Anda di halaman 1dari 30

CASE REPORT

PRESENTASI BOKONG PADA G2P1A0 HAMIL 40+6 MINGGU

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing : dr. Andy Hermawan, Sp.OG, M.Kes

Disusun Oleh :
Nanda Dwi Mahara, S.Ked
J510165055

BAGIAN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
CASE REPORT
PRESENTASI BOKONG PADA G2P1A0 HAMIL 40+6 MINGGU

Oleh :
Nanda Dwi Mahara, S.Ked J510165055

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pada

Pembimbing
dr. Andy Hermawan, Sp.OG, M.Kes (................................)

Dipresentasikan di Hadapan
dr. Andy Hermawan, Sp.OG, M.Kes (................................)

Disahkan Oleh Ka Profesi :


dr. Dona Dewi Nirlawati (.................................)

BAGIAN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen
bawah rahim, bukan belakang kepala. Sedangkan malposisi merupakan posisi
abnormal dari penunjuk (ubun-bun kecil) yang tidak berada di anterior
(Saiffudin, 2010). Secara epidemiologis pada kehamilan tunggal didapatkan
presentasi kepala sebesar 96,8%, bokong 2,7%, letak lintang 0,3%, majemuk
0,1%, muka 0,05% dan dahi 0,01% (Saifuddin, 2010).
Kepala merupakan bagian janin yang terbesar dan kurang elastis. Pada
presentasi kepala, apabila kepala dapat dilahirkan maka bagian janin lainnya
relative mudah dilahirkan. Tidak demikian dengan presentasi bokong
(Sarwono, 2014)
Penanganan untuk mencegah terjadinya malpresentasi dapat dilakukan
sejak dalam masa kehamilan. Sehingga perlu dilakukan pemeriksaan yang
berkala untuk mengetahui adanya malpresentasi secara dini (Sarwono, 2014).

B. TUJUAN PENULISAN
Tujuan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari kasus presentasi
bokong pada kehamilan, agar jika menemui kasus tersebut di lapangan
sebagai seorang dokter mampu mengenal gejala awal dan dapat melakukan
pengobatan dan tindakan secara tepat dan cepat.
BAB II
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
Nama : Ny. I
Umur : 28 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Mojolaban - Sukoharjo
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
No RM : 345xxx
Masuk RS : 15 Mei 2017

B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan kehamilannya lewat tanggal perkiraan lahir
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien seorang wanita 28 tahun G2P1A0 datang ke Poliklinik
Kandungan RSUD Sukoharjo untuk memeriksakan kehamilannya. HPMT:
02 Agustus 2016, HPL: 09 Mei 2017, UK: 40+6 minggu.
3. Riwayat kehamian sekarang
 Status paritas : G2 P1 A0
 HPMT : 02 Agustus 2016
 HPL : 09 Mei 2017
 Umur kehamian : 40+6 minggu
4. Riwayat kehamilan sebelumnya
Paritas 1 : Persalinan normal, usia kehamilan 40+5 dengan BB bayi
3200 gram
Paritas 2 : Sekarang
5. Riwayat menstruasi
 Menarche awal : 15 tahun
 Lama mestruasi : 7 hari
 Sikus menstruasi : teratur, 1 buan sekali
 Keluhan selama mestruasi : dismenore (-)
6. Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit darah tinggi : disangkal
 Riwayat darah tinggi selama kehamian : disangkal
 Riwayat penyakit daibetes melitus : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
 Riwayat penyakit jantung : disangkal
 Riwayat sakit lain : disangkal
 Riwayat keguguran : disangkal
7. Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat keluarga melahirkan bayi dengan cacat bawaan :
disangkal
 Riwayat darah tinggi : disangkal
 Riwayat penyakit diabetes melitus : disangkal
 Riwayat asma : disangkal
8. Kebiasaan sehari-hari
Nutrisi/ minum sebelum dan selama hamil :
 Konsumsi suplemen/ vitamin : diakui
 Minum jamu : disangkal
 Merokok : disangkal
 Minum alkohol : disangkal
9. Riwayat pengobatan dan alergi
Pasien tidak pernah berobat pengobatan jangka panjang, tidak ada
riwayat alergi makanan, cuaca maupun obat-obatan.
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
 Keadaan umum : Baik
 Gizi : Kesan gizi cukup
 Kesadaran : Compos mentis, GCS E4V5M6
2. Vital Sign
 Tekanan Darah : 120/80 mmHg
 N adi : 76x/menit
 Pernafasan : 20x/menit
 Suhu : 36°C
3. Status Lokalis
a. Kepala
 Conjungtiva anemis : (- / -)
 Sclera ikterik : (- / -)
 Reflek pupil : (+/+)
b. Leher
 Pembesaran KGB : (-)
c. Thorax
 Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : bunyi jantung I-II regular, bising (-)
 Pulmo
Inspeksi : simetris, tanda trauma (-) ketinggalan gerak (-),
retriksi (-)
Palpasi : fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+) normal
d. Abdomen
Inspeksi : perut membesar, striae gravidarum (+), linea ligra (+),
sikatrik (-)
Auskultasi : peristaltik (+) 12 kali permenit
Palpasi : nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, TFU : 36 cm, DJJ : (+)
136x/menit, HIS : (-), gerakan janin (+)
Perkusi : timpani
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I : Teraba keras (kepala)
Leopold II : Bagian punggung janin terletak di sebelah kiri
Leopold III : Teraba lunak (presentasi bokong)
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk panggul
e. Genitalia
1) Eksterna
a) Mons Pubis : Rambut pubis (+)
b) Klitoris : Sikatrik (-), benjolan (-)
c) Labia Mayor : Luka (-), sikatrik (-) benjolan (-)
d) Labia Minor : Luka (-), sikatrik (-) benjolan (-)
e) Orifisium uretra eksternum : Edem (-), peradangan (-)
f) Orifisium vagina eksternum : Edem (-), peradangan (-)
g) Perineum : Luka (-), sobekan (-) benjolan (-)
2) Interna
a) Vagina : Tidak teraba masa
b) Ostium uteri internum : Nyeri (-), masa (-)
c) Porsio : Licin, lunak, menutup
3) Vaginal Touche (VT)
Tabel 1 Bisohp Score
KETERANGAN HASIL
Pembukaan Serviks 0
Pendataran Serviks (%) 30%
Penurunan kepala -2
Konsistensi Serviks Lunak
Posisi Serviks Searah sumbu jalan lahir
Bagian Terbawah Janin Presentasi bokong

f. Ekstremitas
 Akral hangat
+ +
+ +

- -
 Edema :
- -

- -
 Sianosis : - -

- -
 Ikterik :
- -
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium:
(15-5-2017)
Darah Rutin
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Lekosit 8.7 10^3/ul 3.6 – 11.0
Eritrosit 4.62 10^6/ul 3.80 – 5.20
Hb 13.3 g/dL 11.7 – 15.5
Hematokrit 38.5 % 35 – 47
MCV 83.3 Fl 80 -100
MCH 28.8 Pg 26 – 34
MCHC 34.5 g/dL 32 – 36
Trombosit 332 10^3/ul 150 – 450
RDW-CV 14.4 % 11.5 – 14.5
PDW 12.8 Fl
MPV 10.8 Fl
P-LCR 30.6 %
PCT 036 %
NRBC 0.00 % 0–1
Neutrofil 69.9 % 53 – 75
Limfosit 21.3 % 25 – 40 Rendah
Monosit 7.10 % 2–8
Eosinofil 1.50 % 2.00 – 4.00 Rendah
Basofil 0.20 % 0-1
IG 1.50 %

Kimia Klinik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Gula darah 78 mg/dL 70 – 120
Sewaktu
Coagulasi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Kontrol (PT) 10.30 detik 8.80 – 12.00
Pasien (PT) 8.80 detik 9.40 – 11.30 Rendah
INR (PT) 0.85 0.81 – 1.21
Kontrol 35.30 detik 28.00 – 37.80
(APTT)
Pasien 34.20 detik 26.40– 37.50
(APTT)

Sero Imunologi
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
ANTI HIV Non Reaktif Non Reaktif
HBs Ag Non Reaktif Non Reaktif

Pemeriksaan USG:
Kesan : Tunggal intra uterine, punggung kiri, presentasi bokong, DJJ (+),
plasenta di corpus, air ketuban cukup, perkiraan berat janin 3700gr.

F. DIAGNOSIS
Diagnosis
G2P1A0 post date usia kehamilan 40+6 minggu dengan presentasi bokong

G. TATALAKSANA
- Infus RL 20 tpm
- Observasi DJJ
- Observasi his
H. FOLLOW UP
Tanggal Subject Object Assesment Plannig
16 Mei Tidak KU: compos mentis.TD G2P1A0 post Sectio Cesaria
2017 ada : 120/70 N : 84x/m, Rr :
date usia
Keluhan 16x/m S : 360C
DJJ : 148 x/menit kehamilan 41
His : (-)
minggu
VT : menutup
dengan
presentasi
bokong

Bayi lahir hidup


dengan jenis kelamin
laki-laki. Berat badan
3780 gram. Lahir jam
11.00 WIB
17 Mei Tidak KU: compos mentis. Post op SC - Infus RL
2017 ada TD : 100/70 N : 80 x/m,
a/i presbo 20tpm
keluhan Rr : 16x/m S : 360C
Peristaltik : (+) Hari I - Cefotaxim
Flatus : (+)
inj 1 gr / 12
TFU : 3 jari diatas
simpisis jam
PPV : (+) lokearubra
- Asam
ASI : (+)
Urin : lancar dan jernih tranexamat
300 cc dari jam 24.00–
inj 500 mg /
05.00
8 jam
Lab :
- Antalgin inj
Leukosit : 16.400
Hb : 12,5 250 mg / 8
jam
18 Mei Tidak KU: compos mentis. Post op SC a/i - Infus RL
2017 ada TD : 100/60 N : 76 x/m, presbo Hari II
20tpm
keluhan Rr : 18x/m S : 360C
TFU : 3 jari diatas - Cefotaxim
simpisis
inj 1 gr / 12
PPV : (+) lokearubra
sedikit jam
- Asam
mefenamat
500 mg tab
3x1
19 Mei Tidak KU: compos mentis. Post SC a/i BLPL
2017 ada TD : 110/70 N : 76 x/m, presbo Hari - Cefixime
keluhan Rr : 18x/m S : 360C III tab 100mg
3x1
- Asam
mefenamat
500 mg tab
3x1
- Promavit
tab 1 x 1
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI PERSALINAN
Persalinan adalah proses untuk mendorong keluar janin dan plasenta dari
dalam saluran rahim oleh kontraksi otot-otot rahim. Persalinan normal adalah
persalinan dengan presentasi verteks, aterm, selesai dalam tempo 4-24 jam, dan
tidak melibatkan bantuan artifisial maupun komplikasi (Prawirohardjo, 2006).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun
kedalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2006).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm
(bukan prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan (tidak di
induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan
partus presipitatus atau partus lama ), mempunyai janin (tunggal) dengan
persentasi verteks (puncak kepala ) dan oksiput pada bagian anterior pelvis,
terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup komplikasi
(seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang normal
(Prawirohardjo, 2006).
Persalinan (Partus) adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Partus immaturitas adalah
kurang dari 28 minggu dan lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 1000-
1500 gram. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. Primigravida
adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Para adalah wanita yang
pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Nullipara adalah seorang wanita yang
belum pernah melahirkan bayi yang hidup untuk pertama kali. Multipara adalah
seorang wanita yang pernah melahirkan anak yang hidup untuk beberapa kali
(Wiknjosastro H., 2005).
B. FISIOLOGI PERSALINAN
Kehamilan secara umum ditandai dengan aktivitas otot polos miometrium
yang relatif tenang yang memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauterin sampai dengan kehamilan aterm. Menjelang persalinan, otot polos
uterus mulai menunjukkan aktivitas kontraksi secara terkoordinasi, diselingi
dengan suatu periode relaksasi, dan mencapai puncaknya menjelang persalinan,
serta secara berangsur menghilang pada periode postpartum. Mekanisme regulasi
yang mengatur aktivitas kontraksi miometrium selama kehamilan, persalinan, dan
kelahiran (Prawirohardjo, 2008)
Terdapat empat kala dalam persalinan normal, pertama adalah kala I yaitu
dimulai dengan waktu serviks membuka karena his, kontraksi uterus teratur,
makin lama, makin kuat, makin sering, makin terasa nyeri, disertai pengeluaran
lendir darah dan berakhir setelah pembukaan serviks lengkap yaitu bibir portio
tidak dapat diraba. Selaput ketuban biasanya pecah spontan pada akhir kala I.
Terdapat fase laten berlansung selama 8 jam dan fase aktif selama 6 jam. Peristiwa
yang penting dalam kala ini adalah keluar lendir darah (bloody show) dengan
lepasnya mucous plug, terbukanya vaskular pembuluh darah serviks, pergeseran
antara selaput ketuban dengan dinding dalam uterus. Ostium uteri internum dan
eksternum terbuka menjadikan serviks menipis dan mendatar dan selaput ketuban
pecah spontan( Manuaba, 2001).
Kala II berlangsung selama 2 jam, dimulai dengan pembukaan serviks dengan
lengkap dan berakhir dengan saat bayi telah lahir lengkap. Sebelumnya his
menjadi lebih kuat, lebih sering, lebih lama, sangat kuat. Kadang kala, selaput
ketuban mungkin juga pecah spontan pada awal Kala II. Pada kala ini, ibu
selalunya rasanya ingin mengedan makin kuat sehingga perineum meregang dan
anusnya membuka. Bagian terbawah janin turun hingga dasar panggul. Sedangkan
kepala dilahirkan lebih dahulu, dengan suboksiput di bawah simfisis, selanjutnya
dilahirkan badan dan anggota badan janin. ( Manuaba, 2001)
Kala III dimulai pada saat bayi lahir dengan lengkap dan berakhir dengan
lahirnya plasenta . Ini ditandai dengan perdarahan baru atau kadang kala dari tidak
disertai perdarahan. Pada keadaan normal, kontraksi uterus bertambah keras,
fundus setinggi pusat, plasenta lepas 5-15 menit setelah bayi lahir (Manuaba,
2001)
Kala IV dimulai dengan observasi selama 2 jam post partum. Terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan seperti vital sign ibu dalam batas normal,
apakah kontraksi uterus baik, pastikan bahwa perdarahan per vaginam kurang dari
500 cc, plasenta dan selaput ketuban sudah lahir lengkap , pastikan kandung kemih
harus kosong dan jika terdapat luka-luka di perineum harus dirawat segera (
Manuaba, 2001)
Mekanismpe persalinan normal ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu:
1. Power. Faktor kekuatan ibu yang mempengaruhi dalam persalinan. Power aktif
berupa his atau kontraksi dari uterus, power pasif berasal dari kekuatan
mengejan ibu.
2. Passage. Keadaan jalan lahir berupa jalan lahir lunak dan jalan lahir keras
3. Passenger. Letak janin, posisi janin dan plasenta.

C. MEKANISME PERSALINAN NORMAL


Hampir 96% janin berada dalam uterus dengan presentasi kepala dan pada
presentasi kepala ini ditemukan 58% ubun-ubun kecil terletak d kiri depan, 23%
di kanan depan, 11% di kanan belakang, dan 8% di kiri belakang. Keadaan ini
mungkin disebabkan terisinya ruangan di sebelah kiri belakang oleh kolon
sigmoid dan rektum. Seperti telah dijelaskan terdahulu 3 faktor penting yang
memegang peranan pada persalinan, ialah kekuatan- kekuatan yang ada pada ibu
seperti kekuatan his dan kekuatan mengedan, keadaan jalan lahir dan janinnya
sendiri (Wiknjosastro H., 2007).
His adalah salah satu kuatan pada ibu, seperti telah dijelaskan yang
menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin ke bawah. Pada presentasi
kepala, bila his sudah cukup kuat, kepala akan turun dan mulai masuk ke dalam
rongga panggul. Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dapat dalam
keadaan sinklitimus, ialah bila arah sumbu janin tegak lurus dengan bidang pintu
atas panggul. Dapat pula kepala masuk dalam keadaan asinklitimus, yaitu arah
sumbu kepala janin miring dengan pintu atas panggul. ( Wiknjosastro H., 2007)
Sampai di dasar atas panggul kepala janin berada dalam keadaan fleksi
maksimum. Kepala yang sedang turun menemui diafragma pelvis dan tekanan
intrauterine disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi.
Sesudah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubun kecil di bawah
simfisis, kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Pada tiap
his vulva lebih membuka dan kepala janin makin tampak. Perineum menjadi
makin lebar dan tipis, anus membuka dinding rektum. Dengan kekuatan his
bersama dengan kekuatan mengedan, berturut-turut tanpa bregma, dahi, muka dan
akhirnya dagu. Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang
disebut putaran paksi luar ( Wiknjosastro H., 2007)
Putaran paksi luar ini ialah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam
terjadi, untuk menyesuaikan gerakan kepala dengan punggung anak. Bahu
melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring. Selanjutnya dilahirkan bahu
depan terlebih dahulu baru kemudain bahu belakang. Demikian pula dilahirkan
prokanter depan baru kemudian prokanter belakang. Kemudian bayi lahir
seluruhnya. Apabila bayi telah lahir, segera jalan napas dibersihkan. Tali pusat
dijepit di antara dua cunam pada jarak 5 dan 10cm. Kemudian, digunting di antara
kedua cunam tersebut dan diikat. Tunggul tali pusat diberi antiseptika. Umumnya
bila telah lahir lengkap, bayi segera akan menarik napas dan menangis
(Wiknjosastro H., 2007)

D. MALPRESENTASI DAN MALPOSISI


1. Pengertian
Malpresentasi adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah
Rahim, bukan belakang kepala. Sedangkan malposisi merupakan posisi
abnormal dari penunjuk (ubun-bun kecil) yang tidak berada di anterior
Secara epidemiologis pada kehamilan tunggal didapatkan presentasi kepala
sebesar 96,8%, bokong 2,7%, letak lintang 0,3%, majemuk 0,1%, muka 0,05%
dan dahi 0,01%
2. Etiologi
a. Faktor maternal dan uterus : panggul sempit, neoplasma, kelainan uterus,
pada uterus bicornis, kelainan letak dan besarnya plasenta. Keadaan seperti
plasenta previa disertai dengan kedudukan janin yang tidak baik.
b. Faktor Janin : bayi besar, kesalahan dalam polaritas janin misalnya pada
presentasi bokong atau letak lintang, sikap janin: tidak fleksi tapi ekstensi,
kehamilan ganda, kelainan janin: hydrocephalus dan anenchepalus,
hydroamnion (Cunningham, 2005)
3. Jenis-jenis Malpresentasi
Malpresentasi dapat terjadi pada dahi, bahu, muka dengan dagu posterior dan
presentasi bokong.
a. Presentasi Dahi
Presentasi Dahi adalah keadaan dimana kepala janin ditengah antara fleksi
maksimal dan defleksi maksimal, sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Presentasi dahi terjadi karena ketidakseimbangan kepala dengan panggul, saat
persalinan kepala janin tidak dapat turun ke dalam rongga panggul sehingga
persalinan menjadi lambat dan sulit.
Presentasi dahi tidak dapat dilahirkan dengan kondisi normal kecuali bila
bayi kecil atau pelvis luas, persalinan dilakukan dengan tindakan caesarea. IR
presentasi dahi 0,2% kelahiran pervaginam, lebih sering pada primigravida.
b. Presentasi Bahu
Bahu merupakan bagian terbawah janin dan abdomen cenderung melebar
dari satu sisi kesisi yang lain sehingga tidak teraba bagian terbawah anak pada
pintu atas panggul menjelang persalinan. Bila pasien berada pada persalinan
lanjut setelah ketuban pecah, bahu dapat terjepit kuat di bagian atas pelvis
dengan satu tangan atau lengan keluar dari vagina.
Presentasi bahu terjadi bila poros yang panjang dari janin tegak lurus atau
pada sudut akut panjangnya poros ibu, sebagaimana yang terjadi pada letak
melintang. Presentasi bahu disebabkan paritas tinggi dengan dinding abdomen
dan otot uterus kendur, prematuritas, obstruksi panggul.
c. Presentasi Muka
Pada presentasi muka, kepala mengalami hiperekstensi sehingga oksiput
menempel pada punggung janin dan dagu merupakan bagian terendah.
Presentasi muka terjadi karena ekstensi pada kepala, bila pelvis sempit atau
janin sangat besar. Pada wanita multipara, terjadinya presentasi muka karena
abdomen yang menggantung yang menyebabkan punggung janin
menggantung ke depan atau ke lateral, seringkali mengarah kearah oksiput.
Presentasi muka tidak ada faktor penyebab yang dapat dikenal, mungkin terkait
dengan paritas tinggi tetapi 34% presentasi muka terjadi pada primigravida
d. Presentasi Bokong
Presentasi bokong atau sering disebut letak sungsang merupakan keadaan
dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong
berada di bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo, 2008)
Presentasi sungsang terjadi bila panggul atau ekstremitas bawah janin
berada di pintu atas panggul, dengan nsidensi angka kejadian 3-4%
(Cunningham, 2005).
Presentasi bokong merupakan malpresentasi yang paling bayak di temui
dibandingkan malpresentasi yang lain
4. Klasifikasi Presentasi Bokong
a. Presentasi bokong murni atau frank breech (50-70%) yaitu letak sungsang
dimana kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki setinggi bahu atau
kepala janin.
b. Presentasi bokong kaki sempurna atau complete breech (5-10%) yaitu letak
sungsang dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan di samping
bokong dapat diraba kedua kaki.
c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna atau incomplete breech (10-3-%) yaitu
letak sungsang dimana hanya satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki
yang lain terangkat ke atas
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan kurang
dari 2500gr: 40% adalah Frank breech, 10% adalah Complete breech dan 50%
adalah Incomplete breech.
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan lebih dari
2500gr: 65% adalah Frank breech, 10% adalah Complete breech dan 25%
adalah Incomplete breech (Cunningham, 2005).

5. Diagnosis Presentasi Bokong


a. Palpasi Abdomen: teraba kepala (balotemen) di fundus uteri dan di atas
panggul teraba massa lunak, irregular tidak terasa seperti kepala.
b. Vaginal Toucher : dapat diraba os sacrum, tuber ischia dan anus, kadang dapat
teraba kaki jika kaki merupakan bagian terbawah janin.
c. Ultrasonografi : pemeriksaan USG yang dilakukan dapat menentukan
presentasi janin, ukuran, jumlah kehamilan, lokasi plasenta, jumlah cairan
amnion, malformasi jarigan lunak atau tulang janin.
d. Auskultasi : denyut janin paling jelas terdengar di atas umbilicus, punctum
maximum denyut jantung janin terdengar di kuadran atas perut ibu
e. Persepsi gerakan janin oleh ibu : ibu sering merasakan adanya benda keras
(kepala) mendesak tulang iga. Pergerakan janin teraba oleh ibu di perut
bagian bawah, di bawah pusat.
6. Penatalaksanaan Presentasi Bokong pada Masa Kehamilan
Tujuan penanganan pada masa kehamilan adalah mencegah malpresentasi
pada waktu persalinan. Terdapat tiga cara yang dapat dipakai untuk mengubah
presentasi bokong menjadi presentasi kepala yaitu versi luar, moksibusi dan/atau
akupuntur serta posisi dada-lutut pada ibu.
Perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian besar akan terjadii
pada umur kehamilan 34 minggu, sehingga penemuan adanya presentasi bokong
mulai umur 34 minggu akan bermanfaat untuk pertimbanan melakukan tindakan
versi luar. Untuk melakukan versi luar, mula-mula bokong dikeluarkan dari
pelvis dan diarahkan lateral sedikitnya sebesar 90o. setelah itu dilakukan
maneuver bersamaan pada kepala dan bokong untuk mengarahkan kepala kearah
kaudal dan bokong kearah kranial.
Komplikasi yang mungkin dapat terjadi adalah bradikardia janin yang
bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi pada tali pusat, perdarahan feto
maternal dengan kemungkinan sensitisasi dan ketuban pecah dini (Sarwono,
2014).
7. Penatalaksanaan persalinan dengan presentasi bokong
a. Pervaginam
Persalinan letak sungsang dengan pervaginam mempunyai syarat yang
harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah
pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat situasi-
situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam tidak dapat dihindarkan
yaitu ibu memilih persalinan pervaginam, direncanakan bedah sesar tetapi
terjadi proses persalinan yang sedemikian cepat, persalinan terjadi di fasilitas
yang tidak memungkinkan dilakukan bedah sesar, presentasi bokong yang
tidak terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan
kembar. Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra
indikasi persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki,
hiperekstensi kepala janin dan berat bayi > 3600 gram, tidak adanya informed
consent, dan tidak adanya petugas yang berpengalaman dalam melakukan
pertolongan persalinan (Prawirohardjo, 2008).
a. Persalinan spontan (spontaneous breech)
Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara
bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama
yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat.
Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht :
1) Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi
apapun) hingga bokong tampak di vulva
2) Pastikan bahwa pembukaan sudah benar-benar lengkap sebelum
memperkenankan ibu mengejan
3) Perhatikan hingga bokong membuka vulva
4) Lakukan episiotomy bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan
introitus yang sudah lebar, episiotomy mungkin tidak perlukan)
5) Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak di kendorkan.
Perhatikan hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai tampak di
vulva.
6) Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu jaripenolong sejajar
sumbu panggul, sedangkan jari-jari yang lain memegang belakang
panggul janin.
7) tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong dan badan janin dengan
kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu
(melengkung ventrokanial kearah perut ibu) sehingga berturut-turut lahir
perut, dada, bahu dan lengan, dagu, mulut dan seluruh kepala.
b. Manual aid
Yaitu janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan
sebagian lagi dengan tenaga penolong. Pada persalinan dengan cara manual
aid ada 3 tahapan yaitu : tahap pertama lahirnya bokong sampai pusar
yangdilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri, tahap kedua lahirnya bahu dan
lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik, mueller, lovset;
tahap ketiga lahirnya kepala dengan memakai cara mauriceau dan forceps
piper. Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang
dengan cara klasik :
(1) Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga
perut janin mendekati perut ibu.
(2) Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam jalan
lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa cubiti
kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan
bawah mengusap muka janin.
(3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin
diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang
sama lengan dapat dilahirkan.
Berikut ini melahirkan bahu dan lengan pada letak sungsang dengan cara
mueller :
(1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah simfisis
dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di bawahnya.
(2) Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih
dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang lahir

Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan cara lovset :


(1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi
curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu
belakang menjadi bahu depan.
(2) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-balik
sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat
dilahirkan.

Berikut ini melahirkan kepala dengan cara mauriceau :


(1) Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam
jalan lahir.
(2) Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk serta jari ke
empat mencengkeram fossa canina sedangkan jari yang lain
mencengkeram leher.
(3) Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong mencengkeram
leher janin dari arah punggung.
(4) Kedua tangan penolong menarik kepala janin curam ke bawah sambil
seorang asisten melakukan fundal pressure.
(5) Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke atas
dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir
dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh
kepala.

c) Ekstraksi sungsang
Yaitu janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong.
Ekstraksi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan memenuhi syarat untuk
mengakhiri persalinan serta tidak ada kontra indikasi. Indikasi ekstraksi
sungsang yaitu gawat janin, tali pusat menumbung, persalinan macet. Cara
ekstraksi kaki :
(1) Bila kaki masih terdapat di dalam vagina, tangan operator yang berada
pada posisi yang sama dengan os sacrum dimasukkan dalam vagina
untuk menelusuri bokong, paha sampai lutut guna mengadakan abduksi
paha janin sehingga kaki janin keluar. Selama melakukan tindakan ini,
fundus uteri ditahan oleh tangan operator yang lain.
(2) Bila satu atau dua kaki sudah berada di luar vulva, maka dipegang dengan
dua tangan operator pada betis dengan kedua ibu jari berada punggung
betis. Lakukan traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian paha keluar,
pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada punggung
paha.
(3) Dilakukan traksi ke bawah lagi (operator jongkok) dengan tujuan
menyesuaikan arah traksi dengan sumbu panggul ibu.

Cara ekstraksi bokong


(1) Lakukan periksa dalam vagina untuk memastikan titik penunjuk (os
sacrum).
(2) Jari telunjuk tangan operator yang berhadapan dengan os sacrum dikaitkan
pada lipat paha depan janin. Kemudian dilakukan ekstraksi curam ke
bawah
(3) Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan
operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk membantu
traksi sehingga bokong berada di luar vulva.
(4) Arah ekstraksi berubah ke atas untuk mengeluarkan trokanter belakang.
(5) Ekstraksi kemudian mengikuti putaran paksi dalam.
(6) Bila pusat sudah berada di luar vulva, dikendorkan.
(7) Ekstraksi diteruskan dengan cara menempatkan kedua tangan pada
bokong janin dengan kedua ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari
kedua tangan berada di atas lipat paha janin.
(8) Ekstraksi dilakukan dengan punggung janin di depan, kemudian
mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan.
(9) Setelah ujung tulang belikat terlihat dilakukan periksa dalam vagina untuk
menentukan letak lengan janin, apakah tetap berada di depan dada,
menjungkit atau di belakang tengkuk. Pada ekstraksi bokong sampai
tulang belikat sering diperlukan bantuan dorongan kristeller.
b. Perabdominam
Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui
pervaginam, maka sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang
dilakukan dengan seksio sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki
tempat yang sangat penting dalam menghadapi persalinan letak sungsang.
Seksio sesarea direkomendasikan pada presentasi kaki ganda dan
panggulsempit (Prawirohardjo, 2008).
Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang primi tua,
riwayat persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal, curiga panggul
sempit, ada indikasi janin untuk mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD >12
jam, fetal distress), kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas SC.
Sedangkan seksio sesarea bias dipertimbangkan pada bayi yang prematuritas
>26 minggu dalam fase aktif atau perlu dilahirkan, IUGR berat, nilai social
janin tinggi, hiperekstensi kepala, presentasi kaki, dan janin >3500 gram (janin
besar) (Cunningham, 2005).
8. Komplikasi persalinan letak sungsang
a. Komplikasi pada ibu
1) Perdarahan
2) Robekan jalan lahir
3) Infeksi
b. Komplikasi pada bayi
1) Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh :
(a) Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air ketuban-lendir)
(b) Perdarahan atau edema jaringan otak
(c) Kerusakan medula oblongata
(d) Kerusakan persendian tulang leher
(e) kematian bayi karena asfiksia berat.
2) Trauma persalinan
(a) Dislokasi-fraktur persendian, tulang ekstremitas
(b) Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung
(c) Dislokasi fraktur persendian tulang leher : fraktur tulang dasar kepala ;
fraktur tulang kepala ; kerusakan pada mata, hidung atau telinga ;
kerusakan pada jaringan otak.
3) Infeksi, dapat terjadi karena :
(a) Persalinan berlangsung lama
(b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
(c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam
9. Prognosis
Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi bagian belakang
kepala. Morbiditas dan mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan bokong
pervaginam lebih besar.
Morbiditas maternal : lebih tingginya frekuensi persalinan operatif pada
presentasi sungsang termasuk sectiocaesaria menyebabkan peningkatan
morbiditas ibu antara lain :
a. morbiditas infeksi
b. rupture uteri
c. laserasi servik
d. luka episiotomi yang meluas
e. atonia uteri akibat penggunaan analgesi sehingga terjadi perdarahan pasca
persalinan
Morbiditas dan mortalitas perinatal : lebih tinggi dibandingkan pada
presentasi belakang kepala (vertex).
a. fraktura humerus dan klavikula
b. cedera pada muskulus sternokleidomastoideus
c. paralisis tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat melahirkan bahu
Mortalitas perinatal terutama akibat :
a. persalinan preterm
b. asfiksia intrapartum (janin sudah berusaha bernafas saat kepala masih
berada dalam jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh janin sudah
berada diluar jalan lahir sehingga menimbulkan reflek bernafas pada janin)
c. kelainan kongenital
BAB IV
ANALISA KASUS

Pasien datang ke Poliklinik RSUD Sukoharjo pada tanggal 15 April 2017. Dari
hasil pemeriksaan anamnesis diketahui pasien hamil anak kedua dan anak lahir satu
sehingga diagnosis sebagai G2P1A0. Hari pertama menstruasi terakhir (HPMT)
pasien yaitu tanggal 02 Agustus 2016, maka taksiran persalinan pasien tanggal 09
Mei 2017 dan pada tanggal 15 Mei 2017 saat pasien datang ke poliklinik umur
kehamilan 40+6 minggu.
Pada pemeriksaan fisik pasien didapatkan TD : 120/80 mmHg, N : 76 x/menit,
RR: 20 x/menit, suhu 36o C. Pada pemeriksaan Leopold didapatkan Leopold I
kepala, leopold II puki, leopold III bokong, leopold IV belum masuk PAP. Dari
pemeriksaan ginekologis diketahui tinggi fundus uteri 36cm. His (-) dan dari
pemeriksaan vaginal toucher porsio masih menutup dan teraba bokong. DJJ janin
136 x/menit.
Dari pemeriksaan USG didapatkan kesan : Tunggal intra uterine, punggung kiri,
presentasi bokong, DJJ (+), plasenta di corpus, air ketuban cukup, perkiraan berat
janin 3700 gr.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik-obstetri, dan pemeriksaan penunjang, maka
pasien ini di diagnosa dengan G2P1A0 post date usia kehamilan 40+6 minggu
dengan presentasi bokong
Penatalaksanaan pada presentasi bokong dapat dilakukan sejak masa
kehamilan, diantaranya dengan mengubah presentasi bokong menjadi presentasi
kepala dengan cara versi luar, moksibusi dan posisi dada-lutut ibu. Untuk
persalinan dapat dilakukan dengan cara pervaginam maupun perabdominam atau
sectiocaesaria. Persalinan dilakukan secara pervaginam apabila tidak terdapat
kontraindikasi persalinan pervaginam, umur kehamilan yang cukup, taksiran berat
janin kurang dari 3600 gr serta persetujuan pasien.
Pada pasien ini dilakukan persalinan dengan cara sectiocesaria dikarenakan
pada pemeriksaan umur kehamilan 40+6 minggu dan tidak ada tanda-tanda adanya
proses persalinan seperti timbulnya his, pembukaan servik maupun keluarnya
lender darah.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi RSU Prof. R.D. Kandou. Buku Pedoman
Diagnosis dan Terapi Obstetri-Ginekologi. FK Universitas Sam Ratulangi.
Manado: 2006.
2. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant MF. Hypertensive Disorders In
Pregnancy. In: Ronardy DH, editor. Obstetric Williams,21st Ed. McGraw Hill
3. De Leeuw JP, Verhoeven ATM, Schutte JM, Zwart J, van Roosmalen J. The
end of vaginal breech delivery (letter). BJOG 2007;114:373.
4. Gabbe SG, Niebyl JR, Simpson JL. Malpresentation. Obstetrics normal and
problem pregnancies. Edisi ke-3. New York: Churchill Livingstone; 2010
5. Manuaba I. Kapita Selekta Penatalaksanan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB.
Penerbit EGC. Jakarta: 2001.
6. Porter R. Breech delivery: the dilemma. BJOG 2006; 113: 973.
7. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2008.
8. Wiknjosastro H, editor. Ilmu Kebidanan. Edisi Pertama. Penerbit Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: 2007.

Anda mungkin juga menyukai