Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Regulasi keperawatan (Registrasi & Praktek Keperawatan) adalah kebijakan atau
ketentuan yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan
terkait dengan kewajiban dan hak (Imhajie, 2013).
Registrasi merupakan proses administrasi yang harus ditempuh oleh seseorang yang ingin
melakukan pelayanan keperawatan kepada orang lain sesuai dengan kemampuan atau
kompetensi yang dimilikinya (Imhajie, 2013).
Lisensi merupakan proses administrasi yang dilakukan oleh suatu badan independent
(konsil) berupa penerbitan atau pembuatan surat ijin praktek bagi tenaga keperawatan yang
akan melakukan pelayanan/ praktek keperawatan sesuai dengan standart profesi diberbagai
tatanan pelayanan kesehatan (Kusnanto, 2012)
 Izin praktek keperawatan diperlukan oleh profesi dalam upaya mengingatkan dan
menjamin professional anggotanya. Bagi masyarakat izin praktek keperawatan merupakan
perlindungan  bagi mereka untuk mendapat pelayanan dari perawat professional yang benar-
benar mampu dan mendapat pelayanan keperawatan dengan mutu tinggi (Setiani, 2013)

1.2    Rumusan Masalah
1.    Apa definisi registrasi dan lisensi praktek keperawatan ?
2.    Bagaimana cara registrasi keperawatan ?
3.    Bagaimana pemberian lisensi praktek keperawatan dengan alur registrasi dan alur
perizinan praktek keperawatan ?

1.3    Tujuan
1.    Untuk mengetahui definisi registrasi dan lisensi praktek keperawatan.
2.    Untuk mengetahui cara registrasi keperawatan.
3.    Untuk mengetahui pemberian lisensi praktek keperawatan dengan alur registrasi dan alur
perizinan praktek keperawatan.

1.4    Manfaat
            1.       Bagi institusi

Untuk menambahkan materi pembelajaran atau sumber-sumber lainnya agar memperluas


pengetahuan tentang registrasi dan lisensi keperawatan.
            2.        Bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta memahami pembelajaran terutama tentang
registrasi dan lisensi keperawatan
            3.        Bagi pembaca
Untuk menambah pengetahuan pembaca agar lebih mengetahui tentang registrasi dan linsensi
keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Registrasi dan Lisensi Praktek Keperawatan


2.1.1    Registrasi
1.    Definisi
Registrasi merupakan proses administrasi yang harus ditempuh oleh seseorang yang ingin
melakukan pelayanan keperawatan kepada orang lain sesuai dengan kemampuan atau
kompetensi yang dimilikinya (Imhajie, 2013).
Regulasi keperawatan (Registrasi & Praktek Keperawatan) adalah kebijakan atau ketentuan
yang mengatur profesi keperawatan dalam melaksanakan tugas profesinya dan terkait dengan
kewajiban dan hak. (aimeyus, 2013).
2.    Tujuan
a.    Menjamin kemampuan perawat untuk melakukan praktek keperawatan sesuai dengan
wewenang dan kompetensinya.
b.    Mempertahankan prosedur penatalaksanaan secara objektif terhadap kasus kelalaian tugas
atau ketidakmampuan melaksanakan tugas sesuai standart dan etik profesi.
c.    Mengidentifikasi jumlah dan kualifikasi perawat professional dan vokasional yang akan
melakukan praktek keperawatan sesuai dengan kewenangan dan kompetensi masing –
masing.
d.   Mempertahankan proses pemantauan dan pengendalian jumlah dan kualitas perawat
professional dan vokasional yang akan melakukan praktek keperawatan (Kusnanto, 2012)

2.1.2   Lisensi
1.      Definisi
Lisensi merupakan proses administrasi yang dilakukan oleh suatu badan independent
(konsil) berupa penerbitan atau pembuatan surat ijin praktek bagi tenaga keperawatan yang
akan melakukan pelayanan/ praktek keperawatan sesuai dengan standart profesi diberbagai
tatanan pelayanan kesehatan (Kusnanto, 2012).
Lisensi berupa kewenangan kepada seorang perawat yang sudah teregristrasi untuk
melaksanakan pelayanan atau praktek keperawatan. Lisensi merupakan suatu kehormatan dan
bukan suatu hak. Semua perawat segyoyannya mengamankan hak ini dengan mengetahui
standart pelayanan yang dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktek keperawatan.
2.    Tujuan
a.    Memberi kejelasan batas kewenangan tiap kategori tenaga keperawatan untuk melakukan
praktek keperawatan.
b.    Mengesahkan atau memberi buktu untuk melakukan praktek keperawatan professional
(Kusnanto, 2012)

2.2    Cara Registrasi Praktek Keperawatan


2.2.1   Uji kompetensi keperawatan
1.      Ruang Lingkup
Uji kompetensi adalah suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap tenaga kesehatan sesuai standart profesi, khususnya yang kita bahas kali ini adalah
perawat.
Perawat untuk melaksanakan uji kompetensi untuk mendapatkan Surat Ijin Praktek (SIP)
diwilayah naungan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Timur. Hari itu
dimanfaatkan bagi perawat yang belum memiliki SIP tentunya mendaftarkan diri untuk
mengikuti uji kompetensi tersebut. Dalam hal ini sangat dipertaruhkan kompetensi perawat
sebagai profesi profesional. namun suasana yang tak lagi menunjukkan keprofesionalan
seorang perawat dalamm uji kompetensi yakni dengan tidak percaya diri mengerjakan uji
kompetensi dengan saling membantu. meski demikian dianggap sebagai hal yang biasa
(Lengku, 2011).

2.      Tata cara
Untuk melindungi masyarakat penerima pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh perawat, menteri dan konsil keperawatan bertugas
untuk melakukan pemberian dan pengawasan mutu perawat,sesuai dengan kewenangan
masing – masing. Uji kompetensi dalam keperawatan meliputi :
                                      a.      Perawat yang menjalankan praktik keperawatan wajib memiliki STR

                                       b.      STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh konsil keperawatan setelah

memenuhi persyaratan.
                                      c.      Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :

1)      Memiliki ijazah pendidikan tinggi keperawatan


2)      Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi
3)      Memiliki surat keterangan sehat fisik dan mental
4)      Memiliki surat pernyataan telah mengucapkan sumpah / janji profesi
5)      Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi.
                                      d.      STR berlaku selama (5) tahun dan dapat diregistrasi ulang setiap 5 tahun

                                      e.      Persyaratan untuk registrasi ulang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi :

1)   Memiliki STR lama


2)   Memiliki sertifikat kompetensi atau sertifikat profesi
3)   Memiliki surat keterangan fisik dan mental
4)   Membuat pernyataan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
5)   Telah mengabdikan dan sebagai tenaga profesi atau vokasi di bidangnya
6)   Memenuhi kecukupan dalam kegiatan pelayanan, pendidkan, pelatihan kegiatan ilmiah
lainnya

2.2.2   Registrasi keperawatan
1.    Registrasi untuk mendapatkan SIP ( surat izin perawat )
Perawat wajib mendaftarkan diri pada dinas kesehatan provinsi untuk mendapatkan SIP
sebagai persyaratan pekerjaan perawat dan memperoleh nomor registrasi. Sasaran registrasi
adalah semua lulusan pendidikan keperawatan. Keluaran proses registrasi dalam bentuk SIP
yang berlaku diseluruh wilayah indonesia dan memperoleh nomer registrasi yang bersifat
tetap dan berlaku sepanjang massa untuk setiap perawat. Pejabat yang berwenang
menerbitkan SIP adalah kepala dinas kesehatan provinsi registrasi terbagi dua yaitu registrasi
awal dan registrasi ulang. Registrasi awal dilakukan oleh setiap perawatn setelah yang
bersangkutan lulus dari pendidikan keperawatan sedangkan registrasi ulang diberikan kepada
perawat yang sudah bekerja dan dilakukan setiap 5 tahun. Kelengkapan registrasi sebagai
dimana yang dimaksud meliputi :
a.  Foto kopi ijazah penddikan keperawatan
b. Surat keterangan sehat dari dokter
c.  Pas foto
2.    Pembuatan SIK ( Surat Izin Keperawatan )
Setelah mendapatkan SIP, perawat baru dapat membuat SIK. Sasaran izin kerja perawat
adalah semua perawat. SIK hanya berlaku pada satu tempat sarana pelayanan kesehatan.
Pejabat yang menerbitkan SIK adalah kantor dinas kesehatan kota/kabupaten.
3.    Penerbitan SIPP
Pembuatan SIPP dengan mengajukan permohonan kepada kantor dinas kesehatan
kota/kabupaten setempat menggunakan forum IV kepmenkes 1239/2001. SIPP diterbitkan
kepada perawat yang minimal memiliki pendidikan dasar DIII keperawatn. Permohonan
diajukan dengan melampirkan :
a.    Foto kopi ijazah pendidikan keperawatan terakhir
b.   Surat penggalaman kerja selama 3 tahun bagi lulusan DIII keperawatn
c.    Foto kopi SIP
d.   Rekomendasi dari organisasi profesi PPNI
4.    Pembaharuan SIPP
SIPP diperbaharui 6 bulan sebelum berakhirnya masa berlaku SIPP. Permohonan
rekomendasi PPNI untuk mendapatkan SIPP lanjutan diajukan perawat menggunakan
formuler F(terlampir). Permohonan ini dikirimkan ke kantor dinas kesehatan kota/kabupaten
diwilayah tempat yang bersangkutan dilaksanakan praktik. Kepala dinas kesehatan
kota/kabupaten menerbitkan SIPP lanjutan, jika permohonan disetujui. SIPP lanjutan
dikirimkan kepada yang bersangkutan dengan tembusan ke pengurus organisasi
kota/kabupaten. SIPP lanjutan tidak diterbitkan jika tidak memenuhi persyaratan dengan
memberikan alasan penolakan tersebut dengan menggunakan formulir VII (Putri, 2013).

2.3    Pemberian Lisensi Keperawatan


2.3.1 Pemberian Lisensi D III Keperawatan
Akreditasi merupakan suatu proses dan pemberian status akreditasi kepada institusi, program
atau pelayanan yang dilakukan oleh organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal – hal yang
diukur meliputi struktur, proses dan kriteria, hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu
tertentu dilakukan penilaian atau pengukuran untuk pendidikan D3 keperawatan.
2.3.2 Pemberian Lisensi SI Keperawatan
SPK dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S1 oleh Dikti. Pengukuran
Rumah Sakit dilakukan dengan suatu sistem akreditasi rumah sakit yang sampai saat ini terus
dikembangkan (Yohanatan, 2014).
Izin praktek keperawatan diperlukan oleh profesi dalam upaya mengingatkan dan
menjamin professional anggotanya. Bagi masyarakat izin praktek keperawatan merupakan
perlindungan  bagi mereka untuk mendapat pelayanan dari perawat professional yang benar-
benar mampu dan mendapat pelayanan keperawatan dengan mutu tinggi.
Tidak adanya izin keperawatan menempatkan profesi keperawatan pada posisi yang sulit
untuk menetukan mutu keperawatan. Kita ketahui bahwa di Indonesia terdapat berbagai
jenjang pendidikan keperawatan dengan standar atau mutu antar institusi pendidikan yang
tidak sama. Secara sederhana dapat dinyatakan bahwa seseorang yang telah lulus dan
pendidikan keperawatan belum tentu cukup menguasai kompetensinya sebagai perawat.
Situasi inilah   yang membuat para pemimpin keperawatan cukup prihatin. Pihak pasien tidak
tahu apakah pendidikan perawat atau justru diperburuk oleh kualitas keperawatan yang
diberikan oleh perawat (Setiani, 2013).
Perkembangan pemberian izin praktek keperawatan cukup bervariasi di setiap Negara. Di
Amerika Serikat misalnya, izin praktek keperawatan diberikan pada perawat professional
mulai pada tahun 1903 tepatnya di Negara bagian North Carolina. Pada tahun 1923 semua
Negara bagian telah mempunyai izin praktik bagi para perawat.
Untuk mendapatkan izin praktek maka seorang lulusan dari pendidikan professional
keperawatan harus mendaftarrkan diri pada dewan keperawatan yang ada di setiap provinsi
untuk mengikuti ujian (Setiani, 2013).

BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Registrasi merupakan proses administrasi yang harus ditempuh oleh seseorang yang ingin
melakukan pelayanan keperawatan kepada orang lain sesuai dengan kemampuan atau
kompetensi yang dimilikinya
Lisensi merupakan proses administrasi yang dilakukan oleh suatu badan independent
(konsil) berupa penerbitan atau pembuatan surat ijin praktek bagi tenaga keperawatan yang
akan melakukan pelayanan/ praktek keperawatan sesuai dengan standart profesi diberbagai
tatanan pelayanan kesehatan.
Registrasi dan Lisensi diperlukan oleh perawat untuk mendapatkan surat ijin praktek.
3.2    Saran
1.      Untuk institusi
Agar institusi dapat menambahkan sumber-sumber dan pembelajaran tentang registrasi dan
lisensi keperawatan sebagai pemahaman konsep terhadap tenaga kesehatan.
2.      Mahasiswa
Agar mahasiswa mengetahui dan memahami tentang registrasi dan lisensi  dalam hal praktek
keperawatan.
3.      Pembaca
Agar pembaca dapat mengetahui apa yang dilakukan tenaga kesehatan dalam hal praktek
kepe
DAFTAR PUSTAKA

Aimeyus. (2013). Regulasi dan Registrasi Keperawatan. Retrieved from


http://imeyus.blogspot.co.id/2010/06/registrasi-keperawatan.html

Fitria. (2015). Panduan Lulus Uji Kompetensi Ners Indonesia: Langkah Mudah Lolos.
Jakarta: Visimedia Pustaka.

Imhajie. (2013). Registrasi Praktek Keperawatan. Retrieved from


http://imoetimha.blogspot.co.id/2013/01/regulasi-registrasi-dan-praktek.html

Kusnanto. (2012). Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta: EGC.

Lengku. (2011). Uji Kompetensi Keperawatan. Retrieved from


http://www.ppnipropdiy.org/wpcontent/uploads/2015/05/StandarKompetensiPerawat_F
inaldraf_PPNI.pdf

Setiani. (2013). Pemberian Lisensi Praktek Keperawatan. Retrieved from


http://bkulpenprofil.blogspot.co.id/2013/10/pemberian-lisensi-praktik-
keperawatan.html

 Putri, D. (2013). Registrasi Keperawatan. Retrieved from


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41225/3/Chapter%20II.pdf

Sutomo, B. (2011). Lisensi Keperawatan. Jakarta: DeMedia.

Naibaho, S. (2011). Registrasi dan Lisensi Praktik Keperawatan. Retrieved


from http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30073/4/Chapter%20II.pdf

Serpihan Ilmuku. 2012. http://serpihanilmuku.blogspot.co.id/2012/08/definisi-keperawatan-


pakar-dunia.html
Kredensial, menurut ketentuan Pasal 1 angka 5 Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit diartikan sebagai
proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis. Sedangkan yang dimaksud dengan kewenangan klinis adalah uraian
intervensi keperawatan dan kebidanan yang dilakukan yang dilakukan oleh tenaga keperawatan
berdasarkan area prakteknya. 

Pengertian Kredensial Keperawatan. Istilah kredensial merupakan serapan dari bahasa


Inggris, yaitu "credentialing" yang berarti 'mandat'. Selain pengertian kradensial sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut di atas, terdapat beberapa pengertian
kredensial yang dikenal, diantaranya adalah :
 Kredensial adalah proses untuk menentukan dan mempertahankan kompetensi perawat.
 Kredensial adalah proses telaah validasi terhadap dokumen pendidikan, pelatihan,
pengalaman pekerjaan, registrasi, sertifikasi, lisensi, dan dokumen profesional lainnya yang
dimiliki oleh tenaga keperawatan.
 Kredensial adalah proses evaluasi oleh Komite Keperawatan Rumah Sakit terhadap tenaga
keperawatan (perawat dan bidan) untuk menentukan kewenangan profesi sesuai dengan
kompetensinya.

Tahapan Proses Kredensial Keperawatan. Menurut Robert Priharjo, proses kredensial adalah


salah satu cara profesi keperawatan  mempertahankan standar praktek dan akuntabilitas
persiapan pendidikan anggotanya. Kredensial merupakan proses untuk menentukan dan
mempertahankan kompetensi praktek keperawatan. Proses kredensial terdiri dari beberapa
kegiatan, diantaranya lisensi, registrasi, sertifikasi, dan akreditasi.

Proses atau metode yang digunakan dalam kredensial ditentukan oleh masing-masing institusi,
dan dituangkan dalam peraturan internal staf keperawatan. Beberapa proses atau metode yang
dapat digunakan dalam proses kradensial diantaranya adalah metode porto folio dan metode
asesmen kompetensi. Proses kredensial pada umumnya adalah sebagai berikut :
 Perawat atau bidan mengajukan permohonan kepada Ketua Komite Keperawatan untuk
memperoleh kewenangan klinis.
 Ketua Komite Keperawatan menugaskan kepada sub komite kredensial untuk melakukan
proses kredensial.
 Sub  komite kredensial membentuk panitia ad hoc untuk melakukan review, verifikasi dan
evaluasi dengan metode yang telah disepakati.
 Sub komite memberikan laporan kepada Ketua Komite Keperawatan hasil kredensial
sebagai bahan rapat menentukan kewenangan klinis.
 Seluruh proses kredensial dan hasil rapat penentuan kewenangan klinis selanjutnya
dilaporkan secara tertulis oleh sub komite kredensial kepada Ketua Komite Keperawatan untuk
diteruskan kepada direktur dan dijadikan bahan rekomendasi kepada direktur.
 Direktur mengeluarkan penugasan klinis terhadap perawat atau bidan bersangkutan.

Sedangkan tahapan proses kredensial, menurut :

1. Robert Priharjo.
Robert Priharjo menyebutkan bahwa proses kredensial memiliki empat tahap, yaitu :
 Lisensi, seperti Surat Ijin Kerja (SIK) dan Surat Ijin Praktek Perawat (SIPP).
 Registrasi, seperti Surat Tanda Registrasi (STR).
 Sertifikasi, seperti Surat Uji Kompetensi Profesi dan sertipikat pelatihan.
 Akreditasi, terkait dengan ijazah, sertipikat dan dokumen seperti tersebut di atas sudah
terakreditasi atau belum.

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 49 Tahun 2013.


Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tersebut, proses kredensial memliki empat tahap, yaitu :
 Perawat dan/atau bidan mengajukan permohonan untuk memperoleh kewenangan klinis
kepada Ketua Komite Keperawatan.
 Ketua Komite Keperawatan menugaskan sub komite kredensial untuk melakukan proses
kredensial (dapat dilakukan secara individu atau kelompok).
 Sub komite membentuk panitia  ad hoc untuk melakukan review, verifikasi dan evaluasi
dengan berbagai metode : porto folio, asesmen kompetensi. Misalnya : verifikasi ijazah, Surat
Tanda Registrasi, sertipikat kompetensi, logbook yang berisi uraian capaian kinerja.
 Sub komite memberikan laporan hasil kredensial sebagai bahan menentukan kewenangan
klinis bagi setiap tenaga keperawatan.

Tujuan Kredensial Keperawatan. Dalam Himpunan Peraturan Perundang-undangan bidang


Tenaga Kesehatan, menyebutkan bahwa tugas dari kredensial keperawatan adalah untuk:
 mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.
 melindungi masyarakat atas tindakan keperawatan yang dilakukan.
 menetapkan standar pelayanan keperawatan.
 menilai boleh tidaknya melaksanakan praktek keperawatan.
 menilai kesalahan dan kelalaian.
 melindungi masyarakat dan perawat.
 memilih dan mempertahankan kompetensi keperawatan.
 membatasi pertolongan kewenangan dalam melaksanakan praktek keperawatan hanya
bagi yang kompeten.
 meyakinkan masyarakat bahwa yang melaksanakan praktek memiliki kompetensi yang
diperlukan.

Hasil kredensial keperawatan di rumah sakit berupa surat penugasan klinis yang berisi rincian
kewenangan klinis yang merupakan daftar kompetensi seorang perawat boleh memberikan
tindakan asuhan keperawatan pada pasien. Hanya saja, rincian kewenangan klinis tersebut hanya
berlaku di rumah sakit yang bersangkutan. Jika perawat pindah ke rumah sakit lain, maka rincian
kewenangan tersebut tidak berlaku dan perawat yang bersangkutan harus mengikuti kredensial
ulang.

Proses kredensial menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam memberikan pelayanan


keperawatan kepada pasien sesuai dengan standar profesi. Dengan demikian, kredensial
merupakan elemen penting dalam menurunkan resiko litigasi (gugatan hukum di pengadilan)
terhadap rumah sakit dan tenaga keperawatan yang bekerja di dalamnya. Proses kredensial yang
efektif dapat menurunkan rediko adverse events pada pasien dengan meminimalkan kesalahan
tindakan yang diberikan oleh tenaga keperawatan tertentu yang memegang kewenangan klinis
tertentu di rumah sakit tersebut.

Proses Kredensial dan Re-Kredensial Perawat


Istilah Etik Kredensial sering disalah artikan oleh kita, seolah-olah kredensial adalah menyelesaikan masalah
etik. Padahal etik dan kredensial adalah hal yang berbeda.

Kredensial adalah proses evaluasi terhadap tenaga keperawatan untuk menentukan kelayakan pemberian
kewenangan klinis. Sedangkan re-kredensial adalah proses re-evaluasi terhadap tenaga keperawatan yang
telah memiliki kewenangan klinis untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan klinis tersebut.

Dengan begitu, kredensial berbicara tentang lingkup kewenangan yang dimiliki oleh seorang tenaga
perawat. Hasil akhir dari proses kredensial adalah diberikannya surat penugasan klinis oleh direktur sesuai
dengan jenjang klinis perawat tersebut.

Salah satu tugas Komite Keperawatan melalui Subkomite Kredensial adalah melakukan kredensial terhadap
seluruh tenaga keperawatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang harus ada sebelum melakukan
kredensial :

1. Ada team yang selanjutnya disebut sebagai panitia ad hoc yang dibentuk oleh Komite Keperawatan
untuk melakukan kredensial. Panitia adhoc ini terdiri dari tenaga perawat rumah sakit dan mitra bestari.
Mitra bestari bisa berasal dari institusi pendidikan jejaring rumah sakit, organisasi profesi, kolegium
atau perawat di rumah sakit lain.
2. Ada buku putih (white book) yang dijadikan dasar panduan dalam melakukan kredensial dan
rekredensial. Buku putih ini berisi tentang ketentuan dokumen persyaratan terkait kompetensi seperti
ijazah, STR, sertifikat kompetensi, logbook, surat orientasi di rumah sakit, surat keterangan sehat dll
yang diperlukan. Isi utama dari Buku Putih ini adalah Rincian Kewenangan Klinis.

3. Ada daftar kewenangan klinis yang telah disusun oleh panitia adhoc dan disahkan oleh direktur
rumah sakit.

Proses kredensial menjamin tenaga keperawatan kompeten dalam memberikan pelayanan keperawatan dan
kebidanan kepada pasien sesuai dengan standar profesi. Proses kredensial mencakup tahapan review,
verifikasi dan evaluasi terhadap dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kinerja tenaga keperawatan.

Metode yang digunakan dalam kredensial ditentukan oleh masing-masing instutusi, dan dituangkan dalam
Peraturan Internal Staf Keperawatan ( Nursing Staf Bylaws ). Beberapa metode yang dapat digunakan dalam
proses kredensial diantaranya adalah metode portofolio dan assesment kompetensi.

Prosedur Kredensial

1. Perawat / Bidan mengajukan permohonan kepada Ketua Komite Keperawatan untuk memperoleh
kewenangan klinis.

2. Ketua Komite Keperawatan menugaskan kepada Subkomite Kredensial untuk melakukan proses
kredensial.

3. Subkomite Kredensial membentuk panitia adhoc untuk melakukan review, verifikasi dan  evaluasi
dengan metode yang telah disepakati.

4. Subkomite memberikan laporan kepada Ketua Komite Keperawatan hasil kredensial sebagai bahan
rapat menentukan kewenangan klinis.

5. Seluruh proses kredensial dan hasil rapat penentuan kewenangan klinis selanjutnya dilaporkan
secara tertulis oleh subkomite kredensial kepada Ketua Komite Keperawatan untuk diteruskan kepada
direktur dan dijadikan bahan rekomendasi kepada direktur.

6. Direktur mengeluarkan Penugasan Klinis terhadap perawat/bidan bersangkutan.

Bagi tenaga keperawatan yang sudah lama bekerja, maka tugas subkomite kredensial adalah melakukan re-
kredensial. Re-kredensial dilakukan secara periodik sesuai kebijakan masing-masing institusi apakah 3
tahun sekali atau 5 tahun sekali. Karena PMK Komite Keperawatan sudah diundangkan pada Agustus 2013,
maka semestinya Subkomite Kredensial Komite Keperawatan di seluruh rumah sakit di Indonesia saat ini
harus sudah melakukan proses kredensial yang pertama kepada seluruh perawat yang ada di rumah sakit
masing-masing. Karena amanah PMK Komite Keperawatan mengharuskan seluruh tenaga perawat/bidan
harus memiliki Surat Penugasan Klinis yang dikeluarkan oleh Direktur Rumah Sakit.
LATAR BELAKANG

Era global mempunyai ciri utama kompetensi dengan standar nasional  maupun
internasional. Sektor kesehatan termasuk keperawatan  akan masuk pasen bebas dengan
kompetensi jasa melalui GATS (General Agreement On Trade   In  Services/GATS). Pada  kondisi ini
membuka kemungkinan tenaga kesehatan termasuk perawat Indonesia untuk bekerja di luar negeri
dan sebaliknnya perawat luar  negeri akan bekerja di  Indonesia. Masyarakat   di tingkat pendidikan
lebih baik akan bebas memilih jasa pelayanan keperawatan yang disediakan. Untuk memasuki
kondisi ini profesi keperawatan harus mempersiapkan perangkat-perangkat yang dapat menjamin
perawat dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan mampu beraing menempati pasar jasa
pelayanan keperawatan  di luar negeri.
Salah satu perangkat yang harus  dipersiapkan  dengan benar adalah program
sertifikasi PPNI sudah mengembangkan program pendidikan berkelanjutan bagi perawat (PBP) yang
saat ini perlu dikembangkan sesuai tuntutan era global.
II.      SERTIFIKASI BIDANG KEPERAWATAN
Beberapa pengertian sertifikasi  sebagai berikut :
1.      Sertifikasi adalah : Proses pengakuan oleh badan sertifikasi terhadap kompetensi
(pengetahuan, keterampilan dan sikap) seorang tenaga profesi setelah tenaga tersebut memenuhi
persyaratan tertentu sesuai dengan bidang pekerjaannya.

2.      Sertifikasi adalah: kegiatan/ proses pendidikan dan pelatihan  keperawatan  untuk meningaktkan
kompetensi perawat yang dilaksanakan oleh lembaga yang terakreditasi. sertifikasi diperlukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan dan sikap) perawat
sesuai dengan bidangnya. Untuk penerapan jenjang karir perawat profesional sesuai dengan
bidangnya. Untuk penerapan jenjang karir perawat profesional diperlukan program sertifikasi.

3.      Sertifikasi adalah :
-          Proses pengakuan dan pemberian kepercayaan terhadap profesional bukan status legal.
-          Bagaimana program sertifikasi bagian dari program formal dan pendidikan berkelanjutan.
-          PBP: pendidikan informal, mempertahankan keahlian klinik selama karir profesional : pelatihan,
konferense, rapat kerja, lokakarya, tulisan ilmiah dalam journal, seminar, symposium.
-          OP/Konsil bertanggungjawab terhadap system pendidikan, PBP
-          Akreditasi program, nilai kredit, tranferable kredit & Pengakuan.

4.      Sertifikasi adalah : pemberian sertifikat  oleh kelompok  profesional  sebagai validasi terhadap
kualifikasi spesifik yang diperhatikan. Didemonstrasikan oleh perawat terdaftar (RN) pada area yang
didefinisikan sebagai praktik.

5.      Sertifikasi dalah : mekanisme  regulasi  untuk praktik  dimulai dari tingkat dasar/ basic  menunju
tingkat lanjut/advanced, merupakan tanggungjawab individu perawat.

6.      Dalam UU No. 20/2003 tentang system pendidikan nasional pada Bab XI  padal 61 diuraikan :

Ayat 1 : Sertifikasi berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi


Ayat 2 : Ijazah diberikan kepda peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi
belajar dan/ atau penyelesaian   suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian
yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
Ayat 3 : Sertifikasi kompetensi diberikan oleh penyelenggara pendidikan dan lembaga
pelatihan kepada peserta didik dan warga masyarakat, sebagai pengakuan
terhadap kompetensi untuk melakukan pekerjaan tertentu oleh satuan
pendidikan yang  terakreditasi atau lembaga sertifikasi.
Ayat 4 : Ketentuan mengenai sertifikasi bagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

7.      Sertifikasi memeberikan penghargaan terhadap  personal dan institui empat  kerja. Perawat-perawt 
tersertifiaksi  mempunyai keuntungan :
-          Peluang kerja yang luas
-           Diakui dan memiliki  status  jelas
-           prestasi dalam praktik keperawatan
-          lebih mudah untuk mendapat asuransi dan reimbursement jasa pelayanan.

8.      Penghargaan terhadap pribadi yang memiliki sertifikasi mencakup :


-          Tanggung gugat
-          Mencapai standar  yang di tentukan pada praktik
-          Percaya diri dalam kemampuan klinik
-          Kepuasan personal
-          Otonom dan kredibelitas profesional
-          Tantangan dan pertumbuhan profesional
-          Validasi pengetahuan-pengetahuan  yang spesialis

9.      Penghargaan  terhadap   tempat kerja


-          Menimbulkan kepercayaan konsumer
-          Pengakuan pegawai
-          Kemapuan berkompetensi untuk masuk pasar jasa pelayanan kesehatan  keperawatan
-          Pengakuan kelompok keperawatan
-          Pengakuan dari tenaga kesehatan professional lainnya
-          Peluang untuk meningkatkan gaji

10.  Program-program sertifikasi saat ini terus berkembang dengan menetapkan komponen - komponen
sertifikasi mencakup :
-          Area praktik keperawtan spesifik
-          Waktu dan lamanya kegiatan
-          Persyaratan untuk masuk program sertifikasi
-          System ujian dan keputusan lulus sesuai standar nasional & internasional
-          Lamanya pengakuan tersertifikasi/efektif untuk 3-5 tahun
-          Pengakuan bahwa sertifikasi terstandar, siapa yang berwenang memebri sertifikasi
-          Bentuk gelar profesi seperti :
RNS         = perawat yang memenuhi sertifikat dasar
RN Cs      = clinical spesialis

III.   HAL-HAL PENTING YANG PERLU DIBAHAS DAN MENJADI PROGRAM PPNI

Jika kita sama-sama memahami dan sepakat  bahwa sertifikat  merupakan salah satu perangkat
PPNI untuk menjamin masysrakat memperoleh pelayanan keperawatan terbaik dan menjamin
perawat tetap  dapat memberikan pelayanan berkualitas serta pelayanan keperawatan dapat 
bersaing di era global, maka beebrapa pertanyaan berikut ini perlu kita diskusikan yaitu :
1.      Pendekatan apakah yang kita pergunakan sebagai dasar mengambangkan  program sertifikasi di   
      bidang keperawatan.
2.      Langkah-langkah yang  perlu dilakukan untuk mengembangkan program sertifikasi perangakat-
      perangkat  yang diperlukan.
3.      Sertifikasi keperawatan di indonesia tanggungjawab PPNI, apa peran fungsi PPNI dalam 
      mewujudkan  sertifikasi keperawatan?

Anda mungkin juga menyukai