Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BOTANI FARMASI

“TATA CARA PENAMAAN TUMBUHAN”

Disusun oleh:

Nama : Valent Rewah

NIM : 18101105097

Kelas : Farmasi B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Tata Nama Tumbuhan”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Langowan, 19 Mei 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nama nama tumbuhan dan hewan yang di kenal sekarang sebagai nama ilmiah atau
sering kali di kenal dengan nama latin atau nama dalam bahasa latin, yang sebenar nya nama
ilmiah ini tidak hanya berasal dari bahasa latin saja, tetapi dapat di ambil dari bahasa apa saja
bahkan ada yang di bentuk secara sembarang (arbitarary).lebih tepat jika nama ilmiah adalah
nama nama bahasa yang di perlukan sebagai bahasa latin,tanpa memperlihat kan dari mana
asal kata di atur dalam kode internasional tata nama tumbuhan dan tata nama hewan yang
memberi indikasi untuk kategori takson. Nama itu di berikan pada tumbuhan maupun hewan
dan untuk setiap takson dengan definisi, posisi, dan tingkat tertentu,tapi hanya ada satu nama
yang benar.

Sekalipun dari segi ilmiah nama sudah ada,tetapi orang awam banyak mengenal nya dengan
nama biaasa (nama dalam bahasa daerah). Nama tersebut tidak mengikuti ketentuan manapun
dan hanya bersifat lokal, tetapi tidak jelas untuk kategori  takson yang mana nama di berikan.
Biasanya satu taknson dapat mempunyai lebih dari satu nama yang berbeda beda menurut
bahasa yang berbeda beda menurut bahasa yang menyebutkan. Kadang nama biasa dari
tumbuhan dan hewan tetap di perlukan, karena nama ilmiah nya belum ada atau tidak ada.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Tumbuhan yang terdapat di bumi sangat banyak dan beraneka ragam. Manusia sebagai
makhluk hidup pasti membutuhkan tumbuhan untuk melangsungkan kehidupannya. Untuk
mempermudah dalam memenuhi kebutuhan, manusia telah berusaha untuk mengenal,
mengidentifikasi, dan memberi nama. Menurut Sudarsono(2005:1) Taksonomi tumbuhan
merupakan ilmu yang mempelajari identifikasidan klasifikasi tumbuhan. Kata taksonomi
berasal dari bahasa Yunani, yaitu taxis yang berarti susunan, penyusunan, penataan atau taxon
yang berarti setiap unit yang digunakan dalam klasifikasi obyek biologi dan nomos yang
berarti hukum. Pengertian Taksonomi dan Sistematika sering disama artikan. Kata sistematika
sendiri berasal dari bahasa Latin, yaitu systema yang berarti cara penyusunan atau cara
penataan. Namun, diantara para ahli ada yang berpendapat bahwa taksonomi tidak
sepenuhnnya sama dengan sistematika, hal ini merujuk kepada definisi Simpson mengenai
sistematika yang dikutip oleh Mayr dalam buku yang berjudul Principle of Systematic
Zoology yang menyatakan bahwa sistematika adalah ilmu keanekaragaman makhluk hidup
yang mempunyai cakupan lebih luas dari taksonomi. Manusia mempelajari tumbuhan perlu
mengetahui seperti apa tumbuhan itu, oleh karenanya hal pertama yang perlu perlu melakukan
identifikasi atau pengenalan tumbuhan. Tjitrosoepomo(1993:70) menyatakan bahwa
melakukan identifikasi tumbuhan berarti mengungkapkan atau menetapkan identitas(jati diri)
suatu tumbuhan, yang dalam hal ini berarti menentukan namanya yang benar dan tempatnya
yang tepat dalam sistem klasifikasi. Identifikasi dilakukan dengan cara mengamati tumbuhan
mulai dari daun, bunga, batang dan yang lainnya. Pengamatan lebih kepada morfologi
tumbuhan tersebut. Dalam penentuan nama tumbuhan terdapat dua kemungkinan yang
dihadapi, yaitu:

1. Tumbuhan yang diidentifikasi belum dikenal dunia ilmu pengetahuan, sehingga


belum diketahui nama ilmiahnya dan belum ditentukan di kategori mana tumbuhan
dimasukkan. Sehingga pemberian nama tumbuhan harus mengikuti aturan yang ada dalam
Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan.

2. Tumbuhan sudah dikenal dunia ilmu pengetahuan dan sudah ditentukan nama dan
tempat yang tepat dalam sistem klasifikasi, untuk menentukan nama dari tumbuhan dapat
melakukan berbagai kegiatan, antara lain bertanya terhadap ahli, mencocokkan dengan
spesimen herbarium yang telah diidentifikasikan, mencocokkan dengan candra dan gambar –
gambar yang terdapat pada buku flora maupun monografi, menggunakan lembar identifikasi
jenis atau menggunakan kunci determinasi.

B. Tata Nama Tumbuhan

Terkait hubungan antara manusia dan tumbuhan, sejak dahulu manusia sudah tidak
asing dengan kegiatan sistematika, antara lain dalam hal pemberian nama. Pada mulanya,
nama yang diberikan kepada tumbuhan adalah dalam bahasa induk orang yang memberi
nama. Sehingga satujenis tumbuhan dapat mempunyai nama yang berbeda – beda sesuai
dengan bahasa orang yang memberi nama. Nama yang seperti ini dalam sistematika tumbuhan
disebut nama lokal atau nama biasa. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan muncullah
nama ilmiah, yang digunakan dalam sistematika tumbuhan. Munculnya nama ilmiah antara
lain disebabkan oleh:

1. Beranekaragamnya nama biasa atau nama lokal.

2. Beranekaragamnya nama dalam arti, baik yang pendek, panjang, bahkan sangat panjang
tanpa adanya indikasi nama – nama tersebut sebagai penunjuk jenis, marga, atau kategori
takson yang lain.

3. Banyaknya sinonim (dua nama atau lebih) untuk satu macam tumbuhan.

4. Sulit untuk diterima dunia internasional, bila nama yang digunakan merupakan bahasa
sehari – hari suatu bangsa. Dalam keadaan yang rumit mengenai tata nama tumbuhan itu
akhirnya pada tahun 1867 terciptalah aturan mengenai pemberian nama kepada tumbuhan
yang merupakan hasil pertama Muktamar Botani Internasional 1 yang diadakan di Paris,
sehingga publikasi pertama yang memuat peraturan tentang pemberian nama kepada
tumbuhan diberi nama dalam bahasa perancis Lois de la Nomenclature de la Botanique yang
disebut pula Kode Paris. Beberapa ahli perintis mengenai tata nama tumbuhan yaitu Caspar
Bauhin,dan Linnaeus de Candole. Caspar Biner telah membedakan marga dan jenis. Dialah
orang pertama yang menggunakan tata nama biner seperti tercantum dalam bukunya Pinax
Theatri Botanici. Tetapi karena kebesaran nama Linnaeus dalam bidang sistematika maka
Linnaeus yang lazim dianggap sebagai pencipta tata nama biner. Dalam kehidupan sehari
hari, untuk mengenali nama suatu tumbuhan diperlukan adanya identifikasi. Identifikasi dapat
dilakukan dengan cara membandingkan tumbuhan yang akan kita cari namanya dengan
tumbuhan yang sudah diketahui identitasnya.
C. Sejarah Kode Internasional Tata Nama Tumbuhan

Sampai abad ke 16 belum terdapat peraturan dalam memberikan nama kepada tumbuhan.
Karena tidak ada peraturan yang mengikat, masing-masing ahli bebas dalam memberikan
nama. Beberapa abad sebelum tahun 1753, nama tumbuhan biasanya disusun atas tiga atau
lebih kata yang disebut dengan polinomial. Namun, sistem pemberian nama polinomial tidak
bekerja dengan baik sebab disamping susah dalam pelaksanaan, juga sulit untuk
dikembangkan. Namanama tersebut tidak jelas apakah mengacu pada takson tingkat jenis atau
marga, atau pada takson yang lebih tinggi. Pada tahun 1753, Linnaeus dalam bukunya Species
Plantarum mengenalkan sistem binomial dalam pemberian nama tumbuhan.

Kode Paris,1867

Kongres Botani Internasional yang pertama diadakan di Paris oleh Alphonse de candolle.
Ahli tumbuhan dari banyak negara berkumpul kemudian mengesahkan seperangkat peraturan
tentang tata nama tumbuhan dan disebut buku peraturan internasional tata nama tumbuhan
atau Laus of Botanical nomenclature.

Kode Rochester,1892

Kongres ini dilaksanakan karena kode Paris banyak mengandung kelemahan. Kode Rochester
dipimpin oleh N. L. Briton dari New York Botanical garden. Dari kongres ini peroleh
peraturanperaturan kode tata nama tumbuhan yang menurut mereka mempunyai dasar dasar
yang lebih objektif dibandingkan dengan kode Paris.

Kode Wina, 1905

Kongres botani Internasional yang ketiga diadakan di Wina merupakan kongres Botani yang
betul betul bersifat internasional dan memberikan perhatian yang besar kepada persoalan tata
nama tumbuhan. Kongres ini didahului oleh konvensi Paris tahun 1900. dalam konvensi
ini,telah diputuskan untuk menggunakan waktu lima tahun sebelum diadakan kongres di Wina
guna menangani semua persoalan yang muncul dalam kode tata nama tumbuhan. Kode
Amerika, 1907 Kode ini lahir berdasarkan atas kode Rochester yang telah diperbaiki. Kongres
Botani Internasional ke 4 di Brussel tahun 1910 tidak membawa perubahan yang berarti
dalam kode tata nama tumbuhan. Keadaan ini berlangsung sampai tahun 1930 sebab selama
berkecamuknya perang dunia 1 sampai sekitar 10 tahun kemudian tidak ada kegiatan yang
bersifat internasional dalam bidang ilmu tumbuhan.
 Asas-asas Tata Nama dalam KITT

Asas 1

Tata nama hewan dan tata nama tumbuhan berdiri sendiri-sendiri. KITT berlaku sama bagi
nama-nama takson yang sejak semua diberlakukan sebagai tumbuhan atau tidak. Contoh :
Nama-nama suku pada tumbuhan berakhiran –aceae dan untuk hewan –idae

Asas 2

Penerapan nama-nama takson ditentukan dengan perantaraan tipe tata namanya .

Asas 3

Tata nama takson didasarkan atas prioritas publikasinya. Asas ini bermaksud untuk
menyatakan bahwa bila suatu takson mempunyai lebih dari satu nama, maka nama yang
dipublikasikan lebih dululah yang berlaku.

Asas 4

Setiap takson dalam tingkat tertentu hanya dapat mempunyai satu nama yang benar, yaitu
nama tertua yang sesuai dengan peraturan, kecuali dalam hal-hal yang dinyatakan secara
khusus.

Asas 5

Nama-nama ilmiah diperlakukan sebagai bahasa latin tanpa memperhatikan asalnya.

Asas 6

Peraturan tata nama berlaku surut kecuali bila dibatasi dengan sengaja. Dari sejarah
perjalanan tata nama tumbuhan kita ketahui bahwa peraturan tata nama tumbuhan itu baru
lahir pada tahun 1867, yang dibidani oleh muktamar botani internasional 1 di paris. Namun
demikian, ketentuan-ketentuan yang termuat di belakangnya dinyatakan berlaku sejak lebih
seabad sebelumnya, yaitu dinyatakan berlaku per 1 mei 1753. jadi peraturan tata nama
tumbuhan itu belaku surut tanggal 1 mei 1753, yaitu tanggal diterbitkannya karya Linnaeus
species plantarum dinyatakan sebagai tanggal permulaan tata nama tumbuhan yang diakui.

 Peraturan-peraturan dan saran-saran (rekomendasi).


Bab 1. Tingkat-tingkat takson dan istilah-istilah untuk menyebutnya. Bab ini terdiri atas 5
pasal. Pasal 1 sampai dengan 5 yang memuat bitir-butir utama.
Bab 2. Ketentuan Umum untuk nama-nama takson. Bab ini terbagi dalam 4 seksi yang
seluruhnya memuat 10 pasal (pasal 6 sampai dengan 15).
Bab 3. Tata nama takson sesuai dengan tingkatannya. Nama-nama iliah untuk takson tingkat
manapun lazim ditulis dengan menggunakan huruf kapital untuk huruf pertama setiap nama.
Bab ini terdiri atas 13 pasal yang dikelompok-kelompokkan ke dalam 6 seksi.
Bab 4. Publikasi mangkus (efektif) dan publikasi Sahi (belaku). Bab ini dibagi dalam 4 seksi
yang selutuhnya menakup 22 pasal (pasal 29 sampai dengan 50)
Bab 5. Retensi (pelestarian), pemilihan, dan penolakan nama serta sebutan. Bab ini berisi 3
seksi dan terdiri dari 21 pasal (pasal 51 sampai dengan 72).
Bab 6. Penulisan (ejaan) nama dan sebutan yang benar dan kelamin (gender) nama-nama
marga. Bab ini terdiri atas 2 seksi dan terdiri dari 2 pasal (pasal 73sampai dengan 75.
D. Teknik identifikasi atau determinasi
Jika kita ingin mendeterminasi tumbuh – tumbuhan dengan maksud untuk mencari nama
tumbuhan tersebut, kita perlu mempelajari semua sifat morfologi tumbuhan dimaksud.
Setelah menguasai terminologi, langkah berikutnya adalah membandingkan sifat dan ciri
tumbuhan yang akan kita cari namanya dengan tumbuh – tumbuhan yang telah diketahui
identitasnya. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan jalan :

1. Ingatan

2. Bantuan orang lain

3. Spesimen acuan

4. Pustaka

5. Komputer atau kunci determinasi

Tingkat – tingkat takson dan istilah penujuknya

1. Setiap kesatuan taksonomi disebut takson tanpa memperhatikan tingkatannya

2. Jenis merupakan tingkat dasar dari takson – takson itu

3. Urutan takson dalm urutan naik adalah jenis, marga, suku, bangsa, kelas, divisi.

4. Jika diperlukan lebih banyak takson tingkat – tingkat tersebut adalah : Regnum vegetabile
(dunia tumbuhan) Divisio(divisi) Subdivisio (anak divisi) Classis (kelas) Subclassis (anak
kelas) Ordo (bangsa) Subordo (anak bansa) Familia (suku) Subfamilia (anak suku) Tribus
(puak) Subtribus (anak puak) Genus (marga) Subgenus (anak marga) Sectio (seksi) Subsectio
(anak seksi) Series (deret) Subseries (anak deret) Spesies (jenis) Subspesies (anak jenis)
Varietas (varitas) Subvarietas (anak varitas) Forma (forma) Subforma (anak forma)
 Tipifikasi

Para ahli tumbuhan memakai metode tipe (tipe tatanama) untuk mencapai stabilisasi suatu
taksa. Tipe tatanama adalah salah satu unsur takson yang dikaitkan dengan nama untuk
selama – lamanya. Terdapat macam – macam tipe antaralain:

1. Holotipe

2. Lektotipe (tipe pengganti)

3. Neotipe(tipe baru)

4. Isotipe

5. Sintipe

 Prioritas

Setiap suku atau takson-takson yang lebih rendah tingkatannyadengan suatu batasan ,
kedudukan, dan tingkat tertentu hanya boleh mempunyai satu nama yang tepat, kecuali
sembilan suku yang diperkenankan mempunyai nama pengganti yaitu:

1. Palmae = Araceae (tipe Aracea L.)

2. Gramineae = Poaceae (tipe Poa L.)

3. Cruciferae =Brassicaceae(tipeBrassica L.)

4. Leguminosae = Fabaceae (tipe Faba Mill)

5. Guttiferae = Clusiaceae (tipe Clusia L.)

6. Umbelliferae = Apiaceae (tipe Apium L.)

7. Labiatae =Lamiaceae (tipe Lamium L.)

8. Compositae = Asteraceae(tipe Aster L.)

9. Apabila Papilionaceae dianggap sebagai suku terpisah dari suku Legumoinosae,


Papilionaceae dipertahankan sebagai pengganti Leguminoceae.

 Nama – nama takson di atas tingkat suku

1. Divisi , nama divisi dengan akhiran phyta untuk tumbuhan selain jamur, sedang untuk
jamur menggunakan akhiran –mycota
2. Anak divisi, nama anak divisi dengan akhiran phytina untuk tumbuhan, sedang untuk jamur
dengan akhiran –mycotina

3. Kelas, Jamur dengan akhiran –mychetes , Ganggang dengan akhiran –phyceae, dan
tumbuhan lain dengan akhiran –opsida

4. Bangsa, nam bangsa atau anak bangsa yang didasarkana pada pokok kata suku masing –
masing berakhiran –ales dan –inae

5. Suku, nama suku ialah kata sifat berbentuk jamak yang dipakai sebagai kata benda, nama
tadi dibentuk dari pokok kata nama sah suatu marga yang termasuk didalam suku itu
ditambah akhiran –aceaae

Nama jenis dan nama marga

1. Nama marga

 Tidak boleh munggunakan istilah – istilah morfologi (kecuali sebelum 1 januari 1912)

 Nama marga tidak boleh dua kata atau lebih

 Kata yang waktu diterbitakan tidak dimaksudkan sebagai nam marga, tidak boleh dianggap
atau diperlakukan sebagai nama marga

2. Nama jenis

 Kombinasi ganda, nama marga diikuti petunjuk jenis

 Bila penunjuk jenis dua kata atau lebih, maka:

a. Diberi tanda sempang

b. Disatukan

c. Penunjuk jenis tidak boleh sama dengnan nama marga, dengan atau tanpa ditambah
keterangan lain

d. Penunjuk jenis deklanasinya harus sama dengan marganya

 Nama – nama takson dibawah tingkat jenis

Nama –nama takson dibawah tingkat jenis merupakan kombinasi antara nam ajenis dan
penunjukn takson dibawah jenis dihubungkan dengan istilah – istilah yang menunjukkan
tingkatanya. Penunjuk takson dibawah jenis dibentuk dengan cara yang sama seperti penunjuk
jenis, dan jika merupakan kata sifat yang tidak dipakai sebagai kata benda deklanasinya harus
sesuai dengan nama marganya

 Nama – nama tanaman budidaya

Tanaman – tanaman yang didomestifikasi atau dijinakkan dari alam memakai nama seperti
tumbuh – tumbuhan yang sama yang masih hidup secara liar. Variasi takson dibawah tingkat
jenis yaitu terjadi dalam pemeliharaan baik itu karena persilangan buatan, mutasi, seleksi atau
usaha pemuliaan lain, sehingga diperlakukan nama tersendiri untuk membedakannya, dapat
diberi petunjuk kultivar , sebaiknya dalam bahsa daerah yang nyata bedanya dengan penunjuk
– penunjuk jenis atau varietas dalam bahasa Latin.

 Nama – nama hibrid

Hibrid –hibrid digolongkan dalam takson – takson dengan dua tingkat utama, yaitu hibrid
antarjenis dan hibrid antarmarga. Masing –masing tingkatan kedua hibrid sederajat dengan
jenis atau marga. Peraturan – peraturan tatanama hibrid ini tunduk kepada peraturan –
peraturan dalam kode tata nama tumbuh tumbuhan secara keseluruhan, kecuali bila terkena
peraturan khusus.

 Pencantuman nama pengarang

Agar penunjuk nama takson dapat tepat dan lengkap, agar tanggalnya mudah diselidiki,
perlulah dicantumkan nama pengarang yang menerbitkan nama sah takson itu untuk pertama
kali. Kadang terdapat nama-nama author (pengarang) lebih dari satu orang. Pencantuman
tesebut mempunyai aturan sendiri-sendiri antara satu dan lainnya, terdapat author tunggal dan
ganda. Author ganda artinya orang yang berperan sampai nama itu terpublikasi sampai nama
itu terpublikasi lebih dari satu orang. Sedangkan author tunggal artinya orang yang berperan
dalam pemberian nama dan mempublikasikannya hanya satu orang

Kunci determinasi

Kunci determinasi atau kunci dikotom adalah cara atau langkah untuk mengenali organisme
dan mengelompokkannya pada takson makhluk hidup. Kunci dikotomis berisi deskripsi ciri-
ciri organisme yang disajikan dengan karakter berlawanan. Kunci dikotomis terdiri dari
sederetan pernyataan yang terdiri dari dua baris dengan ciri yang ombina.
Macam-macam kunci determinasi:

1. Kunci Perbandingan

2. Kunci Analisis

3. Kunci Sinopsis
BAB III
PENUTUP

Simpulan

Munculnya nama ilmiah antara lain disebabkan oleh:

1 Beranekaragamnya nama biasa atau nama lokal.

2 Beranekaragamnya nama dalam arti, baik yang pendek, panjang, bahkan sangat panjang
tanpa adanya indikasi nama – nama tersebut sebagai penunjuk jenis, marga, atau kategori
takson yang lain.

3 Banyaknya sinonim (dua nama atau lebih) untuk satu macam tumbuhan.

4 Sulit untuk diterima dunia internasional, bila nama yang digunakan merupakan bahasa
sehari – hari suatu bangsa.

Aturan-aturan pemberian nama binomial nomenclatur pada tumbuh-tumbuhan :

 Nama yang dipakai adalah nama baku yang diberikan dalam bahasa Latin atau bahasa lain
yang dilatinkan

 Menempatkan nama genus di awal dan nama spesies mengikutinya

 Nama genus hanya terdiri dari satu kata dan dimulai dengan huruf kapital

 Nama spesies boleh terdiri dari dua kata atau lebih dan dimulai dengan huruf kecil

 Setiap makhluk hidup memiliki nama spesies yang berbeda-beda dan tidak boleh sama

 Penemu spesies dapat mencantumkan namanya dibelakang nama speciesnya

 Tidak mengenal adanya sinonim maupun homonim

 Digaris bawah / cetak miring / cetak tebal

 Kata pertama tidak boleh sama dengan kata kedua.


DAFTAR PUSTAKA

Sudarsono, Ratnawati, dan Budiwati. 2005. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang :


Universitas Negeri Malang Press. Tjiitrosoepomo, Gembong. 1993.

Taksonomi Umum. Yogyakarta: Universitas Gajahmada Press. ___. 2010. Kunci Determinasi.
Diakses dari http://www. google.com pada tanggal 19 mei 2020.

Anda mungkin juga menyukai