Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH BOTANI TINGKAT TINGGI

“Tata Nama Tumbuhan (Nama Umum, Nama Ilmiah, Prinsip dan


Peraturan Tata Nama Tumbuhan dan Komposisi Nama Ilmiah”

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Hj. Herliani, M.Pd

DISUSUN OLEH

Purwaningsih (2005016006)
Nur Afifah (2005016017)
Arya Nanda (2005016018)
Noer Dhevie Sopian (2005016029)
Gaby Helena T.S (2005016031)

UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah yang berjudul “Tata Nama Tumbuhan (Nama
Umum, Nama Ilmiah, Prinsip dan Peraturan Tata Nama Tumbuhan serta
Komposisi Nama Ilmiah” ini dapat disusun dan disajikan sesuai dengan waktu
yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu
memenuhi tugas mata kuliah Botani Tingkat Tinggi. Selain daripada itu semoga
pembuatan makalah ini juga dapat membantu rekan-rekan mahasiswa lain untuk
dapat digunakan sebagai literatur tambahan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hj. Herliani, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Botani Tingkat Tinggi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca sekalian, demi tercapainya makalah yang lebih baik untuk waktu
yang akan datang. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dari berbagai
pihak sebagaimana yang diharapkan oleh penyusun.

Samarinda, 10 Februari 2023

Kelompok 7

i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Nama Umum
Dalam botani, pemberian nama yang dimaksud bukanlah nama daerah atau
nama umum yang biasa sehari-hari diberikan orang yang hidup di sekitar
tempat tumbuhan itu tumbuh. Hal ini disebabkan karena untuk keperluan
komunikasi ilmiah nama-nama daerah tersebut sama sekali tidak memenuhi
syarat. Nama daerah atau nama umum memiliki beberapa kelemahan yaitu:
1. Tidak bersifat menyeluruh atau hanya terbatas pengertiannya pada orang-
orang sebahasa saja. Misalnya “gedang” dalam bahasa Madura berarti
pisang, sedangkan dalam bahasa Sunda pepayalah yang dimaksud.
2. Nama-nama umum biasanya tidak memberikan informasi yang
menunjukkan hubungan kekerabatan, tidak bisa digunakan untuk
membedakan bangsa, suku, atau taksa lainnya.
3. Jika suatu tanaman terkenal, kemungkinan mempunyai banyak nama
umum.
4. Kadang-kadang dua atau lebih tanaman yang berbeda mempunyai nama
umum yang sama atau sebaliknya
5. Banyak jenis khususnya yang langka tidak mempunyai nama umum
Pemakaian nama umum ini akan menimbulkan kericuhan yang tiada
henti-hentinya. Jika dalam satu negara saja sudah tidak ada keseragaman dan
dapat terjadi salah pengertian, apalagi dalam taraf internasional kesimpang-
siuran yang sudah pasti timbul akan lebih hebat lagi. Karena itu dalam dua
abad terakhir ini pemakaian nama ilmiah dalam botani sudah menjadi
kebiasaan yang umum di seluruh dunia.
B. Nama Ilmiah
Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa yang diperlakukan sebagai
bahasa Latin, tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya kata yang
digunakan untuk nama tadi. Salah satu keuntungan nama ilmiah ialah bahwa
penentuan, pemberian atau cara pemakaiannya untuk setiap golongan
tumbuhan dapat dilakukan berdasarkan suatu aturan atau sistim tatanama.

1
Nama ilmiah juga merupakan suatu kunci pembuka khazanah ilmu
pengetahuan tentang suatu jenis, karena dengan menggunakan nama ilmiah
maka segala perbendaharaan pengetahuan manusia yang terkumpul dalam
pustaka-pustaka akan terbuka bagi kita untuk ditelusuri, dipelajari, ditelaah,
diolah dan dimanfaatkan.
C. Prinsip dan Peraturan Tata Nama Tumbuhan
1. Tatanama botani tidak berhubungan dengan tatanama zoologi. Nama yang
sama yang diberikan pada tumbuhan bisa juga digunakan ahli zoologi pada
hewan
2. Pelaksanaan penamaan di dalam kelompok taksonomi ditentukan dengan
menggunakan tipe tatanama. Tipe untuk famili adalah genus, tipe untuk
genus adalah jenis, tipe untuk jenis adalah spesimen dan seterusnya
3. Tatanama dari kelompok taksonomi haruslah berdasar pada prioritas
publikasi, dan nama yang benar adalah nama yang telah dipublikasi terlebih
dahulu dan mengacu pada aturan-aturan. Tatanama yang telah
dipublikasikan lebih dulu harus dipakai sebagai dasar pada publikasi
berikutnya
4. Setiap kelompok taksonomi, batasannya, posisinya dan urutannya bisa
membuat satu nama yang benar
5. Nama ilmiah kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa Latin tanpa
menghiraukan asalnya. Aturan untuk penamaan genus dan penunjuk jenis
sama juga dengan yang lain harus dalam bahasa Latin
6. Aturan tatanama adalah berlaku surut kecuali hal-hal yang kecil
7. Suatu nama yang sah tidak boleh ditolak karena alas an tidak disukai atau
karena kehilangan arti aslinya. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis, aslinya
bukan di Cina. Perubahan nama hanya boleh dilakukan biala sudah betul-
betul diteliti taksonominya

2
D. Komposisi Nama Ilmiah
Nama ilmiah suatu jenis merupakan penggabungan 3 hal yaitu Genus,
Spesies epithet (penunjuk jenis), Author. Contoh : Daucus carota L. Dan
Nicotiana tabacum L.
1. Nama-nama genera
a. Kata benda tunggal dalam bahasa Latin atau dilatinkan dengan inisial
huruf besar
b. Setelah penulisan pertama pada genus yang sama boleh disingkat,
contoh: Quercus alba → Q. alba, Q. rubra
c. Tidak boleh terlalu panjang
d. Tidak boleh menggunakan nama yang sama dengan jenisnya Contoh:
Salacca zalacca→ tidak dianjurkan
2. Penunjuk Jenis
a. Biasanya berupa kata sifat, akhirannya disesuaikan dengan nama marga.
Contoh: Syzygium aromaticum
b. Dalam bahasa Latin atau dilatinkan
c. Bisa berasal dari berbagai bentuk (nama orang, nama tempat, nama
umum, dll.)
d. Tidak boleh terlalu panjang
e. Tidak boleh mengulang nama marga
f. Ditulis dengan huruf kecil dan apabila terdiri dari 2 suku kata harus
diberi tanda sambung. Contoh: Hibiscus rosa-sinensis dan
Ipomea pes-capre
3. Author
Author adalah nama pengarang yang menerbitkan nama sah takson itu
untuk pertama kali. Tujuan pencantuman nama author adalah supaya
penunjukan nama suatu takson tepat dan lengkap serta memudahkan
penelitian tentang keabsahan nama.
Contoh :
Daucus carota L. (L.→ Linnaeus)
Vernonia acaulis (Walter) Gleason

3
Penamaan Cultivar dan Varietas
Nama cultivar biasa disingkat dengan c.v. tidak dalam bahasa Latin
atau dilatinkan. Contoh : Mangifera indica c.v. harum manis Citrullus
lanatus c.v. Crimson sweet Nama varietas biasa disingkat var. ditulis
dalam bahasa Latin atau dilatinkan. Contoh : Licuala gracilis var. gracilis
Oryza sativa var. javanica

4
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Pemberian nama pada tumbuhan disebut Nomenklatur atau tatanama. Dalam
pemberian nama umum atau nama daerah perlu diterapkan dengan
memperhatikan beberapa kelemahan seperti tidak bersifat menyeluruh atau
hanya terbatas pengertiannya pada orang-orang sebahasa saja serta banyak
jenis khususnya yang langka tidak mempunyai nama umum.
2. Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa yang diperlukan sebagai
bahasa latin. Pemberian atau cara pemakaiannya dapa dilakukan
berdasarkan suatu aturan atau sistem tatanama
3. Prinsip dan peraturan tatanama tumbuhan, memiliki beberapa aturan yang
perlu diperhatikan dalam penulisannya. Misalnya, penulisan nama ilmiah
kelompok taksonomi disajikan dalam bahasa latin tanpa menghiraukan
asalnya.
4. Komposisi nama ilmiah terdiri dari 3 hal, yakni genus, spesies epithet
(penunjuk jenis), dan Author.

B. SARAN
Diharapkan para pembaca dan penulis dapat memahami terkait pembuatan
tatanama tumbuhan khususnya dalam nama umum, nama ilmiah. Serta dapat
memahami terkait prinsip-prinsip peraturan tatanama tumbuhan dan komposisi
nama ilmiah secara umum.

5
6

Anda mungkin juga menyukai