Anda di halaman 1dari 4

TUGAS MANDIRI

SEJARAH SENI RUPA INDONESIA


"ALAT TENUN GEDOGAN"

Oleh : Muhammad Ariq Baihaqi


Dosen Pengampu : Husni Mubarat

PROGRAM STUDI DESIGN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS ILMU PEMERINTAHAN DAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI
2020
ALAT TENUN TRADISIONAL (GEDOGAN)
Alat tenun tradisional adalah alat tenun yang sangat umum
digunakan di berbagai daerah. Alat tenun tradisional ini disinyalir sudah
ada dan digunakan untu menenun sejak zaman prasejarah. Hal ini terbukti
dengan ditemukannya benda prasejarah dan relief yang menggambarkan
alat tenun yang masih sangat sederhana.

Alat tenun ini dipakai untuk menenun kain antara lain jenis
songket.Alat tenun tradisional (gedogan) terbuat dari bambu dan kayu,
yang fungsinya hanya untuk mengaitkan benang lungsi saja. Terdapat dua
ujung bilah kayu dan bambu pada alat ini. Ujuang pertama dikaitkan pada
tiang atau pondasi rumah, sedangkan ujung satunya diikat pada badan
penenun. Pada saat menenun, posisi penenun duduk dilantai kemudian
mulailah penenun menenun dengan meletakan benang lungsi dan pakan
secara bergantian.

Menenun dengan menggunakan alat tenun tradisional atau gedogan


tidak hanya menghasilkan sehelai kain tenun yang indah tetapi juga
menghasilkan kain tenun yang berkualitas tinggi karena dikerjakan
dengan sangat cermat dan teliti sehingga memakan waktu yang lama.
Dibutuhkan waktu hingga berbulan-bulan untuk menghasilkan sehelai kain
tenun yang indah. Tak heran jika kain tenun ini mempunyai nilai jual yang
sangat fantastis.
Alat tenun gedogan ini bentuknya masih sederhana, yang terdiri dari
beberapa bagian yang antara satu dengan yang lainnya saling
berhubungan. Apabila salah satu dari bagian gedogan hilang, maka
gedogan tidak akan berfungsi sebagai alat tenun.
Bagian-bagian tersebut adalah:

1. Cacak, terdiri dari dua tiang tempat dayan diletakkan

2. Dayan, merupakan sekeping papan yang digunakan untuk menggulung


benang lungsen.

3. Apit, berfungsi sebagai penggulung benang yang sudah ditenun


menjadi kain, yang terletak di bagian depan penenun.

4. Por atau lempaut. Bentuknya melengkung, yang berfungsi untuk


menahan benang lungsen. Alat ini ditahan dengan bagian belakang
badan penenun. Apabila alat ini dilepas maka benang pakan yang
sudah disusun di dayan menjadi kendor. Di bagian kanan dan kiri por
diikatkan seutas tali yang dihubungkan dengan apit.

5. Tumpuan, merupakan penahan kaki penenun.

6. Beliro, yaitu berupa kayu pipih yang digunakan untuk merapatkan


benang pakan

7. Suri, berfungsi untuk menyisir benang pakan supaya hasil tenunannya


rapat.

8. Gulungan, untuk menahan keluar masuknya benang pakan.

9. Nyincing atau cucuk karap, yaitu berfungsi untuk membuka benang


agar benang lungsen tetap kencang dan teratur letaknya.

10. Pelipiran, berfungsi untuk membantu membuat motif dengan cara


membuka benang lungsen sebelum dimasuki benang pakan.

11. Lidi-lidi atau gun yaitu berfungsi untuk membuat motif kain tenun.
Semakin banyak motif yang akan dibuat, maka semakin banyak lidi
yang diperlukan.

Disamping alat-alat tersebut di atas, seorang penenun memerlukan alat


bantu berupa:
a. Peting atau pleting yaitu sepotong kayu yang digunakan untuk
menggulung benang pakan.

b. Teropong atau torak terbuat dari bambu dengan lobang ditengahnya.


Benang pakan yang sudah digulung di peting dimasukkan ke dalam
teropong.
c. Rogan atau penguluran, terbuat dari bambu dengan bagian kaki
terbuat dari kayu. Fungsinya untuk meletakkan beliro dan pelipiran
sewaktu si penenun sedang menyisir untuk meluruskan benang
lungsen.

Anda mungkin juga menyukai