FISIKA DASAR
𝜇𝑘 adalah koefisien gesek kinetik yang menggambarkan gaya gesek kinetik (F)
yang terjadi pada suatu permukaan bergerak, dimana N adalah gaya normal yang
bekerja tegak lurus terhadap permukaan kontak. Nilai koefisien gesek kinetis
biasanya lebih rendah dibandingkan dengan koefisien gesek statis untuk material
yang sama. Persamaan ini menunjukkan bahwa gaya gesek kinetis bergantung pada
besarnya gaya normal dan koefisien gesek kinetis itu sendiri. Dalam konteks
praktis, tingkat kekasaran permukaan gesekan juga dinyatakan melalui nilai
koefisien gesekan kinetis. Semakin keras kontak antara dua permukaan, semakin
besar pula ketahanan terhadap gesekan (Prastyo, 2021).
2.5 Gaya Normal
Gaya normal adalah gaya reaksi yang terjadi pada suatu benda akibat
interaksi dengan bidang atau permukaan tempat benda tersebut berada. Gaya ini
selalu bekerja tegak lurus terhadap permukaan kontak dan merupakan gaya reaksi
terhadap gaya yang diberikan benda. Besarnya gaya normal bergantung pada berat
benda dan sudut kemiringan permukaan tempat benda diletakkan. Semakin besar
gaya normal maka semakin besar pula gaya gesek yang timbul sebagai respon
terhadap pergerakan suatu benda pada permukaan tersebut. Dalam kondisi
setimbang, gaya normal sama dengan berat benda, namun dalam kasus tertentu,
seperti pada bidang miring, gaya normal dapat dihitung menggunakan prinsip
trigonometri untuk memahami kontribusinya terhadap gaya gesekan. Gaya normal
dan gesekan memiliki hubungan yang erat, di mana gaya normal bertanggung jawab
dalam menentukan besar gesekan yang dihasilkan antara dua permukaan yang
bersentuhan (Prastyo, 2021).
Mengukur papan bidang miring dan balok Diukur papan bidang miring dan balok
kayu menggunakan meteran
Mengukur sudut bidang miring sesuai Diukur sudut bidang miring sesuai dengan
dengan variable digunakan variable yang digunakan, yaitu
30°, 35°, 40 °
Meluncurkan balok pada bidang miring Diluncurkan balok pada bidang miring
dengan sudut yang digunakan,dan diukur
menggunakan stopwatch
4.2 Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan sesuai prosedur, maka terdapat hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.2 1 Hasil Pengukuran
1 Panjang Balok 8 cm = 0,08m
2 Panjang Lintasan 60 cm = 0,6m
3 Berat Balok 60,9 gram
30˚ 0,86 0,57 01,25 01,66 01,99 01,94 02,23 01,81 0,18 0,01
35˚ 0,81 0,7 00,62 00,86 00,91 00,74 00,82 00,79 0,96 0,05
40˚ 0,76 0,83 00,85 00,83 00,64 00,93 00,93 00,83 0,87 0,09
Tabel 4.2 3 Hasil Pengamatan Balok Kayu Pada Permukaan Halus
Sudut Cosϴ Tanϴ T1 T2 T3 T4 T5 ∆𝑡 ɑ μk
30˚ 0,86 0,57 01,11 01,20 01,12 01,02 01,07 01,40 0,49 0,03
35˚ 0,81 0,7 00,63 00,72 00,51 00,74 00,57 00,63 1,51 0,12
40˚ 0,76 0,83 00,66 00,71 00,64 00,57 00,89 00,68 1,30 0,14
4.3 Pembahasan
Praktikum koefisien gesek dilakukan dengan mengamati gerak benda pada
bidang miring, bertujuan untuk memahami pengaruh kemiringan bidang terhadap
dinamika benda dan menentukan koefisien gesek. Alat yang disiapkan meliputi
papan bidang miring, stopwatch, neraca ohaus, dan meteran, sedangkan bahan yang
digunakan adalah balok kayu. Setelah menimbang massa balok (60.9 gram) dan
mengukur panjang papan bidang miring (0.6m) serta panjang balok (0.08m),
dilakukan pengukuran kemiringan bidang dengan aplikasi Inclinometer pada sudut
30°, 35°, dan 40°. Percobaan dilakukan dengan dua jenis permukaan, kasar dan
halus, dan diulang 5 kali untuk setiap sudut. Waktu peluncuran balok dicatat
menggunakan stopwatch untuk masing-masing permukaan, menyusun laporan
sementara dengan hasil percobaan.
Berdasarkan hasil praktikum, terdapat dua perbandingan koefisien gesekan
yang sesuai, yaitu antara 𝜇𝑘 pada sudut tetap namun permukaannya berbeda dan 𝜇𝑘
pada sudut berbeda tetapi luasnya sama. Pada perbandingan pertama, bahwa 𝜇𝑘
meningkat seiring dengan meningkatnya kehalusan permukaan pada sudut yang
sama. Misalnya pada sudut 30°, 𝜇𝑘 untuk permukaan kasar adalah 0,01, sedangkan
untuk permukaan halus adalah 0,03. Pola ini berulang pada sudut 35° dan 40°, yang
menunjukkan bahwa semakin halus permukaannya, semakin besar 𝜇𝑘 dan
sebaliknya, semakin kasar permukaannya, semakin kecil 𝜇𝑘. Sedangkan pada
perbandingan kedua, 𝜇𝑘 pada sudut berbeda namun luasnya sama menunjukkan
tren meningkat seiring bertambahnya sudut. Misalnya, pada permukaan kasar, 𝜇𝑘
pada suhu 30° adalah 0,01, sedangkan pada suhu 40° adalah 0,09. Pola serupa
terlihat pada permukaan halus. Singkatnya, semakin besar sudutnya, semakin besar
𝜇𝑘 dan sebaliknya, semakin kecil sudutnya, semakin kecil 𝜇𝑘.
Gaya gesekan kinetik (fk) antara dua permukaan benda yang kering dan
tanpa pelumas mematuhi hukum-hukum gaya gesekan statik. Hal ini menandakan
bahwa koefisien gesek kinetik tidak hanya memenuhi prinsip-prinsip gaya gesekan
statik, tetapi juga tidak bergantung pada laju relatif gerak antara kedua permukaan
tersebut. Perbandingan antara gaya gesekan dan gaya normal dikenal sebagai
koefisien gesek, yang dapat disimbolkan sebagai 𝜇. Pentingnya perbandingan ini
terletak pada fakta bahwa jika gaya gesekan bersifat statis, maka koefisien geseknya
disebut sebagai koefisien gesek statik (𝜇𝑠), dan sebaliknya. Baik (𝜇𝑠) maupun (𝜇𝑘)
(koefisien gesek kinetik) adalah konstanta tak berdimensi yang mencerminkan sifat
permukaan yang bersentuhan, membentuk dasar bagi pemahaman dan analisis
gesekan antara benda-benda kering dalam berbagai situasi.permukaan yang
bersentuhan, membentuk dasar bagi pemahaman dan analisis gesekan antara benda-
benda kering dalam berbagai situasi. praktikum menguji dua konsep dasar koefisien
gesekan. Pertama, terdapat korelasi positif antara besarnya koefisien gesekan
dengan derajat kehalusan permukaan. Dengan kata lain, semakin tinggi koefisien
gesekan maka semakin halus permukaannya. Kedua, ditemukan bahwa semakin
tinggi koefisien gesekan, semakin besar sudut penggunaannya. Hasil sebenarnya
adalah dengan membandingkan koefisien gesekan 𝜇𝑘 pada sudut yang sama dengan
permukaan lain dan 𝜇𝑘 pada sudut lain dengan permukaan yang sama
(Hernawati, 2013).
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan sesuai prosedur, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat korelasi positif antara besar sudut bidang miring dan dinamika atau kecepatan
benda uji, yang menunjukkan bahwa semakin besar sudut miring, semakin besar pula
kecepatan benda uji.
2 Digunakan untuk
mengukur kecepatan
balok pada bidang miring
3 Digunakan untuk
mengukur panjang papan
bidang mirirng dan balok
kayu
Diketahui :
Panjang balok = 0,08 m
Panjang papan bidang miring = 0,6 m
Massa balok = 60,9 g
Tan θ :
30° = 0,57
35° = 0,70
40° = 0.83
Cos θ :
30° = 0,86
35° = 0,81
40° = 0,76
1. Mencari ∆T
(a) Permukaan Kasar
• Sudut 30°
∆T = Tn/N
∆T = 9,07 / 5
∆T = 1,81 s
• Sudut 35°
∆T = Tn/N
∆T = 3,95 / 5
∆T = 0,79 s
• Sudut 40°
∆T = Tn/N
∆T = 4,14 / 5
∆T = 0,83 s
(b) Permukaan Halus
• Sudut 30°
∆T = Tn/N
∆T = 5,52 / 5
∆T = 1,10 s
• Sudut 35°
∆T = Tn/N
∆T = 3,17 / 5
∆T = 0,63 s
• Sudut 40°
∆T = Tn/N
∆T = 3,42 / 5
∆T = 0,68 s
2. Mencari 𝒂
(a) Permukaan Kasar
• Sudut 30°
𝑎 = s / ∆𝑡 2
𝑎 = 0,6 / 1,812
𝑎 = 0,18 𝑚⁄𝑠 2
• Sudut 35°
𝑎 = s / ∆𝑡 2
𝑎 = 0,6 / 0,792
𝑎 = 0,96 𝑚⁄𝑠 2
• Sudut 40°
𝑎 = s / ∆𝑡 2
𝑎 = 0,6 /0,832
𝑎 = 0,87 𝑚⁄𝑠 2
(b) Permukaan Halus
• Sudut 30°
𝑎 = s / ∆𝑡 2
𝑎 = 0,6 / 1,102
𝑎 = 0,49 𝑚⁄𝑠 2
• Sudut 35°
𝑎 = s / ∆𝑡 2
𝑎 = 0,6 / 0,632
𝑎 = 00,63 𝑚⁄𝑠 2
• Sudut 40°
𝑎 = s / ∆𝑡 2
𝑎 = 0,6 / 0,682
𝑎 = 1,30 𝑚⁄𝑠 2
3. Mencari 𝝁𝒌
(a) Permukaan Kasar
• Sudut 30°
𝑎
𝜇𝑘 = tan 𝜃 𝑔 ×cos 𝜃
0,18
𝜇𝑘 = 0,5710 ×0,86
𝜇𝑘 = 0,01
• Sudut 35°
𝑎
𝜇𝑘 = tan 𝜃 𝑔 ×cos 𝜃
0,96
𝜇𝑘 = 0,7010 ×0.81
𝜇𝑘 = 0,05
• Sudut 40°
𝑎
𝜇𝑘 = tan 𝜃 𝑔 ×cos 𝜃
0,875
𝜇𝑘 = 0,8310 ×0,76
𝜇𝑘 = 0,09
(b) Permukaan Halus
• Sudut 30°
𝑎
𝜇𝑘 = tan 𝜃 𝑔 ×cos 𝜃
0,492
𝜇𝑘 = 0,5710 ×0,86
𝜇𝑘 = 0,03
• Sudut 35°
𝑎
𝜇𝑘 = tan 𝜃 𝑔 ×cos 𝜃
1,492
𝜇𝑘 = 0,710 ×0,81
𝜇𝑘 = 0,12
• Sudut 40°
𝑎
𝜇𝑘 = tan 𝜃 𝑔 ×cos 𝜃
1,282
𝜇𝑘 = 0,8310 ×0,76
𝜇𝑘 = 0,14
LITERATUR