Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 8 - 15, Mei 2019 e-ISSN 2548-7051

Jurnal Perawat
Persatuan Indonesia,
Perawat Volume
Nasional 3 NoJawa
Indonesia 1, Hal 8 - 15, Mei 2019
Tengah Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

PENGARUH TERAPI BEAPREASI (KOMBINASI SENAM OTAK


DENGAN RELAKSASI BENSON) TERHADAP KUALITAS TIDUR
PADA LANJUT USIA DENGAN INSOMNIA
Wulansari1, Mukhamad Mustain1, Fiktina Vifri Ismiriyam1
1
Prodi D3 Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Ngudi Waluyo, Semarang
wulan_disha@yahoo.co.id

Abstrak
Kualitas tidur pada lansia yang mengalami insomnia sangat bervariasi yaitu ada yang baik dan ada
yang buruk. Salah satu keluhan tidur lansia adalah Insomnia , dimana ini merupakan suatu proses
degenerasi pada lansia menyebabkan waktu tidur yang efektif semakin berkurang, dan menyebabkan
tidak tercapainya kualitas tidur yang adekuat. Intervensi yang diberikan dapat disisipkan dalan
kegiatan Posbindu. Salah satu Intervensi yang dapat diberikan adalah terapi beapreasi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terapi Beapreasi terhadap kualitas tidur pada
lansia dengan insomnia di Posbindu Kemuning Kelurahan Candirejo Ungaran. Design penelitian yang
digunakan adalah quasi experiment pre-test post-test with control group dan dilakukan pada 128
responden yang terbagi kedalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, masing-masing
kelompok terdiri dari 64 responden . Metode yang digunakan untuk menentukan responden adalah
teknik purposive sampling. Penilaian Kualitas tidur di ukur dengan kuesioner PSQI dan dilakukan 2
kali pengukuran yaitu sebelum dan sesudah diberikan terapi Beapreasi. Penelitian menunjukkan bahwa
rerata nilai PSQI pada kelompok eksperimen sebelum dilakukan intervensi sebesar 6.27 dan rerata
nilai PSQI pada kelompok kontrol sebesar 5.15. Selanjutnya rerata nilai PSQI pada kelompok
eksperimen setelah dilakukan intervensi sebesar 3.67, sedangkan rerata nilai PSQI kelompok kontrol
sebesar 5,73. Terdapat perbedaan nilai PSQI pada kelompok eksperimen dan kontrol dengan nilai p
0.00, nilai p < 0.05 sehingga ada pengaruh yang bermakna dari pemberian terapi beapreasi terhadap
peningkatan kualitas tidur. Intervensi terapi Beapreasi dapat meningkatkan kualitas tidur pada lansia
yang mengalami insomnia . Terapi Beapreasi dapat dijadikan salah satu intervensi mandiri perawat
dalam merawat lansia yang mengalami insomnia dalam upaya meningkatkan kualitas tidur pada
lansia.

Kata kunci: Terapi beapreasi , kualitas tidur, PSQI (the pittsburgh sleep quality index), lansia insomnia,
posbindu

Abstract
The Effect of Breapreasi Therapy (combain for brain Gym and benson relaxation) on Sleep
Quality in the Elderly with Insomnia. Sleep quality in the elderly who experience insomnia varies
greatly, there are good and some are bad. One of the complaints of elderly sleep is Insomnia, which is a
degeneration process in the elderly which causes effective sleep time to decrease, and causes inadequate
quality sleep. The intervention provided can be inserted in the activities of Posbindu. One of the
interventions that can be given is therapy of beapreasi. This study aims to determine whether or not there
is an effect of beapreasi therapy on sleep quality in the elderly with insomnia at Posbindu Kemuning,
Candirejo Village, Ungaran. The research design used was quasi experiment pre-test post-test with control
group and carried out on 128 respondents divided into experimental groups and control groups, each
group consisting of 64 respondents. The method used to determine respondents is purposive sampling
technique. Assessment of sleep quality was measured by the PSQI questionnaire and carried out 2
measurements, namely before and after being given therapy Beapreasi. The study showed that the mean
PSQI value in the experimental group before intervention was 6.27 and the mean PSQI value in the
control group was 5.15. Then the mean PSQI value in the experimental group after intervention was 3.67,
while the mean PSQI value of the control group was 5.73. There are differences in the PSQI values in the
experimental and control groups with a value of p 0.00, the value of p <0.05 so that there is a significant
effect of the provision of beapreasi therapy on improving sleep quality. Beapreasi therapy interventions
can improve sleep quality in elderly who experience insomnia. Beapreasi therapy can be used as one of
the nurse's independent interventions in treating elderly people who experience insomnia in an effort to
improve sleep quality in the elderly.

Keywords: Beapreasi therapy, sleep quality, psqi (the pittsburgh sleep quality index), elderly insomnia,
posbindu

8
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 8 - 15, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Pendahuluan Perubahan pola tidur lansia


Penuaan atau proses menjadi tua disebabkan perubahan sistem neurologis
adalah suatu kondisi yang normal, yang yang secara fisiologis akan mengalami
akan ditandai dengan perubahan fisik dan penurunan jumlah dan ukuran neuron pada
tingkah laku yang dapat diprediksi dan sistem saraf pusat. Hal ini mengakibatkan
terjadi pada semua orang saat mereka fungsi dari neurotransmiter pada sistem
mencapai usia tahap perkembangan neurologi menurun, sehingga distribusi
kronologis tertentu (Stanley & Beare, norepinefrin yang merupakan zat untuk
2007). Dengan bertambahnya usia, akan merangsang tidur juga akan menurun.
besar kemungkinan seseorang mengalami Lansia yang mengalami perubahan
permasalah fisik, jiwa, spiritual, ekonomi fisiologis pada sistem neurologis
dan sosial. Masalah yang sangat mendasar menyebabkan gangguan tidur
pada lanjut usia adalah masalah kesehatan (Potter&Perry,2005; Stanley, 2007).
yang merupakan akibat proses degeneratif. Perubahan tidur yang
Pada proses degenerasi pada lansia, salah mempengaruhi kualitas tidur yang
satunya menyebabkan waktu tidur yang berhubungan dengan proses penuaan pada
efektif semakin berkurang, dan seperti meningkatkan latensi tidur,
menyebabkan tidak tercapainya kualitas efisiensi tidur berkurang, bangun lebih
tidur yang adekuat dan menyebabkan awal, mengurangi tahapan tidur nyenyak
berbagi macam keluhan tidur dan gangguan irama sirkardian,
(Chasanah,2017). peningkatan tidur siang. Jumlah waktu
Proses degenerasi pada lansia yang dihabiskan untuk tidur lebih dalam
menyebabkan waktu tidur yang efektif menurun. Lansia melaporkan sering tidur
semakin berkurang, dan menyebabkan siang dan mengalami kesulitan jatuh
tidak tercapainya kualitas tidur yang tertidur dan tetap tidur (Stanley, 2006;
adekuat dan menyebabkan berbagi macam Oliveira, 2010).
keluhan tidur. Prevalensi pemenuhan Gangguan tidur secara umum
gangguan pemenuhan kebutuhan tidur merupakan keadaan dimana terjadi
pada lansia cukup meningkat yaitu sekitar perubahan kuantitas dan kualitas tidur
76%. Kelompok lansia lebih mengeluh yang dapat menimbulkan rasa tidak
mengalami sulit tidur sebanyak 40%, nyaman dan berdampak pada kualitas dan
sering terbangun pada malam hari gaya hidup. Insomnia merupakan salah
sebanyak 30% dan sisanya gangguan satu gangguan tidur yang banyak
pemenuhan kebutuhan tidur lain (Amir, dikeluhkan masyarakat. Insomnia pada
2007). Hasil penelitian Khasanah (2012) lansia disebabkan oleh beberapa faktor,
menunjukkan bahwa 29 reponden (29,9%) diantaranya adalah faktor status kesehatan,
memiliki kualitas tidur baik dan 68 penggunaan obat-obatan, kondisi
responden (70,1%) memiliki kualitas tidur lingkungan, stress psikologis, asupan
buruk atau jelek. Hasil penelitian ini nutrisi/diet dan pola hidup (Darmojo dan
didapatkan data bahwa tidur Lansia di Martono, 2006). Kualitas tidur merupakan
Balai Rehabilitasi Sosial “ Mandiri ” suatu penyusun penting dan bagian yang
Semarang, dapat disimpulkan bahwa esensial dari kualitas hidup seseorang (Luo
secara keseluruhan kualitas tidur lansia dkk, 2013).
buruk. Hasil ini dapat digunakan sebagai Terdapat beberapa faktor yang
gambaran bagi perawat untuk bisa mempengaruhi kualitas tidur seseorang,
memanfaatkan data dalam penelitian ini diantaranya adalah : 1)Fisik Kondisi, fisik
sehingga mampu melakukan asuhan seseorang sangat erat kaitannya dengan
keperawatan pada lansia terkait kebutuhan kualitas tidur yang dimilikinya. Terutama
istirahat tidur. pada lansia dengan keluhan
ketidaknyamanan fisik seperti batuk, kram

9
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 8 - 15, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

kaki, pegal-pegal pada tubuh dan perut terbangun di malam hari (Wahyuni dkk,
kembung cenderung mengalami penurunan 2008).
kualitas tidur . 2)Psikososial Memasuki Hasil survei awal dengan
fase lansia akan membuat seseorang wawancara terhadap 20 lansia di posbindu
mengalami perubahan dalam hal “Kemuning” kelurahan candirejo
psikososial. Lansia mudah mengalami didapatkan data bahwa 70% diantaranya
kecemasan dan kekhawatiran berlebih serta mengeluh susah tidur di malam hari, pergi
depresi yang dapat mengganggu tidur tidur antara jam 7 sampai jam 9, tapi ada
mereka, 3)Lingkungan Faktor lingkungan juga yang tidur jam 10. Lansia mengatakan
ikut berkontribusi dalam mempengaruhi sering terbangun pada malam hari rata–rata
kualitas tidur seseorang. 4)Gaya Hidup, 2-3 kali untuk ke kamar mandi dan setelah
Gaya hidup tentu memberikan pengaruh itu sulit untuk jatuh tertidur lagi. Kondisi
yang besar terhadap kualitas tidur lain yang di alami lansia sehingga
seseorang. Terutama pada lansia, tidur terbangun pada malam hari dikarenakan
siang yang pendek dan diikuti dengan merasakan nyeri, terbangun karena mimpi
latihan fisik sedang pada sore hari dapat dan keadaan lingkungan yang berisik.
memberikan kualitas tidur yang baik Keluhan lain yang dialami lansia adalah
(Wahyuni dkk, 2009). Menghentikan merasa kurang segar setelah bangun di
aktivitas fisik seperti hubungan sosial pagi hari, mengantuk di siang hari namun
dengan teman, pekerjaan dan berada di ada 5 lansia yang mengeluh tidak bisa tidur
dalam kamar sepanjang hari terbukti disiang hari walaupun sudah mengantuk
meningkatkan kemungkinan terjadi serta ada keinginan untuk tidur. Maka
insomnia (Leblanc dkk, 2015). Kebiasaan diperlukan intervensi untuk meningkatkan
mengkonsumsi alkohol dan merokok, serta kualitas tidur pada lanjut usia yang
minum kopi sebelum tidur dapat mengalami insomnia. Salah satu intervensi
mengganggu pola tidur normal (Wahyuni mandiri yang dapat diberikan adalah terapi
dkk, 2009). Beapreasi.
Lansia umumnya ditemukan Tujuan Penelitian ini adalah untuk
perubahan berupa kedalaman tidur yang mengetahui pengaruh Terapi Beapreasi
terganggu, sehingga apabila terdapat terhadap kualitas tidur pada lansia dengan
stimulus dari lingkungan disekitarnya, insomnia di Posbindu kemuning kelurahan
maka lansia akan lebih sering terbangun candirejo. Adapun luaran yang akan
dibandingkan dengan orang dewasa muda dihasilkan pada penelitian ini adalah
normal yang terbangun hanya 2-4 kali adanya alternative intervensi dalam
dalam semalam (Darmojo dan Martono, kualitas tidur pada lansia yang mengalami
2006). Adanya penurunan jumlah total insomnia serta meningkatkan ketrampilan
waktu tidur, mudah terbangun di malam perawat dalam perawatan di komunitas
hari dan terbangun lebih awal dapat untuk lanjut usia. Intervensi ini bisa
memberikan perasaan tidak segar di pagi diterapkan dalam pemberian asuhan
hari dan kepuasan tidur yang berkurang keperawatan pada lansia untuk
(Wahyuni dkk, 2009). Hal tersebut meningkatkan kualitas tidur lansia dengan
berdampak pada munculnya keluhan insomnia.
mengantuk, keletihan dan mudah jatuh
tidur di siang hari. Lansia cenderung pergi Metode
ke tempat tidur lebih awal dibandingkan Design penelitian ini
dengan orang dewasa muda (Voinescu dan menggunakan desain quasi experiment
Tatar, 2015) namun membutuhkan waktu pre-test post-test with control group
yang lama untuk jatuh tertidur (latensi design. Penelitian ini dilakukan pada
tidur memanjang) dan lebih sering awal bulan Desember 2018 hingga bulan
Maret 2019 . Penelian ini dilakukan di

10
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 8 - 15, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

kelurahan Candireho Ungaran. Sampel lansia. Modul yang digunakan lebih


pada penelitian ini adalah sebanyak 128 disimpelkan lagi dengan mengurangi
lansia, sampel ini terbagi menjadi 2 yaitu penjelasan yang berlebihan pada gambar.
kelompok Kontrol dan kelompok Intervensi pada penelitian ini adalah
intervensi. Masing-masing kelompok pelaksanaan diawali dengan penilaian
terdiri dari 64 lansia yang mengalami kondisi lansia terkait insomsia baik yang
insomnia dengan kualitas tidur baik dan mengalami maupun yang tidak
buruk. Lansia insomnia direkrut secara mengalami. Bagi yang mengalami
purposif dari skreening oleh peneliti insomnia maka dilanjukan pertanyaan
dengan menggunakan kuesioner SPQI terkait kualitas tidurnya dengan
pada lansia yang tinggal di kelurahan menggunakan kuesioner PSQI.
candirejo Ungaran yang terdiri dari 2 Tahap selanjutnya adalah
bagian yaitu lansia yang mengikuti mengajarkan terapi Beapreasi kepada
kegiatan posbindu dan lansia yang tidak lansia yang mengalami insomnia pada
ikut dalam posbindu. kelompok intervensi. Sebelum Terapi
Kriteria inklusi responden adalah Beapreasi diterapkan, diawali dengan
(1)lansia warga candirejo dan tinggal di pelatihan selama 3 kali pertemuan dengan
candirejo, (2)mengalami insomnia, tiap pertemuan dilakukan pelatihan 2 kali
(3)kualitas tidur baik atau buruk, (4)usia sesi, pada hari ketiga latihan dilakukan
60 sampai 90 tahun, (5)mampu penilaian kemampuan dalam pelaksanaan
melakukan program terapi/ tidak terapi Beapreasi. Selanjutnya lansia yang
mengalami masalah musculoskeletal, mampu melakukan diminta
(6)bersedia untuk berpartisipasi penuh melaksanakan terapi ini secara mandiri di
selama terapi, (7)tidak dalam kondisi rumah dengan aturan 1 kali dalam sehari
total care. Sedangkan kriteria eksklusi selama 1 bulan dan selanjutnya pada
penderita adalah (1)tidak mengalami bulan berikutnya dilakukan penilaian
Insomnia, (2)tidak menjalankan program kualitas tidur kembali pada lansia yang
terapi sesuai aturan. Penelitian mengalami insomnia.
dilaksanakan di Wilayah Kelurahan Tiap lansia memiliki modul yang
Candirejo Ungaran. sudah diberikan oleh peneliti pada awal
Variabel tingkat Kualitas Tidur awal pelatihan. Sedangkan pada
dinilai dari yang terdiri dari 7 pertanyaan. kelompok kontrol tidak diberikan
Jenis kuesioner yang digunakan adalah intervensi khusus apapun tetapi lansia
kuesioner tertutup yang telah baku di melakukan kegiatan sehari-hari seperti
gunakan untuk menilai kualitas tidur. biasa. Untuk mengetahui pengaruh terapi
Kuesioner tidak dilakukan uji validitas Beapreasi terhadap kualitas tidur dari
dan reabilitas karena kuesioner tersebut lansia yang mengalami insomnia dari
telah menjadi kesioner baku pada masing-masing kelompok menggunakan
penegakan Kualitas tidur, selain itu oleh uji wilcoxon, sedangkan untuk
pada tahun, kuesioner di uji ulang mengetahui perbedaan tingkat depresi
validitas dan reabilitasnya dan sesudah intervensi antara kelompok
dinyatakan valid serta reliable. Modul kontrol dan intervensi menggunakan uji
Beapreasi yang digunakan merupakan Mann-whitney. Hal ini di karenakan data
pengembangan dari kombinasi senam yang ada tidak terdistribusi dengan
otak dan Relaksasi Benson dan telah normal. Semua responden dalam
dilakukan sebelumnya oleh peneliti penelitian ini telah memperoleh
dalam pengaruhnya terhadap penurunan penjelasan tentang tujuan dan manfaat
depresi pada lanjut usia. Penggunaan penelitian. Penjelasan diberikan secara
modul ini sebelumnya sudah di terapkan lisan dan tertulis.
dalam menurunkan tingkat depresi pada

11
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 8 - 15, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Hasil kelompok terdiri dari 64 responden.


Karakteristik Responden Karakteristik responden meliputi kategori
Subyek dalam penelitian ini terdiri umur lansia , jenis kelamin, dan kondisi
dari dua kelompok dengan masing masing kualitas tidur.

Tabel 1.
Umur dan Jenis Kelamin
Variabel Intervensi (n= 64) Kontrol (n = 64)
f % f %
Kategori Umur lansia
a. Elderly 54 84.4 55 85.9
b. old 10 15.6 9 14.1
Jenis kelamin
a. laki- laki 13 20.3 21 32.8
b. Perempuan 51 79.7 43 67.2
Berdasarkan Tabel 1 didapatkan Pada tabel 1 juga di dapatkan
hasil bahwa Sebagian besar kategori umur didapatkan hasil bahwa Sebagian besar
lansia adalah elderly yaitu usia 60 tahun lansia berjenis kelamin perempuan. Pada
hingga 74 tahun. Kategori umur lansia kelompok intervensi jumlah lansia
pada kelompok intervensi elderly yaitu perempuan mencapai 79.7% atau 51 lansia.
mencapai 84.4% atau 54 lansia. Sedangkan Sedangkan untuk lansia dengan jenis
untuk kategori lansia old hanya 15,6 % kelamin laki-laki hanya 20.3% atau 13
atau 10 lansia. Pada kelompok kontrol lansia. Pada kelompok kontrol juga
juga Sebagian besar lansia dalan kategori Sebagian besar berjenis kelamin
umur elderly dimana mencapai 85.9% perempuan yaitu mencapai 67.2 % atau 43
atau 55 lansia. Pada kelompok kontrol lansia dan jumlah lansia berjenis kelamin
jumlah lansia dengan kategori umur old laki-laki hanya 32.8% atau 21 lansia. Hal
hanya 14.1% atau 9 lansia. Hal ini juga ini juga berbanding lurus dengan jumlah
berbanding lurus dengan jumlah lansia kategori umur lansia yang ada di
dengan kriteria umur yang ada di masyarakat yaitu lebih banyak lansia yang
masyarakat yaitu kelompok elderly lebih berjenis kelamin perempuan disbanding
banyak dibandingkan kelompok umur old. laki-laki.

Tabel 2.
Kualitas Tidur
Kelompok n Mean SD Min - Maks
Intervensi 64 6.27 2.11 2-10
Kontrol 64 5.15 1.85 2-9
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa kontrol adalah 5.15 dengan standar deviasi
rerata kualitas tidur lansia pada kelompok 1.85. Nilai kualitas tidur pada kelompok
intervensi adalah 6.27 dengan standar kontrol dengan PSQI pada kelompok
deviasi 2.11 . Nilai terendah dari PSQI intervensi adalah 2 dan nilai tertinggi
pada kelompok intervensi adalah 2 dan adalah 9.
nilai tertinggi adalah 10. Sedangkan rerata
nilai kualitas tidur lansia pada kelompok

12
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 8 - 15, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Tabel 3.
Perbedaan PSQI pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol Sebelum dan Setelah
Intervensi (n=64)
Kelompok Mean SD Min - Maks
Intervensi
a. pretest 6.27 2.11 2-10
b. posttest 3.67 1.33 1-6
Kontrol
c. pretest 5.60 1.85 2-9
d. posttest 5.73 1.64 3-9
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata nilai Rerata nilai PSQI lansia pada kelompok
PSQI pretest lansia pada kelompok kontrol pada saat pretest adalah 5.60 dan
intervensi adalah 6.27 dan Rerata nilai Rerata nilai PSQI lansia pada kelompok
PSQI lansia pada kelompok intervensi kontrol pada saat posttest adalah 5.73.
pada posttest adalah 3.67. sedangkan

Tabel 4.
Hasil Uji Perbedaan PSQI sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok intervensi
Mean SD p value
PSQI sebelum Intervensi 6.27 (2-10) 2.11 0.000
PSQI sesudah intervensi 3.67(1 – 6) 1.33
Hasil analisis perbedaan tingkat depresi dan sesudah pemberian intervensi yaitu
sebelum dan sesudah pelatihan mempunyai Terapi beapreasi, sehingga dapat
nilai signifikansi sebesar 0.000, yang lebih disimpulkan bahwa ada pengaruh dari
kecil dibandingkan nilai alpha 0.05. Hal ini intervensi terhadap nilai PSQI atau
dapat menunjukkan bahwa ada perbedaan perubahan kualitas tidur lansia.
yang signifikan pada nilai PSQI sebelum

Tabel 5.
Hasil Uji Perbedaan PSQI sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol
Mean SD p value
PSQI sebelum Intervensi 5.60 1.85 0.33
PSQI sesudah intervensi 5.73 1.64
Hasil analisis perbedaan tingkat kegiatan dipanti terhadap nilai PSQI atau
kualitas tidur lansia pada kelompok kontrol kualitas Tidur.
mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.33,
yang lebih besar dibandingkan nilai alpha Pembahasan
0.05. Hal ini dapat menunjukkan bahwa Insomnia pada lansia merupakan
tidak dilakukannya intervensi khusus keadaan dimana individu mengalami suatu
membuat tidak ada perbedaan yang perubahan dalam kuantitas dan kualitas
signifikan pada nilai PSQI pada penilaian pola istirahatnya yang menyebabkan rasa
awal dan penilaian akhir pada kelompok tidak nyaman atau mengganggu gaya
kontrol yang tidak mendapatkan intervensi hidup yang di inginkan. Gangguan tidur
beapreasi. Sehingga dapat disimpulkan pada lansia jika tidak segera ditangani akan
bahwa pada kelompok kontrol atau pada berdampak serius dan akan menjadi
kelompok yang tidak mendapat pelakuan, gangguan tidur yang kronis. Secara
nilai kualitas tidur cenderung meningkat fisiologis, jika seseorang tidak
atau hanya tetap. Sehingga kualitas tidur mendapatkan tidur yang cukup untuk
lansia semakin turun pengaruh dari mempertahankan kesehatan tubuh dapat

13
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 8 - 15, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

terjadi efek-efek seperti pelupa, konfusi terapi ini berfokus pada individu itu
dan disorientasi (Asmadi, 2008). sendiri. Terapi individu menurut sebagian
Menurut National Sleep ahli merupakan bentuk terapi yang paling
Foundation tahun 2010 sekitar 67% dari akhir dapat dipilih dalam mengatasi
1.508 lansia di Amerika usia 65 tahun masalah kesehatan jiwa. terapi yang
keatas melaporkan mengalami insomnia dianjurkan adalah terapi yang melibatkan
dan sebanyak 7,3 % lansia mengeluhkan dukungan kelompok atau dukungan
gangguan memulai dan mempertahankan kelompok sosial.
tidur atau insomnia. Kebanyakan lansia Pada kelompok intervensi
beresiko mengalami insomnia yang menunjukkan hasil yang positif atau
disebabkan oleh berbagai faktor seperti pengaruh positif dari pemberian terapi
pensiunan, kematian pasangan atau teman beapreasi dalam menurunkan tingkat
dekat, peningkatan obat-obatan, dan depresi pada lansia. Pada kelompok
penyakit yang dialami. Di Indonesia kontrol, yang tidak mendapatkan
insomnia menyerang sekitar 50% orang intervensi khusus dalam penatalaksanaan
yang berusia 65 tahun, setiap tahun insomnia pada lansia, beberapa lansia
diperkirakan sekitar 20%-50% lansia mengalami peningkatan nilai PSQI. Hal ini
melaporkan adanya insomnia dan sekitar menunjukkan diperlukannya terapi-terapi
17% mengalami insomnia yang serius. khusus yang dapat digunakan sebagai
Prevalensi insomnia pada lansia cukup intervensi mengatasi insomnia pada lansia.
tinggi yaitu sekitar 67% (Puspitosari,
2011). Simpulan dan Saran
Pada karakteristik umur, sebagian Intervensi berupa terapi Beapreasi
besar lansia masuk criteria lansia elderly terbukti dapat meningakatkan kualitas tidur
taitu yang usianay 60 tahun hingga 74 pada lansia dengan insomnia hal ini yang
tahun. Pada karakter jenis kelamin, terlihat dari penurunan nilai PSQI (The
sebagian besar lansia baik pada kelompok Pittsburgh Sleep Quality Index) pada
kontrol maupun kelompok intervensi lebih lansia. Terapi Beapreasi dapat dijadikan
banyak perempuan. Hasil penelitian ini salah satu intervensi mandiri perawat
menunjukkan terdapat perbedaan yang melalui pemberdayaan pengelola kegiatan
signifikan tentang nilai kualitas tidur di posbindu sebagai upaya meningkatkan
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi perawatan pada kelompok lansia.
terapi beapreasi pada kelompok intervensi.
Hal ini sejalan dengang penelitian Daftar Pustaka
sebelumnya dengan desain quasi Amir, N., 2007. gangguan tidur pada
eksperimental menyebutkan bahwa terapi lansia. Cermin Dunia Kedokteran,
senam otak dengan kombinasi relaksasi Jakarta.
benson mampu menurunkan tingkat
depresi. Penelitian ini mengungkapkan Asmadi, 2008., Konsep Dasar
perbedaan bermakna rata-rata nilai PSQI Keperawatan. EGC, Jakarta
pada lansia sebelum dan sesudah
diberikan terapi (p value < 0.05). Astia,N.K.R dan Arianai,N.K.P. 2016.
Terapi individu merupakan terapi Gambaran kualitas tidur pada lansia
yang berfokus pada orang/individu itu di desa adat pecatu kecamatan kuta
sendiri dan aspek lain dalam hidup orang selatan.https://simdos.unnad.ac.id/p
tersebut. Terapi individu merupakan terapi enelitin/5bde595761
psikoanalisis dan merupakan terapi
kesehatan jiwa yang sering digunakan. Darmojo,B dan Martono,H., 2005. Proses
Terapi senam otak dan Relaksasi Benson Menua dan implikasi klinik (Buku
merupakan terapi individu dimana kedua Ajar Penyakit Dalam). Balai penerbit
FKUI:Jakarta,
14
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 8 - 15, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Dennison. 2009. Brain GYM (senam Kedokteran Trisakti, Jan - April Vol
Otak). Grasindo , Jakarta 2. No 1.

Chasanah, Nur. 2017. Hubungan Kualitas Stenley,M & Beare,P. 2007. Buku Ajar
Tidur dengan Kualitas Hidup pada Keperawatan Gerontik. EGC. Jakarta
Lansia di Kelurahan Karangasem
Kecamatan Laweyan Surakarta. Voinescu.B.I & Tatar.A.S. 2015. Sleep
Eprint.ums.ac.id/55437/II/naskah Hygiene awareness; its relation to
Publikasi sleep quality and diurnal preference.
Journal of molecular psyichiatry. 3:1
Khasanah, K. dan Hidayati.W. 2012.
Kualitas tidur lansia balai rehabilitasi Wahyuni.D., Tjekyan R.M.S.,
social ”Mandiri Semarang”. Jurnal Darmayanti.S. 2009. Kualitas Tidur
nursing studies, Vol1,No1 tahun dan gangguan tidur pada lansia di
2012 hal 189-196. pantinwerda bakti darma KM 7
http://ejournal.S1.Undip.ac.id/indekx Palembang. Fakultas Kedokteran
.php/j nursing. Universitas Sriwijaya

Leblanc M.F, Desjardins.S, Desgagne.A.


2013. The Relationship Between
Sleep Habits, Anxiety and
Depression in The Elderly. Dove
Press Journal: Nature and science Of
Sleep

Luo.J, Zhu G, Zhao Q, Guo Q, Meng H,


dkk. 2013.Prevalence and risk factor
off poor sleep guality among chine
elderly in an urban community result
from the shanghai aging study plos
one 8
(11):e812ad01:10.137/journal.pone
oo81261

Perry & Potter. 2005. Buku Ajar


Fundamental Keperawatan: konsep,
Proses dan Praktik . vol 2 edisi 4
EGC. Jakarta

Perry & Potter. 2009. Buku Ajar


Fundamental Keperawatan: konsep,
Proses dan Praktik . EGC. Jakarta

Olivera ,A. 2010. Sleep Quality of Elders


living in Long Term Care Institution.
http;//www.scielo.br/pdf/reeusp/v44n
3/en_10.pdf

Puspitosari. 2011. Gangguan Pola Tidur


Pada Kelompok Usia Lanjut, Journal

15

Anda mungkin juga menyukai