Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rafif ‘Alim Rizqullah

NIM : 121811433015

Catatan
“Beberapa Metode Serialisasi”

1. Kronologi
Sejarah yang dimaknai secara diakronis harus disajikan secara urut dengan
berdasar pada prinsip awal dan akhir dari waktu setiap kejadian. Entah didalamnya
terdapat nilai-nilai yang dapat dikritisi melalui sudut pandang lain, tetap saja
historiografinya menuntut sejarawan untuk menyajikan suatu rangkaian cerita yang
kronologis. Semisal ada dua atau lebih sumber yang menyatakan pernyataan yang
bertentangan, sejarawan harus mampu menimbang dengan jeli setiap aspek yang
menyebabkan perbedaan pernyataan tersebut. Unsur-unsur fenomenologi dapat
berperan agar dapat ditemukan konklusi yang seobjektif mungkin dengan penalaran
yang logis. Sehingga penyampaian data dapat menentukan kronologi yang runtut.
Jika syarat tersebut telah terpenuhi secara metodologis, akan mempermudah
serialsiasi kisah yang mengandung unsur esensial setiap detail serialnya.
2. Hubungan Sebab-Akibat
Prinsip kausalitas sejauh ini merupakan pegangan paling relevan bagi seorang
sejarawan dalam menentukan setiap signifikansi sumber terhadap objek kajiannya
baik secara tematik maupun temporal. Dalam konteks penentuan urutan kejadian,
basis data harus dapat ditafsirkan melalui analisis kausalitas yang logis. Peran
epistemologis sangat dominan di fase ini. Seperti halnya ketika Derrida menjadikan
daya kritis terhadap teks sebagai kunci untuk menemukan alasan mengapa teks
tersebut dituliskan. Penting bagi sejarawan dalam menelusuri sumber tertulis ataupun
sumber lisan untuk memahami zeitgeist masa itu agar dapat menjaga keobjektifan
pembacaan. Bukan dalam rangka menjustifikasi analisanya sebagai pembenaran suatu
kisah, namun daya kritis dalam melihat suatu sebab-akibat juga menyangkut faktor
eksternal. Tidak dapat dipungkiri bahwa keotentikan suatu sumber tidak hanya
bergantung sepenuhnya pada sumber itu. Melainkan juga pada kemampuan
pengolahan data yang dianalisa dengan prinsip kausalitas.
3. Imajinasi
Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa imajinasi merupakan kunci bagi
pengetahuan sejarah. Sejarah itu sendiri adalah rekonstruksi kejadian masa lampau.
Yang artinya metodologi sejarah dapat menghasilkan serialisasi peristiwa-peristiwa
masa lampau. Sebelum jauh mendapatkan hasil serialisasi itu, sejarawan pasti
melewati fase yang sangat krusial untuk menentukan arah imajinasinya yakni dalam
mengkritisi sumber sejarah itu. Kebanyakan, sejarawan berusaha untuk
membandingkan satu sumber dengan sumber lainnya sebelum mengarah pada
hipotesis. Selain itu, ada juga yang berangkat dengan pengetahuan yang berasal dari
sejarah konvensional (accepted history) sebagai basis perbandingan imajinasinya.
Penggunaan unsur imajinasi sebenarnya merupakan proses psikologis. Proses ini
berguna dalam usaha identifikasi suatu hal. Meskipun tidak bertujuan untuk
menghasilkan pengetahuan baru, namun imajinasi dapat memberikan stimulus
terhadap ingatan yang lebih rasional.

Anda mungkin juga menyukai