Makalah Vaksin
Makalah Vaksin
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah '' vaksin '' berasal dari Edward Jenner 1796. Penggunaan
istilah Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar
sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin cacar tidak dapat dipisahkan
dari Edward Jenner (1749-1823).Jenner menyusun tulisan ilmiahnya tentang kekebalan
terhadap cacar pada manusia yang pernah tertular cacar sapi.Ia juga melakukan survei
nasional yang mendukung teorinya. Sesudah penemuan Jenner diuji coba dan
dikonfirmasi banyak ilmuwan vaksinasi cacar mulai meluas di London untuk kemudian
menyebar di Inggris, seluruh Eropa, dan dunia. Pasteur (1885) memperkenalkan cara
penanggulangan penyakit akibat gigitan tersangka rabies dengan menggunakan cara
vaksinasi menggunakan vaksin anti rabies (VAR). Seperti halnya obat, tidak ada vaksin
yang bebas dari risiko efek samping. Namun keputusan untuk tidak memberi vaksin juga
lebih berisiko untuk terjadinya penyakit atau lebih jauh menularkan penyakit pada orang
lain.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif
(kanker).Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk
membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit
yang dapat dicegah dengan vaksin.Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya
tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.
Ketika seorang individu divaksinasi terhadap penyakit atau infeksi, mengatakan
difterinya sistem kekebalan tubuh siap untuk melawan infeksi.Setelah divaksinasi ketika
orang terkena bakteri yang menyebabkan tubuh persneling untuk melawan infeksi.
Vaksin memanfaatkan kemampuan alami tubuh untuk belajar bagaimana untuk
menghilangkan hampir semua penyebab penyakit kuman, atau mikroba, yang
menyerang itu.Setelah divaksinasi tubuh "mengingat" bagaimana melindungi diri dari
mikroba yang dialami sebelumnya.
3
6. Glutamat, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin panas, cahaya dan
kondisi lingkungan lainnya. Bahan Ini banyak ditemukan pada Vaksin Varicella.
7. Neomicin, antibiotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di
dalam perkembangbiakan vaksin. Bahan ini dapat menyebabkan gatal pada
sebagian orang dan biasanya terdapat pada Vaksin MMR dan Polio.
8. Fenol, bahan yang berasal dari tar batubara ini digunakan dalam produk bahan
pewarna. Bahan ini sangat berbahaya dan beracun.
9. Streptomisin, antibiotika ini dikenal menimbulkan reaksi alergi dan ditemukan
padaVaksin Polio.
10. Timerosal, bahan ini adalah pengawet yang mengandung 50% etil merkuri.
Sementara itu pemerhati vaksin dari Australia juga mencatat adanya bahan-bahan
lain seperti :
Ammonium Sulfat, diduga dapat meracuni sistem pencernaan, hati, syaraf dan
sistem pernafasan.
Kasein, perekat yang kuat, sering digunakan untuk merekatkan label pada botol.
Walaupun dihasilkan dari susu, namun di dalam tubuh protein ini dianggap
sebagai protein asing beracun.
4
disimpan dalam gelas kecil atau wadah plastik.Jumlah yang kecil hanya 5 atau 10 cm 3,
mengandung ribuan hingga jutaan virus, nantinya dapat dibuat menjadi ratusan liter
vaksin.Freezer dipertahankan pada suhu tertentu. Grafik di luar freezerakan mencatat
secara terus menerus suhu freezer. Sensor terhubung dengan alarm yang dapat didengar
atau alarm komputer yang akan menyala jika suhu freezerberada di luar suhu yang
seharusnya. Setelah mencairkan dan memanaskan benih virus dalam kondisi tertentu
secara hati-hati (misalnya, pada suhu kamar atau dalam bak air), sejumlah kecil sel virus
ditempatkan ke dalam“pabrik sel” sebuah mesin kecil yang telah dilengkapi sebuah
media pertumbuhan yang tepat sehingga sel memungkinkan virus untuk berkembang
biak. Setiap jenis virus tumbuh terbaik di media tertentu, namun semua media umumnya
mengandung protein yang berasal dari mamalia, misalnya protein murni dari darah sapi.
Media juga mengandung protein lain dan senyawa organik yang mendorong reproduksi
sel virus. Penyediaan media yang benar, pada suhu yang tepat, dan dengan jumlah waktu
yang telah ditetapkan, virus akan bertambah banyak. Selain suhu, faktor-faktor lain
harus dipantau adalah pH.pH adalah ukuran keasaman atau kebasaan, diukur pada skala
dari 0 sampai 14, dan virus harus disimpan pada pH yang tepat dalam pabrik sel. Air
tawar yang tidak asam atau basa (netral) memiliki pH 7. Meskipun wadah di mana sel-
sel tumbuh tidak terlalu besar (mungkin ukuran pot 4-8 liter), terdapat sejumlah katup,
tabung, dan sensor yang terhubung dengannya.Sensor memantau pH dan suhu, dan ada
berbagai koneksi untuk menambahkan media atau bahan kimia seperti oksigen untuk
mempertahankan pH, tempat untuk mengambil sampel untuk analisis mikroskopik, dan
pengaturan steril untuk menambahkan komponen ke pabrik sel dan mengambil produk
setengah jadi ketika siap. Sebuah penemuan penting dalam tahun 1940-an adalah bahwa
pertumbuhan sel sangat dirangsang oleh penambahan enzim pada medium, yang paling
umum digunakan yaitu tripsin.Enzim adalah protein yang juga berfungsi sebagai katalis
dalam memberi makan dan pertumbuhan sel. Dalam praktek saat ini, botol tidak
digunakan sama sekali. Virus yang sedang tumbuh disimpan dalam wadah yang lebih
besar namun mirip dengan pabrik sel, dan dicampur dengan “manik-manik,” partikel
mikroskopis dimana virus dapat menempelkan diri.Penggunaan “manik-
manik” memberi virus daerah yang lebih besar untuk menempelkan diri, dan akibatnya,
5
pertumbuhan virus menjadi jauh lebih besar.Seperti dalam pabrik sel, suhu dan pH
dikontrol secara ketat.Waktu yang dihabiskan virus untuk tumbuh bervariasi sesuai
dengan jenis virus yang diproduksi, dan hal itu sebuah rahasia yang dijaga ketat oleh
pabrik.
4. Vaksin Rekombinan
Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar.
Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem
ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus.Dengan teknologi
DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA.
Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari
6
virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom
dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan
respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan-epitop
organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan
penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.
5. Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi
dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba
diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen
yang diinsersikan ke dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan
menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel
(kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya. Selain itu vektor plasmid
mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi
imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode
antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil
akhir penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan
bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian
klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.
6. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B dapat mencegah penyakit Hepatitis B dan berbagai
komplikasinya yang serius yaitu sirosis dan kanker.Vaksinasi Hepatitis B dibuat dari
bagian virus, bukan seluruh virus tersebut sehingga vaksin hepatitis tidak dapat
menimbulkan penyakit hepatitis. Vaksin Hepatitis B diberikan 4 serial, pemberian serial
ini memberikan efek proteksi jangka panjang bahkan seumur hidup.
7. Vaksin Pneumokokus
Persatuan kesehatan sedunia menempatkan penyakit Pneumokokus yaitu
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin sebagai penyebab no.1 kematian anak-anak
di bawah umur 5 tahun di seluruh dunia. Bakteri Pneumonia (Pneumokokus) dapat
menyebabkan penyakit Pneumokokus. Biasanya ditemukan di dalam saluran pernafasan
7
anak-anak yang disebarkan melalui batuk atau bersin.Kini terdapat lebih dari 90 jenis
Pneumokokus yang diketahui, namun hanya lebih kurang 10% yang bisa menyebabkan
penyakit yang serius di seluruh dunia. Jenis 19A adalah bakteri yang muncul di dunia
dan dapat menyebabkan penyakit pneumokokus yang sangat serius dan resisten terhadap
antibiotik. Pneumokokus menyerang beberapa bagian tubuh yang berbeda, diantaranya
adalah:
Meningitis (Radang selaput otak)
Bakteremia (infeksi dalam darah)
Pneumonia (infeksi Paru-paru)
Otitis Media (infeksi Telinga)
Penyakit Pnemokokus sangat serius dan dapat menyebabkan kerusakan otak,
ketulian, dan kematian.
8
menghilang ketika mereka telah menghancurkan antigen menyerang, tetapi sel-sel yang
terlibat dalam produksi antibodi akan bertahan dan menjadi “sel memori.” Sel memori
ini dapat mengingat antigen asli dan kemudian mempertahankan diri ketika antigen yang
sama mencoba untuk kembali menginfeksi seseorang, bahkan setelah beberapa dekade
kemudian. Perlindungan ini disebut imunitas.
Vaksin mengandung antigen yang sama atau bagian dari antigen yang
menyebabkan penyakit, tetapi antigen dalam vaksin adalah dalam
keadaan sudah dibunuh atau sangat lemah. Ketika mereka yang disuntikkan ke dalam
jaringan lemak atau otot, antigen vaksin tidak cukup kuat untuk menghasilkan gejala dan
tanda-tanda penyakit, tetapi cukup kuat bagi sistem imun untuk menghasilkan antibodi
terhadap mereka. Sel-sel memori yang menetap akan mencegah infeksi ulang ketika
mereka kembali lagi berhadapan dengan antigen penyebab penyakit yang sama di
waktu-waktu yang akan datang. Dengan demikian, melalui vaksinasi, anak-anak
mengembangkan kekebalan tubuh terhadap penyakit yang mestinya bisa dicegah.
Namun perlu juga diingat bahwa karena vaksin berupa antigen, walaupun sudah
dilemahkan, jika daya tahan anak atau host sedang lemah, mungkin bisa juga
menyebabkan penyakit. Karena itu pastikan anak/host dalam keadaan sehat ketika akan
divaksinasi. Jika sedang demam atau sakit, sebaiknya ditunda dulu untuk
imunisasi/vaksinasi.
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
10
DAFTAR PUSTAKA
Suwandi, Usman. 1990. Perkembangan Pembuatan Vaksin. Jakarta: Pusat Penelitian dan
Pengembangan PT Kalbe Farma
11