Anda di halaman 1dari 7

Tugas Poster Pengelolaan Limbah

Judul :

Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di RSUD Dr.SOETOMO
SURABAYA

Pembuka :

1. Pengelolaan limbah B3 di rumah sakit diperlukan karena apabila limbah B3 tidak


dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak antara lain: mengakibatkan cidera,
pencemaran lingkungan, penyakit nosokomial. Pengelolaan limbah B3 rumah sakit
yang baik diharapkan meminimalisir dampak yang ditimbulkan tersebut.
2. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi alur pengelolaan limbah B3
rumah sakit di RSUD Dr. Soetomo sesuai peraturan yang berlaku. Jenis penelitian ini
observasional deskriptif menggunakan metode pengumpulan data sekunder dari
instalasi sanitasi lingkungan. Data yang didapat kemudian dibandingkan dengan
standar Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.56 tahun 2015
tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Isi :

1. Sampah atau limbah medis menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.56 Tahun 2015 termasuk dalam limbah
B3 oleh karena itu pengelolaannya juga harus disesuaikan dengan pengelolaan
limbah B3.
2. Jenis limbah sampah medis B3 antara lain
a. Sampah Medis Tajam : Syringe, jarum suntik + spuit, pecahan
gelas/botol/ampul, lancet, catridge/silet
b. Sampah Medis Lunak : Kapas, perban, selang darah, plester, kateter,
kantung transfusi darah/cairan, pembalut wanita, lidi dan kapas,
jaringan tubuh
c. Sampah Beracun (toxic) : Botol – botol bekas kemoterapi
d. Sampah Radiologi : Fixer dan Developer
e. Sampah Farmasi : Obat kadaluwarsa
Sumber : Laporan Implementasi Dokumen Lingkungan Hidup (RKL-
RPL) Semester I RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2017.
3. Alur Pengolahan Limbah Padat B3 Rumah Sakit.
a. Pengurangan dan Pemilahan Limbah B3 : Pemilahan limbah B3 di
RSUD Dr. Soetomo dilakukan dengan memisahkan tempat penampungan
/ wadah dari sampah medis di ruangan menjadi tiga macam yaitu wadah
sampah medis tajam, wadah sampah medis lunak dan wadah sampah
B3. Hal ini dilakukan dengan harapan limbah padat B3 sudah terpilah
mulai dari sumbernya di ruangan berdasarkan jenis, kelompok, dan/atau
karakteristik limbah B3.
b. Penyimpanan Limbah B3 : Penyimpanan limbah B3 RSUD Dr. Soetomo
menggunakan wadah atau kemasan dengan warna sesuai dengan jenis
limbahnya yaitu warna kuning untuk limbah padat medis (limbah
infeksius), warna merah untuk limbah radioaktif, warna ungu untuk limbah
sitotoksik dan warna cokelat untuk limbah farmasi. Selain itu wadah /
kemasannya juga sudah diberi simbol seperti yang diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
No. P.56 Tahun 2015.
c. Pengangkutan Limbah B3 : Pengangkutan sampah medis di RSUD Dr.
Soetomo dibagi menjadi dua yaitu sebelum dibakar dan setelah dibakar
menggunakan insinerator. Pengangkutan sampah medis sebelum dibakar
yaitu menggunakan troli sampah medis namun sampah medis lunak dan
sampah B3 diangkut secara terpisah.
d. Pengolahan Limbah B3 : Pengolahan sampah medis dilakukan melalui
proses insinerasi (pembakaran) dengan menggunakan insinerator yang
ada di RSUD Dr. Soetomo Surabaya dengan suhu minimal untuk primary
burner yaitu 800 ⁰C dan secondary burner yaitu min 1000 ⁰C.
4. Kriteria Penetapan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Berdasarkan PP Nomer
101 Tahun 2014 adalah :
1. Limbah B3 Mudah Meledak Limbah B3 mudah meledak adalah
limbah yang pada suhu dan tekanan standar yaitu 25⁰C (dua
puluh lima derajat Celcius) atau 760 mmHg (tujuh ratus enam
puluh millimeters of mercury) dapat meledak, atau melalui reaksi
kimia dan/atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan
sekitarnya.
2. Limbah B3 Mudah Menyala Limbah berupa cairan yang
mengandung alkohol kurang dari 24% (dua puluh empat persen)
volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 60⁰C (enam
puluh derajat Celcius) atau 140⁰F (seratus empat puluh derajat
Fahrenheit) akan menyala jika terjadi kontak dengan api, percikan
api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg (tujuh
ratus enam puluh millimeters of mercury).
3. Limbah B3 reaktif Limbah B3 reaktif adalah limbah yang memiliki
salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:
a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan.
b. Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi
menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap.
c. Merupakan Limbah sianida, sulfida yang pada kondisi pH
antara 2 (dua) dan 12,5 (dua belas koma lima) dapat
menghasilkan gas, uap, atau asap beracun.
4. Limbah B3 Infeksius Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah
medis padat yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak
secara rutin ada di lingkungan, dan organisme tersebut dalam
jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada
manusia rentan.
5. Limbah B3 Korosif Limbah B3 korosif adalah Limbah yang
memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:
a. Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk
Limbah bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5
(dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa.
b. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai
dengan adanya kemerahan atau eritema dan pembengkakan
atau edema.
6. Limbah B3 Beracun Limbah B3 beracun adalah Limbah yang
memiliki karakteristik beracun berdasarkan uji penentuan
karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji
sub-kronis (Pusparini et al)

INSTALASI PENGOLAHAN LIMBAH B3 (IPL) / INSINERATOR

Pemusnahan limbah B3 dengan insinerator adalah merupakan salah satu dari rencana
kegiatan pengolahan limbah B3, pembakaran sempurna berlangsung jika temperatur
titik nyala tercapai dalam suatu system yang teroksigen cukup secara stoikiometris
dengan kondisi pencampuran yang baik antara material yang dibakar dengan udara.
Pembakaran sempurna akan menguraikan sampah organik menjadi CO 2 dan H2O.
Sampah organik pada umumnya mempunyai titik nyala berkisar antara 200 – 500 ⁰C.
Untuk mencapai titik nyala, ruang bakar dipanaskan dengan kalor yang disuplai oleh
bahan bakar dari fuel burner.

Insinerator memiliki dua buah ruang bakar, yaitu First Chamber dan Second Chamber.
First Chamber terutama berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pirolisa. Ke
dalam First Chamber disuplaikan 30% – 60% oksigen stoikiometrik. Oksigen tersebut
digunakan untuk membakar sebagian sampah sehingga temperatur pirolisa dapat
tercapai dan dipertahankan.

Gas-gas hasil pirolisa selanjutnya dibakar sempurna di dalam Second Chamber.


Dengan pencampuran oksigen; metana, etana, dan karbon monoksida diuraikan
menjadi uap air (gas) dan karbondioksida. Hasil pembakaran di Second Chamber
sangat ditentukan oleh kuantitas oksigen dan kualitas pencampurannya.

Padatan sisa pembakaran di First Chamber dapat berupa padatan tak terbakar (logam,
kaca), abu (berupa mineral) maupun karbon berupa arang akibat pembakaran yang
miskin oksigen. Arang dapat diminimalkan dengan pemberian suplai oksigen secara
kontinu selama pembakaran berlangsung. Padatan tak terbakar dapat diminimalkan
dengan penyortiran sampah umpan.

Proses insinerasi sampah/limbah memerlukan waktu. Dalam tahap perancangan


insinerator, waktu pemusnahan sampah diidentifikasikan sebagai Residence Time
dan Retention Time. Residence Time ialah waktu yang diperlukan oleh sampah padat
dengan jumlah tertentu untuk terbakar habis menjadi abu. Retention Time ialah
lamanya waktu tinggal gas di dalam ruang bakar. Untuk temperatur ruang bakar yang
tetap, Residence Time berbanding lurus dengan kualitas padatan sisa pembakaran,
konsekuensinya ialah volume First Chamber semakin besar.

Deskripsi Proses Insinerator

Proses insinerasi adalah penguraian zat padat atau cair menjadi gas dan belum berarti tidak
menjadikan aman bagi lingkungan, karena dari pembakaran tidak sempurna akan
menghasilkan gas atau partikulat yang sama bahanya dengan sifat limbah sebelum dibakar
terhadap lingkungan. Untuk itu kualitas atau performansi dari insinerator sangat penting
untuk diperhitungkan.
Incenerator dirancang lengkap dengan fasilitas pengendalian pencemaran udara, agar emisi
yang dihasilkan dibawah ambang baku yang ditetapkan oleh pemerintah.

Jenis insinerator yang dirancang adalah Continues Reciprocating Grate yang dapat
beroperasi secara kontinu karena sistem pengumpanan limbah terus menerus begitupun
juga pengeluaran abu sisa pembakaranya.

1. Sistem pengumpanan dibuat 2 alat, yaitu : Elevator Buckect Lift dan Ram
Feeding. Elevator buckect lift, berfungsi untuk mengumpankan limbah padat
ke tempat Feeder, selanjutnya dengan Ram Feeder Limbah akan dimasukan
kedalam insinerator dengan 2 mekanisme pintu sebagai Air Lock untuk
menghindari kebocoran-kebocoran asap saat proses pengumpanan limbah.

2. Limbah B3 dari berbagai jenis akan di campur dengan komposisi yang


ditetapkan dan diumpankan ke ruang pembakaran dengan buckect lift dan ram
feeder secara kontinu sesuai dengan kapasitas dari insinerator.

3. Limbah B3 akan dibakar di ruang bakar 1 dalam suhu 700-800 ⁰C. Dalam
proses pembakaran di phase ini material akan terurai menjadi gas-gas dan
material (abu dan padatan tidak dapat terbakar).

4. Abu dan sisa material tidak terbakar yang dihasilkan di dalam ruang bakar 1
akan dikeluarkan secara otomatis dan kontinu. Alat untuk mengeluarkan
material tersebut adalah Ash screw conveyor. Alat ini diletakan di bawah ruang
bakar 1 pada bagian ujung dimana abu terkumpul di dalamnya. Abu dan
material tidak terbakar akan dikeluarkan dari ruang bakar 1 dan dimasukan
kedalam drum besi yang telah disediakan.

5. Karena proses pembakaran di ruang bakar 1 ini tidak sempurna, maka akan
menghasilkan gas-gas lain selain CO2 dan H20 yaitu diantaranya gas methan
(C2H4), gas CO, SO2, HCl dan lain-lainya. Gas-gas ini akan di bakar lebih lanjut
di uang bakar 2 agar menjadi gas sempurna dan tidak berbahaya. Selain gas-
gas dihasilkan pula partikulat dan tidak dapat tangani dalam proses
pembakaran di ruang bakar 2, hanya dapat di kurangi dnegan cara separasi
dan absorbsi.

6. Gas SO2 dan HCl yang bersifat asam akan di absorbsi oleh air yang
disemprotkan dalam water scrubber, penggunaan larutan basa seperti NaOH
atau CaOH akan meningkatkan efektifitas absorbsi gas-gas tersebut. Air water
scrubber disirkulasi oleh pompa sirkulasi dan endapan lumpur yang dihasilkan
tertampung dalam bak akan dikumpulkan yang selanjutnya akan di satukan
dengan sisa abu pembakaran dan dikirim ke pihak ke 3 yang berizin.

7. Partikulat yang terbawa aliran gas akan dipisahkan dan dikumpulkan didalam
siklon secara efek sentrifugal.

8. Aliran gas yang sudah bersih akan dialirkan ke udara oleh IDF (Induce Draft
Fan) melalui cerobong.

9. Sebagai kontrol sistem efisiensi proses insinerasi akan dilakukan pengujian


terhadap emisi gas buang dan sisa hasil proses berupa padatan maupun
cairan.

Penentuan Komposisi Limbah

Sistem pengumpanan limbah B3 yang beragam jenis dan karakteristik yang akan dibakar
akan lebih efektif jika dibuat pencampuran dari masing-masing secara tepat dan homogen.
Untuk itu berdasarkan pertimbangan ketersedian bahan dan karakteristik limbah itu sendiri
diperlukan penentuan komposisi yang tepat berdasarkan parameter seperti nilai kalor, pH,
kandungan organik, kandungan air dan lain-lainya.

Konstruksi Incenerator

Dari data rancangan desain proses, insinerator bagian-bagian yang difabrikasi dan dipasang
adalah :

1. Waste Ejector (Pendorong Limbah)

2. Ram Feeder (Alat Pengumpan Limbah)

3. 1st Chamber (Ruang Pembakaran Pertama)

4. Ash Screw (Alat Pengeluaran Abu pembakaran)

5. 2nd Chamber (Ruang Pembakaran Kedua)A

6. Cyclone (Penangkap Partikulat)

7. Water Scrubber (Penangkap Gas Asam dari Pembakaran)

8. Emission Platform (Tempat Pengujian Emisi)

9. Main Exhaust Stack ( Cerobong Utama)

10. Emergency Damper (Damper Darurat Pembakaran)


11. Emergency Stack (Cerobong Darurat Pembakaran)

Daftar Pustaka :

Ajeng, Alvionita Purwanti. 2018. Pengelolaan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) Rumah Sakit di Rsud Dr.Soetomo Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan
Vol. 10 , No.3, Juli 2018: 291-298.

PT. Centra Rekayasa Enviro. 2016. Pengolahan Limbah dengan Destruksi


Termal/Incinerator. https://cr-enviro.com/pengolahan-limbah-dengan-destruksi-
termalincinerator/. Diakses pada tanggal 30 April 2020.

Pusparini, Dian, Anis Artiyani dan Hery Setyobudiarso. Pengelolaan Limbah Padat B3 di
Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Jurnal Envirotek Vol. 10 No. 2.

Anda mungkin juga menyukai