Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gaya gesek selalu ada dalam kehidupan sehari-hari karena pada setiap
aktivitas yang dilakukan selalu ada sentuhan baik pada makhluk hidup
maupun benda mati. Secara Umum, gaya gesek adalah gaya yang melawan
gerak berarah melewati atau juga benda. Gaya gesek terjadi ketika permukaan
benda bersentuhan dengan permukaan benda lainnya. Aktivitas berjalan juga
dipengaruhi oleh gaya gesek antara kaki dengan lantai atau tanah. Hal tersebut
merupakan contoh penerapan gaya gesek yang selalu dilakukan setiap hari.
Tanpa adanya gaya gesek mungkin manusia tidak bisa berjalan diatas tanah.
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai gaya gesek diperlukan untuk menjalani
kehidupan sehari-hari. Pemahaman mengenai gaya gesek berguna untuk
menentukan dan menyesuaikan besar dan jenis gaya gesekan yang diperlukan
dalam suatu masalah dikehidupan sehari-hari.
Gaya gesekan terbagi atas dua jenis, yaitu gaya gesek antara dua
permukaan yang saling diam satu sama lain yang yang disebut dengan gaya
gesek statis (Fs), koefisien gesekannya disebut koefisien gesekan statis (µs) dan
gaya gesekan antara dua permukaan yang saling bergerak relatif disebut
dengan gaya gesek kinetik (Fk), koefisien gesekannya disebut koefisien gesekan
kinetts (µk). Akibat gesekan ini, maka muncul gaya gesek yang melawan gerak
benda atau arah kecendrungan benda bergerak, benda-benda yang dimaksud
disini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cairan
ataupun gas. Ada beberapa fenomena yang ditimbulkan akibat dari gesekan
misalnya timbulnya bunyi lengkingan pada area yang saling bergesekan, dan
munculnya getaran disekitar area yang saling bergesekan dan sebagainya.
Secara umum, gaya gesek adalah gaya yang melawan gerak berarah melewati
atau juga benda. Gaya gesek terjadi akibat dua permukaan yang saling
bersentuhan dan berlawanan arah.
Penentuan koefisien gesek kinetik langkah yang pertama yaitu dengan
menimbang bahan dan menyusun bahan sehingga sudut pada suatu Koefisien
gaya gesek kinetik ditentukan. Pada koefisien gesek dapat dilakukan dengan
percobaan menggunakan sebuah alat berupa satu set bidang miring. Yaitu
dengan meletakkan suatu benda atau bahan pada ujung bidang miring yang
sebelumnya sudah ditentukan kemiringan sudutnya. Kemudian benda dengan
massa tertentu tersebut diluncurkan sampai pada titik yang telah ditentukan.
Percobaan Ini dapat digunakan untuk suatu penentuan percobaan koefisien
gesek pada suatu benda baik statis maupun kinetik. Adanya koefisien gesek
pada suatu benda Ini dapat sangat berguna untuk menunjang kehidupan
manusia. Hal ini bisa saja digunakan dalam kegiatan sehari-hari. Contoh untuk
memudahkan pekerjaan mereka. Misalnya saja untuk alat menurunkan barang-
barang berat dari suatu ketinggian tertentu. Mereka bisa menggunakan atau
mempraktikan dengan kegiatan seperti ini.
Untuk mengembangkan sekumpulan pengetahuan tentang gesekan, tidak
cukup bagi mahasiswa hanya mempelajari konsep ataupun teorinya saja tetapi
pertu disertai dengan proses penyelidikan ilmiah. Hal ini didasarkan pada
pembelajaran fisika merupakan bagian dari ilmu sains. sains sendiri terdiri dari
dua aspek yaitu sains dikenal dengan penyelidikan ilmiah (proses) dan sains
yang dikenal dengan proses penyelidikan ilmiah tersebut salah satunya dapat
dilakukan dengan kegiatan pratikum. Cara agar seseorang memperoleh dan
mengembangkan sekumpulan pengetahuan yang dimilikinya ialah melalui
kegiatan pratikum. Hal ini didasarkan pada mahasiswa mampu merasakan
secara langsung adanya masalah mengembangkan hipotesis atau pertannyaan-
pertanyaan, merancang percobaan atau melakukan pengamatan untuk
menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan. Suatu kegiatan pembelajaran
akan semakin bermakna jika disertai dengan kegiatan pratikum. Gaya gesek
banyak sekali diperlukan dalam kehidupan sehari- hari. Tanpa adanya gaya
gesek mungkin mobil tidak akan melaju diatas lintasan, manusia juga tidak
bisa berjalan diatas tanah dan lain sebagainya. Oleh karena itu pengetahuan
mengenai gaya gesek diperlukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Pemahaman mengenal gaya gesek berguna untuk menentukan dan
menyelesaikan besar dan jenis gaya gesekan yang diperlukan dalam suatu
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan percobaan dalam pratikum ini yaitu:
1. Mempelajari gaya gesek.
2. Menentukan koefisien gesekan statis dan kinetik suatu benda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gaya merupakan besaran vektor yaitu besaran yang selain mempunyai
besar juga mempunyai arah. Munculnya gaya-gaya adalah dari interaksi antara
dua benda. Satuan gaya adalah newton (w). Gaya adalah konsep pokok ilmu
fisika. Bila kita mendorong atau menarik suatu benda dikatakan kita memberi
gaya pada benda tersebut. Salah satu gaya yang sering ditemui dalam
kehidupan sehari hari adalah gaya gesek. Gaya gesek merupakan dua buah
benda yang bereaksi akibat kontak langsung (sentuhan) dari permukaan benda-
benda tersebut. Jenis gesekan yang terjadi dapat berupa gesekan statis dan
gesekan kinetik, gesekan statis terjadi ketika benda berada pada keadaan diam
dan gesekan kinetik terjadi ketika benda sedang bergerak. Perbandingan nilai
gaya gesek statis maupun kinetis terhadap gaya normalnya, masing-masing
disebut sebagai koefisien gaya gesek statis dan koefisien gesek kinetis. Benda
diam cenderung memiliki gaya gerek statis yang berlawanan dengan arah
geraknya. Ketika benda yang berada diatas landasan diberi gaya yang sejajar
dan tidak bergerak, maka gaya gesek bernilai lebih besar dan nol hingga
mencapai nilai gesek statis maksimum. Gaya yang lebih besar dan gaya gerek
statik maksimum akan membuat benda bergerak, dengan demikian gaya-gaya
gesek yang bekerja akan berkurang besarnya (Amirudin dkk, 2018).
Karena gaya gesek statis bekerja untuk benda yang diam maka
berdasarkan hukum I newton, besar gaya gesek statis haruslah sama dengan
gaya luar yang bekerja pada benda Sehingga terpenuhi syarat. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa nilai gaya gesek statis bergantung pada gaya luar dan
tidak bernilai konstan. Adapun untuk gaya gesek kinetis nilainnya lebih kecil
dari gaya gesek statis maksimum. Besarnya gaya gesek terlihat dari sifat
permukaan yang disentuh. Sifat permukaan kontak dapat dinyatakan dalam
bentuk angka yang disebut koefisien gesekan yang dilambangkan dengan (µ).
Koefisien gesekan itu berkisar antara nol dan 1. Ada dua jenis darı koefisien
gesekan, yaitu koefisien gesekan statis (µs) dan Koefisien gesekan kinetik (µk).
Gaya gesek statis adalah gaya gesek yang terjadi pada saat benda diam,
dilambangkan dengan fs. Jika gaya gesek terus membesar, maka gaya gesek
Statis (fs) juga makin besar dan terus melawan gaya hingga suatu saat gaya
gesek statis mencapai nilai maksimumnya. Gesekan statis dari maksimum
adalah gaya yang terkecil yang dibutuhkan suatu benda untuk mulai bergerak.
Gaya gesek yang terjadi pada saat benda sedang diam disebut gaya gesek statis.
Gaya gesek yang terjadi saat benda selama benda sedang bergerak disebut gaya
gesek kinetik dilambangan dengan fk ( Shofiyah dan Wulandari, 2020).
Pengembangan set eksperimen fisika yang banyak dijumpai salah satunya
adalah set eksperimen bidang miring untuk menentukan koefisien gesek statis.
Diketahui bahwa penentuan koefisien gesek yang dapat dilakukan dengan tiga
cara, yaitu dengan menggunakan balok yang ditarik dengan katrol pada bidang
datar maupun pada bidang miring, balok yang meluncur pada bidang miring,
dan balok yang ditarik dengan katrol pada bidang miring. Pada saat balok tepat
akan meluncur, besar gaya gesekan fs, balok mengerjakan gaya tekan pada
permukaan bidang papan, akibatnya permukaan dari bidang papan melalui
gaya reaksi (gaya normal N) yang satuan besarnya sama dengan gaya tekan oleh
balok tetapi arahnya berlawanan. Benda berada diatas yang yang arahnya gaya
gesekan fs papan akan mengalami berlawanan dengan arah gerakan benda.
Perbandingan besarnya gaya gesekan statis fs maksimum dengan gaya normal
disebut koefisien gesrican statis dari permukaan suatu bidang. Dengan
demikian diperoleh persamaan untuk menentukan suatu dari koefisien gesekan
statis. Jika sudut kemiringan bidang diperbesar hingga mencapai nilai untuk
nilai tertentu, maka gaya gesek statis antar permukaan benda dan bidang
mencapai nilai yaitu nilai maksimum (Pramudito, 2019).
Adapun untuk gaya gesek kinetis nilainya relatif konstan dan biasanya
nilainya lebih kecil dari gaya gesek statis maksimum. Gaya gesekan kinetik
muncul dari interaksi dua permukaan yang bersentuhan karena adanya
pergeseran antara kedua dari permukaan yang bersentuhan. Benda bergerak ke
kanan relatif terhadap permukaan dibawahnya, sehingga muncul gaya gesekan
kinetik yang berarah ke kiri. Dengan suatu percobaan balok yang diletakkan
pada suatu bidang miring untuk mengetahui koefisien dari benda dengan
massa yang masing-masing berbeda. Arah gaya gesekan ini adalah berlawanan
dengan arah pergeseran. Pada saat suatu balok yang sedang bergerak diatas
permukaan suatu bidang miring mendapat gaya gesekan kinetik yang arahnya
berlawanan dengan arah gerak balok yang bergerak berbanding lurus dengan
suatu gaya normal. Salah satu cara mempelajari gaya gesek adalah dengan
meluncurkan sebuah benda pada sistem bidang miring. Sebuah benda yang
dietakkan pada bidang miring akan mencur selama komponen gaya besar pada
arah sejajar bidang miring lebih besar dari gaya gesek statis maksimum. Pada
dasarnya gaya gesek dipengaruhi oleh gaya normal dan koefisien gaya gesek (µ),
gaya normal muncul dari interaksi dua permukaan yang bersentuhan. Arahnya
tegak lurus permukaan (arah normal), fungsinnya menahan benda agar benda
tidak terjerumus masuk kedalam permukaan sebagai contoh balok yang
diletakkan pada bidang miring akan mendapatkan gaya normal yang arahnya
tegak lurus pada permukaan (Winingsih dan Hidayati, 2017).
Gaya gesek statis adalah gaya yang menahan material sehingga tidak
terjadi longsor nilai Fs sebanding degan gaya normal dan koefisien gesek dengan
Fs adalah gaya gesekan Statis. N adalah gaya normal dan µs adalah koefisien
gesekan staris dari material penyusun lereng. Pada kondisi setimbang, nilai Fs
besarnya sama dengan nilai pada kemiringan maksimum, nilai Fs merupakan
nilai terbesar yang menunjukan nilai koerisien gesek material tersebut, kefisien
gesek tergantung pada sudut kemiringan maksimum. Semakin besar sudut
maka semakin besar pula koefisien gesek statis antar material zat tersebut dan
selainnya, benda dengan koefisien gesek kecil akan memiliki sudut yang kecil,
sedangkan benda dengan koefisien gesek besar akan memiliki sudut yang besar.
Gaya gesek kinetis adalah gaya yang bekerja saat benda bergerak. Saat benda
diam hingga tepat akan bergerak gaya yang bekerja adalah gaya gesek statis
(GGS). Lalu saat benda mulai bergerak maka gaya yang bekerja adalah gaya
gesek kinetis (GGK) jika tidak terdapat GGK, maka suatu benda yang diberi
gaya akan selalu melaju dan tidak akan berhenti karena tidak ada gaya gesek
yang melambatkannya, seperti di luar angkasa koefisien gesekan kinetis
merupakan fungsi eksponensial terhadap luas alas pada benda yang bergelak di
lantai nilal ukur koefisien gesekan kinetik konsisten (Pamudito 2019).
Gaya gesek selalu timbul Jika lantai tidak licin atau koefisien gesekannya
tidak 0, semakin kasar tekstur lantai maka pada umumnya koefisien geseknya
makin besar, akan tetapi koefisien gesek sama sekali bukan ukuran kekasaran
lantai, akan tetapi ukuran kekasaran interaksi benda terhadap lantai, hal ini
berarti sebuah lantai dapat memberikan koefisien gesek yang berbeda pada dua
benda yang berbeda. Besaran koefisien gesek adalah nol sampai 1, nilai 1
berarti benda sama sekali tidak bisa bergerak dan nilai nol berarti benda tidak
mengalami gaya gesek sama sekali. Terdapat Sejumlah Jenis gesekan dalam
mekanisasi yaitu gesekan kering, gesekan fluida dan gesekan dalam. Gesekan
kering merupakan pertemuan dua permukaan yang tidak dapat pelumasan dari
dua benda yang kontak dengan kondis sliding atau cenderung bergeser. Jenis
gesekan ini sering disebut dengan gesekan coulomb. Gesekan fluida merupakan
gesekan yang terjadi apabila lapisan yang berdekatan dalam sebuah fluida
(cairan ataupun gas) bergerak pada kecepatan yang berbeda, gerakan ini akan
memberikan kenaikan gaya gesekan diantara elemen fluida dan gaya-gaya
tersebut tergantung pada kecepatan relatif antara lapisan lapisannya. Gesekan
dalam merupakan merupakan gesekan yang ditemukan pada semua material
padat yang diperuntukkan menerima beban siklik untuk material dengan
tingkat elastisitas tinggi, kejadian deformasi dengan kehilangan yang kecil
karena adanya gesekan internal (Saidah, 2022).
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Papan luncur berfungsi sebagai tempat terjadinya gesekan suatu
benda.
2. Tali dan katrol berfungsi sebagai alat pengangkat atau penarik
benda.
3. Seperangkat anak timbangan berfungsi sebagai acuan pada suatu
beban untuk menimbang berat sejumlah bahan yang dibutuhkan.
4. Busur berfungsi sebagai mengukur ukuran derajat suatu objek.
5. Mistar berfungsi sebagai alat mengukur panjang
3.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Balok kayu berfungsi sebagai benda untuk melakukan percobaan.
3.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu:
3.2.1 Koefisien gesekan statis.
1. Diletakkan papan luncur pada posisi horizontal dan gunakan
waterpass.
2. Dipasang katrol pada salah satu ujung papan.
3. Ditimbang massa balok Mo kemudian mengikatkan balok dengan
tali.
4. Diletakkan balok tersebut diatas bidang papan luncur.
5. Diberikan beban M1 pada tali, dengan beban merupakan gaya
yang bekerja pada balok. Kemudian catat hasil pengamatan pada
tabel 3-1.
6. Ditambahkan massa beban M1 pada M, Secara bertahap sampai
balok tepat pada saat meluncur (lakukan sebanyak 5 kali).
3.2.2 Koefisien gesekan kinetis
1. Ditimbang massa balok Mo dan diletakkan balok diatas bidang
papan peluncur yang miring.
2. Diberikan beban M1 pada tali, dengan beban merupakan gaya
yang bekerja pada balok.
3. Ditambahkan massa beban M1 pada M1 secara bertahap sampai
balok tepat meluncur, kemudian amati dengan teliti gerakan balok
dan ukur waktu lamanya balok meluncur diatas bidang miring.
4. Ditentukan juga panjang bidang miring yang dilalui oleh balok dan
ulangi percobaan sebanyak 5 kali dengan mengubah kemiringan
papan.
5. Dicatat semua data pengamatan pada table 3.2.
3.3 Gambar Alat
3.3.1 Papan Luncur

1
2
3
Keterangan:
1. Penyangga.
2. Alas.
3. Sudut kemiringan.
3.3.2 Tali dan Katrol

3 2

4
6
5

Keterangan:
1. Titik tumpu.
2. Lengan kuasa.
3. Lengan beban
4. Tali.
5. Gaya beban.
6. Gaya kuasa.
3.3.3 Seperangkat Anak Timbangan

Keterangan:
1. Anak timbangan.
3.3.4 Busur Derajat

1
5
2

4
3
Keterangan:
1. Garis vertical.
2. Sisi dalam lengkungan.
3. Titik pusat busur.
4. Garis horizontal.
5. Sisi luar lengkungan.
3.3.5 Mistar

Keterangan:
1. Skala utama.
2. Skala inci.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Koefisien Gesek Statis
N Massa Balok Beban Percepatan Gaya yang Koefisien
o (Kilogram) (Kilogram m Bekerja (N) Gesek (N)
Gravitasi( )
) s
1. 0,388 kg 0,05 kg m 0,49 N 0,128 N
9,8
s
2. 0,388 kg 0,07 kg m 0,68 N 0,180 N
9,8
s
3. 0.388 kg 0,15 kg m 1,47 N 0,386 N
9,8
s

4.1.2 Tabel Koefisien Gesek Kinetis (10º)


N Massa Balok Beban Percepatan Gaya yang Koefisien
o (Kilogram) (Kilogram m Bekerja (N) Gesek (N)
Gravitasi( )
) s
1. 0,388 kg 0,02 kg m 0,338 N 0,090 N
9,8
s
2. 0,388 kg 0,25 kg m 0,423 N 0,113 N
9,8
s
3. 0,388 kg 0,26 kg m 0,440 N 0,117 N
9,8
s

4.1.3 Tabel Koefisien Gesek Kinetis (15º)


N Massa Balok Beban Percepatan Gaya yang Koefisien
o (Kilogram) (Kilogram m Bekerja (N) Gesek (N)
Gravitasi( )
) s
1. 0,388 kg 0,02 kg m 0,505 N 0,137 N
9,8
s
2. 0,388 kg 0,25 kg m 0,632 N 0,172 N
9,8
s
3. 0.388 kg 0,26 kg m 0,657 N 0,179 N
9,8
s
4.2 Perhitungan
4.2.1 Koefisien Gesek Statis
A. Mbeban = 50 → 0,05 kg
Fs = Mbeban × g
= 0,5 kg × 9,8 m/s²
= 0,49 N
N = Mbalok × g
= 0,388 kg × 9,8 m/s²
= 3,8025 N
Ms = Fs
N
= 0,686 N
3,8024 N
= 0,128 N
B. Mbeban = 709 → 0,07 kg
Fs = Mbeban × g
= 0,07 × 9,8 m/s²
= 0, 686 N
N = Mbalok × g
= 0,388 kg × 9,8 m/s²
= 3, 8024 N
Ms = Fs
N
= 0,686
0,8024 N
= 0,1804 N
C. Mbeban = 150 kg → 0,15 kg
Fs = Mbeban × g
= 0,15 kg × 9,8 m/s²
= 1,47 N
N = Mbalok × gg
= 0,388 kg × 9,8 m/s²
= 3,8024 N
Ms = Fs
N
= 1,47 N
3,8024 N
= 0,386 N
4.2.2 Koefisien gesek kinetis ( θ = 10° )
A. Mbeban = 200g → 0,2kg
Fk = Mbeban × g.sin θ
= 0,2 kg × 9,8 m/s². sin 10°
= 0,2 kg × 9,8 m/s².0, 173
= 0,339 N
N = Mbalok × g. cos θ
= 0,388 kg × 9,8 m/s².0, 984
= 3,741 N
= 0.339 N
3,741 N
= 0,0906 N
B. Mbeban 250g → 0,2549
Fk = Mbeban × g sin θ
= 0,25 kg x 9,8 m/s². Sin 10°
= 0.25 kg x 9,8 m/s². 0,173
= 0,423 N
N = Mbalok x g . Cos θ
= 0,388x9 x 9,8 m/s². Cos 10°
= 0,388 kg x 9.8 m/s². 0,984
= 3,741 N
Mk = Fk
N
= 0,423 N
3,714 N
= 0,113 N
C. Mbeban = 260g → 0,26kg
Fk = Mbeban × g. Sin θ
= 0,26 x 9,8 m/s². Sin 10°
= 0,26kg x 9,8 m/s². 0,173
= 0,440 N
N = Mbalok × g. Cos θ
= 0,388kg × 9,8 m/s².cos 10°
= 0,388kg x 9,8 m/s2. 0,984
= 3,741 N
Mk = Fk
N
= 0,440 N
3,741N
= 0,117N
4.2.3 Koefisien gesek kinetis (θ = 15°)
A. Mbeban = 200kg → 0,2 kg
Fk = Mbeban × g. Sin θ
=0,2kg x 9,8 m/s². Sin 15°
= 0,2kg x 9,8 m/s². 0,258
= 0.505 N
N = Mbalok × 9.cos θ
= 0,388 kg x 9,8 m/s². Cos 15°
= 0,388 kg x 9,8 m/s². 0,96
= 3,669 N
Mk = Fk
N
= 0,505 N
3,669N
= 0,137 N
B. Mbeban = 250 g → 0.25kg

Fk = Mbeban x g.sin θ

= 0,25kg x 9,8 m/s².sin 15°

= 0.25kg x 9,8m/s². 0,258

= 0, 632 N
N = Mbalok × g. Cos θ

= 0.388kg x 9,8 m/s².cos 15°

= 0,388 kg x 9,8 m/s². 0.965

= 3.669 N

Mk = Fk

N
= 0,632 N
0,669 N
= 0,172 N
C. Mbeban = 260g → 0,26 kg
Fk = Mbeban × g. Sin θ
= 0,26 x 9,8 m/s². Sin 15°
= 0,26kg x 9,8 m/s². 0,258
= 0.657 N
N = Mbalok × g. Cos θ
= 0,388kg × 9,8 m/s².cos 15°
= 0,388kg x 9,8 m/s2. 0,965
= 3,669 N
Mk = Fk
N
= 0,657 N
3,669 N
= 0,179 N
4.3 Ralat
4.3.1 Koefesien Gesek Statis
a. Gaya Yang Bekerja (Fs)

Percobaan X (X- X ) (X- X )2


1 0,49 -0,392 0,152
2 0,686 -0,96 0,038
3 1,47 0,588 0,341
2,646 0,531

X 2,646
X =∑ = = 0,882
N 3

Rm =
√ ∑ x ( x−x ) ❑2
n−1

=
√ 0,531
3−1

=
√√
0,531
2
= 0,026
= 0,162

Rm
Rm = x100%
X
0,162
= x 100 %
0,882
= 0,184×100%
= 18,4%

b. Koefesien Gesek n s

Percobaan X ( x−x ¿ ¿ ( x−x )


1 0,128 -0,103 0,010
2 0,180 -0,051 0,026
3 0,386 0,155 0,024
0,0366

x=
∑ x = 0,696 = 0,231
n 3

Rm =
√ ∑ x ( x−x )
n−1

=
√ 0,231
2
= √ 0,0183
= 0,0135
Rm
Rm = ×100 %
x
0,0135
= ×100 %
0,231
= 5,84%
4.3.3 Koefesien Gesek Kinetis

a. Gaya Yang Bekerja ( f s ) → ( 0=15 ° )

Percobaan x ( x−x ) ( x−x )2


1 0,505 -0,093 0,008
2 0,632 0,034 0,001
3 0,657 0’59 0,003
1,339 0,012

x=
∑ x = 1,794 = 0,598
n 3

Rm= √
∑ x ( x −x )
n−1

=
√ 0,012
3−1

=
√ 0,012
2
= √ 0,06
= 0,24
Rm
Rm= x100%
x
0,24
= x100%
0,598
= 40,13%

1.
2.
3.
4.
4.1.
4.2.
4.3.
4.4. pembahasan
Pada praktikum kali ini, yaitu menentukan koefisien gesek bahan yang
diukur koefisien gesek statis dan koefisien gesek kinetis pada sebuah. Balok
yang di dapatkan pada hasil tabel sebelumnya, dalam percobaan kali ini untuk
menentukan gesek statis dan kinetis pada balok menggunakan alas yaitu,
suatu bidang miring dengan besar sudut yang berbeda, adapun beberapa alat
yang digunakan seperti, papan luncur, tali, katrol, anak timbangan, busur dan
mistar. Hal ini dilakukan untuk menentukan koefisien gesek statis dan
koefisien gesek kinetis, yang didapatkan dari hasil data pada tabel lembar
sebelumnya. Gaya gesek merupakan akumulasi mikro antar kedua permukaan
yang saling bersentuhan. Gaya gaya yang bekerja antara lain adalah
Elektrostatik pada masing-masing permukaan.
Pada saat suatu permukaan bidang miring yang halus akan menyebabkan
gaya gesek menjadi lebih kecil nilainya, dibandingkan dengan permukaan yang
kasar, permukaan suatu bidang miring yang kasar akan membuat gesekan
semakin besar. Sehingga kecepatan laju balok sedikit lambat atau lebih cepat,
balok yang permukaan licin atau halus. Pada saat mendorong suatu benda
secara terus menerus maka akan muncul arah gaya gesek yang membesar
sampai benda itu tepat bergerak, ketika benda tersebut bergerak gaya gesek
menurun sampai mencapai nilai yang tepat. Hal tersebut disebut dengan gaya
gesek kinetis maka suatu gaya gesek kinetis akan besar, ketika sudut
kemiringan itu rendah sedangkan semakin tinggi gaya gesekan semakin kecil
suatu landasan yang berbeda pula akan berpengaruh terhadap kecepatan
benda, dari titik awal menuju titik acuan. Terlihat di saat benda meluncur di
atas permukaan yang licin akan lebih cepat sampai ke titik acuan dibandingkan
pada benda yang permukaannya kasar.
Selain dipengaruhi oleh landasan permukaan yang dilewati, gaya gesek juga
dipengaruhi oleh sudut yang digunakan, dalam suatu hal percobaan di mana
diketahui dalam percobaan ini menggunakan dua sudut yang berbeda. Dari situ
terlihat bahwa, semakin tinggi atau semakin besar sudut yang digunakan maka
suatu benda itu akan meluncur sampai tepat dengan semakin cepat dari titik
awal ke titik akhir. Pada persamaan yang dibahas dapat diketahui bahwa
semakin kecil sudut yang digunakan, maka balok tersebut akan meluncur
semakin lambat dari titik awal menuju titik akhir. Waktu yang digunakan juga
akan cukup . Nilai sudut yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebesar
10 ° dan 15 ° dengan massa balok 388 g.
Penentuan nilai koefisien gesek statis pada balok dengan alas bidang
miring, akan terlebih dahulu mempersiapkan alat yang akan digunakan. Ada
beberapa anak timbangan yang dipakai, sebagai beban untuk praktikum ini
kemudian sebelum melakukan suatu percobaan tersebut, disiapkan alas bidang
miring yang akan dipakai dan sebuah katrol tersebut di ukur dan disesuaikan
dengan tinggi dari bidang miring. Jika sudah sesuai tinggi dari alat tersebut
kemudian mengenali balok dengan tali untuk dipasangkan ke katrol yang sudah
disetel ketinggiannya. Pada saat balok yang diletakkan di bidang miring dengan
posisi balok sudah diikatkan dengan tali, kemudian dihubungkan dengan katrol
tinggi dari suatu balok landasan bidang miring dari ujung balok tali yang
diikatkan harus sesuai atau sama dengan tinggi tali ke bidang miring di ujung
papanya. Ketika ketinggiannya sudah sama baru pada saat itu balok bisa
digunakan untuk percobaan tersebut, dengan digunakan ujung pada tali yang
sudah dipasang katrol dengan memberikan bebannya beban yang diberikan
sesuai dengan percobaan.
Penentuan nilai koefisien gesek statis pada balok dengan landasan papan
bidang miring akan dimulai dengan pemasukan data tabel di saat balok telah
mulai bergerak, yaitu pada saat diberi beban itu sebesar 50 g, penambahan
beban dilakukan beberapa kali dengan menambahkan anak timbangan sampai
balok bergerak, dan mulai tidak statis percobaan penambahan beban dilakukan
sebanyak lima kali, dengan data yang didapat sebanyak tiga kali dalam satu
percobaan. Pada saat penentuan koefisien gesekan statis dilakukan perlakuan
dengan balok bermassa 388 g ketika diberi dari masa 50 g balok tetap dalam
keadaan statis, kemudian ditambah berat beban sebesar 20 g balok tetap tidak
bergerak, ketika pada saat ditambahkan masa beban sebanyak 80 g balok
tersebut tetap statis, semakin banyak atau semakin berat beban yang ditambah
balok tersebut akan bergerak, percobaan ini berhenti ketika masa balok dipicu
dengan beban 120 g, keadaan balok bergerak atau menjadi kinetis, artinya
semakin besar masa beban pemberat maka semakin kecil koefisien gesek
statisnya. Pada percobaan selanjutnya yaitu penentuan koefisien gesek kinetis,
bidang papan luncur yang digunakan dalam keadaan miring percobaan
dilakukan pada sudut 10 ° dan 15 °. Semakin besar sudut yang digunakan
maka semakin besar koefisien dan jika sudut diperbesar, maka benda akan
lambat bergerak dari titik awal pada titik acuan. Masa balok dalam percobaan
ini juga menggunakan balok bermassa 388 g, hanya saja sudut yang digunakan
pada percobaan tersebut berbeda. Ketika akan melakukan percobaan ini perlu
untuk mengubah derajat bidang miring tersebut dengan ketinggian katrol juga
diubah sampai sama dengan tinggi bidang miring ke tali. Saat ketinggian tali ke
bidang miring sudah sama hal itu bisa dilakukan dengan pengukuran
menggunakan mistar atau penggaris.
ketika percobaan gaya gesek kinetis, di mana digantungkan sebuah beban
untuk menarik benda atau balok kayu agar bergerak ke titik acuan. Pada saat
itu massa beban juga berpengaruh pada kecepatan benda untuk bergerak dari
titik awal ke titik acuan. Beban diberikan secara bertahap hingga balok tersebut
bergerak, ketika diberi beban 200 g dengan sudut 10 °, balok tersebut
kemudian bergerak lalu ditambahkan massa beban yang digantung sampai tiga
kali. Mendapatkan data dengan sudut 15 ° beban massanya juga mendapati
lebih dari 200 g agar balok tersebut dapat bergerak ke titik acuan. Dari situ
didapatkan koefisien kinetis yang berbeda beda dengan semakin besar sudut
yang digunakan maka semakin besar pula koefisien geseknya.
Sesuai dengan hukum dua newton, dibuktikan bahwa massa dan
percepatan berbanding lurus. Pada saat sudut kemiringan bidangnya lebih
besar, benda yang lebih berat dikarenakan terjadi tekanan pada bidang miring
dengan berat benda yang menyebabkan hambatan. Sedangkan benda yang lebih
ringan akan mengalami tekanan. Pada bidang lebih kecil yang menghasilkan
sudut lebih kecil pula kecepatannya lebih cepat yang ringan, karena berat balok
juga mempengaruhi tekanan balok ke bidang kasar, sehingga gesekan semakin
besar jadi gravitasi yang mempengaruhi gesekan dan pengaruh terhadap
kecepatan umumnya. Gaya gesekan sering ditemui atau dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari. Ralat yang digunakan sebagai acuan kesalahan saat
pratikum telah di dapatkan berupa ralat mutlak (rm). Massa beban akan
berbanding terbalik dengan kecepatan balok, berdasarkan hasil percobaan,
ketika dilakukan penambahan beban maka kecepatan semakin berkurang. Hal
ini disebabkan karena ketika beban ditambahkan balon akan semakin cepat
melakukan peluncuran, pada bidang seperti yang sudah dijelaskan bahwa
waktu akan berbanding terbalik dengan kecepatan, ketika suatu benda
meluncur dalam waktu yang cepat maka kecepatan benda tersebut akan
melambat.
Pada gaya gesekan statis massa balok dengan kecepatan berbanding lurus,
artinya kedua massa dan benda ini saling mempengaruhi satu sama lain, bila
massa balok yang digunakan ringan maka benda akan diam, sehingga
kecepatannya iyalah nol artinya benda yang diam akan tetap diam selama
jumlah gaya yang bekerja pada benda tersebut sama dengan nol begitu juga ada
kaitannya saat benda bergerak yaitu dengan persamaan hukum newton iii
maka dari penjelasan yang sudah dipaparkan bahwa benda yang bekerja gaya
gc kan statis nya atau gaya gc kan kinetis nya tergantung pada seberapa besar
gaya yang bekerja pada benda khusus untuk gaya gc kan statis sebenarnya
memiliki nilai dari minimum hingga nilai maksimum nya yaitu ketika benda
bergerak gaya luar dengan gaya gc kan yang mempengaruhi benda yang dalam
keadaan diam pengaruh jarak juga mempengaruhi benda pada koefisien
gesekan.
pada bidang kasar benda akan sulit bergerak karena gaya yang diberikan
pada tali sangat kecil sehingga benda akan sulit bergerak seperti yang terjadi
saat mendorong benda misalkan sebuah benda diluncurkan di tempat bidang
miring yang kasar lebih sulit untuk meluncur dibandingkan sebuah benda yang
diluncurkan dari bidang miring yang mulus atau licin, artinya gaya gesek benda
akan menarik benda ke arah yang berlawanan sehingga pada percobaan
digunakan papan luncur yang mulus dan licin untuk memperkecil gaya gesek
pada bidang miring, gaya yang bekerja antara lain gaya berat, gaya normal
gaya tegangan tali dan juga gaya gesek. Gaya normal yang disimbolkan dengan
(n) adalah gaya yang selalu mengarah ke atas dari pusat benda. Gaya normal
termasuk dalam gaya kontak pada bidang miring, gaya normal dipengaruhi oleh
massa dan percepatan gravitasi bumi serta besarnya sudut, sedangkan pada
bidang horisontal, gaya normal hanya dipengaruhi oleh masanya dan
percepatan gravitasi bumi. Peranan dari gaya normal terhadap gerak benda
yang sudah diketahui bahwa, gaya normal akan semakin besar jika gaya gesek
akan semakin besar. Gaya normal dapat dikatakan berbanding lurus dengan
gaya gesek, gaya tegangan yang berada pada tali meregang pada saat
dihubungkan pada sebuah benda, ini dapat mempengaruhi cepatnya balok
pada saat katrol diberi sejumlah beban yang berbeda, maka tali akan meregang
dan akan menarik balok dari atas papan menuju katrol sedangkan gaya gesek
benda akan menarik benda ke arah yang berlawanan.Ketika benda digerakkan
ke kanan maka arah gaya geseknya akan ke kiri dan begitu juga sebaliknya.
Ketika dua benda saling bersinggungan satu dengan yang lainnya, apabila
diamati pergerakannya seperti dilawan oleh suatu gaya. Koefisien gesek antara
permukaan secara normal meningkat dengan meningkatnya temperatur dan
menurunnya beban. Hilangnya energi pada gesekan dapat mendorong kearah
meningkatnya temperatur atau deformasi kontak area. Ketika tidak ada gerakan
yang terjadi, gaya gesek dapat memiliki nilai dari nol hingga gaya gesek
maksimum. Setiap gaya yang lebih kecil dari gaya gesek maksimumyang
berusaha untuk menggerakkan salah satu benda akan dilawan oleh gaya
gesekan yang setara dengan besar gaya tersebut namun berlawanan arah.
Setiap gaya yang lebih besar dari gaya gesek maksimum akan menyebabkan
gerakan terjadi. Nilai koefisien gesekan baik koefisien gesek statis maupun
kinetis tidak pernah lebih dari 1. Selain itu, besar koefisien gesek statis
umumnya selalu lebih besar dari pada koefisien gesek kinetis.
EVALUASI

A. Koefesien Gesekan Statis


1. Plotah grafik hubungan antara gaya tegangan pada tali T dengan
gaya normal N.
2. Tentukan koefesien gesekan statis dan grafik
f s 0,49 N
X1ms= = = 0,128N
N 3,802 N
f s 0,686 N
X2ms= = = 0,11804N
N 3,8024 N
fs 1,47 N
X3mS= = = 0,386N
N 3,8024 N

B. Koefesien Gesek Kinetis


1. Plotah grafik hubungan antara gaya pergerak F dengan gaya normal
N
2. Tentukan koefesien gerakan kinetik dan grafik
fk
mk1=
N
0,339 N
=
3,741
= 0,0906N
fk
mk2=
N
0,423 N
=
3,741 N
= 0,113N
fk
mk3=
N
0,440 N
=
3,741 N
= 0,117N
fk
mk4=
N
0,505 N
=
3,669 N
= 0,137N

fk
mk5=
N
0 , 632 N
=
3,669 N
= 0,172N
fk
mk6=
N
0,657 N
=
3,669 N
= 0,179N
DAFTAR PUSTAKA
Amirudin,D., R.B.Astro., S.Humairo dan S.Viridi. 2018. Pengaruh Luas
Permukaan Benda Terhadap Koefisien Gesek Statis Dan Kinetis Pada
Bidang Miring Dengan Menggunakan Video Tracker. Jurnal Seminar
Nasional Fisika. 7(2): 91-97.
Pramudito,S. 2019. Diktat Fisika PPKU. Bogor: IPB Press.
Saidah,A. 2019. Buku Ajar Mekanika dan Aplikasinya. Jawa timur: PT Penersit
IPB.
Shofiyah,N. dan F.E Wulandari. 2020. Buku Ajar Gerak Dan Perubahan.
Sidoarjo: Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Tiandho,Y. 2018. Miskonsepsi Gaya Gerak Pada Mahasiswa. Jurnal Pendidikan
Fisika Dan Keilmuan. 4(1): 1-9.
Winingsih,P.H. dan H. Hidayati. 2017. Eksperimen Gaya Gesek Untuk Menguji
Nilai Koefisien Gesek Statis Kayu Pada Kayu Dengan Program Matlab.
Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. 3(2): 121-126.

Anda mungkin juga menyukai