Anda di halaman 1dari 7

Momentum, Vol. 5, No.

2, Oktober 2009 : 30 - 36

KEAUSAN PADA KONTAK LUNCUR PIN-


ON-DISC: SEBUAH TINJAUAN
PUSTAKA
Tribologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang gesekan, keausan dan
pelumasan sangat erat kaitannya dalam bidang engineering. Dalam
hubungannya dengan pergerakan relatif dua buah permukaan benda yang
saling kontak, jenis kontak dibedakan atas kontak statis dan dinamis. Dalam
I. Syafa’at kontak dinamis, gerakan benda terbagi atas kontak luncur (sliding contact)
e-mail: immsyaf@yahoo.co.id
dan kontak bergulir (rolling contact).
Jurusan Teknik Mesin Fenomena keausan akibat gesekan menjadi kajian yang menarik untuk
Fakultas Teknik diteliti. Model yang dibangun dapat berupa data hasil eksperimen ataupun
Universitas Wahid Hasyim hasil simulasi dengan bantuan software. Paper ini mereview penelitian-
Semarang penelitian yang menggunakan finite element analysis (FEA) untuk meneliti
Jl Menoreh Tengah X/22 kedalaman aus pada pin-on-disc. Hasil review ini menunjukkan bahwa
Semarang berbagai penelitian tentang keausan yang telah dilakukan pada umumnya
berangkat dari model keausan yang dibangun oleh Archard. Meskipun
membutuhkan waktu yang relatif lama, penggunaan simulasi FEA dengan
bantuan software dalam merumuskan keausan perlu dilakukan karena
simulasi ini membutuhkan biaya yang relatif lebih murah. Untuk penelitian
ke depan, perlu dikembangkan penelitian tentang kedalaman keausan pada
kontak luncur dengan FEA.

Kata kunci: sliding wear, pin-on-disc, keausan Archard, FEA


Pendahuluan statis ataupun dinamis [3]. Pada permulaan kontak
Tribologi adalah ilmu yang membahas tentang dinamis, jumlah titik kontak asperiti berkurang dan
gesekan, keausan, pelumasan pada permukaan dalam titik kontak akan nampak membesar. Partikel yang aus
gerak relatif benda. Mulai zaman dulu hingga muncul akan bergerak menuju permukaan yang lain sebagai
dan berkembangnya ilmu dalam bidang rancang akibat dari interaksi mekanis antar asperiti. Keausan
bangun, fisika, kimia, geologi serta biologi seperti karena gerakan sliding inilah yang dikenal sebagai
sekarang ini, keberadaan ilmu ini tetap ada [1]. sliding wear. Dari masa ke masa, keausan adalah
Tribologi adalah masalah krusial dalam pemesinan sebuah fenomena yang sangat menarik untuk diteliti.
yang melibatkan proses sliding dan rolling. Ilmu ini Adanya temuan-temuan terbaru oleh para peneliti
termotivasi dari sisi ekonomi sehingga finansial dapat membuat semakin beragamnya teori tentang keausan.
dihemat sampai sebesar US$16 milyar di Negara Oleh karena itulah diperlukan sebuah tinjauan pustaka
Amerika dan £500 juta di Inggris jika tribologi untuk mengetahui teori-teori yang telah ada dan teori
diterapkan dengan semestinya. Hal ini bisa dilihat dari mana yang perlu dikembangkan lebih lanjut.
laporan H.P. Jost, Menteri Pendidikan Inggris pada
tahun 1966. Dia memberikan laporan yang Kontak Permukaan
mengejutkan kepada parlemen tentang besarnya energi Dalam hubungannya dengan pergerakan relatif
yang terbuang karena gesekan. Dalam laporannya pada permukaan, jenis kontak permukaan yang terjadi
yang terkenal dengan nama The Jost Report, dapat berupa sliding, rolling dan spining [4]. Sliding
pemborosan terutama disebabkan oleh keausan karena adalah pergerakan benda dengan kecepatan relatif
gesekan, munculnya panas akibat gesekan sehingga antara dua benda yang bersentuhan/kontak pada titik
mengakibatkan material menjadi lunak dan kontak O dalam bidang singgung (tangent plane)
memungkinkan rusak pada kontak permukaannya. seperti terlihat dalam Gambar 1. Rolling ialah
Karena itu, prediksi yang akurat dari perubahan yang kecepatan sudut relatif (relative angular velocity) dari
cepat pada proses kontak gesekan dan pengendalian dua benda tentang axis lying dalam bidang singgung.
terhadap hal tersebut adalah hal yang sangat penting Sedang Spinning adalah kecepatan sudut relatif
dari sisi ekonomi [2]. tentang normal umum yang melewati titik kontak O
Mekanika kontak adalah ilmu yang membahas antara dua benda yang bersentuhan dalam bidang
tentang pergerakan relatif, gaya interaktif dan perilaku singgung.
tribologi dari dua benda rigid atau deformable yang
hanya bersentuhan ataupun sampai terlepas dan Kontak Statis
hilangnya permukaan material antara yang satu Kontak statis bermula ketika beban dikenakan
dengan yang lainnya selama batas waktu tertentu. pada benda. Dalam skala mikro, surface yang
Persinggungan atau kontak yang terjadi dapat berupa merupakan sekumpulan dari asperiti-asperiti akan

30
Keausan Pada Kontak Luncur Pin-on-Disc … (I. Syafa’at)

mengalami deformasi. Daerah kontak akan bertambah akan nampak membesar. Gumpalan partikel yang aus
banyak seiring dengan meningkatnya jumlah asperiti (debris) akan bergerak menuju permukaan yang lain
yang saling kontak karena peningkatan beban. Akibat sebagai akibat dari interaksi mekanis antar asperiti
selanjutnya adalah muncul fenomena deformasi. sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 2, terlihat
Deformasi yang terjadi karena beban vertikal yang jelas perbedaan antara keduanya.Untuk mempermudah
didefinisikan Jackson et al. [5] dapat berupa elastis, dalam menganalisa kontak, para peneliti membangun
elastis-plastis atau plastis. Rejim elastis mengacu pada sebuah model. Model dapat berupa formula matematis
ketiadaan deformasi plastis. ataupun bentuk asperiti. Bentuk asperiti dapat
disederhanakan dengan memodelkannya dalam bentuk
Normal
bola (sphere), setengah bola (hemisphere), elips
umum (ellips) ataupun bentuk datar (flat). Pendekatan model
ini dapat diperoleh dengan finite element dan juga data
Benda 2 hasil percobaan.
Bidang
Penelitian dengan kondisi statis mulai
singgung dilakukan oleh Hertz (1882). Teori Hertz membahas
tentang kontak elastis [6]. Perkembangan ilmu ini
agak lambat pada awalnya. Temuan Abbot and
Firestone [7] tentang model profilometric atau model
surface micro-geometry di tahun 1933 telah mendasari
Benda 1 tentang prinsip-prinsip mekanika kontak plastis.
Berikutnya barulah Greenwood [8] mengembangkan
temuan Hertz. Hertz memperkenalkan interference
Gambar 1. Kontak dua permukaan. sebagai variabel yang penting untuk mengetahui
deformasi elastis. Chang et al. [9] mengembangkan
Yaitu ketika beban yang dikenakan pada benda model kontak dalam dua rejim yaitu kontak elastis dan
dihilangkan, maka benda tersebut dapat kembali ke plastis. Dalam temuannya tidak ada daerah peralihan
bentuk asal. Rejim Elastis-plastis ialah keadaan dari elastis ke plastis. Zhao et al. [10] mulai
transisi dari elastis ke plastis. Dalam rejim ini, benda mengembangkan kontak elastis-plastis secara analitik
terdeformasi plastis tetapi daerah kontak masih berada dalam tiga kondisi yaitu kontak elastis, elastis-plastis
pada daerah elastis. Dan kondisi ketiga adalah kondisi dan plastis.
plastis (fully plastic). Kondisi ini terjadi bilamana Kontak model elips yang dibangun berdasar
daerah kontak telah terjadi luluh sepenuhnya, yaitu eksperimen oleh Jamari [11] menghasilkan persamaan
nilai modulus elastisitas suatu material sudah empiris dengan mengembangkan model [10] bahwa
terlewati. daerah kontak pada kondisi elastis-plastis Aep sebagai:

A ep 2 R m 2 R xR y 2 Rm
(1)
2 3
1 1
. 3 2
2 1 2 1

dimana ialah interference, angka kecil 1 dan 2


masing-masing menunjukkan material 1 dan 2, dan
merupakan semi-axis dari kontak elips masing-
masing dalam arah sumbu x dan sumbu y,
interference dari kontak elips (besaran tanpa satuan).
Radius efektif rata-rata Rm dicari dengan perhitungan
yang melibatkan radius dalam arah sumbu x dan y.
Dengan menurunkan persamaan Lin [12], beban
kontak Pep dapat dihitung dengan menggunakan faktor
tekanan kontak maksimum K . Sehingga nilai beban
kontak Pep dihitung dengan memasukkan Persamaan
Gambar 2. Perbedaan kontak statis dan dinamis [3].
(1) yaitu:
Secara umum, pada kontak statis terdapat
penyebaran secara acak adanya titik kontak yang 2 ln 2 ln 1 (2)
Pep Aep ch H H ch K
kecil. Ketika permulaan kontak dinamis dimulai, 3 ln 2 ln 1
jumlah titik kontak asperiti berkurang dan titik kontak

31
Momentum, Vol. 5, No. 2, Oktober 2009 : 30 - 36

dimana ch ialah faktor kekerasan, H adalah kekerasan yang ditemukan dengan menggunakan pendekatan
material, ialah interference, angka kecil 1 dan 2 Green [15]. Hasil simulasi 3D memiliki tren yang
masing-masing adalah menunjukkan material 1 dan 2. sama dengan model 2D dalam hal frictionless sliding
Catatan penting dalam model kontak elastis-plastis pada rejim elastis-plastis dengan gaya reaksi
yang divalidasi dengan data eksperimennya bahwa horisontal dan vertikal.
prediksi surface topography setelah running-in of Moody [16] meneliti vertical interference
rolling contact menunjukkan hasil yang akurat antara dalam hubungannya dengan deformasi, gaya reaksi,
model yang dibangun dengan data hasil eksperimen. tegangan dan energi yang hilang dengan model 3D.
Hasil plot dari tegangan von Misses dipergunakan
Kontak Dinamis untuk menunjukkan adanya formasi dan distribusi
Kontak dinamis terbagi menjadi dua bagian. tegangan seiring dengan meningkatnya deformasi
Bagian pertama tentang kontak luncur (sliding plastis atas proses sliding yang terjadi. Ditemukan
contact) dan yang kedua tentang kontak bergulir juga adanya peningkatan deformasi plastis dengan
(rolling contact). energi yang hilang selama sliding serta residual
deformations sebagai fungsi dari interference.
Kontak Luncur (Sliding Contacts)
Sliding contact dalam analisa Jackson et al. Kontak Bergulir (Rolling Contacts)
[13] menggunakan dua metode pendekatan. Dua Gerakan dalam rolling contact diklasifikasikan
pendekatan tersebut adalah secara semi analitis dan menjadi [17]: (i) Bergulir bebas (free rolling), (ii)
simulasi elemen hingga. Kedua analisa tersebut Bergulir dengan tujuan untuk traction (rolling
digunakan untuk membangun persamaan formula subjected to traction), (iii) Bergulir dalam alur
empiris yang diperoleh dari gaya tengensial rata-rata conforming (rolling in conforming grooves) dan (iv)
dan gaya normal selama proses sliding antar asperiti Bergulir di sekitar kurva (rolling around curves).
dalam rejim elastis-plastis. Gaya normal dan gaya Setiap gerakan yang bergulir, jenis free rolling pasti
tangensial yang terjadi dihitung saat kenaikan terjadi, sedangkan jenis (ii), (iii) dan (iv) terjadi secara
tangential displacement. Kemudan nilai rata-rata dari terpisah atau dapat juga kombinasi, tergantung pada
gaya yang dibutuhkan untuk meluncurkan asperiti situasinya. Kasus berputarnya roda mobil adalah
dihitung. Persamaan empiris dari asperiti tunggal yang melibatkan gerakan (i) dan (ii).
telah diperoleh dengan model semi analitis dan hasil Gesekan karena rolling adalah resistansi
simulasi elemen hingga, kemudian disubstitusi ke terhadap gerakan yang berlangsung ketika sebuah
dalam model statistik, fractal atau model Fast Fourier permukaan bergulir terhadap permukaan yang lain.
Transform (FFT) untuk mengetahui gesekan antara Terminologi gesekan rolling umumnya terbatas pada
dua rough surface yang meluncur. Gambar model benda dengan bentuk yang mendekati sempurna
asperiti yang mengalami proses sliding pada saat awal dengan tingkat kekasaran permukaan yang relatif
kontak sampai hilangnya puncak asperiti karena kecil. Pada material yang keras, koefisien gesek
deformasi dapat dilihat pada Gambar 3. rolling antara sebuah silinder dan benda bulat atau
dengan benda datar adalah berkisar antara 10-5 sampai
5x10-3. Koefisien dari sliding friction pada kondisi
benda tanpa pelumas dari 0,1 sampai lebih besar dari 1
[18]. Jika kontak dari dua buah benda non-conformal
adalah jenis titik, keadaan rolling murni berlaku di
sini. Gesekan karena gerakan gulir dapat disebabkan
oleh berbagai kasus, tetapi walau bagaimanapun,
slipping/sliding lebih dominan sebagai penyebabnya
Gambar 3. Proses meluncurnya asperiti dan [19]. Kekasaran adalah sebuah parameter penting
penekanan sampai terjadi deformasi pada model [13]. dalam kontak bergulir dalam hubungannya dengan
gesekan dan aus. Kesempurnaan geometri rolling
Dari simulasi dihasilkan bahwa besaran energi yang dapat dikurangi dengan kekasaran sehingga microslip
hilang antar puncak asperiti akan meningkat yang terjadi pada tingkat kekasaran saja. Deformasi
sebagaimana meningkatnya deformasi plastis yang plastis pada asperiti juga dapat menyebabkan
terjadi. Deformasi plastis pada sphere juga meningkat hilangnya energi selama gerakan bergulir. Ditinjau
seiring dengan bertambahnya nilai modulus elastisitas dari sisi gaya gesek, permukaan yang halus mempunyi
dan meningkatnya interference atau beban normal gaya gesek yang lebih kecil jika dibandingkan
antar surface. permukaan yang kasar. Hampir setiap kasus gesekan
Peneliti berikutnya adalah Vijaywargiya [14] pada rolling contact, gaya gesek akan mengalami
yang mempergunakan Finite Element Analysis (FEA) penurunan saat running-in.
untuk mensimulasikan sliding dalam 2D dan 3D.
Deformasi, gaya reaksi, tegangan dan energi yang
hilang sebagai fungsi dari jarak sliding adalah hasil

32
Keausan Pada Kontak Luncur Pin-on-Disc … (I. Syafa’at)

Kontak Permukaan dan Keausan Pengembangan model yang dibangun Archard


Keausan adalah sebuah fenomena yang sering tentang hubungan antara koefisien gesek dan keausan
terjadi dalam engineering. Keausan didefinisikan oleh dilakukan oleh Sarkar [25]. Dalam modelnya, volume
ASTM sebagai kerusakan permukaan benda yang material yang hilang dengan koefisien gesek dapat
secara umum berhubungan dengan peningkatan dihitung dengan persamaan:
hilangnya material yang disebabkan oleh pergerakan
relatif benda dan sebuah substansi kontak [20]. V FN
k 1 3 2 (5)
Mekanisme aus terbagi menjadi dua kelompok. Yaitu s H
keausan karena perilaku mekanis dan keausan karena
perilaku kimiawi [21]. Keausan mekanis terbagi atas: dimana dalam Persamaan (5) adalah koefisien
(1) Sliding wear, (2) Fretting wear, (3) Abrasive wear, gesek, V adalah volume material yang hilang, s adalah
(4) Erosive wear, dan (5) Fatigue wear. Sedangkan jarak sliding, FN adalah beban normal, H adalah
keausan karena adanya reaksi kimia yaitu: (1) Solution kekerasan (material yang lebih lunak), dan k adalah
wear, (2) Difusive wear, (3) Oxidative wear, dan (4) koefisien aus. Jika diasumsikan semua variabel adalah
Corrosive wear. konstan kecuali dan V, maka kondisi adalah tanpa
Keausan sebagai fenomena yang sulit dihindari gesekan. Hal ini sangat kontradiktif karena gesekan
dalam aplikasi di engineering, sebagaimana tersebut di nol berarti tidak ada kontak fisik dan juga berarti tanpa
atas, mulai diteliti oleh Archard [22]. Archard keausan.
mengemukakan sebuah model fenomenal untuk Seiring dengan berkembangnya ilmu
menjelaskan tentang sliding wear. Dalam modelnya pengetahuan dan teknologi, penggunaan perangkat
diasumsikan bahwa parameter kritis dalam sliding lunak dalam komputer untuk mensimulasikan keausan
wear adalah tegangan pada kontak dan jarak sliding mulai dikembangkan, khususnya model Archard.
antara permukaan kontak. Persamaan klasik model ini Strömberg [26] menggunakan formulasi elemen
ialah: hingga untuk keausan thermoelastis, de Saracibar dan
Chiumenti [27] menampilkan sebuah model numeris
V FN untuk mensimulasikan perilaku keausan gesek dalam
k (3)
s H kondisi nonlinear kinematis. Molinari [28]
memodifikasi model Archard pada kekerasan dari
dimana V adalah volume material yang hilang, s material yang lebih lunak dengan kelonggaran dari sisi
adalah jarak sliding, FN adalah beban normal, H fungsi suhu, evolusi permukaan karena aus dan
adalah kekerasan (material yang lebih lunak), k adalah adanya kontak gesekan. Komputasi yang dilakukan
koefisien aus. Dengan membagi sisi kanan dan sisi kiri Molinari adalah dengan mensimulasikan kontak yang
dengan daerah kontak yang sesungguhnya, maka sederhana dari sebuah kotak yang meluncur di atas
Persamaan (3) menjadi: piringan.
Podra [29] melakukan eksperimen dengan
h beban normal FN 21N dan 50N pada pin-on-disc
k. p (4) dengan asumsi bahwa aus hanya terjadi pada pin saja
s (lihat Gambar 4).
Untuk membandingkannya, dilakukan juga dengan
Dalam persamaan ini, p adalah tekanan dan h adalah
membangun model berdasar FEA. Hasilnya bahwa
linear wear. Persamaan ini dipergunakan sebagai
akurasi FEA tergantung pada diskritisasi model
ukuran besarnya keausan. Sangatlah sulit untuk
(model discretisation). Meshing yang halus akan
mengukur secara akurat volume aus karena batas dari
memberikan hasil yang lebih baik, tetapi hal ini
lintasan aus dibangun berdasar subjektifitas [23].
membutuhkan waktu komputasi yang lama dan
Dalam perkembangan model ini, koefisien aus k
penggunaan kapasitas komputer yang besar juga.
diinterpretasikan dalam beragam konsep. Koefisien
Tahapan waktu (integration time step) adalah sebuah
aus sebagai kemungkinan tentang adanya kontak
parameter yang krusial dalam memberikan hasil
asperiti yang menghasilkan partikel keausan, koefisien
simulasi yang akurat. Jika terlalu panjang tahapannya,
aus sebagai pecahan dari partikel aus yang luluh
akan menyebabkan hasil yang tidak menentu dan
asperitinya, koefisien aus sebagai perbandingan antara
kemungkinan tidak konvergen. Namun jika terlalu
volume hasil aus dan volume yang terdeformasi,
pendek intervalnya, maka waktu yang dibutuhkan
koefisien aus sebagai faktor pembanding terbalik
untuk simulasi menjadi terlalu lama. Prosedur
dengan besaran kritis keausan yang berulang-ulang,
penelitian ini diawali dengan menentukan parameter
dan koefisien aus sebagai faktor ke-tidakefisien-an
awal untuk ukuran model, beban, constraints, besaran
yang berhubungan dengan berbagai proses dalam
koefisien aus serta jenis materialnya. Setelah simulasi
menghasilkan partikel keausan. Konsep-konsep
dijalankan dengan structural static analysis, maka
tersebut di atas menunjukkan betapa kompleks dan
diperoleh tekanan kontak. Dengan tekanan kontak ini,
rumitnya permasalahan keausan [24].
kemudian dihitung keausan pada node secara iteratif
berdasar kedalaman keausan pada waktu tertentu.
33
Momentum, Vol. 5, No. 2, Oktober 2009 : 30 - 36

Hasil dari langkah ini adalah perubahan ukuran model.


Selain kedalaman aus sebagai fungsi jarak luncur 22.8 9.9 0.055 exp 4 x10 5. E
2
(sliding distance), temuan lainnya adalah bahwa k .( P * ) Yo
(6)
besaran koefisien gesek dan koefisien aus berbanding 67.3 19
lurus dengan jarak luncur. Sedangkan pada tekanan
kontak, hasilnya berbanding terbalik terhadap jarak dimana k ialah koefisien aus, adalah Poisson’s ratio,
luncur. P* adalah dimensionless normal load, E adalah
Young’s modulus dan Yo adalah yield strength.
Beberapa jenis material dalam eksperimennya dalam
membangun persamaan di atas, dibandingkan dengan
nilai k dari Archard [33]. Meski hasil k temuannya
lebih kecil dari percobaan Archad, tetapi hal ini bisa
diterima karena model ini terbatas pada prediksi
potensi partikel yang aus, bukan partikel aus yang
sebenarnya. Dari model di atas, terlihat bahwa sifat
dari material, seperti Poisson’s ratio, Young’s
modulus dan yield strength sangat berpengaruh dalam
memperkirakan keausan secara adesif.
Zhu et al. [34] menampilkan rejim mixed
lubrication untuk mensimulasikan sliding wear dalam
tiga model kontak. Penelitian ini menggunakan
pendekatan numeris berdasar pada rejim
elastohydrodynamic lubrication (EHL) yang
sebelumnya telah dikembangkan oleh Zhu dan Hu
[35]. Tiga simulasi kontak dalam rejim EHL adalah:
(1) kontak antara permukaan bola halus yang
meluncur dengan permukaan rata yang memiliki
kekasaran sinusoidal, (2) kontak antara sebuah bidang
datar pada landasan (ground) dengan bola yang
keduanya saling berputar, dan (3) kontak antara bola
Gambar 4. Hasil simulasi FEA pada sphere-on-plane pada piringan (ball-on-disc). Ditemukan bahwa pada
dengan koefisien aus k = (1.33 ± 0.54) x10-13 Pa-1 simulasi 500 putaran pertama, tidak terjadi keausan
(garis lurus, garis tebal adalah rata-rata) dibandingkan pada ketiga jenis kontak, artinya bahwa pada tahap ini
dengan data hasil eksperimen (lingkaran) [29]. tidak dihasilkan volume keausan. Setelah itu terjadi
peningkatan keausan secara cepat yang signifikan
pada ketiga kasus, khususnya pada permukaan
Simulasi keausan yang lain juga dilakukan oleh sinusoidal. Hasil ini adalah konsisten dengan
Kónya [30] dengan dasar pijakan dari model [22] dan pengamatan eksperimen pada tahap running-in.
menerapkannya sebagai post-processor dalam elemen Peningkatan keausan secara cepat dan variasi
hingga. Asumsi-asumsi yang dipergunakan antara intensitas dengan kondisi operasi yang berbeda juga
lain: (i) penyederhanaan model dalam dua dimensi, dilakukan oleh Sugimura [36].
(ii) proses re-meshing dengan pembatasan pada Hokkirigawa [37] dalam penelitian keausan
keausan maksimal oleh ketinggian permukaan elemen sliding hemispherical pin pada permukaan datar (flat)
dan (iii) penentuan keausan hanya pada salah satu menggunakan variasi material. Percobaan ini
permukaan sebagaimana hasil dari kontak finite menggunakan spesimen piringan (disc) yang berputar
element, atau penggunaan pasangan kontak (contact pada hemisphere pin yang terbuat dari baja yang
pairs) dengan pembuatan kontak simetris untuk dikuens. Dalam penelitiannya diperkenalkan ”Derajat
mendapatkan hasil dari kontak finite element untuk Penetrasi” Dp sebagai indeks severitas luncur (severity
semua kontak permukaan [31]. index of sliding). Persamaan (7) memperlihatkan
Salib et al. [32] mengembangkan sebuah model perhitungan Dp yaitu:
untuk keausan adesif pada saat permulaan sliding.
Model tersebut dapat memprediksi volume dari h
partikel yang berpotensi aus. Koefisien aus k, sebagai Dp (7)
parameter yang penting didapat dengan sebuah
a
Persamaan (6), yaitu:
dimana h adalah kedalaman aus seperti terlihat dalam
Gambar 5 dan a adalah radius kontak.

34
Keausan Pada Kontak Luncur Pin-on-Disc … (I. Syafa’at)

model keausan yang dibangun oleh Archard.


Meskipun membutuhkan waktu yang relatif lama,
penggunaan simulasi FEA dengan bantuan software
dalam merumuskan keausan ini membutuhkan biaya
yang murah. Hal ini disebabkan simulasi FEA tanpa
menggunakan seperangkat alat uji dan juga spesimen.
Keunggulan yang lain adalah hasil analisa bisa
langsung dilihat dengan simulasi. Sedangkan pada
metode analitik yang berupa formulasi angka-angka,
disamping membutuhkan pemahaman konsep-konsep
dasar dan penguasaan rumus dalam menganalisa
sebuah kasus, hasil plot tidak bisa langsung terlihat
sebagaimana pada FEA. Untuk ke depan, perlu
dikembangkan penelitian tentang kedalaman keausan
pada kontak luncur dengan FEA yang berbasis pada
Gambar 5. Skema kontak antara sebuah geometri awal dan updated geometry.
hemispherical pin dan flat dalam proses sliding [37].

Catatan menarik dari penelitian ini adalah bahwa DAFTAR PUSTAKA


derajat penetrasi dan tegangan geser sebagai indikator [1] Urbakh, M., Klafter, J., Gourdon, D., and
penting dalam penentuan keausan abrasif. Selama Israelachvilli, J., The nonlinear nature of friction,
sliding berlangsung, keausan abrasif ditentukan oleh Nature, 430, 525-528, 2004
sejauh mana material bertahan terhadap proses abrasi [2] Bhushan, B., Handbook of Micro/Nanotribology.
yang berlangsung. Wear rate value dalam eksperimen CRC Press LLC, New York, 1999
ini adalah sebanding terhadap daerah kontak yang [3] Stachowiak, G.W. and A.W. Batchelor.,
sesungguhnya, dimana hal ini ditentukan oleh Engineering Tribology 2nd Ed., Butterworth-
kekerasan dari material yang lebih lunak dan besaran Heinemann, 2000
beban yang dikenakan, seperti apa yang telah [4] Johnson, K. L., Contact Mechanics, Cambridge
dilakukan oleh Kruschov [38]. University Press, Cambridge, UK, 1985
Hegadekatte [39] menampilkan Global [5] Jackson, R.L., Chusoipin, I. dan Green, I., A
Incremental Wear Model (GIWM) dengan pin yang finite element study of the residual stress and
diputar pada piringan. Keausan pin dan keausan deformation in hemispherical contacts, ASME J.
piringan dihitung dengan model [22]. Perhitungan Tribol., 127, 484-491, 2005
keausan disc menggunakan asumsi evolusi daerah [6] Hertz, H., (1882), Uber die beruhrung fester
kontak elips [25] dimana panjang kontak (sumbu elastische korper und uber die harte (On the
minor elips), terus menurun ketika lebar bekas contact of rigid elastic solids and on
keausan (sumbu mayor elips), mengalami hardness),Verhandlungen des Vereins zur
peningkatan. Permulaan untuk mencari keausan disc Beforderung des Gewerbefleisses, Leipzig, Nov
menggunakan jari-jari kontak awal dengan formula 1882.
dari [6]. Metode GIWM ini juga dapat memprediksi [7] Abbott, E.J. and Firestone, F.A., Specifying
kedalaman aus yang melibatkan variasi parameter surface quality - a method based on accurate
dalam eksperimen dengan piringan kembar (twin-disc) measurement and comparison, Mech. Eng. (Am.
tribometer [40]. Soc. Mech. Eng.), 55, 569-572, 1933
Keausan dalam skala makro diteliti oleh [8] Greenwood, J. A. and Williamson, J. B. P.,
Nilsson [41]. Dalam temuannya diketahui adanya Contact of nominally flat surfaces, Proc. R. Soc.
kontaminasi dalam kontak rolling/sliding yang dapat London, 295, 300-319, 1966
menyebabkan kerusakan yang besar pada kontak [9] Chang, W.R., Etsion, I. and Bogy, D.B., An
permukaan. Penelitian ini tentang keausan spherical elastic-plastic model for the contact of rough
roller thrust bearings. Dari hasil SEM terlihat bahwa surfaces, ASME J. Tribol., 109, 257-263, 1987
ditemukan partikel yang menempel secara permanen [10] Zhao, Y., Maietta, D. M. and Chang, L., An
pada washer, tetapi tidak pada rollers. Partikel dalam asperity microcontact model incorporating the
minyak pelumas mempunyai pengaruh yang signifikan transition from elastic deformation to fully
dalam menyebabkan keausan. plastic flow, ASME J. Tribol., 109, 86-93, 2000
[11] Jamari, J., Running-in of Rolling Contacts, PhD
Kesimpulan Thesis, University of Twente, Enschede, The
Tinjauan pustaka terhadap berbagai penelitian Netherlands, 2006
tentang keausan pada kontak luncur pin-on-disc telah [12] Lin, L.P. and Lin, J.F., An elastoplastic
dibahas. Terlihat bahwa penelitian tentang keausan microasperity contact model for metallic
yang telah dilakukan pada umumnya berangkat dari materials, ASME J. Tribol., 127, 666-672, 2005

35
Momentum, Vol. 5, No. 2, Oktober 2009 : 30 - 36

[13] Jackson, R.L., Duvvuru, R.S., Meghani, H., and [30] Kónya, L., Váradi, K., and Friedrich, K., Finite
Mahajan, M., An analysis of elasto-plastic element modeling of wear process of a peek-steel
sliding spherical asperity interaction, Wear, 262, sliding pair at elevated temperature, Periodica
210-219, 2006 Polytechnica, Mechanical Engineering, 49, 25-
[14] Vijaywargiya, R., A Finite Element Investigation 38, 2005
of the Deformations, Forces, Stress Formation, [31] ABAQUS., V 6.5. Hibbit, Karlsson and Sorensen
and Energy Losses in Elasto Plastic Sliding Inc., Providence, RI, USA, 2004
Contact, Master Thesis, Georgia Institute of [32] Salib, J., Kligerman, Y., and Etsion, I., A model
Technology, Georgia, 2006 for potential adhesive wear particle at sliding
[15] Green, I., Poisson ratio effects and critical values inception of a spherical contact, Tribology Letter,
in spherical and cylindrical hertzian contacts, 30, 225-233, 2008
Inter. J. Appl. Mech, 10, 451-462, 2005 [33] Archard, J.F. and Hirst, W., The wear of metals
[16] Moody, J., A Finite Element Analysis of Elastic- under unlubricated conditions, Proc. R. Soc.
Plastic Sliding of Hemispherical, Master Thesis, Lond. Ser. A, 236, 397-410, 1956
Georgia Institute of Technology, Georgia, 2007 [34] Zhu, D., Martini, A., Wang W., Hu, Y.,
[17] Halling, J., Introduction to Tribology, Wykeham Lisowsky, B., and Wang, Q.J., Simulation of
Publication Ltd., London, 1976 sliding wear in mixed lubrication, ASME J.
[18] Bhushan, B., Principles and Applications of Tribol., 129, 545-552, 2007
Tribology, John Wiley & Sons Inc., New York, [35] Zhu, D., and Hu, Y. Z., A computer program
1999 package for the prediction of EHL and mixed
[19] Rabinowicz, E., Friction and Wear of Materials, lubrication characteristics, friction, subsurface
John Wiley, New York, 1995 stresses and flash temperatures based on
[20] Blau, P.J., Fifty years of research on the wear of measured 3-D surface roughness, Tribol. Trans.,
metals, Tribol. Int., 30, 321-331, 1997 44, 383–390, 2001
[21] Suh, N. P., Tribophysics, Prentice-Hall Inc., [36] Sugimura, J., and Kimura, Y., Characterization
Englewood Cliff, New Jersey, 1986 of topographical changes during lubricated wear,
[22] Archard, J. F., Contact and rubbing of flat Wear, 98, 101–116, 1984
surfaces, J. Appl. Phys., 24, 981-988, 1953 [37] Hokkirigawa, K. and Kato, K., An experimental
[23] Kalin, M. and Vizintin, J., Use of equations for and theoretical investigation of ploughing,
wear volume determination in fretting cutting, and wedge formation during abrasive
experiments, Wear, 237, 39-48, 2000 wear, Tribol. Int., 21, 51-57, 1988
[24] Rigney, D. A., The role of hardness in the sliding [38] Kruschov, M.M., Resistance of metal to wear by
behavior of materials, Wear, 175, 63-69, 1994 abrasion, as related to hardness, Proc. Int. Conf.
[25] Sarkar, A. D., Friction and Wear, Academic on Lubrication and Wear, I. Mech. E., London,
Press, London, 1980 655-659, 1957
[26] Strömberg, N., Finite element treatment of two- [39] Hegadekatte, V., Modelling and Simulation of
dimensional thermoelastic wear problems, Dry Sliding Wear for Micro-machine
Comput. Methods Appl. Mech. Engg., 177, 441- Aplications, PhD Disertation, Universität
455, 1999 Karlsruhe (TH) Kaiserstrasse, Germany, 2006
[27] de Saracibar, C. A. and Chiumenti, M., On the [40] Hegadekatte, V., Kuzenhäuser, S., Huber, N.,
numerical modeling of frictional wear and Kraft, O., A predictive modeling scheme for
phenomena, Comput. Methods Appl. Mech. wear in tibometers, Tribol. Intr., 41, 1020-1031,
Engg., 177, 401-426, 1999 2008
[28] Molinari, J. F., Ortiz, M., Radovitzky, R., and [41] Nilsson, R., On Wear in Rolling/Sliding
Repetto, E. A., Finite element modeling of dry Contacts, PhD Thesis, Royal Institute of
sliding wear in metals, Engg. Comput., 18, 592- Technology (KTH), Stockholm, Sweden, 2005
609, 2001
[29] Podra, P. and Andersson, S., Simulating sliding
wear with finite element method, Tribol. Int., 32,
71-81, 1999

36

Anda mungkin juga menyukai