Anda di halaman 1dari 35

Anti Inflamasi Steroid

Inflamasi (Radang)
• Radang atau inflamasi adalah satu dari respon utama sistem
kekebalan terhadap infeksi dan iritasi.
• Inflamasi distimulasi oleh faktor kimia (histamin, bradikinin,
serotonin, leukotrien, dan prostaglandin) yang dilepaskan
oleh sel yang berperan sebagai mediator radang di
dalam sistem kekebalan untuk melindungi jaringan sekitar
dari penyebaran infeksi.
mediator inflamasi Terdeteksi oleh tubuh Permeabilitas sel keluarnya cairan ke
(misal terdapat luka) meningkat tempat inflamasi

aliran darah dipacu ke sehingga vasodilatasi (pelebaran)


tempat tersebut pembuluh darah perifer
terjadi
pembengkakan
timbul warna merah dan terjadi
migrasi sel-sel darah putih
Rangsangan yang tidak mengenakkan (Noxius Stimulus)

Gangguan membran sel

Fosfolipid Enzim Fosfolipase

Asam Arakhidonat

Enzim Lipooksigenase Enzim Siklooksigenase (COX)

Leukotrien Prostaglandin (COX2) Tromboxan (COX1)


• Bagian tubuh yang mengalami peradangan memiliki tanda-
tanda sebagai berikut:
1. Kemerahan (rubor)
2. Rasa panas (kalor)
3. Rasa sakit (dolor)
4. Pembengkakan (tumor)
5. Fungsiolaesa
• Anti inflamasi adalah obat yang dapat menghilangkan radang
yang disebabkan bukan karena mikroorganisme (non infeksi)
Obat ini terbagi atas-dua golongan, yaitu:
1. Golongan anti inflamasi non steroid (AINS)
Contoh : Parasetamol, aspirin, antalgin/metampiron, asam
mefenamat, ibuprofen
2. Golongan steroid
Contoh : hidrokortison, deksametason, prednison
Anti Inflamasi Steroid
• Obat ini merupakan antiinflamasi yang sangat kuat, karena obat-obat
ini menghambat enzim phospholipase A2 sehingga tidak terbentuk
asam arakidonat. Asam arakidonat tidak terbentuk berarti
prostaglandin juga tidak akan terbentuk.
• Senyawa steroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki
struktur kimia tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan
satu cincin siklopentana. Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara
alami oleh korteks adrenal tubuh dikenal dengan nama senyawa
kortikosteroid.
• Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan
aktifitasnya, yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid.
• Glukokortikoid memiliki peranan pada metabolisme glukosa (kortisol
atau hidrokortisol)
• Mineralokortikosteroid memiliki retensi garam (aldosteron)
• Telah banyak disintetis glukokortikoid sintetik, yang termasuk
golongan obat yang penting karena secara luas digunakan terutama
untuk pengobatan penyakit-penyakit inflasi. Contohnya antara lain
adalah deksametason, prednison, metil prednisolon, triamsinolon dan
betametason.
• Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintetis
protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma
secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi
dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan
membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami
perubahan komformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan
dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintetis
protein spesifik.
• Mekanisme kerja obat dari golongan steroid adalah menghambat
enzim fospolifase sehingga menghambat pembentukan
prostaglandin maupun leukotriene
• Berdasarkan masa kerjanya golongan kortikosteroid dibagi menjadi :
1. Kortikosteroid kerja singkat dengan masa paruh < 12 jam, yang
termasuk golongan ini adalah kortisol/hidrokortison, kortison,
kortikosteron, fludrokortison
2. Kortikosteroid kerja sedang dengan masa paruh 12 – 36 jam, yaitu
metilprednisolon, prednison, prednisolon, dan triamsinolon.
3. Kortikosteroid kerja lama dengan masa paruh > 36 jam, adalah
parametason, betametason dan deksametason.
Obat-obat Kortikosteroid (Dexamethason)
• Deksametason (dexamethasone) adalah obat steroid jenis
glukokortikoid sintetis yang digunakan sebagai agen anti alergi,
imunosupresan, anti inflamasi dan anti shock yang sangat kuat.
• Bentuk Sediaan: umumnya dipasarkan berupa tablet atau kaplet 0.5
mg atau 0.75 mg. Sediaan injeksi obat ini biasanya dengan kadar 5
mg / 5 ml.
• Indikasi
Berbagai kondisi inflamasi, misalnya radang reumatik, radang usus, radang
pada ginjal, radang pada mata, radang karena asma dan radang pada
tempat lainnya
Menangani shock anafilaktik alergi dalam dosis tinggi
Mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh dalam proses pencakokkan
organ
Bisa juga digunakan untuk pasien kanker, sebagai terapi pendukung
kemoterapi. Obat ini bisa menangkal perkembangan edema pada pasien
tumor otak
diberikan pada ibu hamil yang memiliki resiko melahirkan secara prematur
Para pendaki gunung yang mengalami high-altitude cerebral edema
(HACE), atau high-altitude pulmonary edema (HAPE), sering menggunakan
obat ini
Diberikan secara injeksi sering digunakan sebagai pertolongan pada kondisi
darurat untuk penyelamatan nyawa
• Kontra Indikasi
Jangan menggunakan deksametason (dexamethasone) untuk
pasien yang memiliki riwayat hipersensitif pada obat golongan
kortikosteroid.
Sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang menderita tukak
lambung, osteoporosis, diabetes melitus, infeksi jamur sistemik,
glaukoma, psikosis, psikoneurosis berat, penderita TBC aktif, herpes
zoster, herpes simplex, infeksi virus lain, sindroma Cushing dan
penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
• Efek Samping
Meningkatkan pembentukan glukosa dari protein. Hal ini menyebabkan
peningkatan kadar gula dalam darah sehingga pemberian obat ini pada
penderita diabetes melitus sebaiknya dihindari.
Penggunaan protein dalam proses pembentukan glukosa, juga
menyebabkan pengeroposan tulang karena matriks protein penyusun
tulang menyusut drastis. Oleh karena itu penggunaan deksametason
(dexamethasone) pada pasien yang memiliki resiko besar seperti usia
lanjut sangat tidak dianjurkan. Untuk anak-anak, hal ini dapat
menghambat pertumbuhan, khususnya pertumbuhan tulang.
Mempengaruhi proses metabolisme lemak termasuk distribusinya di
dalam tubuh. Hal ini menyebabkan efek di beberapa bagian tubuh seperti
wajah yang kelihatan lebih tembem
Menurunkan fungsi limfa yang mengakibatkan sel limfosit berkurang dan
mengecil. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan sistem
kekebalan tubuh
• Dosis
Dosis lazim dewasa untuk anti inflamasi, asma akut dan mountain sickness akut
Oral, injeksi intravena dan intramuskular (sebagai natrium fosfat) : 0.75 - 9 mg / hari dalam
dosis terbagi setiap 6 – 12 jam
Dosis lazim dewasa untuk cerebral edema
Dosis awal : 10 mg injeksi intravena sekali, kemudian 4 mg intramuskular setiap 6 jam
sampai gejala cerebral edema mereda. Dosis boleh dikurangi setelah 2 – 4 hari, dan
dihentikan secara bertahap selama 5 – 7 hari.
Dosis lazim dewasa untuk mual atau muntah akibat kemoterapi atau pasca operasi
Pencegahan :10 mg – 20 mg secara oral atau injeksi intravena, 15 – 30 menit sebelum
pengobatan pada setiap hari pengobatan.
Untuk kemoterapi melalui continuous infusion : 10 mg secara oral atau injeksi intavena
setiap 12 jam pada setiap hari pengobatan.
Untuk terapi emetogenikringan : 4 mg oral, injeksi intravena atau intramuskular setiap 4 – 6
jam.
Dosis lazim dewasa untuk Syok
Addisonian krisis / shock : 4-10 mg injeksi intravena sebagai dosis tunggal, ulangi jika perlu.
Unresponsif Syok : 1-6 mg/kg injeksi intravena sebagai dosis tunggal atau sampai dengan 40
mg sebagai dosis awal dan diulangi setiap 2 – 6 jam jika syok berlanjut.
• Dosis
Dosis lazim dewasa untuk multiple myeloma
Oral, injeksi intravena : 40 mg / hari, hari 1-4, 9-12, dan 17-20, diulang
setiap 4 minggu (tunggal atau sebagai bagian dari rejimen terapi).
Dosis lazim dewasa biasa untuk multiple sclerosis
Oral : 30 mg / hari selama 1 minggu, diikuti oleh 4 – 12 mg / hari selama 1
bulan.
Dosis lazim pediatric untuk cerebral edema
Dosis awal : 1-2 mg/kg sekali secara oral, intravena atau intamuskular.
Pemeliharaan : 1 – 1.5 mg/kg/hari, dalam dosis terbagi setiap 4 – 6 jam
selama 5 hari kemudian kurangi dosis secara bertahap selama 5 hari,
kemudian hentikan. Dosis maksimum: 16 mg/ hari.
Dosis lazim pediatric untuk anti inflamasi
0.08-0.3 mg / kg / hari atau 2.5-5 mg / m2 / hari dalam dosis terbagi setiap
6 – 12 jam.
Dosis lazim pediatric untuk Asma akut
Oral, intravena, intramuskular: 0.6 mg / kg sekali (dosis maksimum : 16 mg)
Obat-obat Kortikosteroid (Tramadol)
• Setelah seseorang menjalani operasi maka akan merasakan sakit yang
cukup hebat akibat luka operasi dan bius yang diberikan sudah mulai
lemah. Untuk mengatasi rasa sakit itu, para dokter biasanya
menggunakan satu jenis obat yang bernama tramadol. Tramadol bisa
mengatasi rasa nyeri dan sakit karena tramadol dapat mempengaruhi
otak dalam mengolah reaksi kimia yang mengakibatkan rasa sakit.
• Indikasi
Untuk mengatasi nyeri dengan intensitas menengah sampai berat,
seperti nyeri akibat trauma berat, nyeri setelah operasi, nyeri akibat
gangguan saraf.
• Kontra Indikasi
Pasien yang hipersensitif atau alergi terhadap tramal atau obat dengan
kandungan tramadol;
Pasien dengan kondisi intoksikasi zat opioid, alkohol, hipnotik sedatif,
narkotik, psikotropika, dan obat analgesik lain yang bekerja di sistem saraf
pusat;
Pasien dengan faktor risiko kejang, riwayat epilepsi, dan pasien yang sedang
menggunakan obat antidepresan golongan Selective Serotonin Reuptake
Inhibitors (SSRI) dan Tricyclic Antidepressants (TCA), obat anti-psikotik, obat
golongan Monoamine Oxydase (MAO) Inhibitors, dan obat lain yang
menurunkan ambang kejang akan meningkatkan risiko terjadinya kejang saat
menggunakan tramal;
• Kontra Indikasi
Pasien dengan berisiko bunuh diri, seperti pasien dengan gejala depresi
berat, pasien dengan riwayat gangguan mood, pasien dengan riwayat
penyalahgunaan zat, terutama alkohol, obat penenang, dan obat-
obatan lain yang bekerja pada sistem saraf pusat;
Pasien dengan risiko depresi napas disarankan untuk tidak
menggunakan obat ini. Penggunaan bersama dengan alkohol atau obat
lain yang memiliki efek depresi napas dapat mencetuskan atau
memperberat depresi napas;
Pasien yang mengalami trauma kepala dengan peningkatan tekanan
intrakranial;
Pasien anak dibawah umur 16 tahun;
Pasien ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu menyusui.
• Efek Samping
Kemungkinan terjadinya efek samping pada penggunaan tramal akan
semakin meningkat dalam penggunaan jangka panjang. Efek samping
yang dapat terjadi adalah sebagai berikut:
 Gangguan neurologis, seperti pusing berputar, mengantuk, dan
nyeri kepala;
 Gangguan pencernaan, seperti mual-mual, muntah , sembelit,
kembung, dan diare;
 Gangguan mood, gugup, gelisah, agitasi, tremor, euforia, dan
halusinasi;
 Gangguan lain, seperti astenia, berkeringat, mulut kering.
• Dosis
Pemberian obat tramadol perlu diperhatikan karena dapat
disalahgunakan dan dapat menyebabkan kecanduan.
Penggunaan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan hati
perlu konsultasi dengan dokter untuk penyesuaian dosis.
Untuk pasien dengan nyeri kronis yang tidak memerlukan analgesik
kerja cepat dapat dimulai dengan dosis 50 mg kemudian dinaikkan
setiap 3 hari sampai 200 mg per hari (1 kapsul setiap 4 – 6 jam).
Untuk pasien yang membutuhkan penanganan nyeri segera,
digunakan 50 mg – 100 mg bila perlu setiap 4 – 6 jam dengan
maksimum dosis tidak boleh melebihi 400 mg/hari. Tramal 50 mg
kapsul digunakan secara oral. Penyerapan tramal tidak tergantung
makanan dan dapat digunakan tanpa harus makan terlebih dahulu.
Obat-obat Kortikosteroid (Morfin)
• Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit yang terbilang parah
dan berkepanjangan atau kronis
• Meskipun memiliki manfaat besar, morfin juga dapat menyebabkan
ketergantungan. Risiko ketergantungan ini bahkan lebih tinggi pada
pasien yang di masa lalunya pernah kecanduan alkohol atau narkoba.
• Bentuk Sediaan
Morfin biasanya berbentuk tablet, kapsul, cairan yang diminum, dan
suntik
• Dosis
Berikut ini adalah dosis awal pemberian morfin bagi orang dewasa atau
bagi yang telah memiliki berat badan lebih dari 50 kilogram.
Untuk morfin tablet, dosis yang diberikan biasanya berkisar antara
5-20 mg tiap empat jam sekali. Sedangkan untuk morfin suntik,
dosis yang diberikan biasanya berkisar antara 3-5 mg tiap empat
jam sekali. Dosis akan diberikan sesuai dengan tingkat keparahan
rasa sakit, kondisi pasien. Dosis akan direvisi secara teratur dan
disesuaikan dengan respons tubuh terhadap obat.
Mengenai pasien anak-anak, selain mempertimbangkan tingkat rasa
sakit dan kondisi, dosis morfin juga akan disesuaikan dengan berat
badan mereka.
• Efek Samping
 Mengantuk
 Pusing atau sakit kepala
 Mual
 Sembelit
 Sulit buang air kecil
 Gangguan tidur
 Mulut terasa kering
 Tubuh berkeringat
Obat-obat Kortikosteroid (Lidocain)
• Lidocain adalah obat anastesi lokal yang menyebabkan hilangnya
sensasi rasa sakit pada tubuh.
• Lidocain juga digunakan untuk meredakan rasa sakit dan rasa gatal
yang diakibatkan oleh sengatan matahari, gigitan atau sengatan
serangga, luka kecil, dan luka goresan.
• Bentuk Sediaan
Lidocain biasanya berbentuk obat oles.
• Dosis
Lidocaine diberikan sesuai kebutuhan dengan cara dioles pada
permukaan kulit yang perlu anastesi.
• Efek Samping
Ruam
Gatal-gatal
Kulit kering
Kulit memerah
Demam
Mati rasa atau kebas di area yang diobati
Obat-obat Kortikosteroid (Prednison)
• Bentuk Sediaan
Tablet 5 mg, Kaplet 5 mg
• Kontra Indikasi
Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-
komponen obat lainnya.
• Efek Samping
Gangguan keseimbangan cairan dan
Gangguan jantung kongestif, hipertensi.
Gangguan muskuloskeletal
Gangguan Pencernaan
Gangguan Dermatologis
Gangguan metabolisme
Gangguan neurologis
Gangguan endokrin
Obat-obat Kortikosteroid (Betametason)
• Bentuk Sediaan
Tablet, Salep, Krim, Serbuk untuk Injeksi
• Indikasi
Terapi topikal pruritus eritema dan pembengkakan dikaitkan dengan
dermatosis, dan sebagian lesi psoriasis.
• Kontraindikasi
Infeksi virus, seperti varisela dan vasinia, sirkulasi tak sempurna dengan
nyata. Tidak dianjurkan untuk pruritus dan jerawat.
• Efek Samping
Absorpsi melalui kulit dapat mensupresi adrenal dan sindrom cushing
tergantung luas permukaan kulit dan lama pengobatan. Pada kulit dapat
terjadi peningkatan lebar dan buruknya infeksi yang tidak diobati,
penipisan kulit dan perubahan struktur kulit, dermatitis kontak, dermatitis
perioral. Timbul jerawat atau memperparah jerawat, depigmentasi sedang
dan hipertrikosis.
• Dosis
Pemberian Topikal :
Anak - anak :
< 12 tahun : penggunaannya tidak direkomendasikan.
> 13 tahun : gunakan seminimal mungkin untuk periode yang singkat
untuk menghindari supresi aksis HPA.
Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi
2 minggu atau 45 mg/minggu.
Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan
melebihi 50 mL/minggu.
Dewasa :
Krim : gunakan sekali atau dua kali sehari,pemakaian jangan melebihi
2 minggu atau 45 mg/minggu.
Lotion : gunakan sekali atau dua kali sehari, pemakaian jangan
melebihi 50 mL/minggu.
Obat-obat Kortikosteroid (Hidrokortison)
• Hidrokortison memiliki efek imunosupresan, efek anti radang yang kuat, serta
meningkatkan tekanan darah dan kadar gula darah.
• Kontra Indikasi
Infeksi jamur sistemik, ileocolostomi pasca operasi, serta hipersensitivitas
terhadap hidrokortison atau komponen-komponen obat lainnya.
• Efek Samping
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Gangguan jantung kongestif
Gangguan Muskuloskeletal
Gangguan Pencernaan
Gangguan penyembuhan luka
Gangguan Metabolisme
Gangguan Neurologis
Gangguan Endokrin
Obat-obat Kortikosteroid (Hidrokodon)
• Hidrokodon adalah opioid semisintetik derivat dari kodein dan
thebain. Pertama disintesis di Jerman tahun 1920 yang kemudian
digunakan secara luas sebagai terapi nyeri sedang hingga berat.
Opioid ini selain mempunyai kekuatan analgesik juga mempunyai
efekantitusif yang cukup kuat.
Interaksi Obat
Interaksi deksametason (dexamethasone) dengan obat-obat lain :
• Aminoglutethimide : menurunkan kadar deksametason, melalui induksi
enzim mikrosomal sehingga mengurangi efek farmakologis
deksametason (dexamethasone).
• Agen Kalium-depleting : jika diberikan bersamaan dengan obat-obat
kalium-depleting agen (misalnya, amfoterisin B, diuretik), pengamatan
ketat harus dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya hipokalemia
• Antibiotika makrolida : menurunkan klirensdeksametason
(dexamethasone) sehingga meningkatkan kadar/efek farmakologisnya.
• Antidiabetik : kortikosteroid dapat meningkatkan konsentrasi glukosa
darah, oleh karena itu penyesuaian dosis obat anti diabetes mungkin
diperlukan.
Interaksi deksametason (dexamethasone) dengan obat-obat lain :
• Isoniazid : Konsentrasi serum isoniazid mungkin akan menurun jika
diberikan bersamaan dengan deksametason (dexamethasone).
• Cholestyramine dan efedrin : Cholestyramine meningkatkan
klirenskortikosteroid sehingga menurunkan kadar/efek
farmakologisnya.
• Vaksin hidup : deksametason (dexamethasone) menurunkan sistem
imun tubuh sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi.
Penggunaan vaksin hidup pada pasien yang menggunakan
deksametason (dexamethasone) sebaiknya dihindari.
• Anti jamur azole seperti ketoconazole: mengurangi metabolisme
kortikosteroid sehingga dapat meningkatkan kadar dan efek
farmakologisnya.
• NSAID : aspirin atau NSAID lainnya meningkatkan resiko efek samping
pendarahan pada saluran pencernaan.
Interaksi prednison dengan obat-obat lain :
• Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti
fenobarbital, fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens
kortikosteroid. Oleh sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan
bersama-sama obat-obat tersebut, maka dosis kortikosteroid harus
ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang
diharapkan
• Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat
menghambat metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan
menurunkan klirens atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika
diberikan bersamaan, maka dosis ; kortikosteroid harus disesuaikan
untuk menghindari toksisitas steroid
• Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang
diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di
dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan akan
meningkatkan risiko toksisitas salisilat. Aspirin harus digunakan
secara berhati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan
kortikosteroid pada pasien yang menderita hipoprotrombinemia
• Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi.
Beberapa laporan menunjukkan adanya peningkatan dan laporan
lainnya menunjukkan adanya penurunan efek antikoagulan apabila
diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid. Oleh sebab itu
indeks koagulasi harus selalu dimonitor untuk mempertahankan
efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan.
Interaksi hidrokortison dengan obat-obat lain :
Interaksi Makanan
Ketika dalam terapi dengan hidrokortison sistemik, sebaiknya kurangi
konsumsi garam, dan makan makanan yang banyak mengandung
kalium dan tinggi protein
Interaksi Obat
Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital,
fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh
sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan bersama-sama obat-obat
tersebut, maka dosis kortikosteroid harus ditingkatkan untuk
mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Obat-obat seperti
troleandomisin dan ketokonazol dapat menghambat metabolisme
kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan klirens atau ekskresi
kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan, maka dosis
kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas steroid.
Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi
yang diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar
salisilat di dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid
dihentikan akan meningkatkan risiko toksisitas salisilat. Aspirin
harus digunakan secara berhati-hati apabila diberikan bersama-
sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita
hipoprotrombinemia. Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan
oral bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan adanya
peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya
penurunan efek antikoagulan apabila diberikan bersama-sama
dengan kortikosteroid. Oleh sebab itu indeks koagulasi harus
selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan
sebagaimana yang diharapkan.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

pavivore.web.id
ndroidtek.web.id
gamgadget.com
chemicalhealth.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai