Anda di halaman 1dari 16

Tugas Produk Kimia Basis Nabati

Silfi Gania Fauziah [14517031] │Mohammad Reza Ramdani [14517032] │ Louis Althea [14517033]
1. Pohon Industri BTX

Gambar 1. Pohon Produksi BTX


2. Data Ekspor-Impor BTX
Berikut adalah data impor ekspor benzena Indonesia pada rentang 2014-2019 menurut BPS.
Tabel 1. Data Ekspor dan Impor Benzena Indonesia

Tahun Total Impor (kg) Total Ekspor (kg)


2014 0 6700000
2015 2 5098950
2016 0 16228850
2017 2040 11361001
2018 194 9013515
2019 67 22915415

Data konsumsi dan produksi BTX pada tahun 2012 menurut Kemenperin (2014) ditampilkan
pada tabel dibawah.
Tabel 2. Data Produksi dan Konsumsi BTX pada Tahun 2012 oleh Kemenperin

Produk Deskripsi 2012


Produksi (ton) 124.790
Impor (ton) 212.959
Ekspor (ton) 4.191
Benzena
Demand (ton) 546.517
Konsumsi (ton) 333.558
Impor (ton) 212.959
Produksi (ton) 0
Impor (ton) 122.441
Ekspor (ton) 0
Toluena
Demand (ton) 231.957
Konsumsi (ton) 109.516
Impor (ton) 122.441
Produksi (ton) 272.500
Impor (ton) 677.285
Ekspor (ton) 27.586
Xilena
Demand (ton) 1.599.484
Konsumsi (ton) 922.199
Impor (ton) 677.285

25000000

20000000

15000000
Massa (kg)

10000000

5000000

0
2014 2015 2016 2017 2018 2019

Total Impor (kg) Total Ekspor (kg)

Gambar 2. Data Ekspor dan Impor Benzena Indonesia


Berikut adalah data impor toluena dan xilena Indonesia pada rentang 2012-2019 menurut
BPS.

Tabel 3. Data Impor Toluena dan Xilena Indonesia

Tahun Total Toluena (kg) Total Xilena (kg)


2012 51199 2036881
2013 80598 1661136
2014 27073 2851407
2015 54467 3594313
2016 25071 3833977
2017 29975 4618689
2018 13259 11695437
2019 8815 6022193
90000
80000
70000
60000
Massa (kg)
50000
40000
30000
20000
10000
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 3. Data Impor Toluena Indonesia


14000000

12000000

10000000
Massa (kg)

8000000

6000000

4000000

2000000

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Gambar 4. Data Impor Xilena Indonesia


3. Produksi Nasional BTX
Benzena, toluena, dan xilena (BTX) adalah senyawa aromatik yang memiliki banyak manfaat
dan digunakan sebagai intermediate dalam industri kimia. BTX diproduksi dalam negeri oleh PT.
Trans Pacific Petrochemical Indotama di Tuban dan PT. Chandra Asri Petrochemical di Cilegon.
Berikut data produksi BTX diolah dari Kemenperin (2014) oleh PT. Trans Pacific Petrochemical
Indotama.
Tabel 4. Data Produksi BTX oleh PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama

Produk Kapasitas Produksi (Ton)

Benzena 300.000
Toluena 300.000
P - Xilena 370.000
O - Xilena 100.000

4. Jalur Produksi bio-BTX


A. Biomassa Lignoselulosa

I. Pulping
Industri kertas (pulp) merupakan salah satu industri kimia yang besar. Industri pulp memiliki
produk samping yaitu, black liquor. Black liquor mengandung banyak lignin. Lignin tersebut
dapat dimanfaatkan untuk diolah menjadi senyawa aromatik atau produk kimia lainnya.
Kandungan black liquor dapat dilihat pada Tabel 5. Proses pemisahan lignin dari black liquor
dapat dilakukan dengan teknologi LignoBoost. Teknologi Lignoboost dikembangkan oleh
Innventia dan Chalmers University of Technology. Tahun 2007, teknologi ini sudah dilakukan
dalam skala lab dan pilot, Dan tahun 2008 Teknologi ini sedang dicoba dikembangkan dalam
skala industri oleh perusahaan Meso bersama Innventia, dan saat ini Lignoboost sudah di proses
dalam skala industri di Domtar, Amerika Utara.
Tabel 5. Kandungan black liquor
Komposisi Persentase

Lignin 30-45%

Polisakarida 30-45%

Garam anorganik 30-45%

Asam lemak 3-5%

Methanol ~1%

Proses pemisahan lignin dari black liquor dimulai dengan proses pemasukkan black liquor
kedalam tangki digester, setelah itu dilakukan proses pemekatan atau proses evaporasi didalam
evaporator jenis multi effect evaporator dan dihasilkan black liquor pekat. Selanjutnya black liquor
pekat dimasukkan ke dalam recovery boiler dan sebagian dialirkan menuju tanki presipitasi. Proses
presipitasi atau pengendapan bergantung pada pH dan suhu. Di dalam tangki presipitasi black liquor
pekat mengalami proses presipitasi (pengendapan) dengan penambahan H2SO4 sebagai sumber
hidrogen. Dan pada tahap ini lignin yang terkandung pada black liquor di ekstrak kemudian dihasilkan
endapan lignin. Endapan lignin disaring dengan filter cake, kemudian endapan yang sudah disaring,
dicuci (displacement washing). Setelah proses pencucian didapatkan lignin yang sudah dipisahkan
dari black liquor. Selanjutnya lignin diproses dengan reaksi katalitik lebih lanjut untuk dijadikan
produk-produk kimia seperti Bio- BTX, Sodium lignosulfonat,dan lain-lain. Blok Flow Diagram
proses pemisahan lignin dengan teknologi Lignoboost dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Blok Flow Diagram Proses Pemisahan Lignin dengan Lignoboost

II. Biorefinery Bioetanol


Proses biorefinery merupakan proses produksi berbagai produk kimia dan biofuel dari
biomassa dengan teknologi ramah lingkungan. Biorefinery bioetanol merupakan proses
pengolahan biomassa lignoselulosa untuk dijadikan sebagai bioetanol. Beberapa teknologi
biorefinery bioethanol dikembangkan, seperti teknologi Proesa dan Moghi. Berikut penjelasan
teknologi biorefinery bioetanol Proesa dan Moghi.

1. Proesa pada pabrik Crescentino


Teknologi biorefinery Proesa telah digunakan di Pabrik Crescentino dengan
kapasitas produksi 40.000 ton bioetanol per tahun. Biomassa lignoselulosa ini didapatkan dari
residu pertanian dan tanaman energi, dan teknologi PROESA dirancang untuk menggunakan
biomassa selulosa non-makanan, seperti jerami gandum, jerami padi, dan residu tebu. Proses
Biorefinery proesa dimulai dengan dilakukannya pre-treatment pada biomassa lignoselulosa
yang digunakan. Proses pre-treatment berupa diaturnya suhu dan tekanan yang tinggi pada
tangki berisi biomassa. Proses pre-treatment ini digunakan untuk memisahkan selulosa dan
hemiselulosa dari lignin. Kemudian molekul gula mengalami proses hidrolisis dan dipisahkan
dari hemiselulosa dengan bantuan enzim. Kemudian gula diproses fermentasi dengan
menggunakan mikroorganisme. Proses fermentasi mengubah gula (Molase) menjadi etanol.
Setelah proses fermentasi, dilakukan proses recovery. Dalam proses ini produk samping yang
dihasilkan adalah lignin. Pada proses ini etanol dimurnikan dan lignin digunakan sebagai
energi dalam proses produksi. Blok Flow Diagram proses biorefinery bioetanol dengan
teknologi proesa dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Jalur produksi proses biorefinery dengan teknologi PROESA
Sumber : Betarenewable

2. Moghi Biochemtex
Teknologi biorefinery Moghi telah digunakan di Pabrik Chemtex. Moghi
dikembangkan untuk mengubah atau mengkonversi kandungan biomassa lignoselulosa
(lignin) menjadi bahan kimia seperti BTX, dan senyawa aromatik lain seperti Naphtha.
Teknologi ini menyelidiki rute yang memungkinkan untuk mengubah produk samping lignin
yang diproduksi di pabrik Crescentino, menjadi molekul atau produk kimia. Contoh dari
produk yang dihasilkan dicapai melalui rute tersebut adalah aromatik BTX (Benzene, Toluene
dan Xylene) maupun Senyawa lain yang diperoleh dari transformasi lignin tersebut seperti
molekul alifatik rantai panjang, yang dapat dengan mudah digunakan untuk membuat bahan
bakar jet.

Proses ini diawali dengan pengolahan awal biomassa lignoselulosa, biomassa


dimasukkan kedalam tangki dan diberikan pre-treatment, biomassa direndam dengan air
dan dialirkan steam, biomassa direndam selama 155 menit dengan suhu 155C, selanjutnya
biomassa yang direndam dipisahkan dan dilakukan proses penguapan steam. Setelah itu,
biomassa padat yang sudah diuapkan dicampur dengan air hingga berbentuk slurry,
selanjutnya dimasukkan kedalam reaktor. Didalam reaktor terjadi proses hidrolisis enzimatik
dengan umpan hidrolisat dan yeast. Didalam reaktor terjadi proses fermentasi dan hidrolisis
dengan pemisahan dari fraksi padat menjadi fraksi cair. Setelah itu fraksi cair hasil proses
hidrolisis dimasukkan kedalam tangki berbeda dan dilakukan proses hidrodeoksigenasi untuk
mengubah lignin dengan bantuan H2. Selanjutnya dilakukan proses pemisahan produk. Jalur
produksi BTX dari proses biorefinery dengan teknologi moghi dapat dilihat pada gambar 7.
Gambar 7. Jalur Produksi BTX proses biorefinery dengan teknologi MOGHI

Sumber http://biochemtex.st.e-one.it/en/sustainable-chemistry/moghi (biochemtex)

III. DEPOLIMERISASI LIGNIN


Lignin merupakan polimer fenolik alami yang paling melimpah di dunia. Secara
alami, polimer lignin biasanya membentuk ikatan eter atau ester dengan juga terkait
dengan selulosa. Didalam lignin terkandung gugus hidroksil alifatik yang melimpah.
Lignin merupakan salah satu komponen utama kayu dan biomassa lignoselulotik.
Lignin memiliki struktur kimia yang baik untuk dikonversi menjadi senyawa aromatik.
Salah satu cara untuk mengubah lignin menjadi senyawa aromatik adalah dengan
melakukan depolimerisasi lignin. Lignin dapat didepolimerisasi ke dalam konstituennya
dengan pirolisis cepat katalitik (mis. Pemanasan cepat tanpa adanya oksigen).
Kandungan biomassa lignoselulosa seperti kayu dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 8. Lignoselulosa dalam Biomassa dan bagiannya.

Ada beberapa metode untuk melakukan depolimerisasi lignin, salah satunya


adalah dengan cara pirolisis cepat. Pirolisis cepat adalah salah satu metode untuk

depolimerisasi lignin. Proses depolimerisasi lignin menjadi senyawa aromatik


dengan pirolisis cepat dapat dilihat pada gambar 9.
Gambar 9. Jalur Produksi BTX Dari Depolimerisasi lignin via pirolisis cepat

B. Pirolisis ( In-situ dan Ex-situ catalytic pyrolisis )


BTX (Benzena, Toluena, Xilena) adalah produk yang banyak digunakan dalam industri
kimia untuk memproduksi bahan kimia dan plastik dari turunannya. Sebagai contoh stirena, fenol,
nilon, anilin, aditif bensin, berbagai pelarut, phtalic anhydride (o-xylene), asam isophtalic (m-
xylene), asam terephtalic dan dimethyl terephtalate (p-xylene) untuk serat PET, resin film dll.
Permintaan dunia untuk benzena, toluena, dan xilena (BTX) sekitar 115 juta MT / a pada tahun
2014 [1]. Sejumlah teknologi telah diusulkan produksi BTX dari biomassa lignoselulosa sehingga
mengurangi penggunaan sumber daya fosil. Sebagai contoh, perusahaan GEVO melaporkan bahwa
p-xylene berpotensi dapat diproduksi melalui konversi enzimatik dan transformasi katalitik dari
gula. Selain itu, p-xylene juga dapat diperoleh dari sumber biomassa seperti selulosa melalui
proses termokimia. Misalnya, proses BTA melibatkan gasifikasi biomassa menuju gas sintesis
yang kemudian dikonversi menjadi BTX melalui metanol .
Sintesis BTX melalui pirolisis cepat katalitik in- situ dan ex-situ juga dianggap sebagai
pilihan yang menarik. Ini melibatkan pirolisis sumber biomassa dengan adanya katalis aromatisasi
untuk mendapatkan BTX. Pirolisis katalitik in-situ menggunakan campuran fisik biomassa dan
katalis, sedangkan pirolisis katalitik ex-situ melibatkan peningkatan katalitik uap pirolisa panas di
hilir reaktor pirolisis. Gambar 12 menyajikan contoh-contoh pirolisis biomassa katalitik in-situ dan
ex-situ untuk sintesis BTX.
Gambar 12. Contoh pirolisis biomassa katalitik in-situ dan ex-situ untuk sintesis BTX
Dalam kondisi yang sebanding, pirolisis katalitik in-situ menghasilkan lebih banyak
aromatik dibandingkan pendekatan ex-situ. Selain itu, Karagoz et al, mempelajari pengaruh katalis
HZSM-5 pada pirolisis berbagai jenis biomassa lignoselulosa menggunakan mikro-reaktor-
GC/MS. Dilaporkan bahwa hasil BTX adalah fungsi yang kuat dari komposisi bahan baku.
Menurut Zheng et al. Selektivitas terhadap aromatik untuk pirolisis biomassa cepat katalitik secara
signifikan dipengaruhi oleh ukuran kristal ZSM-5 dengan 50 nm untuk selektivitas tertinggi tetapi
hasil terendah dan 200 μm untuk hasil tertinggi. BTX menghasilkan ketika menggunakan ZSM-5
dengan ukuran kristal 50 nm untuk selulosa dan kayu pinus adalah 13,9% (% mol-karbon) untuk
selulosa dan 10,2% (% mol-karbon) untuk pinus, sedangkan BTX menghasilkan 13,3% untuk
selulosa dan 8,5% untuk pinus diperoleh saat menggunakan ZSM-5 dengan ukuran kristal 200 nm.
Paasikallio et al, menemukan bahwa rasio katalis terhadap biomassa (C/B) untuk sistem
reaktor unggun fluida in-situ sangat mempengaruhi kualitas produk secara keseluruhan dan
mengakui pentingnya mengoptimalkan rasio dari katalis terhadap biomassa tersebut untuk
kuantitas dan komposisi produk bio-oil. selain rasio dari katalis, perolehan BTX juga dipengaruhi
oleh temperatur operasi pirolisis. Carlson et al, menemukan bahwa selektivitas BTX sangat
dipengaruhi oleh suhu pirolisis dan rasio katalis terhadap berat glukosa. Mereka melaporkan
bahwa hasil BTX maksimum 16,5% (mol%-karbon) dapat diperoleh pada 600 °C dan katalis
ZSM-5 terhadap rasio glukosa 19 (b / b).
Sebagai contoh pirolisis katalitik ex-situ bagasse tebu dengan berbagai variasi tipe katalis
HZSM-5 (23, 50, dan 80) dipelajari dalam reaktor mikro tandem-GC/MS pada suhu 400 °C, 450
°C, 500 °C dan 550 °C dengan rasio katalis terhadap biomassa (C/B) mulai dari 2 hingga 23.
Gambar 13. Perolehan BTX pada variasi temperatur yang berbeda

Gambar 14. Perolehan BTX pada variasi rasio katalis terhadap biomassa yang berbeda

Gambar 15. Perolehan BTX pada variasi tipe katalis HZSM-5 yang berbeda

Hasil benzena, toluena, dan xilena (BTX) secara signifikan dipengaruhi oleh suhu pirolisis
dan rasio C/B. Hasil BTX tertinggi 22% diperoleh untuk katalis HZSM-5 (23) pada rasio C/B 12,5
dan suhu 475°C. Hasil karbon BTX meningkat dari 16,1% menjadi 21,2% dengan meningkatkan
suhu dari 400°C menjadi 450 °C pada C/B rasio 12,5 dengan HZSM-5 (23). Hasil BTX 15,1% dan
17,8% diperoleh dari masing-masing HZSM-5 (80) dan HZSM-5 (50) pada 450 °C dan rasio C/B
12,5. Di bawah kondisi pirolisis yang identik, hasil BTX dari ampas tebu umumnya lebih tinggi
bila dibandingkan dengan hasil BTX dari bahan lignoselulosa lainnya seperti poplar hibrida dan
red-oak.
Anellotech mengembangkan Bio-TCat yang berbeda dari catalytic fast pyrolysis. BioTCat
menggunakan reaktor fixed fluid bed dengan waktu kontak diatas 2 detik. Hasil keluaran yang
dominan adalah cincin aromatik tunggal dan ganda. Konten oksigenat di dalam produk cair adalah
< 1% massa. O dikeluarkan dalam bentuk CO X dan H2O. Proses Bio-TCat menggunakan mild
hydrotreating untuk membuang heteroatom S, N, dan O untuk memenuhi standar batas ppm bahan
bakar. Untuk saturasi benzena dan distilasi hydrotreating bisa dilakukan di Bio-TCat.

Gambar 16. Skema produksi BTX Annelotech


Gambar 17. Skema reaktor produksi BTX Annelotech

C. Gula (Virent/APR)
 Sekilas tentang Virent
Virent merupakan Pemimpin global dalam penelitian, pengembangan, dan komersialisasi
biorefinery katalitik. Mengkonversi bahan baku nabati berbasis tanaman menjadi bahan bakar
dan bahan kimia.

 Teknologi BioForming® Virent


Cepat dan Kuat
 Katalis anorganik
 Kondisi Sedang
 Skalabilitas Terbukti Industri
Hemat energi
 Eksotermik
 Pemisahan Energi Rendah
 Jejak Karbon Rendah
Produk Drop-in Premium
 Platform Merdu
 Kompatibel dengan Infrastruktur
 Bahan Bakar dan Bahan Kimia
Bahan Baku Fleksibel
 Gula Konvensional
 Gula Non-Makanan
Rute katalitik terdepan ke bahan bakar hidrokarbon terbarukan dan bahan kimia. Virent
mengubah gula nabati menjadi 100% bahan kimia dan bahan bakar terbarukan.

Gambar 18.. Konsep Bio-forming Virent


Gambar 19.. Pasar petrokimia global

Gambar 20.. Neraca Massa Proses Bio-forming


D. Isobutanol
Saat ini proses produksi BTX dari butanol belum ada yang diproduksi secara massal.
Hanya sedikit penelitian yang membahas produksi BTX dari butanol.
E. Minyak Nabati
 Minyak Jarak
Minyak nabati dapat dikonversi menjadi BTX secara katalitik, contoh minyak nabati yang
sudah diteliti dan dapat dijadikan BTX adalah minyak kelapa sawit, minyak nyampung, dan
minyak jarak. Proses konversi ini meliputi 3 tahapan utama yaitu perengkahan, dehidrogenasi, dan
konversi dari benzena menjadi toluena dan xilena yang dilakukan secara katalitik. Sebagai contoh,
menurut (Mahmud, 2004) konversi minyak kelapa sawit menjadi BTX dengan menggunakan
katalis zeolit USY pada kondisi operasi 425 oC, dihasilkan produk benzena sebesar 8,80 % berat,
toluena sebesar 29,60 % berat dan xilena sebesar 18,40 % berat.
Selain minyak kelapa sawit tersebut, minyak Jarak yang diekstrak dari biji tanaman jarak
(Ricinus communist) berpotensi dijadikan BTX karena memiliki kemiripan komposisi dengan
minyak kelapa sawit. Yang membedakan minyak jarak dengan minyak kelapa sawit adalah jumlah
ikatan rangkapnya yang lebih banyak jika dibandingkan dengan minyak kelapa sawit (Meyer,
2008). Hal ini karena kandungan asam lemak tak jenuh minyak jarak yang lebih tinggi. Ikatan
rangkap lebih tidak stabil jika dibandingkan dengan ikatan tunggal sehingga proses pemutusan
ikatan rangkap akan membutuhkan energi yang lebih sedikit. Oleh karena alasan tersebut, tahapan
pertama reaksi konversi katalitik yang berupa perengkahan katalitik akan lebih mudah dilakukan
pada minyak jarak. Sehingga, dengan penggunaan minyak jarak diharapkan akan diperoleh BTX
dengan yield yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan menggunakan bahan baku minyak kelapa
sawit.

 Jalur Produksi BTX dari minyak jarak


Proses konversi minyak jarak dilakukan dengan menggunakan katalis Zeolit ZSM-5
dengan modifikasi melalui penambahan Zn menjadi Zn-ZSM-5. Proses perengkahan dan
dehidrogenasi minyak jarak menjadi BTX ini dilangsungkan secara semi-batch pada fasa cair dan
tekanan atmosferik menghasilkan hidrokarbon aromatik BTX dan fraksi C1-C5 .
C1-C5 merupakan produk reaksi perengkahan, sedangkan BTX merupakan produk reaksi
dehidrogenasi sikloalkena menjadi benzena yang diikuti dengan alkilasi benzena menjadi toluena
dan xilena. Produk aromatik yang dihasilkan mengandung toluena dan xilena. Hal ini disebabkan
terjadi reaksi alkilasi benzena menjadi toluena dan xilena yang dikatalisis oleh zeolit ZSM-5
(Olah dan Molnar, 2003). Secara umum produk konversi minyak jarak ini akan didominasi oleh
benzena dan xilena.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nerissa Arviana, 2009) proses konversi
minyak jarak menjadi BTX merupak reaksi yang berlangsung secara endotermis, sehingga pada
dasarnya akan mengalami peningkatan konversi saat suhunya ditingkatkan. Berdasarkan hasil
reaksi perengkahan dan dehidrogenasi minyak jarak diperoleh konversi pada kondisi optimum
sebagai berikut.(Minyak, Melalui, and Simultan 2009)

Tabel 5. Perolehan BTX pada Kondisi Optimum Reaksi Perengkahan dan Dehidrogenasi Minyak
Jarak

Suhu Reaksi 310 oC


Waktu reaksi 48 Menit
Konversi 12,31 %
Komponen produk gas Fraksi produk (% volume) Yield produk (% volume)
C1-C5 46,89 5,77
Benzena 20,05 2,47
Toluena 13,48 1,66
Xilena 11,65 1,43
Produk lain 7,93 0,98
Daftar Pustaka
Chonlong Chio, Mohini Sain, Wensheng Qin.”Lignin utilization: A review of lignin
depolymerization from various aspects”.2019.vol 117.P 232-249
Clay, David T. “Evaporation Principles and Black Liquor Properties”. Jacobs Engineering.

Cobror, Sandro. “Sustainable Jet Fuel From Proesa”.2014. Italia.

Conference, International, and Sustainable Chemistry. 2013. “Virent Vision.”


Kieran Furlong, Director Chemicals Business Development. kieran_furlong@virent.com. VIRENT
Minyak, Dari, Jarak Melalui, and Reaksi Simultan. 2009. Produksi Benzena..., Nerissa Arviana, FT
UI, 2009.
Sulaiman, Fatah. 2016. Mengenal Industri Petrokimia.
Zhang, Laibao, Zhenghong Bao, Shunxiang Xia, Qiang Lu, and Keisha B. Walters. 2018. Catalytic
Pyrolysis of Biomass and Polymer Wastes. Catalysts. Vol. 8.
https://doi.org/10.3390/catal8120659.
http://biochemtex.st.e-one.it/en/sustainable-chemistry/moghi diakses 15 Maret 2020 pukul 20.30

Anda mungkin juga menyukai