Laporan Akhir Pengantar Sistem Rekayasa Lingkungan FIXfixxx
Laporan Akhir Pengantar Sistem Rekayasa Lingkungan FIXfixxx
Laporan Akhir Pengantar Sistem Rekayasa Lingkungan FIXfixxx
Disusun oleh:
Kelompok Home Group 04 B
Amira Izzati Mardiya (1806233650)
Fransisca Adinda NR (1806187045)
Hafifah Nurulita (1806187051)
Muhammad Audi Naratama (1806187032)
Syifa Carrisa (1806187096)
Rania (1806187026)
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat dan
Inayah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan ini dengan tepat
waktu. Keberhasilan kami dalam menyelesaikan Tugas Laporan Akhir Pengantar
Sistem Rekayasa Teknik Lingkungan Identifikasi Masalah Pengelolaan Limbah
pada Kalibata Mall ini tidak lepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai
pihak. Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi.
Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan semangat yang kami berikan satu sama lain.
Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Setyo
Sarwanto Mursidik, DEA dan Ibu Dr. Cindy Rianti Priadi S.T., M.Sc. selaku
dosen, juga Amelia Majid selaku asisten yang telah membimbing tim penulis
selama penulisan makalah.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Kami juga menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh sebab itu, dengan tangan
terbuka kami akan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
Pendahuluan......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Perumusan masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan penulisan................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
Landasan Teori...................................................................................................................3
2.1 Penyediaan Air Bersih (Hafifah Nurulita)............................................................3
2.2 Pengelolaan Air Limbah (Fransisca Adinda NR)................................................10
2.3 Air Hujan (Muhammad Audi Naratama)...........................................................20
2.4 Limbah Padat (Rania).......................................................................................25
2.5 Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Amira Izzati Mardiya)........................34
2.6 Pencemaran Udara (Syifa Carrisa)....................................................................45
BAB III...............................................................................................................................52
Deskripsi Lokasi................................................................................................................52
3.1 Deskripsi Lokasi................................................................................................52
BAB IV..............................................................................................................................54
Identifikasi Masalah.........................................................................................................54
4.1 Identifikasi Masalah Penyediaan Air Bersih......................................................54
4.2 Identifikasi Masalah Pengolahan Air Limbah....................................................57
4.3 Identifikasi Masalah Pengelolaan Air Hujan.....................................................62
4.4 Identifikasi Masalah Pengelolaan Limbah Padat..............................................63
4.5 Identifikasi Masalah Pengelolan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). 65
4.6 Identifikasi Masalah Pencemaran Udara..........................................................66
BAB V...............................................................................................................................70
Analisis dan Kesimpulan...................................................................................................70
5.1 Mindmap HG....................................................................................................70
5.2 Simpul-Simpul Masalah Utama........................................................................70
5.3 Analisis Keterkaitan..........................................................................................70
5.4 Kesimpulan dan Rekomendasi..........................................................................71
ii
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................73
iii
BAB I
Pendahuluan
1
1.3 Tujuan penulisan
1) Mengidentifikasi sistem pengelolaan dan pengolahan limbah di lingkungan
Kalibata Mall.
2) Mengidentifikasi permasalahan yang dihasilkan dari aktivitas kegiatan di
Kalibata Mall.
3) Mengetahui dampak dari adanya sistem pengelolaan di Kalibata Mall.
4) Menganalisis dan memberikan rekomendasi solusi terhadap permasalahan
terkait pengelolaan dan pengolahan limbah di Kalibata Mall.
2
BAB II
Landasan Teori
Air bersih didapatkan dari empat sumber utama yaitu air angkasa, air
permukaan, air tanah, dan mata air. Air angkasa merupakan air yang didapatkan
dari hasil proses penguapan yang terkondensasi dan akhirnya jatuh sebagai air
hujan ataupun salju. Air permukaan merupakan air yang mengalir dipermukaan
bumi, yang berada pada tempat atau wadah atas permukaan daratan meliputi
sungai, rawa, danau, mata air dan reservoir. Sedangkan air tanah adalah air yang
berada di bawah tanah di dalam zone jenuh dimana tekanan hidrstatiknya sama
atau lebih besar dari tekanan atmosfer (Suryono, 1993:1). Mata air sendiri berasal
dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat tekanan, sehingga
belum terkontaminasi zat-zat tercemar.
3
1) Fisik
Syarat fisik artinya syarat yang memeliki kerkaitan dengan unsur fisik dari
air tersebut, meliputi:
a. Tidak berwarna (jernih)
b. Tidak berbau
c. Tidak berasa
d. Memiliki suhu antara 10-25 derajat celcius
e. Dan tidak memiliki endapan
2) Kimia
Berdasarkan syarat kimia, ada beberapa kriteria air yang bersih, meliputi:
a. Tidak memiliki kandungan unsur yodium yang berlebih.
b. Zat kimia yang terkandung di dalam air tersebut tidak berlebihan.
c. Tidak mengandung logam berat (Pb, As, Cd, Cr, dan Hg)
d. Memenuhi derajat keasaman atau pH sesuai dengan ketentuan yaitu
antara 6,5-8,0.
3) Biologis
4) Radiologis
Berdasarkan syarat radiologis artinya air tidak boleh mengandung zat yang
menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta,
dan gamma.
4
2.1.2 Permasalahan Penyediaan Air Bersih (secara umum)
Selain beberapa masalah yang telah disebutkan diatas, masih ada PDAM yang
menggunakan air baku yang berasal dari air tanah. Ini merupakan salah satu
bentuk yang paling mudah karena air yang diambil dari air tanah hanya perlu
melewati proses disinfeksi saja dan langsung bisa dialirkan ke konsumen. Tetapi
jika ditemukan kandungan zat besi yang cukup tinggi didalam air maka dengan
adanya proses disinfeksi dengan penggunaan senyawa khlorin maka zat besi
tersebut akan teroksidasi menjadi senyawa oksida besi yang tidak larut dalam air
5
dan saat sampai di konsumen air akan berwarna coklat kemerahan serta terdapat
endapan.
Adanya masalah yang dihadapi dalam penyediaan air bersih tentu tidak
terlepas dari adanya jalan keluar. Jalan keluar yang dimaksud adalah adanya
teknologi-teknologi yang dapat membantu dalam mengatasi masalah-masalah
yang ada.
6
1) Unit pengolahan conditioning akan terjadi pengaturan PH, penambahan
kekeruhan, dan pra-sedimentasi.
2) Unit pengolahan koagulasi akan terjadi destabilisasi partikel koloid dan
pembubuhan bahan kimia seperti tawas dan dilakukan pengadukan
cepat.
3) Unit flokulasi akan dilakukan pengadukan lambat.
4) Unit sedimentasi akan terjadi proses pengendapan secara gravitasi
(sedimentasi dan pra-sedimentasi) dan pengendapan berdasarkan aliran
(horizontal, vertical, kemiringan (plate settler)).
5) Unit filtrasi merupakan penyaringan dengan media berbutir. Saringan
yang digunakan dibedakan menjadi saringan pasir cepat, seperti pasir
dan saringan pasir lambat, seperti sedimentasi.
6) Unit desinfeksi merupakan proses penghilangan mikroorganisme
patogen seperti klorinasi, ozonsasi, dan pemanasan.
7
Gambar 2.1.2 Proses Pengolahan Koagulasi dan Flukolasi. Sumber: http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-
content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compatibility-mode.pdf
8
Gambar 2.1.4 Proses Pengolahan Filtrasi. Sumber: http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-
content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-bersih-compatibility-mode.pdf
9
2.2 Pengelolaan Air Limbah (Fransisca Adinda NR)
Sampah (solid waste) adalah benda buangan padat hasil samping dari
kegiatan manusia atau makhluk hidup lain, menyusul produk dari peristiwa alam.
Karakteristik sampah dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat terdegradasi karena
tidak dapat membusuk, sedangkan sampah organik adalah sebaliknya
(Tjokrokusumo, 1999). Hasil dari proses dekomposisi sampah organik akan
menghasilkan air limbah yang sering disebut air lindi (leachate). Lindian
mengandung bahan-bahan kimia, baik organik maupun anorganik mempunyai
potensi menimbulkan pencemaran terhadap air tanah dan lingkungan, serta
sejumlah bakteri phatogen, yang dapat menyebabkan gatal-gatal pada kulit (Joko
dan Sri, 2008). Berikut adalah komposisi zat kimia yang terdapat pada air limbah:
10
Nitrat 5-40
PH 5,3-8,5
Fosfor:
Ortho 1-50
Total 1-70
Total suspended solid 200-1.000
Sodium 200-2.000
Sulfat 100-1.500
Tabel 2.2.1: Komposisi air limbah. Sumber:
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/I8713003_bab1.pdf
1) Grey Water: cairan limbah rumah tangga yang berasal dari hasil cuci-
mencuci dan hasil memasak.
2) Black Water: limbah yang berasal dari kotoran manusia.
3) Clear Water: cairan yang keluar dari tetesan AC dan kulkas.
11
Gambar 2.2.1 Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 200 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik
Gambar 2.2.2 Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 200 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik
12
Gambar 2.2.3 Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 200 tentang Baku
Mutu Air Limbah Domestik
Tabel 2.2.2: Baku mutu air limbah domestik. Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
13
pabrik-pabrik yang membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih
dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik
secara sengaja atau tidak adalah masyarakat Jakarta itu sendiri. Yakni akibat air
buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari makin besar sesuai dengan
perkembangan penduduk maupun perkembangan kota Jakarta. Ditambah lagi
rendahnya kesadaran sebagian masyarakat yang langsung membuang kotoran/tinja
maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungai-sungai
yang ada di Jakarta bertambah cepat.
14
beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasi agar konsentrasi yang ada
menjadi rendah. Untuk itu diperlukan pengolahan secara bertahap agar bahan
tersebut di atas dapat dikurangi. Sistem pengolahan air limbah dilakukan melalui
proses:
1) Pengolahan Individual
Pengolahan air limbah individual adalah pengolahan yang dilakukan
secara sendiri-sendiri pada masing-masing rumah terhadap limbah domestic yang
dihasilkan. Sistem penanganan/pengolahan air limbah domestik secara individual
diuraikan dalam diagram sebagai berikut:
15
Gambar 2.2.5 Sumber: Buku Rekayasa Lingkungan diterbitkan oleh Gunadarma
3) Pengolahan Komunal
Pengolahan air limbah komunal adalah pengolahan air limbah yang
dilakukan pada suatu kawasan pemukiman, industri, perdagangan seperti kota-
kota besar yang pada umumnya dilayani/dibuang melalui jaringan riool kota untuk
kemudian dialirkan menuju ke suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan
kapasitas besar (Kota Yogyakarta: 170 lt/dt atau 15.500 m3/hari untuk melayani
jumlah penduduk sekitar 110.000 orang pada tahun 2002). Diagram sistem
penanganannya adalah sebagai berikut:
16
Gambar 2.2.7 Sumber: https://www.ilmutekniksipil.com/teknik-lingkungan/sistem-pengolahan-air-
limbah
b. Primary Treatment
Tujuan dari primary treatment adalah menghilangkan padatan organik dan
anorganik yang dapat diendapkan dengan sedimentasi melalui sedimentation tank,
dan penghilangan bahan yang akan mengapung (buih) dengan skimming. Sekitar
17
25 hingga 50% dari permintaan oksigen biokimia yang masuk (BOD5), 50 hingga
70% dari total padatan tersuspensi (SS), dan 65% dari minyak dan lemak
dihilangkan selama pengolaha primer. Beberapa nitrogen organik, fosfor organik,
dan logam berat yang terkait dengan padatan juga dihilangkan selama sedimentasi
primer tetapi konstituen koloid dan terlarut tidak terpengaruh. Efluen dari unit
sedimentasi primer disebut sebagai efluen primer.
c. Secondary Treatment
Tujuan dari secondary treatment adalah perawatan lebih lanjut dari efluen
dari perawatan primer untuk menghilangkan sisa organik dan padatan tersuspensi.
Dalam kebanyakan kasus, secondary treatment mengikuti pengobatan primer dan
melibatkan penghapusan bahan organik terlarut dan koloid yang terurai
menggunakan proses pengolahan biologis aerobik. Perlakuan biologis aerobik
(lihat Kotak) dilakukan dengan adanya oksigen oleh mikroorganisme aerobik
(terutama bakteri) yang memetabolisme bahan organik dalam air limbah, sehingga
menghasilkan lebih banyak mikroorganisme dan produk akhir anorganik
(terutama CO2, NH3, dan H2O). Beberapa proses biologis aerobik digunakan
untuk pengobatan sekunder yang berbeda terutama dalam cara di mana oksigen
dipasok ke mikroorganisme dan pada tingkat di mana organisme memetabolisme
bahan organik.
d. Tertiary Treatment
Tertiary treatment dilakukan ketika konstituen air limbah spesifik yang
tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan sekunder harus dihilangkan. Proses
pengolahan individu diperlukan untuk menghilangkan nitrogen, fosfor, padatan
tersuspensi tambahan, bahan organik tahan api, logam berat dan padatan terlarut.
Karena perawatan lanjutan biasanya mengikuti secondary treatment tingkat
tinggi, kadang-kadang disebut sebagai perawatan tersier. Namun, proses
perawatan lanjutan terkadang dikombinasikan dengan perawatan primer atau
sekunder (misalnya, penambahan zat kimia ke klarifikasi primer atau cekungan
aerasi untuk menghilangkan fosfor) atau digunakan sebagai pengganti perlakuan
sekunder (misalnya, pengolahan aliran daratan dari limbah primer).
18
e. Disinfection
Disinfeksi biasanya melibatkan penyuntikan larutan klorin di ujung kepala
dari cekungan khlorin. Dosis klorin tergantung pada kekuatan air limbah dan
faktor lainnya, tetapi dosis 5 hingga 15 mg / l adalah umum. Ozon dan ultra violet
(uv) iradiasi juga dapat digunakan untuk desinfeksi tetapi metode disinfeksi ini
tidak umum digunakan. Cekungan kontak Klorin biasanya berbentuk persegi
panjang, dengan baffle untuk mencegah hubungan pendek, yang dirancang untuk
memberikan waktu kontak sekitar 30 menit. Namun, untuk memenuhi persyaratan
perawatan air limbah lanjutan, waktu kontak klorin selama 120 menit terkadang
diperlukan untuk penggunaan irigasi tertentu dari air limbah yang direklamasi.
Efek bakterisida klorin dan disinfektan lainnya tergantung pada pH, waktu kontak,
kandungan organik, dan suhu efluen.
f. Effluent Storage
Meskipun tidak dianggap sebagai langkah dalam proses pengolahan,
fasilitas penyimpanan, dalam banyak kasus, merupakan penghubung penting
antara instalasi pengolahan air limbah dan sistem irigasi. Penyimpanan diperlukan
untuk alasan berikut:
– Untuk menyamakan variasi harian dalam aliran dari instalasi pengolahan
dan untuk menyimpan kelebihan ketika aliran air limbah rata-rata
melebihi permintaan irigasi; termasuk penyimpanan musim dingin.
– Untuk memenuhi kebutuhan irigasi puncak melebihi aliran air limbah
rata-rata.
– Untuk meminimalkan efek gangguan dalam operasi pabrik pengolahan
dan sistem irigasi. Penyimpanan digunakan untuk menyediakan asuransi
terhadap kemungkinan air limbah reklamasi yang tidak layak masuk ke
sistem irigasi dan menyediakan waktu tambahan untuk menyelesaikan
masalah kualitas air sementara.
19
2.3 Air Hujan (Muhammad Audi Naratama)
Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat kualitas dari air
hujan adalah sebagai berikut:
Dari segi kuantitas, air hujan tergantung pada besar kecilnya curah hujan.
Sehingga air hujan tidak mencukupi untuk persediaan umum karena jumlahnya
berfluktuasi. Begitu pula bila dilihat dari segi kontinuitasnya, air hujan tidak dapat
diambil secara terus menerus, karena tergantung pada musim. Pada musim
kemarau kemungkinan air akan menurun karena tidak ada penambahan air hujan.
Hasil karakteristik fisik, kimia dan biologi air hujan dibandingkan dengan
air hasil filtrasi. Air hujan dan standar baku mutu sesuai dengan Permenkes RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas
Air Bersih [10].
20
Tabel 2.3.1 Perbandingan Karakteristik Air Hujan Kota Malang, Air Hasil Filtrasi dan Standar
Baku Mutu Indonesia. Sumber: http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/273/282
*) Standar Baku Mutu sesuai dengan: Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990
tentang syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Bersih
**) tt: tidak terdeteksi
MDL: Methode Detection Limit
Pemanfaatan Air Hujan Sebagai Air Layak Konsumsi – Untari, dkk Jurnal Pangan
dan Agroindustri Vol. 3 No 4 p.1492-1502, September 2015 1498. Berdasarkan
data hasil pengujian, beberapa parameter sudah masuk dalam Standar Baku Mutu
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990
dan aman untuk dikonsumsi. Namun secara estetika air hujan tidak layak untuk
dikonsumsi karena berdasarkan kenampakkan air hujan berwarna kuning dan
berlumut. Selain itu, air hujan memiliki karaketeristik yang berubah dan bisa
menjadi berbahaya untuk dijadikan air bersih tergantung pada tempat dan waktu
hujan turun.
21
2.3.3 Cara Mengolah Air Hujan menjadi Air Bersih
Air hujan dapat digunakan sebagai keperluan air bersih dan air minum.
Untuk penyimpanannya, air hujan ditampung di dalam bak Penampungan Air
Hujan (PAH). Pada beberapa pertokoan, air wastafel, air keran, dan air minum
bersumber dari air hujan yang telah diolah sesuai prosedur menjadi air bersih.
1) Sistem PAH
Gambar di bawah ini adalah disain bak tampungan air hujan dengan volume 10 ~
12 m3. Air hujan yang jatuh di atap rumah kemudian dengan menggunakan
saluran pipa dari atap dialirkan ke dalam bak penampung awal yang berisi
saringan pasir-kerikil. Dari bak penampung ini, air dialirkan ke bak tampungan,
dan kelebihannya akan diresapkan ke dalam tanah.
22
dan air hujan yang bersih akan masuk ke bak penampung (volume
bak 10 m3).
– Jika hujan berlangsung terus menerus, dan bak penampung penuh
maka air akan melimpah melalui pipa outlet masuk kedalam sumur
resapan dengan kedalaman lubang sumur resapan sekitar 3 meter,
kontruksi terbuat dari bis beton, sepanjang 2,5 meter dan resapan
sekitar 0,5 meter. Air hujan didalam sumur resapan ini akan meresap
melalui zona resapan dari sumur resapan kedalam tanah sebagai
sumber air tanah. Bidang resapan terletak dibagian dasar, tanpa bis
beton, agar bis beton di atasnya tidak merosot diberi penyangga
batubata. Bidang resapan diisi dengan kerikil dan ijuk, sebagai
penyaring agar tidak terjadi kebuntuan.
– Air dari bak penampung air hujan dipompa ke unit ARSINUM yang
terdiri dari pompa air baku, statix mixer, filter multi media, filter
penukar ion, cartridge filter, Ultrafiltarsi, sterilisator ultra violet dan
post catridge filter untuk diolah menjadi air minum.
b. Fungsi dan manfaat sistem pemanfaatan air hujan dan pengolahan air
siap minum ini adalah:
– Menghemat pengunaan air tanah,
– Menampung 10 meter kubik air pada saat hujan,
– Mengurangi run off & beban sungai saat hujan lebat,
– Menambah jumlah air yang masuk ke dalam tanah,
– Mempertahankan tinggi muka air tanah,
– Menurunkan konsentrasi pencemaran air tanah,
– Memperbaiki kualitas air tanah dangkal,
– Mengurangi laju erosi dan sedimentasi,
– Mereduksi dimensi jaringan drainase,
– Menjaga kesetimbangan hidrologi air tanah sehingga dapat mencegah
intrusi air laut,
– Mencegah terjadinya penurunan tanah,
– Stok air pada musim kemarau (plus rain harvesting).
23
c. Proses pengolahan ini membutuhkan beberapa bangunan diantaranya:
– Bangunan Penangkap Air (Intake)
Bangunan ini berfungsi untuk menangkap air sesuai dengan debit yang
diperlukan bagi pengolahan air.
– Bangunan Prasedimentasi
Befungsi sebagai tempat proses pengendapan partikel diskrit seperti pasir,
lempung, zat zat padat lainnya yang bisa mengendap secara gravitasi.
– Bangunan Sedimentasi
Berfungsi sebagai tempat mengendapnya partikel partikel flokulen
(flok – flok).
– Bangunan Filtrasi
Berfungsi untuk tempat proses penyaringan butir-butir yang tidak ikut
terendap padabak sedimentasi dan juga berfungsi sebagai penyaring
mikroorganisme/bakeri yang ikut larut dalam air.
24
– Unit Pembubuhan Bahan Kimia
Berfungsi untuk tempat melarutkan bahan-bahan kimia dan
menyembuhkannya ke bangunan pengolahan.
– Bangunan Reservoir
Berfungsi untuk tempat penampungan air bersih sebelum didistribusikan dan
tempat penampungan air bersih untuk instalasi
Limbah padat atau sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan oleh
aktivitas hidup manusia dan hewan yang dibuang karena sudah tidak berguna lagi
atau tidak dikehendaki. Menurut UU No.18 Tahun 2008, sampah adalah sisa
kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
1) Bedasarkan Sumber
Sumber limbah padat umumnya berhubungan dengan land use dan pembagian
wilayah dan klasifikasi sebagai berikut:
a. Pemukiman
b. Komersil
c. Institusi
d. Construction and demolition
e. Municipal services
f. Treatment plant sites
g. Industri
h. Agricultural
2) Bedasarkan Jenis
25
Sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik dan yang mempunyai
sifat cepat membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah serta temperatur
optimum yang diperlukan unuk membusuk yaitu (20-30)°C.
Sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik dan anorganik yang
mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh bahannya tidak cepat membusuk.
Sampah uang terdiri dari bahan organik dan anorganik yang merupakan partikel-
partikel terkecil yang bersifat mudah beterbangan yang membahayakan
pernafasan dan mata.
e. Bulky wastes
Sampah barang-barang bekas, baik yang masih dapat digunakan atau yang tidak
dapat digunakan.
f. Hazardous wastes
Contoh:
26
- Beracun: kertas pembungkus pestisida
- Mudah meledak: mesiu
- Radio-aktif: sampah nuklir
Sampah yang berupa hasil sampingan pengolahan air bersih maupun air kotor,
biasanya berupa gas atau lumpur.
3) Bedasarkan Karakteristik
Contoh: wadah plastik, botol plastik, kaleng, kantong kresek, dan lain-lain.
27
banyak sampah yang tidak tertangani dengan baik dan terbuang di banyak tempat.
Pengolahan sampah yang kurang baik dapat menimbulkan berbagai masalah,
terutama pencemaran terhadap lingkungan.
Selain itu banyak pula faktor-faktor lain yang menyebabkan sampah menjadi
permasalahan khususnya di perkotaan, yaitu:
28
2.4.3 Konsep dan Sarana Penanganan Limbah Padat
Gambar 2.4.1 Sistem Pengelolaan Sampah secara umum. Sumber: Buku Rekayasa Lingkungan
Gunadarma
1) Pewadahan
Pada sub-sistem ini, sampah yang ada dimasukkan ke dalam wadah yang
bergantung dari tingkat sosial-ekonomi penduduk. Misalnya ada yang
menggunakan bak sampah dari beton, ada yang terbuat dari seng, plastik, dan lain-
lain. atau ada yang menggunakan container.
29
Pada negara-negara maju, biasanya masyarakat yang membuang sampah
melakukan pemisahan berdasarkan jenis sampah. Sampah yang cepat membusuk
(garbage) dipisahkan dengan sampah yang tidak cepat membusuk (rubbish, dust
& ash).
2) Pengumpulan
Pada sub-sistem ni, penggunaan jenis atau cara pengumpulan bergantung dari
daerah pelayanan, tingkat sosial-ekonomi masyarakat, sarana dan prasarana yang
dilayani. Secara umum, sub-sistem ini digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.4.2 Sub-sistem Pengumpulan Sampah Secara umum. Sumber: Buku Rekayasa
Lingkungan Gunadarma
Dari gambar 4.2 diatas, bisa dilihat berbagai jalur pengumpulan yaitu:
30
c. Pengumpulan komunal langsung, yaitu pengguna jasa mengumpulkan
sampah secara komunal pada wadah komunal untuk diangkut oleh
kendaraan pengangkut langsung dibuang ke TPA.
d. Pengumpulan komunal tidak langsung, yaitu pengguna jasa
mengumpulkan sampah seara komunal pada wadah komunal untuk dibawa
oleh kendaraan pengumpul, kemudia dibawa ke transfer depo, lalu
diangkut oleh kendaraan pengangkut untuk dibuang ke TPA. Sama seperti
no. 1dimana kendaraan pengangkut tidak dapat mengambil seara langsung
kepengguna jasa.
Adapu jenis transfer depo atau transfer Station ditinjau dari cara pemuatannya
adalah sebagai berikut :
a. Direct Discharge
Jenis ini ada tiga tipe sesuai dengan luasnya yaitu tipe besar, menengah
dan kecil. Kelebihan dari transfer depo adalah biaya yang diperlukan relatif
murah karena dapat dibuat diluar ruangan tanpa menggunakan konstribusi khusus,
dan sistim ini digunakan untuk jenis sampah yang mudah membusuk (garbage)
karena dapat langsung dibuang ke TPA, akan tetapi secara estetika dan kesehatan
kurang baik karena tempat tidak terjaga atau tertutup. Karena hal tersebut diatas
(yaitu karena biaya yang relatif lebih murah) maka sistim ini cocok di Indonesia.
31
b. Indirect Discharge
Keuntungan dari sistem ini adalah sampah yang sudah terkumpul dapat
diadakan pemilihan menurut jenisnya, sehingga dapat dengan tepat ditentukan
cara pengelolaannya dan secara estetika baik karena tumpukan sampah tertutup di
suatu ruangan. Akan tetapi cara ini cukup mahal, sehingga transfer station jenis ini
banyak digunakan di negara maju.
4) Pembuangan Akhir
a. Open Dumping
Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan begitu saja diatas
tanah kosong atau sebelum digunakan tanah tersebut dibuat lubang dengan
menggunakan traktor. Cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan karena sampah
yang dibuang dibiarkan di tempat terbuka sehingga dapat menjadi sarang
binatnag-binatang tertentu yang dapat membawa penyakit selain itu secara
32
estetika kurang baik karena menimbulkan pemandangan yang buruk dan bau yang
busuk
Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan diatas lubang yang
dibuat dengan traktor, kemudian apabila lubang tersebut sudah penuh baru ditutup
dengan lapisan tanah setebal kurang lebih 20cm.
Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan diatas lubang yang
dibuat dengan traktor, kemudian sampah yang ada ditutup oleh lapisan tanah yang
penutupnya dilakukan setiap hari sehingga terbentuk sel-sel dalamnya. Cara ini
adalah cara yang terbaik dibanding dengan dua cara sebelumnya.
Pada bagian ini akan dibicarakan secara ringkas masalah pemilihan dan
pengolahan sampah yang merupakan bagian yang cukup penting dari sistim secara
keseluruhan. Akan tetapi bagian ini pada umumnya membutuhkan teknologi
tinggi yang belum terdapat di negara berkembang.
33
b. Pengolahan
2.5.1 Definisi
34
mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap materi yang karena konsentrasi dan atau
sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan membahayakan manusia, mahluk
hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.
1) Berdasarkan sumber
a. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
b. Limbah B3 dari B3 kedaluwarsa, B3 yang tumpah, B3 yang tidak
memenuhi spesifikasi produk yang akan dibuang, dan bekas kemasan B3;
dan
c. Limbah B3 dari sumber spesifik.
– Limbah B3 dari sumber spesifik umum
– Limbah B3 dari sumber spesifik khusus.
35
2) Berdasarkan karakteristik
Definisi limbah mudah meledak adalah limbah yang karena reaksi kimia
dapat menghasilkan gas dengan cepat, suhu yang tinggi dan tekanan yang juga
tinggi sehingga merusak lingkungan sekitarnya.
Contoh: limbah dari pabrik yang menghasilkan bahan eksplosif, dan limbah kimia
khusus dari laboratorium seperti asam prikat. Limbah mudah meledak berbahaya,
baik pada saat proses awal sampai saat pembuangannya.
- Limbah suhu dan tekanan, standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak.
Contoh : pelarut seperti benzena, toluena atau aseton. Limbah-limbah ini berasal
dari pabrik cat, pabrik tinta dan kegiatan lain yang menggunakan pelarut tersebut;
antara lain pembersihan metal dari lemak/minyak, serta laboratorium kimia.
– Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume.
36
– Pada titik nyala tidak lebih dari 600C (1400 F) akan menyala apabila
terjadi kontak dengan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHg.
– Limbah yang bukan berupa cairan pada temperatur dan tekanan standar
(250C, 760 mmHg) mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan,
penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan.
– Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
– Merupakan limbah pengoksidasi.
Limbah jenis ini berbahaya karena dapat melukai, membakar kulit dan
mata. Tambahan lagi, dapat membahayakan pekerja dilokasi pengelolaan atau ke
lingkungan melalui drum berkarat yang berisi limbah jenis ini.
37
– Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
– Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)
dengan laju korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan
temperatur pengujian 550C.
– Mempunyai Ph sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
Definisi limbah beracun adalah senyawa kimia yang beracun bagi manusia
atau lingkungan hidup, baik untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Sehingga limbah beracun berbahaya karena mengandung zat pencemar kimia
yang beracun bagi manusia dan lingkungan. Limbah beracun dapat tercuci dan
masuk kedalam air tanah sehingga dapat mencemari sumur penduduk disekitarnya
dan berbahaya bagi penduduk yang menggunakan air tersebut. Selain itu, debu
dari limbah ini dapat terhirup oleh para petugas dan masyarakat disekitar lokasi
limbah. Limbah beracun juga dapat terserap kedalam tubuh pekerja melalui kulit.
Limbah ini dikatakan beracun apabila limbah tersebut dapat langsung meracuni
manusia atau mahluk hidup lain.
Salah satu contohnya adalah pestisida, atau limbah yang mengandung logam berat
atau mengandung gas beracun..
38
2.5.4 Prosedur Pengelolaan Limbah B3
1) Reduksi limbah B3
2) Pengumpulan limbah B3
39
dihasilkan/ dikumpulkannya. Apabila ada keraguraguan dengan
karakteristik limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya, maka
terhadap limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujian karakteristik
di laboratorium yang telah mendapat persetujuan Bapedal dengan
prosedur dan metode pengujian yang ditetapkan oleh Bapedal.
– Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secara
terus menerus, maka pengujian karakteristik masing-masing limbah
B3 dapat dilakukan sekurang-kurangnya satu kali. Apabila dalam
perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yang diperkirakan
mengakibatkan berubahnya karakteristik limbah B3 yang
dihasilkan, 11 maka terhadap masing-masing limbah B3 hasil
kegiatan perubahan tersebut harus dilakukan pengujian kembali
terhadap karakteristiknya.
– Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan
kecocokannya terhadap jeni dan karakteristik limbah yang akan
dikemasnya.
3) Pengangkutan limbah B3
40
Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari
penghasil dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari
pengolah ke pengumpul dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke
penimbun limbah B3.
4) Pemanfaatan limbah B3
41
b. Apabila tidak termasuk dalam jenis limbah B3 seperti termuat pada
lampiran tersebut, maka perlu diperiksa apakah limbah tersebut
memiliki karakteristik: mudah meledak, mudah terbakar, beracun,
bersifat reaktif, menyebabkan infeksi dan atau bersifat infeksius.
c. Apabila kedua tahap diatas telah dilaksanakan dan ternyata limbah
tidak termasuk dalam limbah B3, maka dilakukan uji toksikologi.
42
3) Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi
Proses pengolahan limbah B3 dapat dilakukan secara kimia, fisik, atau
biologi. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
b. Secara biologi
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang saat
ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi.
- Bioremediasi
43
Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan mikroorganisme lain untuk
mendegradasi/ mengurai limbah B3,
- Vitoremediasi
Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah
B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia
atau Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses
Bioremediasi dan Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan
waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama dalam skala
besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan
dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di
ekosistem.
a. Uji Toksisitas Akut 9 Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu
senyawa yang terjadi secara singkat setelah pemberian dalam dosis
tunggal.
b. Uji Toksisitas Kronis Pengujian dalam jangka waktu lama dan pada
tingkat fasa pertumbuhan yang berbeda.
44
2) 3 kelompok penyebab keracunan,
a. Kimia, berasal dari bahan:
– Organik: metil alkohol, obat-obatan
– Non-organik: timbal, air raksa, asbestos, asam hidrofluorin, gas
klorin
b. Biologik, dihasilkan oleh beberapa jenis bakteri
c. Fisik, akibat interferensi sifat alami yang bersifat fisik dengan proses
biologik yang terjadi (contoh,debu batubara dan serat asbestos, karena
sifat alami fisiknya dapat menimbulkan akibat atal jika terhirup
melalui pernapasan).
2.6.1 Pengertian
Menurut ”The Engineers” Joint Council in Air Polution and Its Control , yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, bahwa pencemaran udara
diartikan hadirnya satu atau beberapa kontaminan di dalam udara atmosfer di luar,
antara lain oleh debu, busa, gas, kabut, bau–bauan, asap atau uap dalam kuantitas
yang banyak, dengan berbagai sifat maupun lama berlangsungnya di udara
tersebut, hingga menimbulkan gangguan terhadap kehidupan manusia, tumbuh–
45
tumbuhan atau binatang maupun benda, atau tanpa alasan jelas sudah dapat
mempengaruhi kelestarian organisme maupun benda.
Umumnya, polutan yang mencemari udara berupa gas dan asap. Gas dan asap
tersebut berasal dari hasil proses pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna,
yang dihasilkan oleh mesin-mesin pabrik, pembangkit listrik dan kendaraan
bermotor. Selainitu, gas dan asap tersebut merupakan hasil oksidasi dari berbagai
unsur penyusun bahan bakar, yaitu: CO2 (karbondioksida), CO
(karbonmonoksida), SOx (belerang oksida) dan NOx (nitrogenoksida). Berikut
adalah klasifikasi pencemar udara:
46
Gambar 2.6.1 Baku Mutu Udara Ambien. Sumber: Peraturan Pemerintah RI no 41 Tahun 1999
47
udara. Kualitas udara yang menurun sampai ke tingkatan tertentu menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Sebenarnya udara sendiri cenderung mengalami pencemaran oleh kehidupan dan
kegiatan manusia serta proses alam lainnya. Dalam batas-batas tertentu, alam
mampu membersihkan udara dengan cara membentuk suatu keseimbangan
ekosistem yang disebut removal mechanism. Pada suatu keadaan ketika
pencemaran yang terjadi melebihi kemampuan alam untuk membersihkan dirinya
sendiri, pencemaran itu akan membahayakan kesehatan manusia dan memberikan
dampak yang luas terhadap fauna, flora, dan terhadap ekosistem yang ada.
– Sumber emisi
– Atmosfer
– Reseptor
48
Gambar 2.6.2 Sistem Pencemaran Udara. Sumber: Buku Rekayasa Lingkungan Gunadarma
49
keluar dari cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati
(dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera
diganti dengan yang baru.
Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang
keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau
bersifat alkalis dan lain sebagainya
b. Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang
ikut dalam gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip
kerja pengendap siklon adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas
buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi dinding tabung siklon sehingga
partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke bawah.
Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5
u – 40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
c. Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip
kerja filter basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara
menyemprotkan air dari bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian
50
bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut
semprotkan air turun ke bawah.
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap
siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam
prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.
e. Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang
kotor dalam jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah
aerosol atau uap air. Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara
yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang
mempunyai tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung
silinder di mana dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada
sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi
muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan
corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara
kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif
sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan menuju ke
elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh dinding
tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan
kemudian terhembus keluar
51
BAB III
Deskripsi Lokasi
Situasi lingkungan sekitar berada diantara kawasan perumahan dan jalan raya
besar. Lingkungan fisik tidak spesifik namun parit dialiri ke sungai ciliwung.
Sumber daya yang dimiliki oleh Kalibata Mall adalah listrik, Plaza Kalibata
memiliki 3 genset yaitu 1 untuk gedung utama, 1 untuk Giant (super market), dan
1 lainnya untuk di ruko sekitar gedung utama. Air, Plaza Kalibata memiliki 2
sumber khusus yaitu dialiri oleh PAM dan Deepwell atau sumur dari air tanah.
52
3.1.2 Deskripsi bangunan
Kalibata Mall merupakan gedung 6 lantai yang terdiri atas Basement, Ground
Floor, Lower Ground, Upper Ground, Ground Floor, First Floor. Sarana dan
prasarana (sampah, pengolahan AM, AL, Drainase, Pengelolaan LB3, pencemaran
udara). Pada pusat perbelanjaan Kalibata Mall terdapat:
g. Tempat sampah
h. Bak intermediate
i. Geastrap tank
j. Outlet STP
k. TPS limbah B3
l. Hexos
m. Blower
Kondisi yang termati melalui survey yang dilakukan adalah sebagai berikut:
53
BAB IV
Identifikasi Masalah
Sumber air utama Kalibata Mall didapatkan dari PDAM dan air tanah (deep
well) tetapi yang lebih digunakan adalah air dari PDAM. Air tanah (deep well)
sendiri hanya akan digunakan untuk cadangan pada saat musim kemarau
sedangkan jika musim sedang baik-baik saja dan turun hujan maka digunakan
pasokan air dari PDAM. Air yang didapatkan dari PDAM akan ditampung di
Clean Water Tank, sedangkan air yang diambil dari air tanah (deep well) akan
ditampung di Raw Water Tank sebelum di pompa dan masuk ke sand filter serta
carbon filter, yang nantinya akan disatukan di dalam Clean Water Tank
bergabung dengan air dari PDAM. Air bersih yang ditampung di Clear Water
Tank selanjutnya akan disalurkan ke setiap pertokoan, restoran, dan toilet yang
ada melalui pipa dengan bantuan pompa booster. Air yang telah dipompa akan
disalurkan sesuai dengan kebutuhan didalam gedung. Jika kebutuhan sedang
melonjak, maka pompa akan terus bekerja dan memompa agar air dapat terus
mengalir ke area gedung dan tidak terjadi kekurangan. Bagusnya, Kalibata Mall
54
memiliki satu Clean Water Tank khusus untuk air pemasok hydrant. Clean Water
Tank, pompa dan pipa yang digunakan untuk hydrant pun berbeda sehingga air
untuk hydrant memiliki jalurnya sendiri dan tidak pernah kekurangan pasokan.
Masalah yang mungkin terjadi adalah bocornya pipa penyalur dari tempat
penampungan (Clean Water Tank) ke dalam gedung. Tetapi sampai saat terakhir
penulis melakukan survei, pengelola menyebutkan bahwa belum pernah terjadi
kebocoran pipa di Kalibata Mall dikarenakan pengelolaan yang baik oleh
manajemen untuk menghindari hal-hal seperti itu.
55
Gambar 4.1.2 Pompa Booster. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018
Survei Lokasi: 21 November 2018
4.1.1 Mindmap
56
4.2 Identifikasi Masalah Pengolahan Air Limbah
Kondisi pengolahan air limbah pada Kalibata Mall dapat dinilai cukup baik dan
memadai karena memenuhi standar pengolahan sesuai dengan buku Introduction
to Environmental Engineering. Pada pengolahan air limbah di Kalibata Mall
dilakukan metode disposal atau pembuangan. Sebelum dibuang, air limbah yang
merupakan kategori black water dialirkan ke dalam sebuah penampungan dan
dipisahkan dari kotoran. Kotoran yang ada akan dibawa melalui mobil septic tank.
Sementara untuk grey water yang berasal dari restoran dan pertokoan lainnya
akan ditampung dalam sebuah tempat sebelum dialirkan ke bagian pengolahan
bersama dengan black water. Setelah ditampung, air limbah dipompa dan
dialirkan menuju tempat pengolahan dan diolah dengan bantuan alat greasetrap
tank, biodetox tank, sedimentation tank, kaporit, dan effluent tank.
57
Gambar 4.2.2 Tempat Penampungan Black Water. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02
2018. Survei Lokasi: 21 November 2018
Gambar 4.2.3 Greasetrap Tank. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei Lokasi:
21 November 2018
58
Gambar 4.2.4 Sedimentation Tank. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei
Lokasi: 21 November 2018
Gambar 4.2.5 Biodetox Tank. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei Lokasi: 21
November 2018
59
Gambar 4.2.6 Tabung Kaporit. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei Lokasi: 21
November 2018
Gambar 4.2.7 Effluent Tank. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei Lokasi: 21
November 2018
Selanjutnya, air hasil olahan yang telah memenuhi baku mutu akan dibuang ke
anak Sungai Ciliwung. Walaupun pengolahan air limbah pada Kalibata Mall telah
60
dapat dinilai baik karena telah sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan
pemerintah menurut keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 200
tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, namun masih dapat ditinjau beberapa
permasalahan yang terjadi pada sistem pengolahan air limbah. Masalah yang
dapat ditinjau adalah:
4.2.1 Mindmap
61
4.3 Identifikasi Masalah Pengelolaan Air Hujan
Gambar 4.3.1 Bak Penampungan Air Hujan digunakan untuk Penyediaan Air Bersih Secara
Komunal. Sumber: Buku Rekayasa Lingkungan Gunadarma
62
Gambar 4.3.2 Konblok disekitar perluasan Mall. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018.
Survei Lokasi: 21 November 2018
Gambar 4.3.3 Saluran Pembuangan menuju anak Sungai Ciliwung. Sumber: Dokumentasi HG 4B
SRTL-02 2018. Survei Lokasi: 21 November 2018
63
Gambar 4.3.4 Air yang berada di atas atap dialiri langsung ke bawah (konblok) melewati pipa.
Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei Lokasi: 21 November 2018
4.3.4 Mindmap
64
Kalibata Mall. Yang pertama penulis amati adalah tempat sampah yang tersedia
disekitaran mall belum memenuhi persyaratan untuk memilah sampah sesuai
dengan jenisnya. Fakta yang ada di lokasi, tempat sampah yang disediakan hanya
untuk satu jenis atau disatukan. Sehingga pada penampungan sampah di lokasi
tidak terjadi pemilahan sampah dan tercampur antara sampah organik dan
anorganik. Setelah di tampung di suatu ruangan tertutup, sampah yang telah
ditampung akan diangkut oleh dinas kebersihan DKI Jakarta dan diolah ditempat
lain. Karena Kalibata Mall belum memiliki pengolahan sampah milik sendiri.
Mereka membayar retribusi kepada dinas kebersihan setempat. Permasalahan
yang ditemukan di lokasi tempat penampungan sementara Kalibata Mall yaitu
adanya genangan air lindi yang menimbulkan bau tidak sedap disekitaran TPS.
Hal ini disebabkan kurang di perhatikannya pengangkutan dari TPS ke dalam truk
pengumpul sehingga air lindi tercecer ditanah.
Pengelolaan limbah padat terdiri atas 5 aspek penting. Salah satunya aspek
operasional yang dilakukan oleh pihak managemen mall. Di dalam aspek
operasional terdiri atas pewadahan, pengumpulan, pemindahan & pengangkutan,
pemilahan & pengolahan, dan pembuangan akhir. Sedangkan di Kalibata Mall,
pihak managemen hanya melakukan sampai dengan tahap pengumpulan. Belum
ada sarana dan prasarana untuk melakukan pengelolaan limbah padat sampai ke
tahap akhir. Jenis pengumpulan yang Kalibata Mall terapkan adalah pengumpulan
individual langsung yang mana berarti kendaraan pengangkut (truk) langsung
mengambil timbulan sampah dari pengguna jasa untuk kemudian dibuang ke
TPA.
65
kantong plastik hitam besar lalu di tampung sementara di tempat penampungan
yang berada di area parkir luar Kalibata Mall.
Gambar 4.4.1 Kondisi tempat penampungan sementara dan pewadahan sampah Kalibata Mall.
Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei Lokasi: 21 November 2018
66
4.4.2 Mindmap
67
jarak TPS dengan pusat kegiatan pada pusat perbelanjaan tersebut. Selain itu,
informasi lain yang didapatkan adalah limbah B3 yang penulis lihat secara
langsung pada survei belum diambil oleh pihak perusahaan swasta yang bekerja
sama dengan pusat perbelanjaan Kalibata Plaza. Hal tersebut menjadi sebuah
masalah karena seharusnya penyimpanan limbah B3 pada TPS hanya boleh untuk
90 hari.
4.5.1 Mindap
68
Berbeda dengan udara di dalam mall, udara di luar mall belum bisa
memenuhi kriteria udara yang sehat. Hal ini disebabkan beberapa faktor
diantaranya adalah Kalibata Mall tidak menyediakan smoking area, sehingga
pengunjung merokok di area luar yang tersedia pada beberapa restoran. Dengan
tersedianya restoran outdoor yang membolehkan para pengunjung untuk merokok
ini dikhawatirkan memperburuk kualitas udara di sekitar mall. Letak restoran ini
juga berdekatan dengan area parkir luar dan jalan raya. Seperti kita ketahui, asap
kendaraan berperan dalam permasalahan pencemaran udara, dikarenakan
mengandung zat karsigonenik seperti benzene dan timbal. Selain itu, di area luar
juga sering didapati outdoor AC dari pertokoan dalam mal, yang membuang udara
kotor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa udara di luar mall terkontaminasi oleh
asap rokok asap kendaraan, dan outdoor AC sehingga udara di luar mall menjadi
tidak sehat.
Gambar 4.6.1 Outdoor AC. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei Lokasi: 21
November 2018
69
Gambar 4.6.2 Sirkulasi Udara. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei Lokasi: 21
November 2018
Gambar 4.6.3 Exhaust Fan. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-02 2018. Survei Lokasi: 21
November 2018
70
Gambar 4.6.4 Sirkulasi Udara di Parkiran Bawah Tanah. Sumber: Dokumentasi HG 4B SRTL-
02 2018. Survei Lokasi: 21 November 2018
71
4.6.1 Mindmap
72
BAB V
Analisis dan Kesimpulan
5.1 Mindmap HG
73
5.3 Analisis Keterkaitan
5.4.1 Kesimpulan
1) Pengelolaan air limbah sudah memenuhi syarat dan proses yang baik.
Namun, masih terdapat kekurangan yaitu tidak adanya pengelolaan lebih
lanjut terhadap clear water.
2) Pengolahan limbah padat di Kalibata Mall tidak dilakukan oleh pihak
manajemen mall, hanya mengandalkan pengangkutan oleh dinas
74
kebersihan DKI Jakarta dan tidak ada pemilahan sampah berdasarkan
jenisnya di tempat sampah yang disediakan di dalam gedung maupun di
sekitar mall.
3) Pemilahan limbah B3 di Kalibata Mall sudah dipilah sesuai dengan
jenisnya dan ditampung di penampungan yang berbeda dengan limbah
padat. Namun, dalam setahun terakhir belum ada pengangkutan oleh pihak
yang bekerjasama dengan pihak manajemen mall.
4) Kalibata Mall tidak memiliki penampungan dan pengolahan khusus
terhadap air hujan. Namun, hanya mengandalkan fasilitas pipa dari atap
yang mengalir ke bawah sehingga secara tidak langsung air hujan menjadi
air tanah melalui konblok disekitar mall.
5.4.2 Rekomendasi
75
DAFTAR PUSTAKA
https://www.researchgate.net/publication/315484316_SISTEM_PENGOLAHAN
_AIR_MINUM_SEDERHANA_PORTABLE_WATER_TREATMENT
http://kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/pengantar-pengolahan-air-
bersih-compatibility-mode.pdf
http://abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/I8713003_bab1.pdf
(diakses pada Rabu, 12 Desember 2018 pukul 18.50)
http://www.kelair.bppt.go.id/Sitpa/Laporan/airlim.html
(diakses pada Rabu, 12 Desember 2018 pukul 23.33)
http://www.fao.org/docrep/t0551e/t0551e05.htm
(diakses pada Rabu, 19 Desember 2018 pukul 20.01)
76
http://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/Jurisprudentie/article/download/3661/3341 diakses pada
(Rabu, 14 Desember 2018 pukul 18.38)
http://www.kuliah.ftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2010/09/diktatsampah-2010-
bag-1-3.pdf
(diakses pada Kamis, 15 Desember 2018 pukul 11.21)
https://www.academia.edu/8090548/PENGELOLAAN_LIMBAH_BAHAN_BER
BAHAYA_DAN_BERACUN_B3_DENGAN_STUDI_KASUS_PT._INDOMIN
CO_MANDIRI
(diakses pada tanggal 18 des 2018 pukul 11.28)
https://bangazul.com/limbah-bahan-berbahaya-dan-beracun-b3/
(diakses pada tanggal 18 des 2018 pukul 10.16)
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/273/282
(diakses 13 Desember 2018 pukul 00.21 WIB)
http://www.kelair.bppt.go.id/sitpapdg/Patek/Spah/spah.html
(diakses 13 Desember 2018 pukul 00.21 WIB)
https://www.researchgate.net/publication/319383031_Kualitas_Air_Hujan_dan_F
aktor_Lingkungan_yang_Mempengaruhinya
(diakses 13 Desember 2018 pukul 00.21 WIB)
77
78