DOSEN PEMBIMBING
Peggy Puspa Haffsari, M.Sc., M.Si.
DISUSUN OLEH
Nadia Wulandari (201810360311223)
Raihanah Nur Zhafirah (201810360311230)
Mariyam Abduh Bavana (201810360311234)
Mithayani Aulia Dini (201810360311248)
Naufal Rizqulloh D. (201810360311422)
Definisi
Tokoh Fungsionalisme
Tokoh Neofungsionalisme
Konsep inti dari neo-fungsionalisme adalah spillover. Spillover berfokus pada sebuah
proses dimana kooperasi politik dilaksanakan dengan tujuan spesifik dan membuat
terbentuknya tujuan-tujuan baru untuk memastikan tercapainya tujuan-tujuan lama. Sebagai
contoh, salah satu tujuan yang ingin dicapai EU adalah kebebasan bergerak bagi pekerja di
seluruh negara anggota EU.
Spillover mengacu pada situasi dimana kerja sama di suatu bidang mengharuskan terjadinya
kerja sama di bidang lainnya.
Fenomena fungsionalisme mendapatkan respon serius dari kaum realis. Dimana kaum
realis menolak asumsi aktor non-negara yang dijelaskan oleh fungsionalisme. Kaum realis
tetap berargumentasi bahwa aktor utama dalam hubungan internasional adalah Negara sebagai
aktor uniter. Karena menurut kaum realis, kepentingan Negara selalu menjadi hal utama dan
terdepan yang harus dicapai dan tidak mungkin tergadaikan atas kerja sama internasional,
meskipun mengatasnamakan organisasi kerja sama internasional.
Kaum realis berasumsi pula bahwa fungsi organisasi internasional dalam teori
fungsionalisme akan memperlemah posisi atau kedudukan dan kedaulatan sebuah Negara,
sehingga Negara akan kesulitan mencapai tujuannya. Hal ini terkait erat dengan poin penting
dalam fungsionalisme itu sendiri yaitu kolektifitas dan keamanan bersama yang tidak mungkin
mengesampingkan kepentingan masing-masing Negara.
Kegagalan lain dari fungsionalisme menurut kaum realis terletak pada proses
perjalanan instrument fungsionalisme itu sendiri. Hal ini berdasar pada fenomena yang terjadi
ketika fungsionalisme tidak dapat menjelaskan dan menangani isu yang bersifat politis. Karena
harus diakui bahwa ketika banyak aktor yang berperan dalam hubungan internasional, maka
akan terjadi ketidakseimbangan tupoksi dan kepentingan. Hal-hal yang bersifat politis seperti
yang ditawarkan realis justru menjadi senjata ampuh penyelesaian isu dibandingkan dengan
yang ditawarkan oleh fungsionalisme.
Rumusan masalah :
Penulis ingin menganalisis bagaimana integrasi Uni Eropa dari kacamata neofungsionalisme
sebagai suatu pendekatan untuk menjelaskan fenomena integrasi kawasan. Tak hanya sampai
di situ, lebih lanjut penulis ingin melihat tantangan yang dihadapi dalam hubungan antar negara
anggota Uni Eropa, baik dari new members maupun strong members.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati. (2009). Aplikasi Teori Integritas dalam Hubungan Internasional: Eropa dan
Asia Timur. Dalam Asrudin, & M. J. Suryana, Refleksi Teori Hubungan Internasional: Dari
Tradisional ke Kontemporer (hal. 146). Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dengo, F.R. (2011,03 Desember). Fungsionalisme dalam Hubungan Antar Negara.
Tulisan pada http://fiqhirizky.blogspot.com/2011/12/fungsionalisme-dalam-hi.html
Jean Monet, Robert Schuman. (2008). Miami-Florida European Uninon Center for
Excellent, EU Commission, University of Miami, hal 4.
Jensen, C.S. (2003). Neo-functionalism. In European Union Politics, ed. by Michelle Cini. Oxford:
Oxford University Press, hal. 81.
Jones, P. (2010). Pengantar Teori-teori Sosial Dari Teori Fungsionalisme hingga Post
Modernisme.Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.hal. 53
Wirawan, I.B, (2012). Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta : Prenada
Media.