Anda di halaman 1dari 3

Nama : Silvia Theresani A

Nim : 3401418076

Mata kuliah : Teori Sosiologi Modern

TEORI NEOFUNGSIONALISME

Neofungsionalisme merupakan istilah yang digunakan untuk menandai


berlangsungnya teori fungsionalisme structural dan sekaligus untuk memperluas teori
fungsionalisme structural. Jeffrey Alexander dan Paul Colomy mendefinisikan
neofungsionalisme sebagai rangkaian kritik diri teori fungsional yang mencoba memperluas
cakupan intelektual fungsionalisme yang sedang mempertahankan inti teorinnya.
Neofungsionalisme sendiri merupakan rekonstruksi dari teori fungsionalisme structural
dengan tujuan agar dapat membangkitkan kembali fungsionalisme structural dan memberikan
dasar untuk pengembangan tradisi teoritis yang baru. Pemikiran Alexander dan Colomy
mengindikasikan pergeseran menjauh dan tendesi parsonsian untuk melihat fungsionalisme
stuktural sebagai teori besar. Sebaliknya, mereka menawarkan teori yang lebih terbatas dan
sintesis, namun tetap holistik. Namun masadepan neofungsionalisme ini diragukan, karena
pendiri teori tersebut Jeffry Alexander menyatakan keluar dari neoofungsionalisme. Ia
menyatakan bahwa salah satu tujuan utamannya adalah merekonstruksi atau membangun
kembali legitimasi dan arti penting dari teori Parrson. Secara khusus tujuan Alexander adalah
berusaha mengembangkan mikrososiologi dan teori kultural. Alexander menguraikan
beberapa orientasi dasar neofungsionalisme diantarannya adalah:

1. neofungsionalisme bekerja dengan model masyarakat deskriptif yang melihat


masyarakat terdiri dari elemen elemen yang membentuk suatu pola ketika berinteraksi
antara satu dengan yang lainnya.

2. neofungsionalisme lebih memusatkan perhatian yang sama besarnya terhadap


tindakan dan tatanan. Neofungsionalisme menghindari kecenderungan fungsionalisme
structural yang nyaris hanya memusatkan perhatiannya pada sumber tatanan di tingkat
level maro dalam struktur sosial dan kebudayaan serta tida sedikit mengabaikan pola-
pola tindaan pada level mikro. Selain itu neofungsionalisme juga mengklaim dirinnya
memiliki pemahaman yang luas tentang tindaan, baik tindakan rasional maupun
ekspresif.

3. neofungsionalisme tetap memperhatikan masalah integrasi, tetapi bukan dilihat


sebagai fakta yang sempurna melai nkan lebih dilihat sebagai kemungkinan sosial.
neofungsionalisme mengakui bahwa penyimpangan dan control sosial adalah realitas
yang terdapat dalam sistem sosial. neofungsionalisme juga memperhatikan masalah
ekuilibrium dengan cara yang lebih luas daripada perhatian yang diberikan
fungsionalisme structural.

4. neofungsionalisme tetap menerima penekanan Parsionsian tradisional atas


kepribadian,kultur, dan sistem sosial.

5. neofungsionalisme memusatkan perhatian pada perubahan sosial dalam proses


diferensiasi di dalam sistem sosial, kultural, dan kepribadian.

6. neofungsionalisme secara tidak langsung menyataan komitmennya terhadap


kebebasan dalam mengonseptualisasikan dan menyusun teori berdasarkan analisis
sosiologi pada tingkatan yang lain.

Neo-fungsionalisme muncul pada tahun 1958 dengan munculnya publikasi oleh Ernst. B.
Haas yang berjudul The Uniting of Europe: Political, Social, and Economic Forces.
Perkembangan neo-fungsionalisme kemudian mengalami penurunan dan bahkan hampir
hilang pada tahun 1970-an. Salah satu alasannya adalah kurangnya basis teoritis yang kokoh
untuk pengamatannya. Alasan lainnya adalah peningkatan tingkat integrasi yang dipredikisi
oleh para neo-fungsionalis tidak terjadi. Namun, pada akhir 1980-an dan selama 1990-an.
Teori neo-fungsionalisme mengalami kebangkitan karena adanya dinamika baru di EC/EU
berupa single market programme. Bahkan pihak-pihak yang tadinya mengkritik neo-
fungsionalisme mulai mempertimbangkan pendekatan ini. Neo-fungsionalisme adalah teori
dari integrasi regional yang berusaha menjelaskan proses integrasi (Eropa). neo-
fungsionalisme juga dianggap terlalu elitis dan tidak melihat dari sudut pandang warga Eropa
biasa. Neo-fungsionalis dianggap melihat integrasi sebagai proses perubahan fungsional atau
teknokratik saja yang cenderung melibatkan para ahli saja sehingga teori ini dianggap tidak
demokratis serta tidak sesuai dan tidak akurat bagi masyarakat Eropa pada awal abad ke-
21.17 Meskipun demikian, bukan berarti teori neo-fungsionalisme tidak lagi relevan.
Walaupun banyak dikritik dan hampir menghilang, teori neo-fungsionalisme bangkit kembali
pada masa 1980-an dan 1990-an. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya European single
market yang dianggap menandai fase baru kerja sama ekonomi dan politik Eropa.

REFERENSI :

Ritzer, Goerge & Douglas J. Goodman .2008. Teori-teori Sosiologi Modern Eds.ke-


6. Jakarta: Kreasi Wacana

Carsten S. Jensen. “Neo-functionalism.” In European Union Politics, ed. by Michelle Cini.


Oxford: Oxford University Press, 2003, hal. 81

Anda mungkin juga menyukai