatan asuhan
keperawatan keluarga ini.
6. LAMPIRAN
Pada bagian ini akan dipaparkan hal-hal yang mendukung dan melengkapi isi dari
asuhan keperawatan keluarga ini.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian Gizi Kurang


Gizi kurang adalah keadaan kurang gizi tingkat berat yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi protein dari makanan sehari-hari dan
terjadi dalam waktu yang cukup lama (Sodikin, 2013). Menurut UNICEF
dalam Sokirman (2005), penyebab dari gizi kurang pada balita ada 2 yaitu
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung yaitu makanan tidak
seimbang untuk anak dan penyakit infeksi yang mungkin di derita anak
sedangkan penyebab tidak langsung ialah ketahanan pangan dalam keluarga,
pola pengasuhan anak, dan pelayanan kesehatan yang tidak baik.
2. Etiologi Gizi kurang
Menurut Marimbi, 2010 berbagai faktor yang secara tidak langsng mendorong
terjadinya ganggan gizi pada anak balita antara lain sebagai berikut:
a.Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan.
b.Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu.
c.Adanya kebiasan atau pantangan yang merugikan.
d.Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu.
e.Jarak kelahiran yang terlalu rapat.
f.Social ekonomi
g.Penyakit infeksi
h.Angka gizi yang tidak seimbang
i.Kekurangan energi protein dan kalori
3. Manifestasi
Tanda dan gejala dari gizi kurang antara lain:
a) Nafsu makan rendah
b) Mengalami kegagalan dalam pertumbuhannya. Hal ini dapat dilihat dari
berat badan, tinggi badan, atau keduanya yang tidak sesuai dengan
umurnya. Itulah mengapa biasanya anak kurang gizi mempunyai tubuh
yang kurus, atau pendek, atau kurus-pendek.
c) Kehilangan lemak dan massa otot tubuh.
d) Kekuatan otot tubuh menghilang.
e) Sangat mudah untuk marah, terlihat lesu, bahkan dapat menangis
secara berlebihan.

4
5

f) Mengalami kecemasan dan kurang perhatian terhadap lingkungan


sekitar.
g) Sulit berkonsentrasi dengan baik.
h) Kulit dan rambut kering, bahkan rambut mudah sekali rontok.
i) Pipi dan mata tampak cekung.
j) Proses penyembuhan luka sangat lama.
k) Rentan terserang penyakit, dengan proses penyembuhan yang
cenderung lama.
l) Risiko komplikasi meningkat jika melakukan operasi.
KEMENKES, (2011) mengklasifikasikan anak dengan masalah gizi sebagai
berikut:
1) Anak gizi kurang. Bila pada pemeriksaan ditemukan tanda BB/TB < -2SD
sampai dengan -3SD, LILA 11,5 sampai dengan 12,5 cm, tidak ada edema,
nafsu makan baik, dan tidak ada komplikasi medis.
2) Gizi buruk tanpa komplikasi. Bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau
lebih tanda anak tampak sangat kurus, terdapat edema minimal pada kedua
punggung kaki atau tanpa edema, BB/PB atau BB/TB <-3SD, LILA <11,5 cm
(untuk anak usia 6-59 bulan), dan nafsu makan baik.
3) Gizi buruk dengan komplikasi. Bila pada pemeriksaan ditemukan tanda
anak tampak sangat kurus, terdapat edema pada seluruh tubuh, BB/PB atau
BB/TB < -3SD, LILA <11,5 cm (untuk anak usia 6-59 bulan), dan disertai satu
atau lebih tanda komplikasi medis seperti: anoreksia, pneumonia berat,
anemia berat, dehidrasi berat, demam sangat tinggi, dan penurunan
kesadaran sehingga anak memerlukan penanganan secara rawat inap.
4. Phatway
6

5. Data penunjang
Pada saat ini Pemeriksaan penunjang.
a.Pemeriksaan darah.
Pada pemeriksaan darah meliputi Hb, albumin, globolin, protein total, elektrolit
serum, biakan darah.
b.Pemeriksaan urine.
Pemeriksaan urine meliputi urine lengkap, dan kulture urine.
c.Uji faal hati.
d.EKG.
e.Sinar X foto paru.
6. Penatalaksanaan
Arora (2009) mengatakan upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi
masalah gizi kurang pada balita meliputi: (1). Memastikan keamanan pangan
baik secara kuantitas maupun nutrisi. (2). Berikan pendidikan kesehatan pada
keluarga tentang kebutuhan nutrisi pada anak balita, termasuk pentingnya
pemberian ASI dan pengenalan makanan tambahan. (3). Lindungi anak terhadap
infeksi melalui imunisasi dan penggunaan air bersih dan sanitasi. (4). Pastikan
anak mendapatkan perawatan berkualitas saat anak sakit. (5). Lindungi anak dari
defisiensi mikronutrien terutama iodium, zat besi, dan vitamin A. (6). Berikan
perhatian khusus terhadap kebutuhan nutrisi ibu hamil untuk mencegah bayi lahir
dengan berat badan rendah.
Intervensi prioritas yang disarankan UNICEF (2009) dalam mengatasi
kurang gizi meliputi: (1). Pemberian makanan tambahan terjadwal dan adekuat
menggunakan makanan lokal, termasuk pemberian suplemen multi mikronutrien,
terutama yang berbahan dasar lemak. (2). Lanjutkan pemberian ASI hingga anak
berusia 2 tahun. (3). Pemberian zinc bila anak diare. (4). Konsumsi garam yang
beryodium. (5). Pemberian vitamin A dan obat cacing. (6). Mencuci tangan
dengan menggunakan sabun. (7). Manajemen malnutrisi akut berat. Sedangkan
jenis makanan lokal untuk pemulihan gizi yang dianjurkan oleh KEMENKES
(2011) adalah jenis makanan yang padat energi.
Upaya perbaikan gizi utama yang harus dilakukan untuk mengatasi
masalah gizi menurut BPPN (2007) meliputi: Pemenuhan energi protein,
pemenuhan gizi zat besi, yodium, vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya,
pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) pada bayi dan anak (6-24
bulan), pemberian vitamin A pada bayi dan balita, dan surveilans gizi di lembaga
pelayanan kesehatan yang terdekat dengan masyarakat seperti posyandu.
7

Upaya lain untuk mengatasi masalah gizi kurang pada balita yaitu
melalui peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi dan pola asuh anak yang baik
dan juga melalui pemberdayaan masyarakat, seperti kader. Alibas, (2006)
menyatakan bahwa pengetahuan ibu tentang gizi dan keterlibatan TP-PKK,
dalam hal ini kader, berpengaruh terhadap prevalensi gizi kurang. Retno (2012)
juga menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu
dengan status gizi balita setelah mendapat PMT-P di DKI Jakarta. Depkes,
(2002) dalam Puspitasari (2012) menyatakan rendahnya pengetahuan dan
pendidikan ibu merupakan penyebab dasar kurang gizi karena sangat
mempengaruhi tingkat pengetahuan keluarga dalam mengelola sumber daya
yang ada untuk mendapatkan kecukupan bahan makanan, serta pemanfaatan
sarana pelayanan kesehatan gizi dan sanitasi lingkungan. Harsiki (2002)
menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pola asuh anak,
konsumsi energi dan protein dengan keadaan gizi anak balita.

B. Konsep Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011). Sedangkan menurut Wall,
(1986) dalam Friedman (2010) menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah
kelompok yang mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang
memiliki hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau
hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa
sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.
2. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2008) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu :
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan
dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, rumah atau rumah
tangga.
8

3. Tipe Keluarga

Mubarak (2011) membagi tipe keluarga menjadi :

a. Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu :
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau
adopsi atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek nenek, paman-bibi)
b. Secara Modern
Berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme
maka pengelompokkan tipe keluarga selain di atas adalah :

1) Tradisional Nuclear
Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah
ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
3) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya
bekerja di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/ meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di
luar rumah.
6) Dual Carrier
Yaitu suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
9

7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
9) Three Generation
Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
10) Institusional
Yaitu anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti panti.
11) Comunal
Yaitu satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang
monogamy dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam
penyediaan fasilitas.
12) Group Marriage
Yaitu satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di
dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child
Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,
anaknya diadopsi.
14) Cohibing Couple
Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis
kelamin sama.

4. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari : pola dan proses komunikasi, strukrur peran,
struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011) menggambarkan
sebagai berikut :

a. Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila : jujur, terbuka,
melibatkan emosi, konflik selesai dan ada hirarki kekuatan.
10

b. Struktur peran
Yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi pada struktur peran bisa bersifat
formal atau informal.
c. Struktur kekuatan
Yang dimaksud adalah kemampuan dari individu untuk mengontrol atau
mempengaruhi atau merubah perilaku orang lain : legitimate power (hak),
referent power (ditiru), expert power (keahlian), reward power (hadiah),
coercive power (paksa) dan affective power.
d. Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat anggota
keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku
yang diterima pada lingkungan sosil tertentu berarti disini adalah lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
5. Fungsi keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2010), yaitu :
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif
merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling penting.Peran utama
orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi ini berhubungan
dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan sosio
emosional semua anggota keluarganya.
b. Fungsi sosialisasi dan status social
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang diberikan
dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak tentang cara
menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang dewasa seperti peran
yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status sosial atau pemberian status
adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi. Pemberian status kepada anak
berarti mewariskan tradisi, nilai dan hak keluarga, walaupun tradisi saat ini
tidak menunjukan pola sebagian besar orang dewasa Amerika.
c. Fungsi reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat yaitu
menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi perawatan kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan dan perlindungan
11

terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan adalah fungsi keluarga


yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui
proses pengambilan keputusan.
6. Tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2010) :
a. Tahap I : Keluarga Pasangan Baru (beginning family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga barudengan
pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai kehubungan intim yang
baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap pernikahan. Tugas
perkembangan keluarga tahap I adalah membentuk pernikahan yang
memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan
jaringan kekerabatan dan perencanaan keluarga.
b. Tahap II : Keluarga Kelahiran Anak Pertama (childbearing family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30
bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam
siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan keluarga disini adalah
setelah hadirnya anak pertama, keluarga memiliki beberapa tugas
perkembangan penting. Suami, istri, dan anak harus memepelajari peran
barunya, sementara unit keluarga inti mengalami pengembangan fungsi dan
tanggung jawab.
c. Tahap III : Keluarga dengan Anak Prasekolah (families with preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia
2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saatini dapat
terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami ayah, istri-
ibu, putra-saudara laki-laki, dan putri-saudara perempuan. Tugas
perkembangan keluarga saat ini berkembang baik secara jumlah maupun
kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk
mengekplorasi dunia di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan
privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama.
Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV : Keluarga dengan Anak Sekolah (families with schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia mencapai pubertas,
sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga yang
12

maksimal dan hubungan akhir tahap ini juga maksimal. Tugas


perkembangan keluarga pada tahap ini adalah keluarga dapat
mensosialisasikan anak-anak, dapat meningkatkan prestasi sekolah dan
mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V : Keluarga dengan Anak Remaja (families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung
selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak
meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama, jika anak tetap tinggal
dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20 tahun. Tujuan utamapada keluarga
pada tahap anak remaja adalah melonggarkan ikatankeluarga untuk
meberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa mudah. Tugas perkembangan
keluarga yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin
meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga yang kedua adalah
bagi orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan pernikahan mereka.
Sedangkan tugas perkembangan keluarga yang ketiga adalah untuk anggota
keluarga terutama orang tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara
terbukasatu sama lain.
f. Tahap VI : Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (launching
centerfamilies)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak
pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan “kosongnya rumah”,
ketika anak terakhir juga telah meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup
singkat atau cukup lama, bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau
jika anak yang belum menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka
menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada
tahap ini adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar,
orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu mereka
menjadi mandiri.
g. Tahap VII : Orang Tua Paruh Baya (middle age families)
Tahap ini merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pension atau
kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang tua berusia
sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan persiunannya
pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas keperawatan
13

keluarga pada tahap ini adalah wanita memprogramkan kembali energi


mereka dan bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian dan sebagai
pendorong anak mereka yang sedang berkembang untuk lebih mandiri serta
menciptakan lingkungan yang sehat.
h. Tahap VIII : Keluarga Lansia dan Pensiunan
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat
pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai kehilangan
salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan yang lain.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap terakhir ini adalah
mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan dan kembali
kerumah setelah individu pensiun/berhenti bekerja dapat menjadi
problematik.
7. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1998)
dalam Dion & Betan (2013) adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan
yang dialami anggota keluarga. Perubahan sekecil apapun yang dialami
anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga dan
orang tua. Sejauh mana keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari
masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, factor
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai masalah
kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji keadaan
keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam membuat
keputusan.
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Ketika memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, keluarga
harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
danperawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
14

4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang


bertanggung jawab, sumber keuangan dan financial, fasilitas fisik,
psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah yang
sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di masyarakat
Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus
mengetahui hal-hal sebagai berikut :
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.
8. Peran Perawat Keluarga
Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai
berikut :
a. Sebagai pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat anggota
keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai koordinator pelaksan pelayanan kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan diberikan
untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit pelayanan
kesehatan.
c. Sebagai pelaksana pelayanan perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui kontak
pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki masalah
kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit dapat menjadi
15

“entry point” bagi perawatan untuk memberikan asuhan keperawatan


keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai supervisor pelayanan keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga melalui
kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga berisiko tinggi
maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat direncanakan terlebih
dahulu atau secara mendadak, sehingga perawat mengetahui apakah
keluarga menerapkan asuhan yang diberikan oleh perawat.
e. Sebagai pembela (advokat)
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi hakhak
keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui harapan serta
memodifikasi system pada perawatan yang diberikan untuk memenuhi hak
dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang baik oleh keluarga terhadap hak
dan kewajiban mereka sebagai klien mempermudah tugas perawat untuk
memandirikan keluarga.
f. Sebagai fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan masyarakat
untuk memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka
hadapi sehari-hari serta dapat membantu jalan keluar dalam mengatasi
masalah.
g. Sebagai peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai masalah-masalah
kesehatan yang dialami oleh angota keluarga. Masalah kesehatan yang
muncul didalam keluarga biasanya terjadi menurut siklus atau budaya yang
dipraktikkan keluarga.
9. Prinsip perawatan kesehatan keluarga
Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai
tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai
peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan
peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan
keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
16

e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif


dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan
menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan
dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi. Keluarga-
keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara lain
adalah :
1.) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan
masalah :
a.) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b.) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
c.) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan
penyakit keturunan.
2.) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a.) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b.) Menderita kekurangan gizi (anemia).
c.) Menderita hipertensi.
d.) Primipara dan Multipara.
e.) Riwayat persalinan atau komplikasi
3.) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a.) Lahir prematur (BBLR).
b.) Berat badan sukar naik.
c.) Lahir dengan cacat bawaan.
d.) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e.) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan
anaknya.
f.) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
17

g.) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk


digugurkan.
h.) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering
timbul cekcok dan ketegangan.
i.) Ada anggota keluarga yang sering sakit
j.) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari
meninggalkan rumah.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gizi Kurang


1. Pengkajian
Proses pengkajian keluarga merupakan proses pengumpulan
informasi/data yang terus menerus secara sistematik menggunakan alat
pengkajian keluarga kemudian diklasifikasikan dan dianalisis untuk
diinterpretasikan artinya (Friedman, Bowden, & Jones (2003). Proses
pengumpulan data keluarga dapat diperoleh melalui berbagai sumber
wawancara terhadap satu anggota keluarga atau lebih tentang peristiwa yang
lalu dan sekarang (bertanya dan mendengarkan, genogram, ecomap),temuan
obyektif (observasi rumah keluarga dan fasilitasnya, observasi interaksi keluarga,
dll), penilaian subyektif (pengalaman yang dilaporkan anggota keluarga, dll).
informasi tertulis maupun lisan dari berbagai rujukan, berbagai agensi yang
bekerja dengan keluarga, dan anggota tim kesehatan lain.
Komponen yang dikaji dalam model FCN meliputi : Data inti keluarga,
yang terdiri dari data umum, komposisi keluarga, tipe bentuk keluarga, latar
belakang kebudayaan, nilai dan keyakinan, dan status sosial ekonomi keluarga.
Data lingkungan, yang terdiri dari karakteristik rumah, karakteristik lingkungan
dan komunitas, mobilitas geografis keluarga, dan sosialisasi keluarga dengan
komunitas.Struktur keluarga, yang terdiri dari pola komunikasi, struktur
kekuasaan, struktur peran, dan nilai keluarga. Fungsi keluarga, yang terdiri dari
fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi perawatan kesehatan, stress, koping, dan
adaptasi keluarga.
Pengkajian status gizi menurut Zega (2012) dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung. Pengkajian secara langsung dilakukan melalui
pemeriksaan antropometri, biokimia, kondisi klinis anak, dan pola diet.
Sedangkan pengkajian tak langsung status gizi dilakukan melalui survey
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.
18

2. Diagnosa keperawatan keluarga


Diagnosis keperawatan yaitu keputusan klinik tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan
baik yang aktual maupun potensial (NANDA, 2001, dalam Friedman, Bowden, &
Jones, 2003). Diagnosis keperawatan ini yang nantinya akan menjadi dasar
dalam pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi
akuntabilitas perawat.
Terdapat tiga label diagnosis keperawatan menurut Rosenberg dan Smith dalam
NANDA, (2011), yaitu:
1) Diagnosis Risiko. Diagnosis ini menggambarkan respon seseorang terhadap
kondisi kesehatan/proses kehidupan yang mungkin akan berkembang dalam
individu, keluarga, atau komunitas yang lemah.
2) Diagnosis Promosi Kesehatan. Diagnosis ini merupakan penilaian klinis
terhadap motivasi seseorang, keluarga, atau komunitas dan keinginan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan aktualisasi seluruh potensi kesehatan yang
dimiliki yang diekspresikan oleh kesiapan untuk memperkuat perilaku sehat
tertentu seperti nutrisi dan olah raga.
3) Diagnosis Sejahtera. Diagnosis ini menggambarkan respon seseorang
terhadap tingkat kesejahteraan individu, keluarga, atau komunitas yang telah
memiliki kesiapan untuk meningkat.
Berikut ini adalah salah satu diagnosis keperawatan keluarga terkait nutrisi
menurut NANDA (2011):

1) Ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh.

2) Ketidakseimbangan nutrisi; lebih dari kebutuhan tubuh.

3) Risiko ketidakseimbangan nutrisi; kurang dari kebutuhan tubuh.

4) Risiko ketidakseimbangan nutrisi; lebih dari kebutuhan tubuh.

Setelah masalah kesehatan keluarga teridentifikasi, masalah tersebut


disusun berdasarkan urutan prioritas kepentingan keluarga karena seringkali
terdapat ketidaksesuaian antara cara pandang profesi terhadap kebutuhan
keluarga dan cara pandang keluarga terhadap masalahnya sendiri (Friedman,
Bowden, & Jones, 2003).
19

3. Perencanaan Intervensi Keperawatan

Berikut ini merupakan intervensi keperawatan untuk diagnosa keperawatan


pasien dengan gizi kurang :
1. Kurang nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan nafsu makan
menurun, gangguan pada saluran pencernaan.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, diharapkan agar
metabolisme dalam tubuh kembali normal dengan kriteria hasil:
 Kulit dan membran mukosa lembab
 Nafsu makan meningkat
 Tanda-tanda vital normal.
Intervensi Rasional

a) Lakukan pengaturan makanan dengan menyesuaikan dengan


berbagai tahap. kebutuhan tubuh.

b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi Menjaga daya tahan tubuh
protein serta berikan mineral dan vitamin. dan memperbaiki nutrisi yang
kurang

c) Apabila berat badan kurang dari 7 kg, Penyesuaian terhadap proses


maka pemberian makanan dimulai pencernaan makanan
dengan makanan bentuk cair selama 1-2
hari, lanjutkan bentuk lunak, tim dan
seterusnya.

d) Lakukan evaluasi pola makan, berat mengetahui perkembangan


badan, tanda perubahan kebutuhan nutrisi pada anak.
nutrisi seperti turgor, nafsu makan,
kemampuan absorpsi, bising usus, dan
tanda vital.

2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya kemampuan


absorsi makanan dan diare.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan dapat
mengatasi kekurangan volume cairan melalui peningkatan hidrasi dengan
kriteria hasil:
 Turgor kulit normal
20

 Membran mukosa lembab


 Jumlah dan berat jenis urine kembali normal.
Intervensi Rasional

a) Berikan cairan tubuh yang cukup pemenuhan kembali kebutuhan


melalui rehidrasi jika terjadi dehidrasi. cairan mencegah dehidrasi

b) Monitor keseimbangan cairan tubuh mengganti cairan untuk


yaitu mengukur asupan dan keluaran, masukan kalori yang
dengan cara mengukur berat jenis berdampak pada keseimbangan
urine. elektrolit.

c) Pantau terjadinya kelebihan cairan menghindari terjadinya


serta perubahan status dehidrasi. dehidrasi

d) Berikan penjelasan terhadap makanan agar sepulang dari rumah sakit,


yang dianjurkan untuk membantu keluarga mampu mengasuh
proses penyerapan, seperti tinggi kalori, anak dengan mandiri.
tinggi protein, mengandung vitamin, dan
mineral.

e) Lihat pengelolaan diare. mengetahui perkembangan


tingkat dehidrasi.

3. Gangguan integritas kulit berhubungan defisiensi energi dan protein.


Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan
meningkatnya integritas kulit dengan kriteria hasil:
 Kulit yang tidak bersisik, tidak keringturgor kulit < 3 detik.
Intervensi Rasional

a) Pertahankan agar kulit tetap bersih dan lipatan kulit yang bersih dan
kering dengan cara memandikan dua kali kering mencegah iritasi.
sehari dengan air hangat dan apabila
kotor atau basah segera ganti pakaian.

b) Berikan suplemen vitamin. menjaga nutrisi kulit.

c) Berikan penjelasan untuk menghindari mencegah terjadinya iritasi


penggunaan sabun yang dapat terhadap kulit
mengiritasi kulit.

d) Monitor keutuhan kulit setiap 6-8 jam. memastikan tidak ada tanda-
21

tanda iritasi.

4. Diagnosa keperawatan: Kurang pengetahuan berhubungan kurang informasi


asupan gizi yang adekuat.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan keluarga dengan kriteria hasil:
 Keluarga menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola
hidup.
 Keluarga mencari sumber untuk membantu membuat identifikasi
perubahan.
Intervensi Rasional

a) Ajarkan pada keluarga tentang cara Membantu merencanakan


pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan gizi untuk asupan makanan
yang seimbang dengan mendemonstrasikan baru.
atau memberikan contoh bahan makanan,
cara memilih atau memasak, serta tunjukkan
makanan pengganti protein hewani apabila
dirasakan mahal seperti tempe, tahu, atau
makanan yang dibuat dari kacangkacangan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilakukan berdasarkan perencanaan intervensi yang telah
dibuat. Implementasi yang dilakukan perawat generalis untuk mengatasi masalah
gizi kurang pada balita menggunakan pendekatan lima tugas kesehatan keluarga
menurut Maglaya (2009) yaitu menyebutkan bahwa lima tugas kesehatan
keluarga terdiri dari mengenal masalah, memutuskan mengatasi masalah,
merawat keluarga dengan masalah, memodifikasi lingkungan, dan
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Implementasi yang dilakukan dalam asuhan keperawatan keluarga
dilakukan dengan memberikan edukasi pada orang tua tentang nutrisi pada
anak, melakukan kunjungan rumah, dan membantu keluarga dalam penyediaan
makanan. Pemberian edukasi pada keluarga terkait nutrisi meliputi gizi
seimbang, gizi kurang, dan triguna makanan.
Pemberian edukasi kepada orang tua merupakan hal yang penting yang
dapat dilakukan perawat pada keluarga guna meningkatkan pengetahuan
22

orangtua khususnya ibu mengenai gizi balita. Pengetahuan orang tua khususnya
ibu merupakan satu hal yang penting guna memperbaiki gizi balita.
Peningkatkan pemberian makanan pada balita harus memperhatikan
keseimbangan gizi. Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Variasi makanan merupakan prinsip pertama gizi seimbang yang
universal. Pola makan seimbang bukan hanya memperhatikan sumber-sumber
zat gizi makro dan air, melainkan juga sumber-sumber zat gizi mikro meliputi
vitamin dan mineral (Depkes RI, 2010).
Depkes RI (2005) mengemukakan bahwa konsumsi hidangan sehari-hari
dengan susunan zat gizi seimbang perlu dibiasakan sebagai upaya
menanggulangi masalah gizi ganda, yakni gizi kurang dan gizi lebih. Kebutuhan
makan balita perlu diatur agar anak mendapat gizi seimbang yang diperlukan
dalam satu hari. Keseimbangan gizi diperoleh apabila hidangan sehari-hari terdiri
dari tiga kelompok bahan maknaan yang disebut triguna makanan. Dari setiap
kelompok dipilih satu atau beberapa jenis makanan (Depkes RI, 2004).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara hasil implementasi
dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat tercapainya
keberhasilan. Evaluasi dalam keluarga menggunakan evaluasi subjektif, objektif,
analisis dan perencanaan (SOAP), evaluasi sumatif, dan tingkat kemandirian
keluarga.
Kemampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan keluarga
sangat diperlukan agar keluarga dapat meningkatkan status gizi anak balita di
rumah. Depkes RI (2006) mengemukakan kemandirian keluarga yang beorientasi
pada lima tugas kesehatan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
Keluarga yang mandiri dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya dinilai dengan
tingkat kemandirian keluarga.
Tingkat kemandirian keluarga dievaluasi menggunakan 7 kriteria
evaluasi yakni
(a) keluarga menerima petugas kesehatan,
(b) keluarga menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana,
(c) keluarga menyatakan masalah kesehatan secara benar,
(d) keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran,
(e) keluarga melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran,
(f) keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif,
23

(g) keluarga melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Keluarga berada di


tingkat kemandirian I apabila memenuhi kriteria 1 dan 2; tingkat kemandirian II
apabila memenuhi kriteria 1 sampai dengan 5; tingkat kemandirian III apabila
memenuhi kriteria 1 sampai dengan 6; dan tingkat kemandirian IV apabila
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. PENGKAJIAN
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
1) Nama KK : Tn. R
2) Umur KK : 28 Th
3) Pekerjaan KK : karyawan swasta
4) Pendidikan KK : SMA
5) Alamat dan No. Tlpn : Dsn. L RT 02 RW 06 Des. L Kec. C
Kab. S

Hub Status
No. Nama L/P Usia Pekerjaan Pendidikan
Keluarga Kesehatan
1. Tn. A L 5 Petani SD Kakek Sehat

2. Ny . C P IRT SD Nenek Sehat


3. Tn. R Ll 28 th Karyawan SMA Ayah Sehat
swasta
4. Ny. T P 24 th IRT SMA Ibu Sehat
5. An. R P 4 th - Paud Anak Sakit

b. Komposisi Anggota Keluarga :

c. Genogram

23
24

Keterangan :
: Laki-laki : Pasien perempuan

: Perempuan : Anggota satu rumah

: Pernikahan : Keturunan

d. Tipe Keluarga
Keluarga Tn. R termasuk tipe keluarga besar yang di dalamnya terdiri dari Tn. ,
Ny. C , Tn. R , Ny. T dan An. R .
e. Suku Bangsa
Ny. T mengatakan bahasa yang digunakan An. R adalah Bahasa sunda karena
semua keluarga berasal dari Jawa Barat dan orang sunda asli. Keluarga Tn. R
berstatus WNI (Warga Negara Indonesia). Tidak ada kebiasaan keluarga yang
dipengaruhi suku atau budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan.
f. Agama
Ny. T mengatakan semua anggota keluarga Tn. R beragama islam dan taat
menjalankan ibadah sholat 5 waktu. Tidak ada kepercayaan yang dianut keluarga
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
g. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Ny. T mengatakan kebutuhan sehari-hari keluarga terpenuhi Tn. R bekerja
sebagai karyawan swasta.
h. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Ny. T mengatakan keluarga jarang melakukan rekreasi keluar karehan Tn. R
sibuk bekerja.

2. Riwayat Dan Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap Perkembangan Keluarga
Tn. R dan Ny. T memiliki 1 anak perempuan , anak pertama usia 4 tahun.
b. Tahap Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Pada keluarga Tn. R tidak ditemukan tahap perkembangan keluarga yang
belum terpenuhi, karena Ny. I mengatan masih .
c. Riwayat Keluarga Inti
Ny. T mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan, hanya saja dulu
sewaktu kecil pernah mengalami riwayat kejang sampai berumur 5 tahun Ny. T
25

mengatakan An. R mengalami seperti Ny. T tapi hanya pada usia 2 tahun. Sakit
yang diderita An. S hanya demam, batuk dan pilek.

d. Riwayat Keluarga Sebelumnya


Ny. T mengatkan Ny. C pernah mengalami riwayat stroke kurang lebih 3
tahun yang lalu.

1) Riwayat keturunan dan penyakit menular


Ny. T mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan atau pun penyakit
menular.
2) Riwayat kebiasaan / gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan
Ny. T mengatakan Tn. T dan Tn. mempunyai kebiasaan seperti merokok dan
mengkonsumsi garam yang berlebih. Sedangkan Ny. I mengatakan tidak
pernah merokok.
3. Lingkungan
a. Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah didentifikasi sebagai berikut :
1) Luas Rumah
Luas rumah Tn. R ± 238 m².
2) Tipe Rumah
Tipe rumah keluarga Tn. R yaitu permanen.
3) Jumlah Ruangan
Jumlah ruangan rumah Tn. A ± 7 ruangan, diantaranya yaitu kamar tidur 4,
ruang tamu, ruang TV, dapur, dan kamar mandi.
4) Ventilasi Rumah
Ventilasi rumah Tn. A jendela ruang tamunya selalu dibuka. Cahaya dan
pertukaran O² pun cukup baik.
5) Jarak Septic Tank Dengan Sumber Air
Ny. T mengatakan jarak septic tank dengan sumber air (sumur) ±15 meter.
6) Sumber Air Minum Yang Digunakan
Ny. T mengatakan bahwa beliau dan keluarganya mengkonsumsi air minum
yaitu air tahar danair galon.
7) Pengelolaan Sampah
Ny. T mengatakan bahwa pengelolaan sampah disekitar rumahnya dikelola
oleh sendiri dengan membakar sampah.
26

8) Denah Rumah

KAMAR KAMAR WC

R. KELUARGA
H
D
A
A
L P
KAMA U
R. KAMAR
A R R
TAMU
M R. TV
A

Keterangan :
: pintu
: jendela

b. Karakteristik Tetangga Dan Komunitas RW


Lingkungan tetangga umumnya penduduk asli Dsn. L . Ny. T mengatakan bahwa
keluarganya dengan masyarakat lainnya cukup harmonis dalam melakukan suatu
kegiatan lainnya. Jarak rumah tetangga cukup dekat, disini tidak ada budaya
setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilisasi Geografis Keluarga
Keluarga Tn. R merupakan keluarga yang tinggal menetap di dsn. L, tidak jauh dari
perkotaan dan pelayanan kesehatan masih bisa dijangkau dengan menggunakan
sepeda motor.
d. Perkumpulan Keluarga Dan Interaksi Dengan Masyarakat
Keluarga Tn. R tergolong anggota masyarakat yang aktif dalam bersosialisasi
dengan tetangga dan berinteraksi dengan baik. Keluarga Tn. R pun aktif dalam
kegiatan keagamaannya, dan Ny. T mengatakan bahwa beliau masih aktif dalam
mengikuti pengajian rutin yang dilaksanakan di masjid terdekat.
27

e. Sistem Pendukung Keluarga


Ny. T mengatakan selama An. A sakit Ny. T membawanya ke bidan terlebih dahulu
untuk diperiksa atau ke pelayanan kesehatan terdekat. Ny. T juga mengatakan
memiliki kartu BPJS sebagai penunjang kesehatan.
f. Pola Komunikasi Keluarga
Ny. T mengatakan bahwa keluarga Tn. R selalu berkomunikasi dengan baik,
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa sunda. Komunikasi dilakukan
secara terbuka dan membicarakan masalah terlebih dahulu.
g. Struktur Kekuatan Keluarga
1) Respon kekuatan bila ada anggota keluarga yang mengalami masalah
Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah.
2) Kekuatan yang digunakan keluarga dalam menangani masalah
Ny. T mengatakan apabila masalah tidak teratasi maka keputusan ada ditangan Tn.
R.
h. Struktur Peran
Seluruh anggota keluarga berperan sesuai perannya masing-masing.

1.) Peran Tn. Sebagai kakek


2.) Peran Ny. C sebagai nenek
3.) Peran Tn. R sebagai ayah
4.) Peran Ny. T sebagai sebagai ibu
5.) Peran An. R sebagai anak

i. Nilai Atau Norma Keluarga


Menurut Ny. T tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat mempengaruhi
penyakit. Sehingga mereka lebih memilih untuk diperiksa ke bidan atau pun ke
dokter terdekat.
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Ny. T mengatakan bahwa hubungan beliau dengan anaknya terjalin dengan baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Ny. T mengatakan bahwa beliau dan Tn. R membina sosalisasi dengan An. T,
sehingga dapat membentuk norma dan aturan-aturan sesuai dengan
perkembangannya.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
1) Kemampuan keluarga mengenal masalah
a) Keluarga mengatakan tidak mengetahui tentang Gizi kurang
b) Ny. T mengatakan bahwa An. R masih sering susah makan sayuran
28

Hasil pengkajian :
a) Tn. A dan keluarga kurang dapat mengingat.
b) Ny. T dan keluarga tampak bingung mengenai penyakit gizi kurang.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat :
Keluarga sudah mampu mengambil keputusan yang tepat keluarga mengantarkan
An. R ke bidan, dokter terdekat atau ke Rumah Sakit.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Keluarga mengatakan tahu cara merawat anggota keluarga yang sakit dengan.
4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan :
Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang baik untuk gizi kurang .
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan
Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada yaitu Rumah Sakit.
d. Fungsi Reproduksi
Ny. T mengatakan anaknya baru satu An. R dan Ny. T mengatakan sekarang
masih menstruasi.
e. Fungsi Ekonomi
Tn. R bekerja sebagai karyawan swasta untuk memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan.
5. Stress Dan Koping Keluarga
a. Stress Jangka Pendek Dan Panjang
1) Stressor jangka pendek (<6 bulan)
Keluarga mengatakan sementara tidak ada
2) Stressor jangka panjang (>6 bulan)
Keluarga mengatakan stresor jangka panjang sementara tidak ada.
b. Respon keluarga terhadap stress
Ny. T menganggap masalah kesehatannya keluarganya dengan
bermusyawarah.

1) Strategi koping yang digunakan


Ny. T mengatakan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk
mengatas keluhan An. R
2) Strategi adaptasi yang disfungsional
Ny. T mengatakan An. R tidak pernah melakukan perilaku kasar atau
kejam terhadap anggota keluarganya dan tidak pernah melakukan
ancaman dalam menjelaskan masalah.
29

6. Pemeriksaan Fisik

No Pemeriksaan
Tn. A Tn. R Ny. C Ny. T An. R
1 Pemeriksaan
Umum

 Penampila Compos Compos Compos Compos Compos


n umum Mentis Mentis mentis mentis mentis

 TTV TD : 120/70 TD : 110/80 TD : TD : N : 120


mmHg mmHg 100/90 100/80 x/m
mmHg mmHg
N : 78x/m N : 88x/m RR :30
N:80x/m N :88x/m x/m
RR : 18x/m RR : 20x/m
RR : RR : S : 37°C
S :37,0°C S :37,5°C
18x/m 18x/m

S :37 °C S:37°C

 BB/TB 50 Kg / 159 55Kg / 160 45kg/ 155 55 Kg / 13 Kg/ 96


cm cm cm 167 cm cm

2 Kepala Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk


simetris, simetris, simetris, simetris, simetris,
bersih. bersih. bersih bersih bersih

 Rambut Berwana Berwarna Berwarna Berwarna Berwarna


hitam hitam hitam hitam hitam

 Mata Penglihatan Penglihatan Penglihat Penglihat Penglihat


kabur/tidak jelas an kabur/ an jelas an jelas
jelas tidak jelas

 Hidung Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


bersih, tidak bersih, bersih bersih bersih,
ada kelainan tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
yang kelainan kelainan kelainan kelainan
ditemukan yang yang yang yang
ditemukan ditemuka ditemuka ditemuka
n n n

 Mulut Bersih, dan Bersih, dan Bersih, Bersih, Bersih,


tidak ada tidak ada dan tidak dan tidak dan tidak
30

kelainan kelainan ada ada ada


yang yang kelainan kelainan kelainan
ditemukan ditemukan yang yang yang
ditemuka ditemuka ditemuka
n n n

 Telinga Keadaan Keadaan Keadaan Keadaan Keadaan


bersih, fungsi bersih, bersih, bersih, bersih,
pendengaran fungsi fungsi fungsi fungsi
baik pendengar pendenga pendenga pendeng
an baik ran baik ran baik aran baik

3 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesara pembesar pembesar pembesa
kelenjar n kelenjar an an ran
getah bening getah kelenjar kelenjar kelenjar
bening getah getah getah
bening bening bening

4 Dada Dada tampak Dada Dada Dada Dada


simetris, tampak tampak tampak tampak
tidak simetris, simetris, simetris, simetris,
terdengar tidak tidak tidak tidak
suara nafas terdengar terdengar terdengar terdengar
tambahan, suara nafas suara suara suara
tidak lesi dan tambahan, nafas nafas nafas
pembengkak tidak lesi tambahan tambahan tambaha
an berupa dan , tidak lesi , tidak lesi n, tidak
benjolan, pembengka dan dan lesi dan
tidak ada kan berupa pembeng pembeng pembeng
retraksi benjolan, kakan kakan kakan
dinding dada tidak ada berupa berupa berupa
retraksi benjolan, benjolan, benjolan,
dinding tidak ada tidak ada tidak ada
dada retraksi retraksi retraksi
dinding dinding dinding
dada dada dada

5 Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
asietes, tidak asietes, asietes, asietes, asietes,
31

ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri ada nyeri
tekan dan tekan tekan tekan tekan
nyeri lepas abdomen abdomen abdomen abdomen
disetiap bawah bawah bawah bawah
kuardran

6 Ekstremitas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


atas oedema, oedema, oedema, oedema, oedema,
pergerakan pergerakan pergeraka pergeraka pergerak
baik baik n baik n baik an baik

7 Ekstremitas Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak


bawah oedem, oedem, oedem, oedem, oedem,
varises tidak varises varises varises varises
ada, turgor tidak ada, tidak ada, tidak ada, tidak ada,
kulit baik turgor kulit turgor turgor turgor
baik kulit baik kulit baik kulit baik

7. Harapan Keluarga
Keluarga menginginkan petugas kesehatan mahasiswa dapat memberikan
penjelasan dan informasi tentang kesehatan khususnya tentang gizi kurang mulai
dari upaya agar anak mau makan sampai gizi yang seimbang untuk balita,
sehingga tidak timbul masalah gizi kurang kembali. Dan keluarga berharap di
hidup bahagia bersama anggota keluarga dan semua anggota keluarga sehat.

8. Kriteria tingkat kemandirian keluarga (KM)

No. Kriteria Tingkat kemandirian keluarga

I II III IV
32

1. Menerima petugas √ √
perawatan kesehatan

2. Menerima pelayanan √ √
keperawatan yang diberikan
sesuai dengan rencana
keperawatan

3. Tahu dan dapat √ √


mengungkapkan masalah
kesehatan secara benar

4. Melakukan tindakan √ √
keperawatan sederhana
sesuai yang dianjurkan

5. Memanfaatkan fasilitas √ √
pelayanan kesehatan secara
aktif

6. Melaksanakan tindakan √
pencegahan sesuai anjuran

7. Melakukan tindakan promotif √


secara aktif

B. ANALISA DATA

No Data Intervensi

1 DS : Resiko pertumbuhan tidak


proposional pada keluarga Tn. R
Ny. T mengatakan anak tidak selera
khususnya An. R b/d tidak
makan dan tidak menyukai sayuran
adekuatnya nutrisi pada anak
33

DO :

- Klien menolak saat diberikan


makan terutama sayur
- Bb : 13 kg
- Tb : 95 cm
- Klien tampak kurus

2 DS : Kurang pengetahuan keluarga Tn.


- Ny. M mengatakan tidak mengetahui R pada An. R b.d kurang informasi
asupan gizi yang seimbang untuk An. asupan gizi yang adekuat.
M.

DO :
- Pasien tampak kebingungan

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Diagnosa Aktual
Kurang pengetahuan keluarga Tn. R pada An. R b.d kurang informasi
asupan gizi yang adekuat.
2. Diagnosa Resiko
Resiko pertumbuhan tidak proposional pada keluarga Tn. R khususnya An. R
b/d tidak adekuatnya nutrisi pada anak
3. Diagnosa Potensial

D. PERENCANAAN (PLANNING)

1) PRIORITAS MASALAH
a) Kurang pengetahuan keluarga Tn. R pada An. R b.d kurang informasi
asupan gizi yang adekuat.
34

Skor Perhitungan
No Kriteria Bobot
Hasil

1. Sifat masalah 3/3 x 1 = 1

 Tidak/kurangseh 3
at 2 1
 Ancaman 1
kesehatan
 Krisis/ kurang
sejahtera
2. Kemungkinan 2/2 x 2 = 2
masalah
dapat diubah
2
 Dengan mudah 1
2
 Hanya sebagian 0
 Tidak dapat
dirubah
3. Potensi masalah 2/3 x 1 = 2/3
untuk dicegah
3
 Tinggi 2 1
 Cukup
1
 Rendah
4. Menonjolnya
masalah
2 ½x1=½
 Masalah berat,
harus segera
ditangani 1 1
 Ada masalah,
tetapi tidak perlu
0
segera ditangani
 Masalah tidak
dirasakan
Jumlah 3 7/6

b)
c)
d)
e)
35

b) Resiko pertumbuhan tidak proposional pada keluarga Tn. R khususnya An.


R b/d tidak adekuatnya nutrisi pada anak

Perhitungan
No Kriteria Skor Bobot
Hasil

1. Sifat masalah 1/3 x 1=1/3

 Tidak/kurang sehat 3 1
 Ancaman kesehatan 2

 Krisis/ kurang sejahtera 1


2. Kemungkinan masalah ½x2=1

dapat diubah

 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1 2
 Tidak dapat dirubah 0
3. Potensi masalah untuk dicegah 2/3 x 1 = 2/3

 Tinggi 3
 Cukup 2 1
 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah ½x1=½

 Masalah berat, harus 2


segera ditangani
 Ada masalah, tetapi tidak
1 1
perlu segera ditangani
 Masalah tidak dirasakan
0

Jumlah 2½
36

Rencana Asuhan Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Tujuan Rencana tindakan


keperawatan

1 3 / 10/ 2019 Resiko Tujuan dan kriteria 1. Skrining


pertumbuhan tidak hasil : kesehatan:
proposional pada Anak akan mencapai mendeteksi
keluarga Tn. R normal masalah atau
khususnya An. R pertumbuhan yang resiko
b/d tidak diharapkan kesehatan
adekuatnya nutrisi (misal : BB, lingkar melalui riwayat,
pada anak kepala, usia pemeriksaan,
tulang,dan masa dan
tumbuh tanpa prosedur lain.
lemak) yakni: tidak 2. Manajemen
diatas persentil nutrisi :
ke 97 atau dibawah membantu dan
persentil ke 3 memberikan
usianya. asupan diet
makanan
dan minuman
yang seimbang
3. Penyuluhan
nutrisi : todler,
anjuran
tentang nutrisi
dan praktik
pemberian
makan atau
meminimalkan
nutrisi.
37

4. Promosi
kesehatan:
Pendidikan
kesehatan
tumbuh
kembang anak

2 Kurang Setelah dilakukan 1. Kaji ulang


pengetahuan b.d tindakan keperawatan pengetahuan
kurang informasi selama kunjungan 2 hari keluarga tentang
asupan gizi yang klien mampu pemberian
adekuat. mengetahui gizi nutrisi pada
seimbang. balita.
2. Berikan
Setelah dilakukan penyuluhan
tindakan asuhan kepada keluarga
keperawatan selama tentang :
1x30 menit, masalah - Gizi seimbang
kurang pengetahuan - Zat-zat yang
dapat teratasi dengan dibutuhkan oleh
anak.
- Menu makan untuk
anak.
- tips supaya anak
nafsu makan.
3. Evaluasi tentang
pendidikan
kesehatan yang
diberkan kepada
klien dan keluarga.
berikan pujian untuk
setiap tanggapan.
38

E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

No Tanggal & Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


Waktu

1. 6 / 10 / 2019 Resiko tidak proposional 1. Skrining kesehatan : S:


pada keluarga Tn. R mendeteksi
- keluarga mengatakan
khususnya An. R b/d masalah atau resiko
paham dan mengerti
tidak adekuatnya nutrisi kesehatan
bagaimana tumbuh
pada anak melalui riwayat, pemeriksaan,
kembang anak .
dan
prosedur lain. O:
2. Manajemen nutrisi : membantu
- keluarga dapat
dan
menyimpulkan kembali
memberikan asupan diet
tentang penyuluhan yang
makanan
diberikan.
dan minuman yang seimbang
3. Penyuluhan nutrisi : todler, - keluarga kooperatif saat
anjuran dilaksanakan penyuluhan.
tentang nutrisi dan praktik
A : masalah teratasi
pemberian makan atau
sebagian.
meminimalkan nutrisi.
4. Promosi kesehatan : P : lanjutkan intervensi.

Pendidikan
kesehatan tumbuh kembang
anak

14/10/2019 Kurang pengetahuan 1. Kaji ulang pengetahuan S:


keluarga Tn. R pada An. keluarga tentang pemberian
- keluarga mengatakan
R b.d kurang informasi nutrisi pada balita.
paham dan mengerti
asupan gizi yang adekuat. 2. Berikan penyuluhan kepada
bagaimana pemenuhan
keluarga tentanng :
nutrisi pada balita.
- gizi seimbang.
- zat-zat yang dibutuhkan oleh - keluarga mengatakan
39

anak. akan mencoba merubah


- menu makan untuk anak. pola makan pada
- tips supaya anak nafsu makan. anaknya.
3. Evaluasi tentang pendidikan
O:
kesehatan yang diberkan kepada
klien dan keluarga. berikan pujian - keluarga dapat
untuk setiap tanggapan. menyimpulkan kembali
tentang penyuluhan yang
diberikan.

- keluarga kooperatif saat


dilaksanakan penyuluhan.

A : masalah teratasi
sebagian.

P : lanjutkan intervensi.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Diagnosa yang muncul dari dari hasil pengkajian diatas adalah Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada keluarga Tn. R terutama pada An. R berhubungn dengan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami kurang gizi dan
Kurang pengetahuan pada keluarga Tn.R terutama pada An. R berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gizi kurang.
Hampir seluruh intervensi mampu diselesaikan oleh penulis sampai klien dan
keluarga paham dan mengerti. Implementasi juga dapat berjalan sesuai kriteria dan
standar dimana klien dan keluarga mengerti dan dapat melaksanakannya.
Dari kedua diagnosa yang ditemukan, telah dilakukan intervensi sesuai teori tetapi
tidak sepenuhnya dijadikan intervensi oleh penulis pada pengelolaan klien dan keluarga
karena situasi dan kondisi klien dan keluarga serta kebijakan dari pihak yang terkait.
B. Saran
Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
gizi kurang keluarga Tn. R terutama pada An.R di desa Licin, maka saran yang dapat
diberikan untuk dijadikannya pengalaman kearah lebih baik maka penulis tunjukkan
kepada :
a.Klien dan keluarga
Diharapkan keluarga untuk senantiasa meningkatkan kualitas kesehatan dengan
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan setempat seta melaksanakan
dan membantu asuhan keperawatan yang diberikan semaksimal mungkin.
b.Perawat
Hendaknya penyuluhan kesehatan dijadikan suatu program diruang guna memberikan
informasi kesehatan bagi pasien dan keluarga tentang penyakit pasien dan dapat
mencegah komplikasi yang dapat terjadi.
c.Penulis
Untuk penulis selanjutnya yang terkait dengan kasus kurang gizi pada asuhan
keperawatan keluarga mampu melakukan pengkajian yang lebih spesifik dan mendekati
sempurna.
d.Institusi Pendidikan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang benar-benar ilmiah dalam pengkajian maupun
pendokumentasian agar lebih ditingkatkan. Penyediaan lahan praktek yang memadai
memudahkan penulis untuk mendapatkan data secara akurat serta pemahaman persepsi

40
41

dari berbagai pihak perlu dikaji kembali, sehingga ketika penulis melaporkan hasil
pengkajian tidak terjadi ketimpanga
DAFTAR PUSTAKA

Setiadi. (2008). Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.


Dion,Y & Betan,Y. (2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep Dan Praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudiharto. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transtruktual. Jakarta : EGC.
Nurarif & Kusuma. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction.
Suriadi,S.Kp dan Yuliani Rita,S.Kp.2011. Asuhan Keperawatan Pada Anak (edisi 1).
Jakarta : CV. Sagung Seto

42
LAMPIRAN

43

Anda mungkin juga menyukai