Aismuh Kelp 12
Aismuh Kelp 12
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
Dengan judul Masalah Harta serta Jabatan. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
menambah pengetahuan kepada pembaca di bidang agama Islam, khususnya dalam peran
harta serta jabatan dalam kehidupan manusia. Di samping itu, makalah ini diajukan guna
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama.
Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus sadar akan
keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk menjadi lebih baik, dan
tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan guna keluar dari kebodohan
imannya dan menuju peningkatan nilai dan kecerdasan takwa dirinya kepada Sang Maha
Pencipta.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini. Dengan segala
kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran.
Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata.
Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin mengembangkan kepribadian
dirinya. Amin.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................................................2
BAB I.....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................3
BAB II....................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................................4
A. Pengertian Harta Dan Jabatan................................................................................................4
B. Pandangan Islam Mengenai Harta..........................................................................................5
C. Cara-Cara Memperoleh Harta yang Halal.............................................................................7
D. Sikap terhadap Harta dan Jabatan.......................................................................................11
E. Pendayagunaan Harta dan Jabatan di Jalan Allah.............................................................12
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP............................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.............................................................................................................................14
B. Saran........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Harta dan jabatan merupakan dua hal yang yang akrab dalam kehidupan kita
sehari-hari, juga saling berhubungan satu sama lain. Harta dapat membuat orang
punya jabatan, sebaliknya jabatan kadang-kadang dikejar orang untuk
memperoleh harta. Sebagai “diin Allah” yang nenjadi rahmat bagi semesta alam
sudah barang tentu Islam memiliki perhatian yang sangat serius dan mempunyai
tata aturan yang jelas mengenai harta dan jabatan. Harta dan jabatan dapat
mengantarkan seseorang kepada kemuliaan, tetapi dapat pula membuat
seseorang menjadi hina. Tergantung bagaimana manusia itu memandang dan
menyikapinya.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari harta?
2. Untuk mengetahui apa itu Harta Halal dan Haram?
3. Untuk mengetahui cara memperoleh Harta?
4. Untuk mengetahui apa pengertian dari jabatan?
BAB II
PEMBAHASAN
Harta atau al maal menurut Wahbah Zuhaili, didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dapat mendatangkan ketenangan dan dapat dimiliki manusia dengan sebuah upaya baik itu
berupa zat maupun manfaat. Menurut Hanafiyah, al maaladalah sesuatu yang mungkin
dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan. Pendapat Mayoritas Ulama, al maaladalah segala
sesuatu yang memilki nilai dimana bagi orang yang merusaknya, berkewajiban untuk
menanggung atau menggantinya.
Dalam Al-Qur’an bahwa harta adalah perluasan hidup. Pada Al-Qur’an surat AL Kahfi:
46 dan surat An-Nisa: 14 dijelaskan bahwa kebutuhan manusia terhadap harta sama dengan
kebutuhan manusia terhadap anak atau keturunan, maka kebutuhan manusia terhadap harta
adalah kebutuhan yang mendasar.
Manusia bukan pemilik mutlak terhadap harta, kepemilikan manusia terhadap harta
dibatasi oleh hak-hak Allah, ini terlihat dari kewjiban manusia mengeluarkan sebagian kecil
hartanya untuk berzakat dan ibadahlainnya. Cara-cara pengambilan manfaat harta mengarah
kepada kemakmuran bersama, pelaksanannya dapat diatur oleh masyarakat melalui wakil-
wakilnya. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum, dengan syarat pemiliknya
mendapat imbalan yang wajar, masyarakat tidak boleh mengganggu dan melanggar
kepentingan pribadi, selama tidak merugikan orang lain dan mayarakat, karena pemilikan
manfaat berhubungan serta dengan hartanya, maka pemilik boleh untuk memindahkan hak
miliknya kepada orang lain, misalnya dengan cara menjualnya, menghibahkannya dan
sebagainya.
Menurut bahasa, jabatan artinya sesuatu yang dipegang, sesuatu tugas yang diemban.
Semua orang yang punya tugas tertentu, kedukan tertentu atau terhormat dalam setiap
lembaga atau institusi lazim disebut orang yang punya jabatan.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menggambarkan tentang jabatan, baik yang
menunjukkan kebaikan seperti ayat-ayat tentang Nabi Yusuf maupun yang menunjukkan
keburukan seperti ayat-ayat tentang Fir’aun, Qarun dan sebagainya. Dalam surat Al-Haqqah
Allah SWT menyatakan bahwa pejabat yang tidak beriman itu di akhirat kelak akan
mengatakan bahwa lepas sudah jabatannya (yang sewaktu di dunia ia miliki).
Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-mata karena
kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari Allah, juga sejatinya bukan
dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga buat kemaslahatan orang lain.
Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka harus dijaga dan dijalankan atau dipelihara
dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu saat akan dipertanggung-jawabkan di hadapan
Allah SWT.
Bagi yang mempunyai kompetensi atau keahlian dan mempunyai visi misi yang maslahat
kelak dalam jabatannya, maka boleh meminta jabatan, dengan ketentuan bahwa ia juga tidak
boleh terlalu percaya akan keahliannya, sebaliknya jabatan atau menjaga amanah bagi yabg
tidak punya kompetensi atau keahlian, oleh Allah disebut sebagai perilaku zhalim dan bodoh,
sebagaimana Firman allah pada Surat Yusuf ayat 54 dan 55 serta Surat Al-Ahzab ayat 72 :
Artinya:
54. dan raja berkata: "Bawalah Yusuf kepadaKu, agar aku memilih Dia sebagai orang yang
rapat kepadaku". Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan Dia, Dia berkata:
"Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan Tinggi lagi
dipercayai pada sisi kami".
55. berkata Yusuf: "Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah
orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan".
Artinya:
72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat
zalim dan Amat bodoh.
” Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang
kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Rabb-ku, mengapa
Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku
dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?"
Apabila harta telah dibelanjakan di jalan Allah, maka kebaikan/pahalanya akan mengalir terus
sehingga dapat dikatakan sebagai aset yang permanen, terutamabila yang
dibelanjakanitubertahan lama zatnyaatau yang disebut sebagai wakaf, ini sesuai dengan sabda
Nabi SAW yang berbunyi:
Dari Abu Hurairahra berkata ,Nabi saw bersabda : Apabila manusia telah meninggal dunia
maka terputuslah (pahala) amalnya kecuali dari 3 hal, yaitu: Ilmu yang dimanfaatkan,
sodakoh yang mengalir untuknya atau anak soleh yang mendoakan untuk kebaikannya. HR
Ad-Darimi dan tirmidzi. (Sunan Darimi 1/462 dan sunan tirmidzi 3/53..Sanadnya sohih.)
Jabatan juga harus digunakan secara baik dan penuh amanah, sebab di hari akhirat kelak
jabatan itu akan dipertanggung-jawabkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-
Israk ayat 13 dan 34 yang berbunyi:
13. dan tiap-tiap manusia itutelah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya
kalung) pada lehernya. dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang
dijumpainya terbuka.
34. Dan penuhilah janji sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggunganjawabnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Harta atau al maal menurut Wahbah Zuhaili, didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dapat mendatangkan ketenangan dan dapat dimiliki manusia dengan sebuah upaya baik itu
berupa zat maupun manfaat. Menurut Hanafiyah, al maaladalah sesuatu yang mungkin
dimiliki, disimpan dan dimanfaatkan. Pendapat Mayoritas Ulama, al maaladalah segala
sesuatu yang memilki nilai dimana bagi orang yang merusaknya, berkewajiban untuk
menanggung atau menggantinya.
Manusia bukan pemilik mutlak terhadap harta, kepemilikan manusia terhadap harta
dibatasi oleh hak-hak Allah, ini terlihat dari kewjiban manusia mengeluarkan sebagian kecil
hartanya untuk berzakat dan ibadahlainnya. Cara-cara pengambilan manfaat harta mengarah
kepada kemakmuran bersama, pelaksanannya dapat diatur oleh masyarakat melalui wakil-
wakilnya. Harta perorangan boleh digunakan untuk umum, dengan syarat pemiliknya
mendapat imbalan yang wajar, masyarakat tidak boleh mengganggu dan melanggar
kepentingan pribadi, selama tidak merugikan orang lain dan mayarakat, karena pemilikan
manfaat berhubungan serta dengan hartanya, maka pemilik boleh untuk memindahkan hak
miliknya kepada orang lain, misalnya dengan cara menjualnya, menghibahkannya dan
sebagainya.
Hakikat harta dan dan jabatan adalah merupakan amanah dan karunia Allah. Disebut
sebagai amanah Allah karena harta dan jabatan tersebut didapat bukan semata-mata karena
kehebatan seseorang, tetapi karena berkah dan karunia dari Allah, juga sejatinya bukan
dimaksud untuk kesenangan pribadi pemiliknya, tetapi juga buat kemaslahatan orang lain.
Karena harta dan jabatan adalah amanah, maka harus dijaga dan dijalankan atau dipelihara
dan dilaksanakan dengan benar, sebab satu saat akan dipertanggung-jawabkan di hadapan
Allah SWT.
B. Saran
Sehubungan dengan itu, maka harta dan jabatan hendaklah digunakan bahkan
didayagunakan di Jalan alah, yakni dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab dan sesuai
dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. Harta misalnya hendaklah digunakan selain
untuk kemaslahatan kehidupan duniawi, juga harus digunakan sebagai infak atau belanja
untuk akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
http://reza-rahmat.blogspot.co.id/2012/06/kedudukan-harta-dalam-islam.html
http://lppkk-umpalangkaraya.blogspot.com/2014/09/materi-12-harta-dan-jabatan-
menurut.html