Anda di halaman 1dari 12

TUGAS FOLKLOR

PERMAINAN “BEKEL”
DI CATAK GAYAM MOJOWARNO JOMBANG

Dosen Pembimbing:
Drs.Asep Abbas Abdullah, M. Pd

Disusun Oleh:
LINA AZKIYAH – ( BINA 2007 C )
NIM: 076092

PRODI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
JOMBANG
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena dengan rahmatnya penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir semester mata kuliah Folklor yang berjudul

permainan rakyat “Bekel” di Catakgayam Mojowarno Jombang.

Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih serta

rasa hormat kepada

1. Bapak Asep Abbas A. M. Pd selaku dosen mata kuliah Folklor

2. Teman-teman yang selalu memberikan semangat serta do’a sehingga

penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan lancar

Penulis lalu mengharap kritik dan saran yang bersifat

menyempurnakan. Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasi analisis

yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi

penikmat dan pecinta Sastra Indonesia.

Jombang, 18 Januari 2010

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................... i
Kata Pengantar.......................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................... iii
Bab I: Pendahuluan................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Masalah.....................................................................
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................
1.5. Metode Penelitian...............................................................................
Bab II: Kajian Pustaka
Penelitian Terdahulu
Landasan Teori
Bab III: Kesimpulan..................................................................................
Daftar Pustaka...........................................................................................
Lampiran...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Permainan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan manusia. Dimulai

dari usia kanak-kanak bahkan sampai usia dewasa sekalipun, manusia tetap

tidak bisa terlepas dari permainan. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya

permainan yang tersedia saat ini di pasaran. Sebagai contoh adalah

permainan Bekel. Sebenarnya permainan-permainan tradisional (permainan

rakyat) itu mengandung unsur-unsur pendidikan yang sangat baik, misalnya

mengajarkan orang untuk sprortif, jujur dan kreatif. Misalnya, dulu kalau

ingin main mobil-mobilan, kita buat sendiri. Anak-anak sekarang sudah tak

mau lagi. Permainan Bekel secara fisik akan menjadikan anak lebih kuat dan

tangkas. Belum lagi manfaat emosional, intelektual, dan sosialnya yang

akan berkembang dalam diri anak tersebut.

Bekel pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-

an. Permainan Bekel ini menjadi favorit saat “keluar main” di sekolah dan

setelah mandi sore di rumah. Sekarang, “Bekel” mulai dilirik kembali antara

lain untuk dijadikan sarana bermain dan berolahraga. Bekel biasanya

dimainkan oleh anak-anak perempuan berusia 7 - 10 tahun dengan jumlah

pemain 2 sampai 4 orang. Permainan ini bersifat kompetitif atau bisa

dipertandingkan dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.


Permainan yang dapat dilakukan perseorangan maupun beregu.

Dengan menggunakan bola karet kecil dan buah bekel yang berbentuk unik

dan khas dengan jumlah sekitar lima sampai sepuluh buah. Permainan dapat

diawali dengan hompimpah jika yang bermain lebih dari dua orang. Jika

hanya dua orang permainan dapat diawali dengan suit untuk menentukan

siapa yang jalan duluan.

Cara bermainnya pun mudah, buah bekel di genggam dan

dilemparkan ke lantai bersamaan ketika bola dilemparkan. Awalnya buah

bekel tersebut diambil satu persatu dan pada buah terakhir dengan cepat

dilemparkan berbarengan. Selanjutnya diambil dua-dua, dan terus

bertambah satu hingga jumlah keseluruhan. Tingkat kesulitan pada

permainan ini adalah jika kita tak mampu memprediksi pantulan bola dan

kemungkinan pengambilan biji yang tebarannya terlalu luas. Setelah

pengambilan satu-satu hingga jumlah keseluruhan, berikutnya adalah

merubah semua buah bekel menjadi bentuk pit dan diambil satu-satu seperti

sebelumnya dan meningkat hingga jumlah keseluhan. Setelah chin menjadi

rho dan kemudian teknik yang sama digunakan kembali, setelah itu posisi

buah bekel yang tak memiliki titik disisinya (chin) kemudian diambil seperti

sebelumnya, kemudian  posisi buah bekel yang

memiliki titik disisinya (pheng) dan dilanjutkan sama seperti sebelumnya.

Ketika semua tahapan telah dilalui tahapan berikutnya adalah tahapan

terakhir, yaitu ngaspel. Pada tahap ngaspel ini permainan sedikit berbeda,

diawali dengan membentuk buah bekel menjadi barisan diawali dengan pit
yang sejajar, kemudian dirubah menjadi rho, kemudian dirubah menjadi

chin, dan terakhir dirubah menjadi pheng. Setelah itu semua harus dilalui

dengan melintasi melalui jari jempol dan telunjuk berbentuk U kebalik dan

tak lupa memantulkan bola bekel. Setelah selesai semua biji diambil dan

membentuk tandatangan sebelum bola jatuh kelantai. Ketika semua tahapan

ini sudah dilalui berarti si pemain telah melalui satu rangkaian dan menang.

1.2. Rumusan Masalah

Masalah-masalah yang akan diteliti dari permainan rakyat Bekel di

Catakgayam Mojowarno Jombang dirumuskan sebagai berikut:

1. Kapan adanya permainan Bekel ?

2. apakah manfaat permainan Bekel di Catakgayam Mojowarno

Jombang ?

3. Bagaimana cara permainan Bekel di Catakgayam Mojowarno

Jombang ?

1.3. Tujuan Masalah

1.3.1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

deskripsi tentang permainan “Bekel” di Catakgayam Mojowarno

Jombang
1.3.2. Tujuan khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

deskripsi tentang :

1. Untuk mengetahui asal usul permainan Bekel.

2. Untuk mengetahui manfaat permainan Bekel di Catakgayam

Mojowarno Jombang

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan manfaat kepada:

1. Untuk mengetahui lebih jauh tentang manfaat dan tujuan permainan

Bekel bagi peneliti.

2. Bagi para pembaca sebagai sumbangan dalam pembahaman

permainan Bekel.

1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian yang saya gunakan adalah

1. sumber data penelitian

2. Teknik pengumpulan data

3. Observasi di Catakgayam Mojowarno Jombang


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Bekel pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-

an. Permainan Bekel ini menjadi favorit saat “keluar main” di sekolah dan

setelah mandi sore di rumah. Sekarang, “Bekel” mulai dilirik kembali antara

lain untuk dijadikan sarana bermain dan berolahraga. Bekel biasanya

dimainkan oleh anak-anak perempuan berusia 7 - 10 tahun dengan jumlah

pemain 2 sampai 4 orang. Permainan ini bersifat kompetitif atau bisa

dipertandingkan dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.

Permainan yang dapat dilakukan perseorangan maupun beregu.

Dengan menggunakan bola karet kecil dan buah bekel yang berbentuk unik

dan khas dengan jumlah sekitar lima sampai sepuluh buah. Permainan dapat

diawali dengan hompimpah jika yang bermain lebih dari dua orang. Jika

hanya dua orang permainan dapat diawali dengan suit untuk menentukan

siapa yang jalan duluan.

B. Landasan Teori

Permainan adalah sesuatu yang tidak bisa dipisahkan manusia. Dimulai

dari usia kanak-kanak bahkan sampai usia dewasa sekalipun, manusia tetap

tidak bisa terlepas dari permainan. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya
permainan yang tersedia saat ini di pasaran. Sebagai contoh adalah

permainan Bekel. Sebenarnya permainan-permainan tradisional (permainan

rakyat) itu mengandung unsur-unsur pendidikan yang sangat baik, misalnya

mengajarkan orang untuk sprortif, jujur dan kreatif. Misalnya, dulu kalau

ingin main mobil-mobilan, kita buat sendiri. Anak-anak sekarang sudah tak

mau lagi. Permainan Bekel secara fisik akan menjadikan anak lebih kuat dan

tangkas. Belum lagi manfaat emosional, intelektual, dan sosialnya yang

akan berkembang dalam diri anak tersebut.

Bekel pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-

an. Permainan Bekel ini menjadi favorit saat “keluar main” di sekolah dan

setelah mandi sore di rumah. Sekarang, “Bekel” mulai dilirik kembali antara

lain untuk dijadikan sarana bermain dan berolahraga. Bekel biasanya

dimainkan oleh anak-anak perempuan berusia 7 - 10 tahun dengan jumlah

pemain 2 sampai 4 orang. Permainan ini bersifat kompetitif atau bisa

dipertandingkan dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.

Permainan yang dapat dilakukan perseorangan maupun beregu.

Dengan menggunakan bola karet kecil dan buah bekel yang berbentuk unik

dan khas dengan jumlah sekitar lima sampai sepuluh buah. Permainan dapat

diawali dengan hompimpah jika yang bermain lebih dari dua orang. Jika

hanya dua orang permainan dapat diawali dengan suit untuk menentukan

siapa yang jalan duluan.


Cara bermainnya pun mudah, buah bekel di genggam dan

dilemparkan ke lantai bersamaan ketika bola dilemparkan. Awalnya buah

bekel tersebut diambil satu persatu dan pada buah terakhir dengan cepat

dilemparkan berbarengan. Selanjutnya diambil dua-dua, dan terus

bertambah satu hingga jumlah keseluruhan. Tingkat kesulitan pada

permainan ini adalah jika kita tak mampu memprediksi pantulan bola dan

kemungkinan pengambilan biji yang tebarannya terlalu luas. Setelah

pengambilan satu-satu hingga jumlah keseluruhan, berikutnya adalah

merubah semua buah bekel menjadi bentuk pit dan diambil satu-satu seperti

sebelumnya dan meningkat hingga jumlah keseluhan. Setelah chin menjadi

rho dan kemudian teknik yang sama digunakan kembali, setelah itu posisi

buah bekel yang tak memiliki titik disisinya (chin) kemudian diambil seperti

sebelumnya, kemudian  posisi buah bekel yang

memiliki titik disisinya (pheng) dan dilanjutkan sama seperti sebelumnya.

Ketika semua tahapan telah dilalui tahapan berikutnya adalah tahapan

terakhir, yaitu ngaspel. Pada tahap ngaspel ini permainan sedikit berbeda,

diawali dengan membentuk buah bekel menjadi barisan diawali dengan pit

yang sejajar, kemudian dirubah menjadi rho, kemudian dirubah menjadi

chin, dan terakhir dirubah menjadi pheng. Setelah itu semua harus dilalui

dengan melintasi melalui jari jempol dan telunjuk berbentuk U kebalik dan

tak lupa memantulkan bola bekel. Setelah selesai semua biji diambil dan

membentuk tandatangan sebelum bola jatuh kelantai. Ketika semua tahapan

ini sudah dilalui berarti si pemain telah melalui satu rangkaian dan menang.
BAB III

KESIMPULAN

Permainan tradisional mulai banyak ditinggalkan. Salah satunya


permainan bola bekel. Padahal permainan tersebut lebih banyak
menggunakan gerak motorik. Selain itu, permainan yang dimainkan secara
tim ini, sebagai sarana efektif untuk anak dalam belajar bersosialisasi.
LAMPIRAN

Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai