Anda di halaman 1dari 26

Analisis Hasil Evaluasi

Pembelajaran Matematika
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 6
Nama : - Elisabeth Lusiana Melany Naibaho (17150131)
- Tirayun Desriani Sirait (17150152)
- Desi Ratna Megawati Sitorus (17150135)
- Atika Simbolon (17150133)
Group : D
Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Matematika
Prodi : Pendidikan Matematika
Dosen Pengasuh : Rianita Simamora,M.Pd

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
            Evaluasi merupakan bagian penting dalam suatu kegiatan, karena dengan melaksanakan
evaluasi efisiensi dan efektifitas kegiatan tersebut dapat terkontrol. Evaluasi bisa mencangkup
seluruh profesi manusia, misalnya pendidik, pemerintah, politik, industri, perekonomian, hukum
dan sebagainya tidak terlepas dari kegiatan evaluasi. Berhubung penulis merupakan calon guru
matematika maka, membahas mengenai evaluasi akan mengkerucut tentang evaluasi
pembelajaran matematika. Namun dalam makalah ini, penulis akan mencoba membahas
mengenai pendahuluan (pengertian evaluasi, fungsi evaluasi, tujuan evaluasi, kedudukan
evaluasi,prosedur evaluasi, dan ruang lingkup evaluasi) terlebih dahulu.
            Penyusunan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah pembelajaran
matematika yang diasuh oleh Ibu Rianita Simamora,M.Pd Selain itu, dengan tersusunya makalah
ini penulis berharap semoga bisa membantu pembaca dapat mengetahui bagaimana pengertian
evaluasi, fungsi evaluasi, tujuan evaluasi, kedudukan evaluasi,prosedur evaluasi, dan ruang
lingkup evaluasi.
            Dalam penyusunan laporan ini, saya menyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, demi penempurnaan makalah ini saya mengharapkan
saran dan kritik dari berbagai pihak.

Pematangsiantar, 6 Mei 2020

            Kelompok 6   

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .........................................................................................................         i
DAFTAR ISI ........................................................................................................................         ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................         1
BAB II PEMBAHASAN…. .................................................................................................         2
1. Menilai tes yang dibuat sendiri ........................................................................................  2-3
2. Analisis Butir Soal ..........................................................................................................     3-20
a. Taraf Kesukaran .........................................................................................................     4-6
b. Daya Pembeda ............................................................................................................ 7-15
c. Pola Jawaban Soal ...................................................................................................... 16-20
BAB III KESIMPULAN .....................................................................................................      21
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………..... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kegiatan belajar mengajar guru berperan sangat penting sebagai penyampai ilmu.
Selain itu guru juga dituntut untuk membuat kegiatan-kegiatan yang dapat membantu
meningkatkan hasil pembelajaran yang dilakukan. Untuk mengetahui peningkatan hasil
pembelajaran seorang guru harus melakukan evaluasi.
Dengan evaluasi guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penyampaian atau tujuan
pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Terkadang metode evaluasi
yang digunakan tidak dapat mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi yang
diajarkan. Hal tersebut bisanya terjadi akibat kurang pemahaman dalam hal evaluasi.
Oleh karena itu dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian evaluasi, fungsi
evaluasi, tujuan evaluasi, kedudukan evaluasi, prosedur evaluasi, dan ruang lingkup evaluasi.
Agar tidak terjadi lagi penggunaan atau pembuatan alat evaluasi yang salah dalam proses belajar
mengajar, khususnya dalam pembelajaran matematika.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Menilai Tes yang Dibuat Sendiri

Tidak ada usaha guru yang leblh baik selain usaha untuk selalu meningkatkan mute tes
yang disusunnya. Namun. hal inl tidak dilaksanakan karena kecenderungan seseorang untuk
beranggapan bahwa hasil karyanya adalah yang terbaik atau setidak-tidaknya sudah cukup baik.

Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengaiar, dan menyusun soal-soal tes, juga
masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu, cara yang paling
baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa.

Secara teoretis. siswa dalam satu kelas merupakan populasi atau kelompok yang
keadaannya heterogen. Dengan demlkian, maka apabila dikenai sebuah tes akan tercermin
hasilnya dalam suatu kurva normal. Sebagian besar siswa berada di daerah sedang, sebagian
kecil berada di ekor kiri, dan sebagian kecil yang lain berada di ekor kanan kurva.

Apabila keadaan setelah hasil tes dianalisis tidak seperti yang diharapkan dalam kurva
normal, maka tentu ada ‘”apa-apa" dengan soal tesnya.

Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek,berarti bahwa tes yang disusun
mungkin terlalu sukar. Sebaliknya jika seluruh siswa memperoleh skor baik, dapat diartikan
bahwa tesnya terlalu mudah. Tentu saja interpretasi terhadap soal tes akan lain seandainya tes itu
sudah disusun sebaik-baiknya sehingga memenuhi persyaratan sebagai tes.

Dengan demikian,maka apabila kita memperoleh keterangan tentang hasil tes, akan
membantu kita dalam mengadakan penilaian secara objektif terhadap tes yang kita susun.

Ada 4 ( empat ) cara untuk menilai tes,yaitu :

a. Cara pertama meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang
dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau bahasa , taraf
kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.
b. Cara kedua adalah mengadakan analisis soal (item analysis ). Analisis soal adalah
suatu prosedur yang sistematis , yang akan memberikan informasi-informasi yang
sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.

Faedah mengadakan analisis soal :


1) Membantu kita dalam mengidentifikasi butir-butir soal yang jelek.
2) Memperoleh informasi yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan
soal-soal untuk kepentingan lebih lanjut.

2
3) Memperoleh gambaran secara selintas tentang keadaan yang kita susun.
Analisis soal terutama dapat dilakukan untuk tes objektif . Hal ini tidak berarti
bahwa tes uraian tidak dapat dianalisis, akan tetapi memang dalam menganalisis
butir tes uraian, belum ada pedoman secara standar. Tentang kegunaan dan cara
mengadakan analisis soal akan dibicarakan tersendiri di bagian lain.

c. Cara ketiga adalah mengadakan checking validitas . validitas yang paling penting
dari tes buatan guru adalah validitas kurikuler. Untuk mengadakan checking
validitas kurikuler,kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara
khusus dan jelas sehingga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan
khusus tersebut.

Tes yang tidak mempunyai validitas kurikuler atau walaupun mempunyai tetapi
kecil maka dapat juga terjadi jika salah satu atau beberapa tujuan khusus tidak
dicantumkan dalam tabel spesifikasi. Semakin banyak tujuan khusus yang tidak
dicantumkan, berarti bahwa validitas kurikulernya semakin kecil.

Dalam hal Ini Terry D. Ten Brink, dalam bukunya yang berjudul: Evaluation, a
practical guide for teacher' mengemukakan pendapatnya demikian :

1) Untuk tes yang dirancang akan menggunakan norm-referenced , tidak harus


menuliskan setiap tujuan khusus, tetapi cukup dengan tujuan-tujuan yang esensial
saja.
2) Untuk tes yang dirancang akan menggunakan criterion referenced, maka setiap
tujuan khusus harus dicantumkan dalam tabel spesifikasi.

d. Cara keempat adalah dengan mengandalkan checking reliabilita salah satu indicator
untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang tinggi adalah bahwa kebanyakan dari
soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda yang tinggi. Untuk penghitung
reliabilitas tes telah dikemukakandi Bab 6.

2. Analisis Butir Soal ( Item Analysis )


Telah disinggung di depan bahwa analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan
identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan sosal yang jelek. Dengan analisis soal dapat
diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan “pentunjuk” untuk mengadakan
perbaikan.
Kapan sebuah saoal dikatakan baik? Untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini
perlu diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu kesukaran, daya
pembeda dan poila jawaban soal.

a. Taraf kesukaran
3
Soal yang baik adalah saol yang tidak terlalu muda atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu
mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal
yang terlalu suykar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Seorang siswa akan menjadi hafal akan kebiasaan guru-gurunya dalam hal pembuatan
soal ini. Misalnya saja guru A dalam memberikan ulangan soalnya mudah-mudah, sebaliknya
guru B kalau memberikan ulangan soalnya sukar-sukar. Dengan pengetahuannya tentang
kebiasaan ini, maka siswa akan belajar giat jika menghadapi ulangan dari guru B dan sebaliknya
jika akan mendapat ulangan dari guru A, tidak mau belajar giat atau bahkan mungkin tidak mau
belajar sama sekali.

Bilangan yang menunjukkan suka dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran
(difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran
ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa
soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukkan bahwa soalnya terlalu mudah.

0,0 1,0

Sukar mudah

Di dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran ini diberi symbol P (P besar), singkatan dari kata
“proporsi”. Dengan demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan
P = 0,20.

Sebaliknya, soal dengan P = 0,30 lebih sukar daripada soal dengan P = 0,80.

Melihat besarnya bilangan indeks ini, maka lebih cocok jika bukan disebut sebagai indeks
kesukaran tetapi indeks kemudahan atau indeks fasilitas, karena semakin mudah soal itu,semakin
besar pula bilangan indeksnya. Akan tetapi telah disepakati bahwa walaupun semakin tinggi
indeksnya menunjukkan soal yang semakin mudah, tetapi tetap disebut indeks kesukaran.

B
Rumus mencari P adalah : P=
JS

Dimana :

P = indeks kesukaran

4
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Dari table yang disajikan tersebut, dan dapat ditafsisrkan bahwa:

10
1) Soal nomor 1 mempunyai taraf kesukaran = 0,5
20
2) Soal nomor 9 adalah soal yang tersukar karana hanya dapat dijawab betul oleh 2 orang
2
P = = 0,1
20
3) Soal nomor 13 adalah yang paling mudah Karena seluruh siswa peserta tes, dapat
menjawab.
20
Indeks kesukarannya = 1,0
20

Menurut ketentuan yang sering diikuti,kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut:


 Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
 Soal dengan P 0,31 sampai 0,70 adalah soal sedang
 Soal dengan P 0,71 sampai 1,00 adalah soal mudah

Walaupun demikian ada yang berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal –
soal yang sedang adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,30 sampai dengan
0,70.

Perlu diketahui bahwa soal-soal yang terlalu mudah atau terlalu sukar ,lalu tidak berarti
tidak boleh digunakan. Hal ini tergantung dari penggunaannya. Jika dari pengikut yang
banyak, kita mengehendaki yang lulus hanya sedikit, kita ambil siswa yang paling top.
Untuk ini maka lebih baik diambilkan butir-butir tes yang sukar.

Sebaliknya, jika kekurangan pengikut ujian , kita pilihkan soal-soal yang mudah. Selain
itu, soal yang sukar akan menambah gairah belajar bagi siswa yang pandai, sedangkan soal-
soal yang terlalu mudah, akan membangkitkan semangat siswa yang lemah.

5
Latihan

Ada 20 orang dengan nama kode A s.d T yang mengajarkan tes yang terdiri dari 20 soal.
Jawaban tesnta dianalisis dan jawaban tertera seperti berikut ini.

(1 = jawaban betul, 0 = jawaban salah)

Skor
Siswa Nomor Soal Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
A 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 13
B 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 11
C 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 14
D 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 9
E 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 14
F 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 8
G 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 13
H 0 0 0 1 0 0 1   0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 8
I 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17
J 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 13
K 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 10
L 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 4
M 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 13
N 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 16
O 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0   1 0 1 0 1 1 1 0 11
P 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 10
Q 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1   1 1 0 0 0 0 1 1 1 8
R 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 11
S 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1   0 1 13
T 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 10
Jumla
10 14 4 9 15 6 16 16 4 10 9 17 20 10 9 7 11 13 13 13
h  

Contoh penggunaan

Misalnya, jumlah siswa peserta tes dalam suatu kelas ada 40 orang. Dari 40 orang siswa tersebut
12 orang yang dapat mengerjakan soal nomor 1 dengan betul. Maka indeks kesukarannya adalah

B
P=
JS

12
=
40

6
= 0,30

b. Daya Pembeda

Daya pembeda soal, adalah kemampuan sesuatu untuk membedakan antara siswa yang
pandai (Berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (Berkemampuan rendah)

Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D
( d besar) seperti halnya indeks kesukaran ,Indeks diskriminasi (daya pembeda)ini bersikar anta
0,00 sampai 1,00. hanya bedanya indeks kesukaran tidak mengenal tanda negatif (-),tetapi pada
indeks diskriminasi ada tanda negatif .Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika
sesuatu soal “terbalik” menunjukan kualitas testee.yaitu anak pandai disebut bodoh dan anak
bodoh disebut pandai .

Dengan demikian ada 3 titik pada daya pembeda,yaitu:

-1,00 0,00 1,00

daya pembeda negatif daya pembeda rendah daya pembeda tinggi

Bagi suatu soal yang dapat dijawab benar oleh siswa pandai maupun siswa bodoh ,maka soal
itu tidak baik karena tidak mempunyai daya pembeda .Demikian pula jika semua siswa baik
pandai maupun bodoh tidak dapat menjawab dengan benar ,soal tersebut tidak baik juga karena
tidak mempunyai daya pembeda .soal yang baik adalah soal yang dapat dijawab benar oleh
siswa-siswa yang pandai saja.

Seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok pandai (kelompok
atas) dan kelompok bodoh(kelompok bawah)

Jika seluruh kelompok atas dapat menjawab soal tersebut dengan benar ,sedang seluruh
kelompok bawah menjawab seluruh soal salah maka soal tersebut memiliki D paling besar yaitu
1,00 .sebaliknya jika semua kelompok atas menjawab salah ,tetapi semua kelompok bawah
menjawab benar ,maka nilai D nya -1,00.tetapi jika semua kelompok atas dan kelompok bawah
sama sama menjawab salah maka soal tersebut mempunyai nilai D 0,00 karena tidak mempunyai
daya pembeda sama sekali .

Cara menentukan daya pembeda

Untuk ini perlu dibedakan antara kelompok kecil(Kurang dari 100) dan kelompok besar (100
orang keatas)

1. Untuk kelompok kecil

7
Seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar ,50% kelompok atas dan 50% kelompok
bawah.

Contoh:

siswa skor

A 9

B 8

C 7

D 7

E 6

F 5

G 5

H 4

I 4

J 3

Seluruh pengikut tes dideretkan dari skor teratas samapai skor terbawah,lalu dibagi dua.

2. Untuk kelompok besar

Mengingat biaya dan waktu untuk menganalisis ,maka kelompok besar biasanya hanya
diambil kedua kutubnya saja yaitu 27% skor teratas sebagai kelomok atas (JA) dan 27% skor
terbawah sebagai kelompok bawah (JB).

JA = Jumlah kelompok atas

JB = Jumlah keolompok bawah

Contoh :

8 27% sebagai JA

8
.

.
27% sebagai JB
2

Rumus mencari D

Rumus menentukan indeks diskriminasi

D = BA / JA - BB /JB = PA - PB

Dimana :

J = Jumlah peserta

JA =banyaknya peserta kelompok atas

JB =banyaknya peserta kelompok bawah

BA =banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar

9
BB =banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar

PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Contoh perhitungan

10
Nilai soal Skor
SISWA Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 siswa

A B 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 5

B A 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 7

C A 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8

D B 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 5

E A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10

F B 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 6

G B 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6

H B 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6

I A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8

J A 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 7

K A 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 7

L B 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 5

M B 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 3

N A 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7

O A 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9

P B 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 3

Q A 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8

R A 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8

S B 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 6

T B 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 6

Jumlah 11 15 12 8 6 16 15 17 20 10

Berdasarkan nama-nama siswa dapat kita peroleh skor skornya sebagai berikut

11
A= 5 F= 6 K= 7 P= 3

B=7 G= 6 L= 5 Q= 8

C=8 H= 6 M= 3 R= 8

D= 5 I= 8 N= 7 S= 6

E= 10 J= 7 0= 9 T= 6

Dari angka angka yang belum teratur kemudian dibuar array (urutan penyebaran)dari skor yang
paling tinggi ke skor yang paling rendah.

Kelompok atas Kelompok bawah

10 6

9 6

8 6

8 6
Array ini sekaligus menunjukan adanya
kelompok JA dan JB 8 6 dengan pemiliknya
sebagai berikut: 8 5

7 5
Kelompok atas Kelompok bawah
7 5
B=7 A=5
7 3
C=8 D=5
7 3
E=10 F=6
10 orang 10 orang
I=8 G=6

J=7 H=6

K=7 L=5

N=7 M=3

O=9 P=3

Q=8 S=6
12
R=8 T=6

10 orang 10 orang
Perhatikan pada tabel analisis 10 butir 20 siswa ,dibelakang nama siswa ditulis huruf A atau
B sebagai tanda kelompok ,hal ini mempermudah menentukan BA dan BB.

BA = Banyaknya siswa yang yang menjawab benar dari kelompok atas

BB =Banyaknya siswa yang yang menjawab benar dari kelompok bawah

Sudah disebutkan diatas bahwa soal yang baik adalah soal yang dapat membedakan antara
anak pandai dengan anak yang bodoh ,dilihat dari dapat atau tidaknya dalam mengerjakan soal
itu .

Mari kita perhatikan tabel analisis lagi,khusus untuk butir soal nomor 1.

 Dari kelompok atas yang menjawab betul 8 orang

 Dari kelompok bawah yang menjawab betul 3 orang

Kita terapkan dalam rumus indeks diskriminasi.

JA = 10 JB =10

PA =0,8 PB =0,3

BA =8 BB =3

Maka D =PA - PB

13
= 0,8 - 0,3

=0,5

Dengan demikian maka indeks diskriminasi untuk soal nomor 1 adalah 0,5

Sekarang kita perhatikan butir soal nomor 8

JA = 10 JB =10

PA =0,8 PB =0,9

BA =8 BB =9

Maka D =PA - PB

= 0,8 - 0,9

= - 0,1

Butir soal ini jelek karena lebih banyak dijawab benar oleh kelompok bawah dibandingkan
dengan kelompok atas ini berarti bahwa untuk menjawab soal dengan benar dapat dilakukan
dengan menebak.

Butir-butir soal yang baik adalah butir-butir soal yang mempunyai


indeks diskriminsi 0,4 dengan 0,7

Klasifikasi pembeda

D =0,00 - 0,20 : Jelek

D =0,21 - 0,40 : Cukup

D =0,41 - 0,70 : Baik

D =0,71 - 1,00 : Baik sekali

D =Negatif semuanya tidak baik ,jadi semua butir soal yang negatif dibuang saja

14
Hubungan antara P dan D

Untuk melihat hubungan antara P dan D ,perlu kita telaah kembali rumus-rumus untuk
menentukannya.

D = BA - BB ( PA - PB)

JA JB

= BA - BB = BA + BA

P =JA JBPA + PB2JA

….……………………………………..(2)

Dari indeks kesukaran ( P ) dan indeks Diskriminasi ( D ) dapat diperoleh hubungan sebagai
berikut:

DMAX = 2P ……………(3)

Sebagai contoh soal

Diketahui P = 0,20 akan memberikan DMAX = 0,40 , soal dengan P=0,80 akan memberikan
DMAX yang sama .

Perhatikan grafik dibawah ini.

15
Dari grafik terlihat bahwa soal -soal dengan nilai P = 0,50 memungkinkan untuk mendapat daya
pembeda yang tinggi.

c. pola jawaban soal

Yang dimaksud pola jawaban disini adalah distribusi testee dalam hal menentukan pilihan
jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung
banyaknya testee yang memilih pilihan jawaban a, b, c, atau d atau yang tidak memilih pilihan
maupun (blangko). Dalam isitilah evaluasi disebut omit, disingkat O.

Dan pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh (distractor) berfungsi sebagai
pengecoh dengan baik atau tidak.pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti
bahwa pengecoh itu jelek, terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah
disctraktor(pengecoh) dapat dikatan berfungsi dengan baik apabila disctraktor tersebut
mempunyai daya tarik yg besar bagi pengikut pengikut tes yg kurang memahami konsep atau
kurang menguasai bahan.

Dengan melihat pola jawaban soal, dapat di ketahui:

1. taraf kesukaran soal;

2. Daya pembeda soal;

16
3. Baik dan tidaknya distraktor

Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan 3 (tiga) cara:

1). Diterima, karena sudah baik

2). Ditolak, karena tidak baik, dan

3). Ditulis kembali, karena kurang baik

Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga perlu ditulis
kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis osal adalah suatu pekerjaan yang sulit,
sehingga apabila masih dapat diperbaiki, sebaiknya diperbaiki saja, tidak dibuang. Sebuah
distraktor dapat dikatakan berfungsi dengan baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.

Dalam tabel yang memuat analisis jawaban 30 orang siswa, dengan pilihan jawaban a, b,
c, dan d. Sebetulnya banyaknya soal yang dikerjakan ada 50 butir, tetapi yang dikutip hanya 15
butir. Diatas tabel tersenut terdapat keterangan bahwa subjek nomor 1 betul semua, artinya
semua jawaban mendapat skor 1, dan dia mendapat jumlah skor 50. Siswa yang piliham
jawabannya sama dengan siswa nomor 1, berarti skornya 1. Cara menganalis tabel terebut adalah
sebagai berikut.

1). Bubuhkan skor 1 untuk semua butir pada semua siswa yang pilihannya sama dengan siswa
nomor 1. Sebaiknya pemberian skor dilakukan butir demi butir, jadi mulai dari butir 1. Siswa
yang memilih a, diberi skor 1,yang bukan a diberi skor 0. Untuk siswa yang tidak memilih, yaitu
dengan tanda - diberi skor 0. Setelah perskoran butir 1 selesai, dijumlahkan kebawah, a da
berapa siswa yang mendapat skor 1. Jumlah skor itulah yang menunjukkan taraf kesukaran,
sesudah dibagi dengan 30 dikaliakan 100 . Daya pembeda untuk tiap-tiap butir juga langsung
dapat dicari, menggunakan rumus yang sudah dijelaskan untuk membedakan daya pembeda.

2).lanjutkan memberi skor butir 2, karna siswa nomor 1 melilih .maka semua siswa yang melilIh
c diberi skor 1,lainnya 0. Demikian juga untuk butir nomor 3,karena siswa nomor 1 memilih c
dan betul, maka siswa yang memilih c diberi skor 1,yang bukan c diberi skor 0.

3). Setelah selesai memberikan skor sampai dengan butir nomor 15, maka sudah dapat diketahui
jumlah skor 1 pada setiap butir. Selanjutnya dapat diketahui taraf kesukaran dan daya pembeda
dari masing-masing butir, menggunakan rumus yang sesudah dipraktikkan dalam perhitungan
terdahulu.

4). Untuk mengetahui penyebaran pilihan siswa, yaitu menentukan pola jawaban siswa,
digunakan tabel kontingensi Sebagai 2x5,ditambah baris judul dan kolom judul. Sebagai contoh,

17
kita akan memganalisi dan membuat pola jawaban untuk butir 1. Banyak nya jari-jari untuk
pilihan jawaban,dimksukkan dalam kolam sesuai pilihan jawaban. Dalam hal kita mempunyai 5
kolam pilihan jawaban,yaitu kolam jawbaan a, b, c dan d, kemudian kita tambahkan kolam lagi
untuk yang tidak memilih. Tidak menentukan pilihan jawaban ini disebut "ommit" (Om) artinya
tidak menjawab. Marilah kita Masukkan banyaknya pilihan tiap jawaban sebagai berikut.

a). Kunci jawaban yang betul adalah pilihan a, maka kita beri tanda bintang.

b). Untuk menentukan Kelompok Atas (KA) dan Kelompok bawa (KB), kita ambil dari
skor total, kita urutkan dari paling atas sampai paling bawa lalu kita beri tanda dikolom
"subjeck" sebelah kanannya dengan At dan bb.

c). Dari hasil mengurutkan skor dari paling atas sampai paling bawah diketahui banyak
siswa yang masuk kelompok atas (At) adalah skor 35 atau lebih, dan kelompok bawah (bw)
adalah siswa yang dapat skor 32 atau kurang.

Kelompok/pilihan a* b c d Om Jumlah

Kelompok atas 2 1 9 2 1 15

Kelompok bawah 1 4 5 4 1 15

Jumlah 3 5 14 6 2 30

Setelah dimaksukkan kedalam tabel kontingensi 2*5 dapat diketahui bahwa sebean pilihan
jawaban adalah sebagai berikut.

a). Yang memilih a ada 3 orang, 2 orang kelompok (At) dan 1 orang dari kelompok bawah
(Bw).

b). Yang memilih b ada 5 orang,yaitu 1 dari kelompok atas (At) dan 4 orang dari kelompok
bawah (Bw)

c). Yang memIlih c ada 14 orang, yaitu dari kelompok atas (At) 9 orang Dan dari kelompok
bawah (Bw) 14 orang.

d). Yang memlih d ada 6 orang, Yaitu dari kelompok atas (At) 2 orang dan dari kelompok bawa
(Bw) 4 orang.

e). Yang tidak memilih - omit Ada 2 orang, masing-masing 1 orang dari kemlompk atas dan
kelompok bawah.

18
Apakah tidak lanjut dari guru setelah diketahui pola jawaban seperti ini? Inilah gunanya
mengetahui pola jawaban,yaitu untuk mengetahui kualitas butir soal yang dibuat oleh guru, yaitu
sebagai berikut.

a). Pilihan a,adalah kunci jawaban, yaitu jawaban yang betul,dan diharapkan semua siswa dapat
menjawab Dengan betul, yaitu melilih a.ternyata yang melilih a hanya 3 orang, berarti butir soal
tersebut terlalu sukar.anak pandai saja yang dapat menjawab Hanya 2 orang,dan anak bodoh
(kelompok bawah) ada yang beruntung 1 orang.

b). Pilihan b adalah pengecoh. Dari 30 orang siswa yang terkecoh ada 5,yaitu dari At 1 orang dan
dari Bw 4orang. Pilihan salah seperti ini adalah wajar.yang terkecoh adalah siswa-siswa yang
belum menguasai materi.

c). Pilihan c adalah pengecoh (disctraktor),yang oleh guru dipandang hanya merupakan alternatif
jawaban yang salah tetapi mengapa justru hampir separoh dari siswa memlih jawaban itu? Dalam
hal seperti ini guru harus bepikir keras, mengapa pemahaman siswa seperrti itu?.

d). Pilihan biasa,ada siswa yang terkecoh, yaitu 6 orang dari kelompok atas (At) 2 orang Dan
dari kelompok bawah (Bw) 4 orang

e). Omit ada 2 orang, masing-masing dari kelompok atas dan kelompok bawah. Keadaan seperti
ini wajar

Jika guru Menjumpai hasil pemaparan pola jawaban seperti ini, harus dapat mengambil
kesimpulan bahwa kemungkinan dua penyebab:

a). Butir soal yang dibuat tidak baik,karna dpat menyesatkan hampir separuh dari jumlah siswa
memilih c. Kesimpulan sementara yang dapat diambil adalah bahwa pilihan c mempunyai daya
tarik yang besar sehingga seolah-olah pilihan jawaban itulah yang benar, mungkin rumusan
kalimatnya, atau mungkin isi soalnya menunjukkan kalau benar.

b). Yang menarik siswa bukan butir soalnya, tetapi materi yang dikuasi siswa memang seperti
yang Tertera dalam pilihan c itu.kalau memang massud yang dikehendaki oleh guru adalah
materi seerti butir a.,maka mungkin ketika guru mengajar,yang diterima oleh siswa seperti materi
dalam c. Jika seperti ini terjadi, maka guru harus mengulang mengajar agar penguasaan materi
yang dimiliki oleh siswa adlah seperti yang tertera dalam option a.

Jadi,kini marilah kita berlatih lagi dengan pola jawaban,yaitu butir nomer 4,dan 6.butir soal 4
jawabannya adalah c, dan kunci jawaban butir soal 6 adalah d.sesudah itu lanjutkan membaca
contoh perhitungan yang ada dibuku.

19
Contoh perhitungan:

Dari analisis sebuah item,polanya diketahui sebagai berikut:

Pilihan a b c* d o Jumlah
jawaban

Kelompok 5 7 15 3 0 30
atas

Kelompok 8 8 6 5 3 30
bawah

Jumlah 13 15 21 9 3 60

*) adalah kunci jawaban

1).P=21/60 = 0.35

2). D= Pa-Pb

= 15/30-6/30

= 9/30

=0.30

3).disctraktor: semua distraktornya sudah berfungsi dengan baik karna sudah dipilih oleh lebih
dari 5% pengikut tes.

4). Dilahat dari segi omit (kolam pilihan paling kanan) adalah bait. Sebuah item dikatakan baik
jika omitnya tidak lebih dari 10% pengikut tes.

[5% dari pengikut tes = 5% x 60 orang = 3 oran]

20
Sebenarnya ketentuan ini hanya berlaku untuk tes pilihan berganda dengan 5 alterntif dan p
=0.80.tetapi demi pratisnya diberlalukan untuk semua orang.

BAB III
KESIMPULAN
            Dari pembahasan di BAB II dapat diambil kesimpulan, bahwa Analisa Hasil Evaluasi
Tidak ada usaha guru yang leblh baik selain usaha untuk selalu meningkatkan mute tes yang
disusunnya. Namun. hal inl tidak dilaksanakan karena kecenderungan seseorang untuk
beranggapan bahwa hasil karyanya adalah yang terbaik atau setidak-tidaknya sudah cukup baik.

Guru yang sudah banyak berpengalaman, mengaiar, dan menyusun soal-soal tes, juga
masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu, cara yang paling
baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa.

Secara teoretis. siswa dalam satu kelas merupakan populasi atau kelompok yang
keadaannya heterogen. Dengan demlkian, maka apabila dikenai sebuah tes akan tercermin
hasilnya dalam suatu kurva normal. Sebagian besar siswa berada di daerah sedang, sebagian
kecil berada di ekor kiri, dan sebagian kecil yang lain berada di ekor kanan kurva.

21
Apabila keadaan setelah hasil tes dianalisis tidak seperti yang diharapkan dalam kurva
normal, maka tentu ada ‘”apa-apa" dengan soal tesnya.

Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek,berarti bahwa tes yang disusun
mungkin terlalu sukar. Sebaliknya jika seluruh siswa memperoleh skor baik, dapat diartikan
bahwa tesnya terlalu mudah. Tentu saja interpretasi terhadap soal tes akan lain seandainya tes itu
sudah disusun sebaik-baiknya sehingga memenuhi persyaratan sebagai tes.

Telah disinggung di depan bahwa analisis soal antara lain bertujuan untuk mengadakan
identifikasi soal-soal yang baik, kurang baik, dan sosal yang jelek. Dengan analisis soal dapat
diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan “pentunjuk” untuk mengadakan
perbaikan.
Kapan sebuah saoal dikatakan baik? Untuk memberikan jawaban terhadap pertanyaan ini
perlu diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu kesukaran, daya
pembeda dan poila jawaban soal.

22
DAFTAR PUSTAKA

- Suharsini, Arikunto. 1978. Sebuah Pengetahuan Dasar Tentang Evaluasi Pendidikan. Terbitan
sendiri.
- Suharsini, Arikunto. 1978. Arti Nilai Hasil Belajar. Yogyakarta: Terbitan sendiri.
- Sutrisno, Hadi. 1979. Metodologi Research, jilid 3. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Fakultas
Psikologi UGM.

23

Anda mungkin juga menyukai