Panduan Skill Lab Blok 4.2 Mata Tahun 2020
Panduan Skill Lab Blok 4.2 Mata Tahun 2020
PEMERIKSAAN MATA
BLOK 4.2
2
PEMERIKSAAN MATA
3
- perubahan penampilan yang berbeda dari biasanya pada
kelopak, orbita atau bola mata
- diplopia, pusing atau vertigo.
4. pemeriksaan sistematik meliputi pemeriksaan :
- tajam penglihatan masing-masing mata
- posisi bola mata, duksi dan versi
- inspeksi dan palpasi
- tekanan bola mata
- lapangan pandang
- segmen depan dan segmen belakang bola mata
- khusus
I. ANAMNESIS
Keluhan utama digolongkan menurut lama, frekuensi, intermitensi
dan cepat timbulnya. Lokasi, berat dan keadaan lingkungan saat
timbul juga penting serta gejala tambahan. Pemahaman dasar tentang
simptomatologi diperlukan agar dapat melakukan pemeriksaan mata
dengan benar. Gejala mata dapat dibagi dalam 3 kategori dasar yaitu
kelainan penglihatan, kelainan penampilan mata dan kelainan sensasi
mata.
Riwayat penyakit yang lalu berpusat pada keadaan kesehatan umum
dan bila ada penyakit sistemik penting
Riwayat keluarga berhubungan dengan gangguan mata seperti
strabismus, ambliopia, glaukoma, katarak dan masalah retina.
4
- Memakai kartu snellen yang ditempatkan pada jarak 5-6 meter/20
kaki (pada jarak ini, mata akan melihat benda dalam keadaan
istirahat tanpa akomodasi) ditempat yang cukup terang tapi tidak
menyilaukan.
- Pada pinggir tiap baris ada kode angka yang menunjukkan berapa
meter huruf sebesar itu oleh mata normal masih dapat dikenali.
Ada juga angka-angka dipinggir lainnya, yang menunjukkan
nomor baris supaya secara cepat mengetahui visus dengan hanya
menanyakan baris nomor berapa oleh penderita masih dapat
terbaca..
Cara Pemeriksaan :
- Penderita duduk menghadapi kartu snellen.
- Diperiksa mata kanan terlebih dulu,mata yang tidak akan
diperiksa tajam penglihatan ditutup.
Fig. 1.4a One eye is covere with the palm of the hand
without pressure, so that the far and near sight in the felloweye can be tested separately.
5
pada baris 20 kaki kesalahan 1 huruf maka visus: 20/20(6/6)
false 1. Jika kesalahan huruf lebih dari separuh maka visusnya
adalah baris diatasnya.
- Bila huruf yang besarpun yang berkode 200 kaki (60m) tak
terbaca dilanjutkan dengan menghitung jari.
b. Hitung Jari
Bila huruf yang terbesar tidak dapat dikenal, maka dinilai jarak
terjauh dimana penderita masih dapat menghitung jari. Dimulai
pada jarak 1 meter kemudian mundur bertahap sejauh 1 meter
sampai pada jarak 5 meter. Menghitung jari oleh mata normal
masih dapat dikenal pada jarak terjauh 60 m. Jika penderita dapat
menghitung jari pada jarak 1 meter, Tajam penglihatan
dituliskan : 1/60
c. Gerakan Tangan
Kalau mata tersebut tidak dapat menghitung jari maka dinilai
apakah masih mampu mengenali tangan yang digoyangkan
vertikal dan horisontal. Goyangan oleh mata normal masih dapat
dikenal pada jarak terjauh 300 m. Jika penderita dapat melihat
gerakan tangan pada jarak 1 meter, Tajam penglihatan dituliskan :
1/300
d. Persepsi Cahaya
Bila juga tidak mengenal ada tangan yang digoyang-goyangkan
di depan matanya, periksa apakah masih dapat mata itu mengenal
ada tidaknya cahaya. Persepsi cahaya oleh mata normal masih
dapat dikenal pada jarak tak terhingga. Tajam penglihatan
dituliskan : 1/~.
Tanyakan apa masih dapat mengenal dari arah mana cahaya
datang. Jika masih dapat mengenali arah cahaya datang maka
visus 1/~. dengan proyeksi cahaya baik
Bila cahaya pun tak dikenal, maka tajam penglihatan 0.
6
2. Posisi bola mata yang normal adalah ortho, hal ini terlihat dari
pemberian cahaya dan refleknya pada kornea. Bila kesannya
juling perlu diperiksa dengan pemberian sinar sentolop dan
perhatikan reflek cahaya pada kornea kanan dan kiri, selanjutnya
nilai simetrinya. Pada juling palsu yaitu oleh adanya pelebran kulit
bagian nasal (epikantus) refleks cahaya pada kedua kornea adalah
simetris.
3. Inspeksi dan Palpasi
Kelainan yang mencolok berupa ukuran bola mata seperti
mikroftalmus atau buftalmos, adanya penonjolan bola mata
(eksoftalmos) atau penekanan bola mata oleh tumor perlu
diperhatikan. Penonjolan bola mata diukur dengan alat Hertel
Alis mata
Bulu mata : Arah tumbuh silia, lihat akar bulu mata
Palpebra
Diperhatikan mulai dari silia (trikisis, entropion palpebra),
margo dan fissura palpebra (normal lebar fissura adalah 10
sampai 12 mm di bagian tengah, fissura dapat mengecil pada
edema palpebra, blefaritis, ptosis, pseudoptosis, blefarofimosis.
Fisura melebar terdpat pada hipertiroid dan tumor bola mata),
ptosis, lagoftalmus, blefaritis, adanya keropeng atau skuama
atau xantelasma.
Sistem Air Mata
Dinilai dari keadaan pungtum lakrimal yang sempit atau
tersumbat. Tekan daerah sakus, amati kalau ada keluar lendir
atau nanah dari pungtum lakrimal.
Uji Schirmer adalah untuk mengetahui sekresi air mata oleh
kelenjar air mata dengan menggunakan kertas filter Whatman.
Uji ini tidak menilai kualitas air mata yang berhubungan
dengan kadar musin yang dikeluarkan oleh sel goblet.
Uji Anel dilakukan untuk mengetahui adanya sumbatan pada
sistem ekskresi air mata dengan menggunakan jarum anel dan
alat suntik.
Konjungtiva tarsalis dan bulbi
7
Amati kelainan secara bersamaan. Bila ada dugaan robekan
pada sklera, jangan melakukan penekanan pada bola mata.
Cara pemeriksaan konjungtiva tarsalis inferior :
Minta penderita untuk melirik ke atas sambil membuka
palpebra inferior ke bawah.
Cara pemeriksaan Konjungtiva palpebra superior :
Penderita diminta melihat ke bawah, pinggir palpebra supeior
dipegang dengan jari tangan kiri, kemudian tekan dengan
menggunakan cotton bud pada daerah pinggir tarsus kira-kira
6 mm dari pinggir palpebra , sesaat dengan penarikan pinggir
kelopak ke arah atas. Kemudian tahan kelopak yang dibalik itu
dengan ibu jari kiri.
Segmen depan
Pemeriksaan dilakukan pada ruang gelap dengan menggunakan
oftalmoskop atau dengan bantuan sumber cahaya dan lensa spheris +
dengan kekuatan 10 dioptri difokuskan pada tempat yang akan
diperiksa
Kornea
Kornea normal jernih, permukaan licin dan rata. Diameter
kornea normal adalah 12 mm. Bila lebih besar disebut makro
kornea, bila lebih kecil disebut mikro kornea. Apabila tidak
jernih dapat disebabkan oleh karena : xerosis kornea, edema
kornea, infiltrat, ulkus, keratomalasia, pannus, sikatriks dalam
beberapa tingkatan nebula, leukoma, leukoma aheren, stafilo
kornea.
8
Permukaan kornea dilakukan dengan uji placedo. Untuk defek
epitel dilakukan uji fluoresein. Dan uji sensibilitas kornea
menggunakan kapas.Amati apakah kelengkungan kornea
normal, keratokonus atau keratoglobus
Fig. 1.11 Corneal Sensitivity can be evaluated with a distended cotton swab. The patient looks straight
ahead
while the examiner touches the cornea anteriorly
9
melekat pada dataran depan lensa. Leukokoria yaitu pupil yang
berwarna atau menampilakn refleks putih. Reflek pupil tidak
ada pada keadaan ruptur sfingter, penglihatan tidak ada,
gannguan saraf parasimpatis atau akiabt obat serta sinekia
posterior.
Lensa
Dengan penyinaran miring 45 deraat dari poros mata dapat
dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris
pada lensa yang keruh (iris shadow). Bila letak bayangan jauh
dan besar berarti kataraknya imatur sedang bayangan kecil dan
deakt dengan pupil terjadi pada katarak matur.
Nilai :
- bila bayangan iris pada lensa terliaht besar dan letaknya
jauh terhadap pupil berarti lensa belum keruh seluruhya
(belum sampai ke depan). Ini terjadi pada katarak imatur.
Keadaan ini disebut iris shadow (+)
- bila bayangan iris pada lensa kecil dan dekat terhadap pupil
berarti lensa sudah keruh seluruhnya (sampai pada kapsul
anterior) terdapat pada katarak matur. Iris shadow (-)
- bila katarak hipermatur, lensa sudah keruh seluruhnya,
mengecil serta terletak jauh di belakang pupil, sehingga iris
pada lensa besar dan keadaan ini disebut pseudopositif.
Segmen Belakang
Badan Kaca
Badan kaca yang melekat pada permukaan belakang lensa masih
mungkin terliaht dengan penyinaran yang terfokus dan pupil
yagn dilebarkan. Dengan teknik retroiluminasi yaitu menyinari
secara tidak langsung dari pantulan cahaya oleh iris atau fundus
okuli akan dapat diliaht adanya kekeruhan pada badan kaca,
lensa bagian belakang serta kornea.
Saraf Optik
10
Pemeriksaan menggunakan oftalmoskop. Penilaian papil
dilakukan atas batas, warna dan pembuluh darah papil seta
cekungan papil yang normal 0,2-0,3 dari diameter papil. Warna
normal papil adalah kemerahan,warna pucat menunjukkan
atrofi.
Fig. 1.15 The examiner uses both index fingers to palpate the eye through the upper
eyelid.
Teknik :
- mata ditutup
- pandangan kedua mata menghadap ke bawah
- jari-jari lainnya bersandar pada dahi dan pipi pasien
- kedua jari telunjuk menekan bla mata pada bagian belakang
kornea bergantian
11
- satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya
menekan bola mata
Nilai :
Didapat kesan berapa ringannya bola mata dapat ditekan
Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumya yag dapat
dicatat, mata N-, N, N+ yang menyatakan tekanan lebih tinggi
atau lebihrendah daripada normal
Tekanan dapat dibandingkan dengan tahanan bagian lentur
telapak tangan dengan tahanan tekanan bola mata bagian
superior. Bila tekanan lebih tinggi dapat dicurigai adanya
glukoma
12
kedua mata saling bertindih, masing-masing mata harus dites
secara terpisah.
Teknik :
- Pasien didudukkan menghadap pemeriksa dengan jarak 1
meter
- Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan penderita ditutup
- Mata kanan pemeriksa dengan mata kiri pasien saling
berpandangan
- Sebuah benda diletakkkan antara pasien dengan pemeriksa
pada jarak yang sama
- Benda mulai digerakkan dari perifer ke arah sentral sehingga
mulai terlihat oleh pemeriksa.
- Bila pemeriksa sudah melihat benda maka ditanya apakah
benda sudah terlihat oleh pasien.
- Hal ini dilakukan untuk semua arah (atas, bawah, nasal dan
temporal)
- Percobaan dilakukan juga pada mata satunya, baik pada
pemeriksa maupun pada pasien.
Nilai :
- Bila saat melihat benda oleh pasien dan pemeriksa sama hal ini
menunjukkan lapang pandangan sama pada mata kanan
pemeriksa dan mata kiri penderita
- Bila pasien melihat terlambat berarti lapang pandangan lebih
sempit dibanding lapang pandangan pemeriksa.
Fig. Confrontation test: the patient faces the examiner at a distance of 1m with his or her
eyes at the same level as the examiner’s. Each focuses on the other’s opposite eye while
13
covering their contralateral eye with the palm of the hand. The examiner moves a pen from
the periphery toward the midline in all four quadrants in the nasal and temporal fields and
in the superior and inferior fields.
6. Uji Penjajaran Binokuler
- Pasien normal memiliki penglihatan binokuler. Karena
masing-masing mata menghasilkan bayangan visual terpisah
dan independen dari mata yang lain, otak harus mampu
menyatukan kedua bayangan untuk menghindari penglihatan
ganda. Hal ini tercapai dengan menempatkan masing-masing
mata sedemikian rupa sehingga kedua fovea bersamaan
terfiksir pada obyek bersangkutan.
- Pasien diminta melihat ke lightpen yang diletakkkan berjarak
beberapa sentimeter. Sebuah pantulan cahaya kecil akan
tampak pada masing-masing kornea dan dipusat masing-
masing pupil jika kedua mata terpadu lurus.
- Jika posisi mata konvergen sehingga satu mata mengarah ke
dalam, pantulan cahaya akan berada di sebelah temporal
terhadap pupil pada mata itu.
- Jika posisi mata divergen sehingga satu mata mengarah ke
luar, pantulan cahaya akan jatuh lebih ke nasal dalam mata
itu.
7. Pemeriksaan Gerak Ekstraokuler
- Pemeriksa meminta pasien menggerakkan bola matanya
mengikuti gerakan obyek (pensil/pena) ke delapan arah yaitu:
lateral, medial, lateral atas, medial atas, medial bawah, lateral
bawah, ke atas dan ke bawah.
- Lihat kembali persarafan otot-otot ekstraokuler
14
8. Pemeriksaan oftalmoskop langsung
Manfaat utama oftalmoskop langsung adalah pemeriksaan fundus.
Dapat pula digunakan untuk pemeriksaan segmen anterior mata
(keadaan media refrakta)
Teknik :
- Pupil dilebarkan dengan cara memberikan obat midriatikum
atau menggelapkan ruangan.
- Mata dan tangan kanan pemeriksa harus memeriksa mata kanan
pasien. Mata dan tangan kiri pemeriksa harus memeriksa mata
kiri pasien.
- Meminta pasien untuk menatap jauh ke depan.
- Mula-mula diputar roda lensa oftalmoskop
sehinggamenunjukkkan angka +12.00 dioptri
- Oftalmoskop diletakkan 10 cm dari mata pasien.pada saat ini
fokus terletak pada kornea atau pada lensa mata
- Bila ada kekeruhan pada kornea atau lensa mata akan terliaht
bayangan yang hitam apda dasar yagn jingga.
15
- Selanjutnya oftalmoskop lebih didekatkan pada mata pasien dan
roda lensa oftalmoskop diputar, sehingga roda lensa
menunjukkan angka mendekati nol
- Sinar difokuskan pada papil saraf optik
- Diperhatikan warna, tepi dan pembuluh darah yang keluar dari
papil saraf optik
- Yang diteliti adalah : diskus (bentuk, warna, ukuran, warna dan
ketajaman tepian), ukuran fisiologic cup yang berwarna pucat di
pusat, fovea (ditandai dengan sebuah pantulan putih kecil, yaitu
daerah yang tidak ada pembuluh darah retina), makula dan
pembuluh retina(vena lebih lebar dan gelap) perhatikan warna,
kelokan dan kaliber pembuluh darahnya.
- Retina temporal mata kanan terlihat bila pasien melihat ke
temporal kanan
- Retina superior terlihat bila pasien melihat ke atas.
- Rasio ukuran cup terhadap ukuran diskus penting dalam
diagnosis glukoma.
- Mata pasien diminta melihat suber cahaya oftalmoskop yang
dipegang pemeriksa, dan pemeriksa daapt meliaht keadaan
makula lutea pasien.
- Dilakukan pemeriksaan pada seluruh bagian retina
16
Sumber cahaya dari belakang penderita, keratoskop placido
dihadapkan pada penderita dan pemeriksa mengintip dari
lubang yang ada di tengah keratoskop placido ( dapat dengan
bantuan lensa spheris + 10 dioptri) maka akan tampak
gambaran keratoskop placido di permukaan kornea. Mata
kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita.
Interprestasi :
a. gambaran konsentris seperti keratoskop palcido : permukaan
kornea rata
b. gambaran bergelombang : oedem kornea
c. gambaran terputus : infiltrat defek kornea
d. gambaran tidak konsentris : permukaan kornea tidak rata
2. Tes Fluoresin
Untuk mengetahui terdapatnya kerusakan epitel kornea. At
warna fluoresein akan berubah berwarna hijau pada media
alkali.. Zat warna fluoresein bila menempel pada epitel
kornea yang defek akan memberiakn warna hiaju karena
jaringan epitel rusak bersifat lebih basa.
Alat : zat warna fluoresein 0,2-2% tetes mata atau kertas
fluoresein
Obat tetes mata anestetikum pantokain
Teknik :
- mata ditetes pantokain 1 tetes
- zat warna fluoresein ditetedkan pada amta atau kertas
fluoresein ditaruh pada forniks inferior selama 20
detik.
- Zat warna diirigasi dengan garam fisiologik sampai
seluruh air mata tidak berwarna hijau lagi
- Dilihat bagian pada kornea yang berwarna hijau
Nilai : bila terdapat warna hijau pada kornea berarti terdapat
defek pada epitel kornea. Defek ini dapat dalam bentuk erosi
kornea atau infiltrat yang mengakibatkan kerusakan epitel.
17
3. Pemeriksaan Kelainan Refraksi
a. Miopi
Pemeriksaan dilakukan guna mengetahui derajat lensa negatif
yang diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan.
Alat : Bingkai percobaan dan Sebuah set lensa coba
Teknik :
- Pasien duduk menghadap kartu snellen pda jarak 6
meter
- Pada mata dipasang bingkai percobaan
- Satu mata ditutup
- Pasien diminta membaca kartu snellen mulai huruf
terkecil yang masih dibaca
- Lensa negatif terkecil dipasang pada tempatnya dan
bila tajam penglihatan menjadi lebih abik ditambah
kekuatannya perlahan-lahan sehingga dapat dibaca
huruf pada baris terbawah
- Sampai terbaca baris 6/6
- Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
Penilaian :
- Bila dengan S -1.50 tajam penglihatan 6/6, kemudian
dengan S-1.75 penglihatan 6/6-2 sedang dengan S-
2.00 penglihatan 6/7.5, maka pada keadaan ini derajat
miopi mata yang diperiksa adalah S-1.50 dan kaca
amta dengan ukuran ini diberikan pada pasien
- Pada penderita miopi selamanya diberikan lensa sferis
minus terkecil yang memberiakn tajam penglihatan
terbaik
b. Hipermetropi
Teknik Pemeriksaan :
- Pasien duduk menghadap kartu snellen pada jarak 6
meter
- Pada mata dipasang bingkai percobaan
- Satu mata ditutup
18
- Pasien diminta membaca akrtu snellen mulai huruf
terbesar dan diteruskan pada baris bawahnya samapi
pada huruf terkecil yang masih dapat dibaca
- Lensa positif terkecil ditambah pada amta yang
diperiksa dan bila tampak lebih jelas oleh penderita
lensa positif tersebut ditambah kekuatannya perlahan-
lahan dan diminta membaca huruf-huruf pada baris
lebih bawah
- Ditambah kekuatan lensa sampai terbaca huruf-huruf
padabaris 6/6
- Ditambah lensa positif + 0.25 lagi dan ditanyakan
apakah masih dapat meliaht huruf-huruf di atas.
- Mata yang lai dilakukan dengan cara yang sama
Penilaian :
- Bila dengan S+2.00 tajam pengliahtan 6/6, kemudian
dengan S+ 2.25 tajam pengliahtan 6/6 sedang dengan
S + 2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada keadaan
ini derajat hipermetropia yang diperiksa S+ 2.25 dan
kaca amta dengan ukuran ini diberikan pada penderita
- Pada pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa
sferis positif terbesar yang memberikan tajam
penglihatan terbaik.
c. Astigmat
Dasar : pada mata dengan kelaianan refraksi, astigmat
didapatkan 2 bidang utama dengan kekuatan pembiasan pada
satu bidang lebih besar dibanding dengan bidang lain.
Alat : kartu snellen, bingkai percobaan, sebuah set lensa coba
dan kipas astigmat
Teknik Pemeriksaan :
- Pasien duduk menghadap kartu snellen pda jarak 6
meter
- Pada mata dipasang bingkai percobaan
- Satu mata ditutup
19
- Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan
terlebih dahulu pemeriksan dengan lensa + atau -
sampai tercapai ketajaman penglihtan terbaik, dengan
lensa positif atau negatif tersebut.
- Pada mata tersebut dipasang lensa + yang cukup
besar (misal S + 3.00) untuk membuat pasien
mempunyai kelainan refraksi astigmat miopikus
- Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat
- Pasien ditanya tentang garis pada kipas yang paling
jelas terliaht
- Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas
astigmat maka lensa S+3.00 diperlemah sedikit demi
sedikit sehingga pasien dapat menentukan garis mana
yang terjelas dan mana yang terkabur
- Lensa silinder negatif diperkuat sedikit demi sedikit
dengan sumbu tersebut hingga pada satu saat tampak
garis yang mula-mula terkabur sama jelasnya dengan
garis yang sebelumnya terlihat jelas
- Bila sudah tampak sama jelas garis pada kipas
astigmat, dilakukan tes melihat kartu snellen
- Bila pengliahtan belum 6/6 sesuai kartu snellen, maka
mungkin lensa + yang diberikan terlalu berat,
sehingga perlu secara perlahan-lahan dikurangi
kekuatan lensa positif tersebut atau ditambah lensa
negatif
- Pasien diminta membaca kartu snellen pada saat lensa
negatif ditambah perlahan-lahan sampai tajam
penglihatan menjadi 6/6
d. Presbiopi
20
Alat : kartu snellen, akrtu abca dekat, sebuah set lensa coba,
bingkai percobaan
Teknik :
- Pasien dieriksa akan penglihatan sentrl unutk jauhnya
dandiberikan kaca mata jauh sesuai yang diperlukan
(dapat lensa positif, negatif ataupun astigmat)
- Ditaruh kartu baca dekat pada jarak 30-40 cm (jarak
baca).
- Pasien diminta membaca huruf terkecil pada kartu
baca dekat
- Diberikan lensa positif mulai S+1 yang dinaikkan
perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil pada
kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.
- Dilakukan pemeriksaan mata satu persatu
Nilai :
- Ukuran lensa yang memberikan ketajaman
penglihatan sempurna merupakan ukuran lensa yang
diperlukan untuk adisi kaca mata baca.
- Hubungan lensa adisi dan umur biasanya :
- 40-45 tahun -1.0 dioptri
- 45-50 tahun -1.5 dioptri
- 50-55 tahun – 2.0 dioptri
- 55-60 tahun -2.5 dioptri
- 60 tahun – 3.0 dioptri.
4. Cover tes
Tes untuk melihat adanya heterotropia pada satu mata. Mata
yagn heterotropia akan terus menerus berusaha untuk fiksasi
dengan matanya yang amta dominan
Kartu snellen, penutup mata
21
Teknik :
- Bila pasien pakai kaca amta, maka kaca mata dipasang
- Pasien duduk 6 meter dari kartu uji baca atau optotip
atau 30 cm kertas baca dengan addisi S+3.00
- Pasien meliaht pada satu titik tau pada baris 20/40
kartu snellen
- Pemeriksa menutup dalah satu mata
- Dilihat sifat gerakan yagn mungkin terjadi mata yang
tidak ditutup, untuk melakukan fiksasi
22
CHECKLIST PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
skor
pemeriksaan visus
No. Kriteria Skor
0 1 2 3
Melakukan sambung rasa
Menjelaskan tujuan dan teknik pemeriksaan
23
Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan gerakan tangan
jika tidak bisa melihat arah lambaian tangan atau
arah lambaian salah maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan persepsi cahaya(hand motion secara
vertikal atau horizontal)
jika dapat mengetahui arah lambaian tangan
tentukan visus
Melakukan pemeriksaan persepsi cahaya tentukan visus.
Pasien menutup mata kanan dengan telapak tangan
kanan
Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan dengan optotipe
snellen (mata kiri)
jika tidak bisa membaca huruf paling besar
di kartu snellen lanjutkan dengan hitung jari
jika bisa membaca huruf di kartu snellen tentukan visus
tanpa melanjutkan hitung jari, lambaian tangan dan
persepsi cahaya
Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan hitung jari
jika tidak bisa menghitung jari pada jarak 1 meter
lanjutkan dengan pemeriksaan lambaian tangan
jika dapat menghitung jari tentukan visus
pemeriksaan konfrontasi
0 1 2 3
Melakukan sambung rasa
Menjelaskan tujuan dan teknik pemeriksaan
Pasien didudukkan dengan menghadap pemeriksa berjarak 1
meter
Mata kiri penderita ditutup dan mata kanan pemeriksa di tutup
24
(mata kanan penderita dan mata kiri pemeriksa saling
berpandangan)
Benda diletakkan diantara pemeriksa dan penderita
Benda digerakkan dari atas ke bawah
Benda digerakkan dari bawah ke atas
Benda digerakkan dari kiri ke kanan
Benda digerakkan dari kanan ke kiri
Mata kanan penderita ditutup dan mata kiri pemeriksa di tutup
(mata kiri penderita dan mata kanan pemeriksa saling
berpandangan)
Benda diletakkan diantara pemeriksa dan penderita
Benda digerakkan dari atas ke bawah
Benda digerakkan dari bawah ke atas
Benda digerakkan dari kiri ke kanan
Benda digerakkan dari kanan ke kiri
Melaporkan hasil pemeriksaan
skor
25
kanan dari depan
Pemeriksa menggunakan cotton swab menyentuh kornea mata
kiri dari depan
Melaporkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
Skor
n
o 0 1 2 3
1 sambung rasa
2 persetujuan tindakan
persiapan alat dan bahan (hand
scoon, pantocaine, cotton
3 bath,bengkok)
4 cuci tangan
5 teteskan pantocaine
ekstraksi corpus alienum dengan
6 menggunakan cottonbath
evaluasi
Skor
26
CHECKLIST IRIGASI MATA
no kriteria skor
0 1 2 3
Memberikan salam
Menjelaskan tujuan dan procedural tindakan kepada
pasisen
Menyiapkan alat dan bahan
(hanscoon, RL, selang infuse, kassa, bengkok, kertas
lakmus)
Posisikn pasien telentang(supinasi) atau duduk dengan
kepala dicondongkan ke belakang dan sedikit miring
kesamping
Bila pasien duduk bengkok dapat dipegang oleh pasien,
bila pasien berbaring dekatkan mangkuk ke pasien
sehingga dapat menampung cairan dan sekret
Cuci tangan
Memasang handscoen
Lakukan topical anestesi (pantocain)
Memegang kelopak mata dengan ibu jari dan satu jari
tangan
bersihkan kelopak mata dengan teliti untuk
mengangkat debu, sekresi dan keropeng dengan
lembut
Bilas mata dengan lembut mengarahkan cairan menjauhi
hidung dan kornea
Keringkan pipi dan mata dengan kapas
Evaluasi tindakan (periksa PH forniks konjungtiva, -->
pH normal mata 7.4 jika hasil pengukuran tidak normal
ulangi irigasi. Jika pH normal lakukan pengukuran 20
menit kemudian.
Total
Keterangan :
Mohon fasilitator menilai kesiapan, sikap dan prilaku setiap mahasiwa dalam mengikuti skill lab
Kurang: 60-65
Cukup: 66-70 Baik: 71-75
27