Anda di halaman 1dari 3

Nama : Asmita Yati (1886206015)

kelas : 3A PGSD

Matkul : Filsafat Pendidikan

Dosen : Desi Hermawati, S. Hut., M. Pd.

Nama permainan : Egrang

Egrang adalah alat permainan tradisional yang terbuat dari dua


batang bambu dengan ukuran selengan orang dewasa, sedangkan
untuk tumpuan bawah bambunya agak besar. Permainan ini sudah
tidak asing lagi, meskipun diberbagai daerah dikenal dengan nama
berbeda-beda. Saat ini juga sudah mulai sulit ditemukan, baik di desa
maupun di kota. Permainan engrang sendiri sudah ada sejak dahulu
kala dan merupakan permainan yang membutuhkan keterampilan
dan kesemimbangan tubuh.

Egrang adalah permainan tradisional Indonesia yang belum


diketahui secara pasti dari mana asalnya, tetapi dapat dijumpai di
berbagai daerah dengan nama yang berbeda-beda seperti : wilayah
Sumatra Barat dengan nama Tengkak-tengkak, dari kata Tengkak
(pincang), Ingkau yang dalam bahasa Bengkulu berarti sepatu bambu
dan di daerah Jawa Tengah dengan nama Jangkungan yang berasal
dari burung berkaki panjang. Engrang sendiri berasal dari bahasa
Lampung yang berarti terompah pancung yang terbuat dari bambu
bulat panjang. Dalam bahasa Banjar di Kalimantan Selatan disebut
Batungkau.

Permainan Egrang sendiri sangat unik karena dibutuhkan


keterampilan dan keseimbangan tubuh bila menaikinya, maka tidak
semua orang baik orang dewasa maupun anak-anak bisa bermain
Egrang. Bentuk Egrang disesuaikan dengan umur si pemakainya, bila
yang bermain orang dewasa maka pembuatannya pun panjang dan
tinggi, sedangkan untuk anak-anak bentuk dan ukurannya pun
pendek.

Egrang dibuat dengan batang bambu dengan panjang kurang


lebih 2,5 meter. sekitar 50cm dari bawah, dibuat tempat pijakan kaki
yang rata dengan lebar kurang lebih 20cm. Permainan Egrang dapat
dikategorikan sebagai permainan anak-anak. Pada umumnya
permainan dilakukan oleh anak laki-laki yang berusia 7-13 tahun,
jumlah pemainnya 2-6 orang.

Permainan Egrang tidak membutuhkan tempat (lapangan) yang


khusus, ia dapat dimainkan dimana saja, asalkan diatas tanah. Jadi
dapat di tepi pantai, ditanah lapang atau di jalan. Luas arena
permainan hanya sepanjang 7-15 meter dan lebar 3-4 meter.
Peralatan yang dignakan adalah dua batang bambu bata (volo vatu)
yang relatif lurus dan sudah tua dengan panjang masing-masing
antara 1,5-3 meter.

Aturan permainan egrang, dapat dibagi menjadi dua, yakni


perlombaan lari dan pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan
cara saling memukulkan kaki-kaki bambu. Perlombaan adu kecepatan
biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia 7-11 tahun dengan
jumlah 2-5 orang sedangkan, permainan untuk saling menjatuhkakn
lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia 11-15 tahun
dengan menggunakan sistem kompestisi.

Jalannya permainan, apabila permainan hanya berupa adu


kecepatan (lomba lari), maka di awali dengan berdirinya 3-4 pemain
digaris start sambil menaiki bambu masing-masing. Bagi anak-anak
yang kurang tinggi atau baru belajar bermain egrang, ,mereka dapat
menikinya dari tempat yang agak tinggi atau menggunakan tangga
dan baru berjalan ke arah garis start. Apabila telah siap, orang lain
yang tidak ikut bermain akan memberikan aba-aba untuk segera
memulai permainan. Mendengar aba-aba itu para pemain mulai
berlari menuju garis fisish. Pemain yang lebih dahulu menuju garis
finish dinyatakan sebagai pemenangnya.

Sedangkan apabila permainan bertujuan untuk mengadu


bambu masing-masing pemain, maka diawali pemilihan dua orang
pemain yang dilakukan secara musyawarahh/mufakat. Setelah itu,
mereka akan berdiri berhadapan. Apabila usdha siap, peserta lain
yang belum dapat giliran bermain akan memberikan aba-aba untuk
segera memulai permianan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain
akan mulai mengaduan bambu yang mereka naiki. Pemain yang
dapat menjatuhkan lawan dari bambu yang dinaikinya dinyatakakn
sebagai pemenangnya.

Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah


kerja keras, keuletan, dan sportivitasa. Nilai kerja keras tercermin dari
semangat para pemain yang berusaha agar dapat mengalahkkan
lawannya. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang
digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan
agar seimbang dan mudah digunakan untuk berjalan. Dan nilai
sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap apara pemain yang tidak
berbuat curang saat berlangsungnya permainan, teatapi juga mau
menerima kekalahan dengan lapang dada.

Anda mungkin juga menyukai