Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

RESUME ELEKTIF WOUND CARE


MANAJEMEN PERAWATAN LUKA SECARA UMUM

Disusun oleh :
DHONI ROCHIM
NIM(1721012)

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TAHUN 2020
Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera

atau pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau

komponen jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak

atau hilang ( Widhiastuti, 2008). Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi

dua yaitu luka disengaja dan luka tidak disengaja. Luka disengaja misalnya luka

terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak disengaja contohnya adalah luka

terkena trauma. Luka yang tidak disengaja (trauma) juga dapat dibagi menjadi

luka tertutup dan luka terbuka. Disebut luka tertutup jika tidak ada robekan,

sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan dan keliatan seperti luka abrasio (luka

akibat gesekan), luka puncture (luka akibat tusukan), dan hautration (luka akibat

alat perawatan luka) (Hidayat, 2006).

Perawatan luka yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan

dapat mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat akan

lebih pendek. Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu diperhatikan

untuk meminimalkan kejadian infeksi, kasa penutup luka harus diganti lebih awal

jika basah, karena kasa basah meningkatkan kemungkinan kontaminasi bakteri

pada luka operasi (Sjamsuhidajat dan Jong, 2011).

Morizon (2004) juga menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi

penyembuhan luka yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik

terdiri dari faktor yang merugikan pada tempat luka ( kurangnya suplai darah dan

pengaruh hipoksia, berlebihan, benda asing, hematoma, dan trauma berulang),

1
faktor-faktor patofisiologi umum (status nutrisi, gangguan kardiovaskuler,

anemia, penurunan daya tahan terhadap infeksi, gangguan metabolik dan

endokrin), dan faktor usia. Sementara itu faktor ekstrinsik terdiri dari

penatalaksanaan luka (perawatan luka) yang tidak tepat (pengkajian luka yang

tidak akurat, penggunaan agens topikal dan produk balutan luka primer yang tidak

sesuai, teknik penggantian balutan yang ceroboh (cuci tangan, pemakaian sarung

tangan, penggunaan masker, teknik ganti balutan, dan peralatan steril

i
Pengertian wound bed preparation.

Menurut Falanga (2000) wound bed preparation muncul sebagai element

yang penting untuk memperoleh keuntungan maksimal dari produk perawatan

luka lanjut saat ini. Secara sederhana diartikan bahwa kita tidak bisa mengobati

luka yang persiapan dasar lukanya buruk dengan berbagai macam terapi apapun

kecuali dengan terlebih dahulu mempersiapkan dasar luka.

Menurut Halim, Khoo dan Mat Saad (2012) wound bed preparation

adalah konsep pendekatan yang holistik dan sistematis untuk mengevaluasi

atau menyingkirkan hambatan luka sehingga luka mengikuti proses

penyembuhan yang semestinya. Hal ini akan memandu kita untuk

mengembangkan strategi pengobatan yang sesuai baik kepada pasien itu sendiri

dan juga penyebab terjadinya luka.

Wound bed preparation ini bermaksud untuk menyediakan lingkungan

yang sesuai untuk proses penyembuhan luka. Jadi semua komponen yang

mengganggu proses penyembuhan harus disingkirkan terlebih dahulu (Collier,

2003).

Pencucian Luka

Pencucian luka dilakukan untuk membuang jaringan nekrosis,

meminimalisir cairan luka yang berlebihan, sisa balutan serta sisa metabolik tubuh

pada cairan luka. Pencucian luka ini menjadi sangat penting karena merupakan

komponen mendasar dalam manajemen luka. Proses penyembuhan luka akan

lebih baik bila lukanya dalam keadaan bersih.

2
Cairan Normal Salin/ NaCl 0,9% atau air steril disarankan digunakan

sebagai cairan pencuci luka pada semua jenis luka. Hal ini dikarenakan cairan ini

merupakan cairan isotonik, tidak toksik terhadap jaringan, tidak menghambat fase

penyembuhan luka serta tidak menyebabkan reaksi alergi atau mengubah flora

normal di kulit. Teknik dalam pencucian luka dapat dilkukan diantaranya yaitu:

 Swabbing

 Scrubbing

 Showering

 Hydrotherapy

 Whirlpool

 Bathing

a. Debridemen

Debridemen adalah sebuah tindakan pengangkatan jaringan nekrotik yang

ada pada luka. Jaringan nekrotik adalah jaringan mati akibat degradasi enzim

secara progresif sehingga terjadi perubahan morfologi pada jaringan tersebut, hal

ini merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak.

Jaringan nekrotik dibedakan menjadi 2 bentuk:

1. Eschar yang berwarna hitam, keras serta dehidrasi impermeabel dan

lengket pada permukaan luka.

2. Slough basah, kuning berupa cairan dan tidak lengket pada luka.

Jaringan nekrotik ini harus di dingkirkan dari luka karena dapat

mengakibatkan proses penyembuhan luka terhambat dan dapat juga

memberikan tempat yang bagus untuk pertumbuhan bakteri. Maka tindakan

untuk mengangkat jaringan sangat diperlukan seperti debridement.

3
Debridement pada luka dapat memfasilitasi dan melepaskan abses dan jaringan

nekrotik. Ada beberapa metode debridement yang dikenal hingga saat ini,

yaitu :

 Surgical debridement

 Sharp debridement.

 Chemical debridement.

 Enzymatic debridement.

 Mekanikal debridement.

 Biological debridement / larva therapy.

b. Convensional Dressing & Modern Dressing

Convensinal dressing yang masih dipakai sekarang adalah adalah kasa

sedangkan modern dressing yang dipakai antara lain berjenis hidrokoloid dan

natrium alginat. Kasa memiliki beberapa kelemahan di antaranya

mengkondisikan lingkungan luka dari basah menjadi kering. Hal ini

menyebabkanepitel yang terbentuk menempel pada kasa sehingga saat kasa

diambil menimbulkan rasa sakit. Penggunaa modern dressing seperti natrium

alginat diharapkan dapat mengurangi ketidaknyamanan tersebut karena natrium

alginat berubah menjadi gel ketika menyerap eksudat, sehingga tidak

menempel pada epitel kulit.

Macam – macam modern dressing :

1. Transparan Film Dressing


2. Hidrocoloid
3. Hidrogel
4. Calcium Alginate

Anda mungkin juga menyukai