SISTEMATIKA TUMBUHAN
TATA NAMA
OLEH :
NIM : 19308141030
LABORATORIUM BOTANI
2019
A. TUJUAN
1. Untuk mengetahui nama biasa dan nama ilmiah.
2. Untuk mengetahui sejarah KITT.
3. Untuk mengetahui isi dari KITT.
B. DASAR TEORI
1. Latar Belakang adanya Tata Nama
Alam semesta terdiri dari komponen biotik dan abiotik.
Komponen biotik (makhluk hidup) jumlahnya sangat banyak dan
sangat beraneka ragam.Mulai dari laut, dataran rendah, sampai di
pegunungan, terdapat makhluk hidup yang jumlahnya banyak dan
sangat beraneka ragam. Cara untuk mempermudah kita dalam
mengenali dan mempelajari makhluk hidup disebut Sistem Klasifikasi
(penggolongan / pengelompokan).
Tata nama tumbuhan merupakan bagian dari kegiatan
taksonomi yang bertujuan untuk mendeterminasi nama yang benar dari
suatu takson atau kesatuan taksonomi. Menurut Kode Internasional
Tatanama Tumbuhan (KITT), pemberian nama ilmiah tumbuh
didasarkan pada bahasa Latin atau yang diperlakukan sebagai bahasa
Latin, sehingga diharapkan dapat dipergunakan secara universal oleh
para ahli botani.
Lahirnya nama ilmiah disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
a. Beranekaragamannya nama biasa, berarti tidak ada adanya
kemungkinan nama biasa itu diberlakukan secara umum untuk
dunia internasional, mengingat adanya perbedaan dalam setiap
bangsa yang digunakan, sehingga tidak mungkin dimengerti oleh
semua bangsa.
b. Beranekaragamannya nama dalam arti ada yang pendek, ada yang
panjang, bahkan ada yang panjang sekali. Nama-nama ini
diberikan kepada tumbuhan tanpa adanya indikasi nama-nama tadi
dimaksud sebagai nama jenis, nama marga, atau nama kategori
takson yang lain lagi.
c. Banyaknya sinonima (dua nama atau lebih) untuk satu macam
tumbuhan, sperti misalnya nama-nama dalam bahasa Jawa :tela
pohong, tela kaspa, tela jendral, menyok, untuk ketela pohon, dan
juga banyak homonima, seperti misalnya dalam bahasa Indonesia
lidah buaya yang digunakan untuk marga Aloe dan Opuntia.
d. Sukarnya untuk diterima oleh dunia internasional, bila salah satu
bahasa bangsa-bangsa yang sekarang masih dipakai sehari-hari
dipilih sebagai bahasa untuk nama-nama ilmiah.
2. Pengertian Tata Nama
Radford (1986) mengutip pendapat Macself seperti yang ditulis
oleh Johnson (1971): “Betapa aneh dan kacaunya kehidupan ini
seandainya kita mengabaikan penggunaan nama yang kita pakai untuk
mengidentifikasi segala sesuatu yang kita lihat, buat atau pakai.
Perolehan dan penyebaran pengetahuan tentulah tidak mungkin lagi
dan aktivitas kehidupan akan terhenti”. Sulit dibayangkan bagaimana
kita harus berkomunikasi satu dengan yang lain tanpa menyebut suatu
nama.
Pemberian nama pada tumbuhan disebut nomenklatur atau
tatanama. Cara pemberian nama itu melibatkan asas-asas yang diatur
oleh peraturan-peraturan yang dibuat dan disahkan Kongres Botani
sedunia. Peraturan-peraturan tersebut secara formal dimuat pada Kode
Internasional Tatanama Tumbuhan (International Code of Botanical
Nomenclature). Tujuan utama sistem ini adalah menciptakan satu
nama untuk setiap takson (Rideng, 1989). Selanjutnya Rifai (1973)
menyatakan bahwa kode tatanama ini bertujuan untuk menyediakan
cara yang mantap dalam pemberian nama bagi kesatuan-kesatuan
taksonomi, menjauhi atau menolak pemakaian nama-nama yang
mungkin menyebabkan kesalahan atau keragu-raguan atau yang
menyebabkan timbulnya kesimpangsiuran dalam ilmu pengetahuan.
Tatanama ini juga bertujuan menghindarkan terciptanya nama-nama
yang tidak perlu.
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat tulis
2. Buku taksonomi umum, jurnal, dan sumber valid lainnya.
D. PROSEDUR
1. Mencari buku atau sumber tentang tata nama.
2. Catat hal-hal penting untuk menjawab tujuan.
E. PEMBAHASAN
1. Nama Biasa dan Nama Ilmiah
Tatanama merupakan bagian dari kegiatan taksonomi yang
bertujuan untuk mendeterminasi nama yang benar suatu takson atau
kesatuan taksonomi. Sekali tumbuhan telah diidentifikasi, nama yang
benar harus di berikan. Menurut Kode Internasional tatanama
tumbuhan pemberian nama ilmiah tumbuhan di dasarkan pada bahasa
Latin atau yang diperlakukan sebagai bahasa Latin sehingga
diharapkan dapat dipergunakan secara universal oleh para ahli botani.
Hal ini dapat di pahami karena komunikasi ilmiah memerlukan nama
ynag tepat danpenuh kepastian. Dalam kehidupan sehari-hari kita
jumpai begitu banyak nama tumbuhan yang di berikan dalam bahsa
yang sesuai dengan bahasa induk yang digunakan oleh daerah masing-
masing, yang sering di sebut nama biasa (nama local).
Oleh karena itu nama biasa terbatas pengertiannya pada orang-
orang sebahasa saja, maka pemakaian nama ilmiah sekarang sudah
menjadi kebiasaan umum diterapkan orang di seluruh dunia ini.
F. KESIMPULAN
1. Tatanama merupakan bagian dari kegiatan taksonomi yang bertujuan
untuk mendeterminasi nama yang benar suatu takson atau kesatuan
taksonomi.
2. Nama biasa (nama lokal) adalah nama tumbuhan yang di berikan
dalam bahasa yang sesuai dengan bahasa induk yang digunakan oleh
daerah masing-masing.
3. Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa yang diperlakukan
sebagai bahasa Latin, tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya
kata yang digunakan untuk nama tersebut, serta digunakan dan diakui
oleh internasional.
4. Penamaan (nomenklatur) merupakan terjemahan dari kata
Nomenclature yang berasal dari bahasa latin yaitu : nomen (nama) dan
clature (menyebut). Jadi penamaan berarti menyebut nama dan
memberi nama kepada semua organisme dalam berbagai takson
(tingkatan).
5. Kode Internasional Tatanama Tumbuhan merupakan peraturan
internasional yang mengatur tatanama ilmiah tumbuhan.
6. Tujuan diciptakannya KITT adalah untuk menyediakan metode yang
mantap dalam pemberian nama takson-takson tumbuhan dengan
menghindarkan dan menolak penggunaan nama-nama yang dapat
menimbulkan kekeliruan atau keraguan atau mengacaukan ilmu
pengetahuan.
7. Pada bagian Mukadimah KITT memuat 10 butir yang penting. Kode
internasional Tatanama Tumbuhan mempunyai 6 asas. Pada bagian
peraturan-peraturan dan saran-saran KITT, bagian ini terdiri atas 75
pasal yang dikelompokkan dalam sejumlah bab dan setiap bab
selanjutnya dapat dibagi lagi dalam seksi.
G. DAFTAR PUSTAKA
Lysa.https://www.academia.edu/19073722/Makalah_Tata_nama_Tumbuh
an. Diakses tanggal 5 Oktober 2019