Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit merupakan sebuah fasilitas pelayanan kesehatan
(Fasyankes) yang menyediakan bantuan kesehatan yang merata dengan
menyelenggarakan berbagai fasilitas seperti rawat inap, rawat jalan, gawat
darurat, laboratorium, dan fasilitas pendukung medis lainnya dengan maksud
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan sebagai tempat pendidikan
atau pelatihan bagi tenaga kesehatan misalnya dokter, perawat, farmasi atau
tenaga kesehatan lain. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2020 mengatakan
total kuantitas rumah sakit di Indonesia adalah 2.985 dengan 2.449 Rumah
Sakit Umum (RSU) dan 536 Rumah Sakit Khusus (RSK) (Kementerian
Kesehatan, 2021). Dalam melaksanakan berbagai kegiatannya, rumah sakit
memproduksi Limbah yang dikategorikan dalam Limbah non-medis (Limbah
domestik) dan Limbah medis yang juga dikategorikan menjadi Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3).
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan Limbah yang
akibat karakteristik, konsentrasi maupun kuantitasnya, dapat dengan langsung
maupun tidak langsung menimbulkan pencemaran atau kerusakan pada
lingkungan hidup, mengancam kelestarian lingkungan hidup, serta
mengancam kesehatan dan keberlangsungan hidup manusia dan makhluk
hidup lain (Himayati dkk., 2018). Limbah B3 yang diproduksi rumah sakit
dikelompokkan menurut Permenlhk No. P.56 Tahun 2015 menjadi 9
kelompok, yakni Limbah infeksius, Limbah patologis, Limbah benda tajam,
Limbah bahan kimia, Limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi,
Limbah radioaktif, Limbah tabung gas (kontainer bertekanan), Limbah
farmasi, dan Limbah sitotoksik.
Limbah B3 yang dihasilkan fasyankes kurang lebih sebesar 10 – 20%,
sedangkan 75 – 90% sisanya merupakan Limbah non-B3 atau domestik.
Meskipun Limbah B3 yang dihasilkan lebih sedikit dari Limbah non-B3,
Limbah B3 dapat memicu risiko terhadap kesehatan yang lebih besar apabila
tidak dikelola sesuai standar (Rachmawati dkk., 2018). Limbah B3 yang tidak
dikelola sesuai standar dapat menyebabkan cedera, mencemari lingkungan
dan menyebabkan penyakit infeksi nosokomial (Purwanti, 2018).
Seluruh fasyankes wajib melakukan pengelolaan Limbah B3
sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 pasal 276
ayat (1) mengenai Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang berisi “setiap orang yang menghasilkan Limbah B3
wajib melakukan pengelolaan Limbah B3 yang dihasilkannya”. Pengelolaan
Limbah B3 rumah sakit diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun
2021 mengenai Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2019 mengenai
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan Peraturan Pemerintah Nomor 6
Tahun 2021 mengenai Tata Cara dan Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, serta secara spesifik tercantum pada Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.56 Tahun 2015
mengenai Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pengelolaan Limbah B3 dari Fasyankes dimaksudkan agar
meminimalkan dampak dari Limbah B3 yang dihasilkan dengan cara
meminimalisir atau menghilangkan sifat yang berbahaya pada Limbah yang
dihasilkan. Pengelolaan Limbah B3 dilaksanakan dengan asas kehati-hatian
dan menerapkan program pengelolaan Limbah dengan memperhatikan aspek
kesehatan lingkungan. Diperlukan tindakan serta peralatan yang eksklusif
untuk mengelola Limbah B3 dari Limbah tersebut dihasilkan (from cradle)
sampai pemusnahan Limbah (to grave) (Prasetiawan, 2020). Pengelolaan
Limbah B3 terdiri dari 7 tahapan yang meliputi minimasi atau pengurangan,
pemisahan atau pemilahan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan,
penguburan, dan penimbunan.
Limbah B3 jika tidak dikelola dengan benar maka akan membahayakan
dan memebrikan dampak buruk bagi lingkungan dan masyarakat baik yang
berada di rumah sakit maupun tidak. Oleh karena, pada makalah ini penulis
akan menjelaskan lebih lanjut mengenai limbah bahan berbahaya dan beracun
yang terdapat di rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi dari limbah bahan berbahaya dan beracun?
2. Bagaimana karakteristik limbah Bahan berbahaya dan beracun?
3. Bagaimana klasifikasi dan sumber limbah bahan berbahaya dan beracun
dirumah sakit ?
4. Bagaimana dampak dari limbah bahan berbahaya dan beracun di rumah
sakit ?
5. Bagaimana pengelolaan dari limbah bahan berbahaya dan beracun di
rumah sakit ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari limbah bahan berbahaya dan beracun.
2. Untuk mengetahui karakteristik limbah bahan berbahaya dan beracun.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dan sumber limbah bahan berbahaya dan
beracun di rumah sakit.
4. Untuk mengetahui dampak bahan berbahaya dan beracun di rumah sakit.
5. Untuk mengatahui pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di
rumah sakit.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun


Pengertian limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 101
tahun 2014 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung B3.
Sedangkan limbah B3 adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang
mengandung bahan berbahaya dan beracun yang karena sifat,
konsentrasinya, dan jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung
dapat mencemarkan atau merusakan lingkungan hidup, dapat mencemari
dan merusakkan lingkungan hidup, dapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain. Limbah
B3 memiliki karakteristik mudah meledak, mudah terbakar, reaktif, beracun,
infeksius, dan meyebabkan korosif.

2.2 Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun


Karakteristik utama dari limbah B3 berdasarkan PP Nomor 101 Tahun
2014, yaitu:

1. Mudah meledak (explosive)


Limbah B3 mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan
tekanan standar yaitu 250C (dua puluh lima derajat Celcius) atau 760
mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury) dapat meledak,
melalui reaksi kimia atau fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitar
2. Mudah menyala (flammable) Limbah B3 bersifat mudah menyala
adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat berikut:
a. Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
(dua puluh empat persen) volume dan/atau pada titik nyala tidak
lebih dari 60oC (enam puluh derajat Celcius) atau 140oF (seratus
empat puluh derajat Fahrenheit) akan menyala jika terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan
udara 760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of
mercury). Pengujian sifat mudah menyala untuk limbah bersifat
cair dilakukan menggunakan seta closed tester, pensky martens
closed cup, atau metode lain yang setara dan termutakhir.
b. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan
tekanan standar yaitu 25oC (dua puluh lima derajat Celcius) atau
760 mmHg (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury)
mudah menyala melalui gesekan, penyerapan uap air atau
perubahan kimia secara spontan dan jika menyala dapat
menyebabkan nyala terus menerus. Sifat ini dapat diketahui
secara langsung tanpa harus melalui pengujian di laboratorium.
3. Reaktif
Limbah B3 reaktif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih
sifat-sifat berikut:
a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat
menyebabkan perubahan tanpa peledakan. Limbah ini secara
visual menunjukkan adanya antara lain gelembung gas, asap, dan
perubahan warna;
b. Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan
ledakan, menghasilkan gas, uap, atau asap. Sifat ini dapat
diketahui secara langsung tanpa melalui pengujian di
laboratorium; dan/atau
c. Merupakan Limbah sianida, sulfida yang pada kondisi pH antara
2 (dua) dan 12,5 (dua belas koma lima) dapat menghasilkan gas,
uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat diketahui melalui
pengujian Limbah yang dilakukan secara kualitatif.
4. Infeksius
Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah medis padat yang
terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara rutin ada di
lingkungan, dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang
cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan. Yang termasuk
ke dalam Limbah infeksius antara lain:
a. Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan
isolasi penyakit menular atau perawatan intensif dan Limbah
laboratorium;
b. Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, dan pecahan gelas;
c. Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan tubuh yang
terbuang dari proses bedah atau otopsi;
d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius,
organ binatang percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan
terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius;
dan/atau
e. Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan yang terkontaminasi
dari persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi
kanker yang mempunyai kemampuan membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel hidup
5. Korosif (Corrosive)
Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau
lebih sifat-sifat berikut:
a. Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk Limbah
bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 (dua belas koma
lima) untuk yang bersifat basa. Sifat korosif dari Limbah padat
dilakukan dengan mencampurkan Limbah dengan air sesuai
dengan metode yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih
kecil atau sama dengan 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan
pH lebih besar atau sama dengan 12,5 (dua belas koma lima)
untuk yang bersifat basa.
b. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan
adanya kemerahan atau eritema dan pembengkakan atau edema.
Sifat ini dapat diketahui dengan melakukan pengujian pada hewan
uji mencit dengan menggunakan metode yang berlaku.

6. Beracun (Toxic)
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik
beracun berdasarkan uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP,
Uji Toksikologi LD50, dan uji sub-kronis
a. penentuan karakteristik beracun melalui TCLP
1) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika
Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar lebih besar dari
TCLP-A sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Pemerintah ini.
2) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika
Limbah memiliki konsentrasi zat pencemar sama dengan atau
lebih kecil dari TCLP-A dan lebih besar dari TCLP-B
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
b. Uji Toksikologi LD50 Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3
kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan atau lebih kecil dari
Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil
atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram)
berat badan pada hewan uji mencit. Limbah diidentifikasi sebagai
Limbah B3 kategori 2 jika memiliki nilai lebih besar dari Uji
Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau
sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat
badan pada hewan uji 9 mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji
Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau
sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram) berat
badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi LD50
dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah
melalui uji hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara
limbah dengan kematian hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50
diperoleh dari analisis probit terhadap hewan uji.
c. Sub-kronis Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2
jika uji toksikologi sub-kronis pada hewan uji mencit selama 90
(sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-kronis,
berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi
atau biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan
uji, dan/atau histopatologis.

2.3 Klasifikasi Dan Sumber Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun


Dirumah Sakit
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Berdasarkan
wujudnya, limbah dibedakan menjadi tiga bagian yaitu: (Deden
Abdurahman, 2006:103)
1. Limbah padat adalah limbah yang berwujud padat. Limbah padat
bersifat kering, tidak dapat berpindah kecuali ada yang memindahkan.
Limbah padat ini misalnya sisa makanan, sayuran, potongan kayu,
sobekan kertas, sampah plastik dan logam.
2. Limbah cair adalah gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan
pecemar yang terbawa oleh air, baik dalam keadaan terlarut maupun
tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik (perkantoran,
perumahan dan perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu
tercampur dengan air tanah, air permukaan, atau air hujan (Soeparman
dkk,2001:25). Contoh limbah cair adalah berasal dari dapur, laundry,
laboratorium dan rembesan tangki septic tank (Deden Abdurahman,
2006:103).
3. Limbah gas adalah limbah (zat buangan) yang berwujud gas. Limbah
gas dapat dilihat dalam bentuk asap limbah gas selalu bergerak,
sehingga penyebarannya sangat luas. Contoh limbah gas adalah asap
dari hasil pembakaran limbah di incinerator.

Limbah rumah sakit merupakan campuran yang heterogen sifat-


sifatnya. Seluruh jenis limbah ini dapat mengandung limbah berpotensi
infeksi. Kadangkala, limbah residu insenerasi dapat dikategorikan sebagai
limbah B3 bila insenerasi sebuah rumah sakit tidak sesuai dengan kriteria
atau tidak dioperasikan dengan sesuai. Berdasarkan bahaya atau tidaknya
limbah rumah sakit dapat digolongkan menjadi limbah medis padat dan non
medis padat (Menkes No 1204 Tahun 2004).

1. Limbah medis padat


Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah
infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi,
limbah citotoksis, limbah kimia, limbah radioaktif, limbah kontainer
bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.
Bentuk limbah klinis bermacam-macam dan berdasarkan potensi yang
terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai berikut
(Depkes RI, 2002:71).
a. Limbah infeksius
Limbah infeksius adalah limbah yang berkaitan dengan
pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan
intensif) atau limbah laboratorium yang berkaitan dengan
pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan ruangan
perawatan atau isolasi penyakit menular (Depkes RI, 2002:73).
Limbah infeksius dapat mengandung berbagai macam
mikroorganisme patogen. Patogen tersebut dapat memasuki
tubuh manusia melalui beberapa jalur antara lain: (A. Puss, dkk,
2005:21)
1) Akibat tusukan, lecet atau luka di kulit
2) Melalui membran mukosa
3) Melalui pernafasan
4) Melalui ingesti
b. Limbah jaringan tubuh (patologis)
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan,
placenta, darah, cairan tubuh, janin manusia dan bangkai
hewan(A. Puss, dkk, 2005:4).
Jaringan tubuh yang tampak nyata seperti anggota badan dan
placenta yang tidak memerlukan pengesahan penguburan
hendaknya dikemas secara khusus, diberi label dan dibuang ke
incinerator di bawah pengawasan petugas berwenang. Cairan
tubuh, terutama darah dan cairan yang terkontaminasi berat oleh
darah harus diperlakukan dengan hati-hati(Depkses,2002:73)
c. Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki
sudut tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat
memotong atau menusuk kulit, seperti jarum hipodermik,
perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau
bedah. Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya
tambahan yang dapat menyebabkan infeksi atau cidera karena
mengandung bahan kimia beracun atau radioaktif. Potensi untuk
menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam tadi
digunakan untuk pengobatan infeksi atau penyakit infeksi
(Depkes RI, 20002:72)
d. Limbah farmasi
Limbah farmasi berasal dari :
1) Obat-obatan yang kadaluwarsa
2) Obat-obatan yang terbuang karena tidak memenuhi
spesifikasi atau kemasan yang terkontaminasi.
3) Obat-obatan yang tidak diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan
4) Limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
e. Limbah citotoksik
Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau
mungkin terkontaminasi dengan obat citotoksik selama
percikan, pengangkutan, atau tindakan terapi citotoksik. Untuk
menghapus tumpahan yang tidak sengaja, perlu disediakan
absorben yang tepat. Bahan pembersih hendaknya selalu
tersedia dalam ruangan percikan terapi citotoksik.
f. Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari
penggunaan kimia dalam tindakan medis, veterinary,
laboratorium, proses strerilisasi dan riset (Depkes RI, 2002:75).
Limah kimia mengandung zat kimia yang berbentuk padat, cair
maupun gas yang berasal dari aktifitas diagnosa dan eksperimen.
Limbah kimia yang tidak berbahaya antara lain gula, asam
amino dan garam-garam organik dan non organik. Sedangkan
bahan kimia berbahaya yang sering digunakan di rumah sakit
dan berpotensi menghasilkan limbah antara lain: (A. Prus, dkk,
2005:6).
1) Formaldehid merupakan salah satu sumber penting limbah
kimia di rumah sakit. Zat ini digunakan membersihkan
berbagai peralatan (misalnya : peralatan bedah atau
hemodialisa), untuk mengawetkan spesimen, dan
membersihkan limbah cair yang infeksius di bagian
patologis, otopsi, dialis, pembalseman mayat dan dibagian
keperawatan.
2) Zat kimia fotografis Larutan pencucian foto (fixer dan
developer) digunakan di bagian rontgen. Larutan fixer
biasanya mengandung 5-10% hidroquinon, 1-5% kalium
hidroksida, dan maksimal 1% perak. Larutan developer
mengandung sekitar 45% glutaraldehid. Asam asetat juga
digunakan baik dalam larutan pada bak maupun dalam
larutan fixer.
3) Solven Limbah yang mengandung solven (zat pelarut) dapat
berasal dari berbagai bagian di rumah sakit, termasuk
bagian patologi dan histology serta laboratorium dan bagain
mesin. Solven yang digunakan antara lain senyawa
terhalogenasi seperti metilen klorida, kloroform, dan
pendingin (refrigerants) serta senyawa tidak terhalogenasi
seperti xylem, methanol, aseton, isopropanaol, toluene, etil
asetat dan asetonitril
4) Zat kimia organik
Kimia organik yang dihasilkan dari ligkungan
instalansi kesehatan mencakup:
 Larutan disinfektan dan pembersih seperti larutan yang
mengandung fenol digunakan untuk menggosok lantai,
perkloretilen di gunakan untuk pekerjaan gudang dan
cuci.
 Minyak seperti minyak pelumas untuk pompa vakum
yang mengandung minyak kendaraan (jika rumah sakit
mempunyai bengkel sendiri).
 Insektisida dan rodentisida.
5) Zat kimia anorganik
Limbah kimia anorganik terutama mengandung
berbagai macam asam dan basa (misalnya, sulfurat,
hidroklorat, nitrit dan asam kromat, natrium hidroksida dan
larutan amonia) limbah ini juga mencakup oksidan, seperti
kalium, KMNO4) dan kalium karbonat juga agen pereduksi,
seperti natrium bisulfit dan natrium sulfit
g. Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi
dengan radioisotop yang berasal dari penggunaan media atau
riset radionuclida. Limbah ini dapat berasal dari tindakan
kedokteran nuklir, radio immunoassay, dan bakteriologis dapat
berbentuk padat, cair atau gas.
2. Limbah non medis
Limbah non medis padat adalah limbah yang dihasilkan dari
kegiatan di rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya. Sekitar 75-90% limbah non medis padat
merupakan limbah yang tidak mengandung resiko dan 10-25%
merupakan limbah medis padat yang dipandang berbahaya dan dapat
menimbulkan berbagai jenis dampak kesehatan bagi petugas,
pengunjung dan lingkungan (A. Pruss, dkk, 2005:3). Dari sekian
banyak jenis limbah medis padat dan non medis padat maka yang
membutuhkan perhatian khusus adalah limbah medis padat yang dapat
menyebabkan penyakit menular. Limbah ini biasanya hanya 10-15%
dari selurauh limbah kegiatan pelayanan kesehatan.

2.4 Dampak Bahan Berbahaya Dan Beracun Di Rumah Sakit


Berdasarkan kegiatan atau pelayanan rumah sakit akan menghasilkan
limbah, dan jika pengelolaan limbah tidak dilakukan sesuai prosedur maka
aka menyebabkan suatu pencemaran lingkungan yang menyebabkan
gangguan kesehatan baik bagi masyarakat sekitar atau individu khususnya
pengelolaan limbah medis (B3). Pengelolaan limbah medis (B3) dari tahap
pemilahan, pewadahan, pengangkutan, pembuangan, sampai tahap
pemusnahan sangat berpotensi menyebabkan dampak negatif jika
pengelolaannnya tidak sesuai dengan standar (Adhani, 2018).
Berikut beberapa dampak dari limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)
jika pengelolaannya tidak sesuai dengan standar (Adhani, 2018):
1. Terjadinya pencemaran yang berdampak pada penurunan kualitas
lingkungan dan terhadap kesehatan.
2. Menjadi tempat perkembang biakan vektor serta binatang pengganggu
dan menimbulkan gangguan estetika serta menimbulkan bau.
3. Merusak lingkungan dan material bangunan dengan menyebabkan
korosif/ karat pada bangunan sekitar bagi sebagian limbah yang
mengandung garam-gram terlarut.
4. Mencemari lingkungan dengan menyebabkan kerusakan tanaman dan
binatang terjadi karena adanya garam yang termasuk dalam senyawa
nitrat, adanya kandungan asam dan basa serta keberadaan bahan kimia,
desinfektan, logam nutrien tertentu dan fosfor.
5. Memiliki dampak-dampak tersendiri terhadap kesehatan hingga
terjadinya sakit karena limbah medis yang mengandung berbagai jenis
bakteri, virus, bahan kimia, dan logam baik secara langsung seperti
dengan benda tajam yang melukai atau organisme patogen, maupun
secara tidak langsung oleh masyarakt sekitar.
6. Limbah medis yang menyebabkan gangguan pada reproduksi atau
genetik meskipun gangguan belum sepenuhnya diketahui secara pasti,
namun beberapa senyawa dapat menyebabkan kerusakan atau gangguan
genetik dan sistem reproduksi manusia misalnya 13 pestisida (untuk
pemberantasan lalat, nyamuk, kecoa, tikus dan serangga atau binatang
pengganggu lain) dan bahan radioaktif.
7. Menjadi media penyebaran mikroorganisme pembawa penyakit melalui
proses infeksi silang baik dari pasien ke petugas, dari petugas ke
petugas atau dari pasien ke pasien.
8. Pencemaran lingkungan karena limbah rumah sakit disebabkan adanya
kemungkinan terlepasnya limbah ke lapisan air tanah, air permukaan
dan adanya pencemaran udara.

2.5 Upaya Pengamanan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun


(B3) Rumah Sakit
Berdasarkan PERMEN LHK RI Nomor 56 Tahun 2015 bahwa
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) terdiri dari:
1. Pengurangan dan Pemilahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3).
Penghasil limbah B3 seperti Rumah Sakit wajib untuk melakukan
pengurangan dan pemilahan limbah B3 dengan cara antara lain:
a. Menghindari penggunaan material yang mengandung B3
b. Melakukan tata kelola yang baik terhadap setiap materil atau bahan
yang berpotensi menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan
atau gangguan kesehatan
c. Melakukan tata kelola yang baik dalam pengadaan bahan farmasi
dan bahan kimia untuk menghindari terjadinya kedaluwarsa dan
penumpukan
d. Melakukan perawatan dan pencegahan berkala terhadap peralatan
sesuai jadwal.
e. Memisahkan limbah B3 berdasarkan karakteristik, jenis, kelompok,
limbah B3 dan
f. Mewadahi limbah B3 sesuai kelompok limbah B3.

2. Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Pelayanan kesehatan salah satunya rumah sakit menghasilkan limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) wajib melaksanakan penyimpanan
Limbah B3 sebagai berikut:
a. Menyimpan limbah B3 di fasilitas penyimpanan limbah B3
Setelah dilakukan pengurangan dan pemilahan limbah B3 maka
dilakukan penyimpanan limbah B3 dengan ketentuan penimbunan
paling lama sebagai berikut:
1) Temperatur lebih besar dari 0oC (nol derajat celsius) selam
2) hari atau b) Temperatur sama dengan atau lebih kecil dari
0oC (nol derajat celsius) selama 90 hari

Sedangkan untuk ketentuan penyimpanan limbah B3 paling lama


yaitu:
1) Limbah B3 yang dihasilkan sebesar 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari atau lebih selama 90 hari atau
2) Limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh
kilogram) per hari untuk limbah B3 kategori 1 selama 180
hari sejak limbah B3 dihasilkan
3) Jika tidak dilakukan penyimpanan limbah B3 maka penghasil
limbah B3 wajib menyerahkan limbah B3 kepada pemegang
izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan
limbah B3 yang tempat penyimpanan limbah B3 nya
digunakan sebagai depo pemindahan paling lama 2 hari
setelah limbah B3 dihasilkan. Depo pemindahan wajib
memiliki ketentuan sebagai berikut :
 Limbah B3 disimpan lebih dari (dua) hari sejak limbah
B3 dihasilkan fasilitas pendingin yang memiliki
temperatur sama dengan atau lebih kecil dari 0oC (nol
derajat celsius)
 Fasilitas pengolahan limbah B3 yang memiliki izin
pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan
 Untuk kegiatan pengolahan limbah B3, kerjasama
dengan pengolah limbah B3 yang memiliki Izin
pengelolaan limbah B3
 Depo pemindahan harus dicantumkan dalam izin
pengelolaan limbah B3
4) Menyimpan limbah B3 menggunakan wadah limbah B3
sesuai kelompok limbah B3
5) Penggunaan warna pada setiap kemasan atau wadah limbah
sesuai karakteristik limbah B3.
Ketentuan warna setiap kemasan limbah B3 terdiri dari:
 Merah untuk limbah radioaktif
 Cokelat, untuk Limbah bahan kimia kedaluwarsa,
tumpahan, atau sisa kemasan, dan Limbah farmasi.
 Ungu untuk limbah sitotoksik
 Kuning untuk limbah infeksius dan limbah patologis
6) Pemberian simbol dan label limbah B3 pada setiap kemasan
dan/atau wadah limbah B3 sesuai karakteristik limbah B3.

Tabel 1. Jenis wadah dan label limbah medis padat sesuai kategorinya

Warna
No Kategori kontainer/ Simbol Keterangan
kantong plastik
1. Radioaktif Merah Pada umumnya
digunakan wadah dari
plastik untuk keperluan
ini, tetapi bila larutan
mengandung pelarut
organik harus
digunakan wadah
dari stainless steel dan
diberi simbol radioaktif.
Menggunakan
kontainer / plastik
sampah berwarna
merah
2. Sangat Kuning Kontainer plastik kuat
Infeksius dan anti bocor atau
kontainer yang dapat
disterilisasi dengan
autoklaf. Menggunakan
kontainer / plastik
sampah berwarna
kuning
3. Limbah Kuning Kontainer plastik kuat
infeksius dan anti bocor/
patologi kontainer.
dan Menggunakan
anatomi kontainer / plastik
sampah berwarna
kuning
4. Sitotolsik Ungu Kontainer plastik kuat
dan anti bocor.
Menggunakan
kontainer / plastik
sampah berwarna ungu
5. Limbah Coklat - Kantong
kimia dan plastik/kontainer
farmasi berwarna cokelat

3. Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Pengangkutan limbah B3 diangkut menggunakan kendaraan
sebagai berikut:
a. Roda 3 Menggunakan kendaraan roda 3 hanya bisa dilakukan oleh
pihak penghasil limbah B3 dengan ketentuan sebagai berikut:
1) Kendaaran bermotor merupakan milik Negara atau milik
sendiri
2) Limbah B3 ditempatkan dalam bak tertutup dan permanen
dengan ukuran sebagai berikut:
 Lebar lebih kecil dari 120 (seratus dua puluh) sentimeter.
 Tinggi lebih kecil dari atau sama dengan 90 (sembilan
puluh) sentimeter terukur dari tempat duduk atau sadel
pengemudi
3) Wadah permanen limbah B3 dilekati simbol sesuai
karakteristik limbah B3
4) Limbah B3 wajib diberi kemasan sesuai persyaratan kemasan
limbah B3
5) Harus mengikuti peraturan perundang-undangan mengenai
angkutan jalan untuk ketentuan mengenai kapasitas daya
angkut limbah B3 dan spesifikasi alat angkut limbah B3

b. Roda 4
Ketentuan mengenai kendaraan bermotor roda 4 (empat) atau
lebih harus sesuai dengan peraturan perundang-undangan
mengenai angkutan jalan. Pengangkutan limbah B3 harus
mendapatkan persetujuan pengangkutan limbah B3 yang
diterbitkan oleh Kepala Instansi Lingkungan Hidup. Dan
pengangkut limbah B3 wajib memiliki ketentuan sebagai berikut:
1) Menggunakan alat angkut limbah B3 yang telah mendapatkan
Izin pengelolaan limbah B3
2) Dilengkapi manifes limbah B3
3) Menggunakan simbol limbah B3
4. Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Fasyankes
Pengolahan limbah B3 dari fasilitas pelayanan kesehatan dapat
dilakukan pengolahan secara termal atau nontermal dengan
menggunakan alat-alat sebagai berikut:
a. Pengolahan secara termal
1) Autoklaf
2) Gelombang mikro
3) Irradiasi frekuensi
4) Insinerator
b. Pengolahan secara nontermal
1) Enkapsulasi sebelum ditimbun
2) Inertisasi sebelum ditimbun
3) Desinfeksi kimiawi

5. Penguburan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Hanya untuk Limbah Patologis dan benda tajam, Lokasi
penguburan dan fasilitas penguburan limbah medis wajib
memiliki/mendapatkan persetujuan dari BLH kabupaten/kota.
Persyaratan Kegiatan yaitu, Tidak ada fasilitas insinerator di wilayah
tsb, Pada kondisi darurat, dan setelah disinfektasi; Dilakukan oleh
penghasil. Persyaratan teknis:
a. Lokasi kuburan harus bebas banjir, kedap air dan berjarak
sekurang-kurangnya 200 m (lima puluh meter) dari sumur,
perumahan. fasilitas umum, dan kawasan lindung.
b. Kedalaman kuburan sekurang-kurangnya 2 (dua) meter, diisi
dengan limbah medis sebanyak-banyaknya setengah dari jumlah
volume total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan sekurang-
kurangnya 50 cm (lima puluh senti meter) sebelum ditutup dengan
tanah.
c. Kuburan harus dilengkapi pagar pengaman.
d. Apabila dilakukan penambahan limbah kedalam kuburan, tanah
dengan ketebalan sekurang-kurangnya 10 cm (sepuluh sentimeter)
ditambahkan pada setiap lapisan limbah.
e. Penguburan harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat; dan
Kuburan wajib dirawat dan dicatat oleh usaha dan/atau kegiatan
yang melakukan penguburan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
limbah B3 sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun yang karena sifat, konsentrasinya, dan jumlahnya
baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan atau
merusakan lingkungan hidup, dapat mencemari dan merusakkan
lingkungan hidup, dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan,
kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lain.
Limbah B3 memiliki karakteristik mudah meledak, mudah
terbakar, reaktif, beracun, infeksius, dan meyebabkan korosif.
Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. Berdasarkan
bahaya atau tidaknya limbah rumah sakit dapat digolongkan menjadi
limbah medis padat dan non medis padat
Berdasarkan kegiatan atau pelayanan rumah sakit akan
menghasilkan limbah, dan jika pengelolaan limbah tidak dilakukan sesuai
prosedur maka aka menyebabkan suatu pencemaran lingkungan
Upaya Pengamanan Limbah Padat Bahan Berbahaya dan Beracun
(B3) Rumah Sakit diantaranya Pengurangan dan Pemilahan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3), Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3), Pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Fasyankes dan
Penguburan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

3.2 Saran
1. Menyediakan wadah sesuai karakteristiknya untuk Limbah Padat
BahanBerbahaya dan Beracun (B3) yang akan dibuang agar tidak
terjadipencampuran Limbah B3 dengan Limbah jenis lainnya.
2. Menyesuaikan pengangkutan Limbah padat Bahan Berbahaya dan
Beracun (B3) jika tidak terdapat jalur khusus pengangkutan, untuk
menghindari berkontak dengan pasien atau petugas kesehatan.
3. Menyediakan kantong plastik untuk melapisi wadah Limbah Padat B3
agar terhindar daari ceceran limbah juga untuk memudahkan petugas
kebersihan dalam pembersihan wadah bekas limbah.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai