Persembahan arti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah: hadiah pemberian (kepada orang yang terhormat). Dapat juga diartikan persembahan adalah suatu pemberian sebagai wujud tanda kasih kita kepada seseorang yang kita kasihi. Menurut biasanya orang banyak memberikan persembahan ketika hari Raya Nyepi (agama hindu), hari raya Imlek (pesta rakyat Tionghoa) dirayakan selama 15 hari. Hari raya idulfitri (agama Islam), hari Natal dan Tahun baru (umat Kristiani). Ketika hari-hari besar tersebut biasanya berbagai golongan tersebut memberikan persembahannya lebih banyak dari yang biasanya.
Isi Khotbah
Apakah makna persembahan yang hidup? Roma 12: 1
1. Yang kudus dan berkenan kepada Allah
2. Ibadahmu yang sejati
1. Yang Kudus Dan Berkenan Kepada Allah
Apakah pesan Paulus kepada Jemaat di Roma berdasarkan ayat tersebut? Adapun pesan Paulus berdasarkan ayat tersebut adalah supaya mereka mempersembahkan diri mereka kepada Allah, bukan sebagai persembahan hewan kurban di altar, sebagai syarat oleh hukum Musa, melainkan sebagai persembahan yang hidup? Ilustrasi
• Persembahan Kain dan Habel (Kejadian 4:1-8)
4:1 Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN." 4:2 Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani. 4:3 Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; 4:4 Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, 4:5 tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan- Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. 4:6 Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? 4:7 Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya." 4:8 Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia. Dalam pena Inspirasi menuliskan bahwa Kain dan habel, anak-anak Adam, berada sekali dalam tabiat mereka. Habel memiliki roh kesetiaan kepada Tuhan, sedangkan Kain memanjakan roh pemberontakan dan bersungut-sungut terhadap Allah oleh sebab kutuk yasng telah dijatuhkan ke atas bumi ini dan kepada umat manusia karena dosa Adam. Kedua bersaudara ini telah diuji, sebagaiman Adam diuji sebelumnya, untuk membuktikan apakah mereka mau percaya dan menurut firman Allah. Mereka mengetahui akan persediaan yang telah diadakan untuk keselamatan manusia, dan mengerti tata cara persembahan yang telah ditetapkan oleh Allah. mereka harus menyatakan iman di dalam Juruselamat yang dilambangkan oleh persembahan itu, dan pada saat yang sama untuk mengetahui bahwa mereka bergantung sepenuhnya kepada Dia untuk mendapatkan pengampunan; dan mereka mengetahui bahwa dengan mengikuti rencana Ilahi bagi penebusan mereka, mereka membuktikan penurutan mereka kepada Allah. Tanpa tercurahnya darah tidak aka nada peengampunan dosa; dan mereka harus menunjukkan iman mereka di dalam darah Kristus sebagai penebusan yang dijanjikan dengan cara mempersembahkan anak sulung domba mereka sebagai korban. Kedua bersaudara ini sama-sama mendirikan mezbah mereka dan masing-masing membawa persembahan. Habel membawa satu korban dari antara kawanan dombanya sesuai dengan petunjuk Tuhan. “Maka Tuhan mengindahkan Habel dan korban persembahannya.” Api memancar dari surge membakar korban itu. Tetapi kain telah melanggar petunjuk dan perintah Tuhan yang jelas itu, dengan hanya membawa persembahan buah-buahan. Tidak ada tanda-tanda dari surge bahwa persembahannya diterima. Habel mengajak saudaranya untuk menghampiri Allah dengan cara seperti yang dijelaskan Tuhan tetapi bujukan Habel itu hanya membuat kain lebih nekad untuk mengikuti kemauannya. Sebagai anak sulung ia merasa terlalu tinggi untuk menerima nasihat saudaranya, dan iapun menolaknya. Kain datang kepada Allah disertai persungutan dan tidak percaya di dalam hatinyasehubungan dengan korban yang dijanjikan itu dan perlunya persembahan korban itu. Pemberiannya tidak dinyatakan adanya pertobatan akan dosanya. “Karena iman Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik dari pada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian kepadanya, bahwa ia benar, karena Allah berkenan akan persembahan itu dank arena iman ia masih berbicara, sesudah ia mati” Ibrani 11:4. Habel dapat memahami prinsip-prinsip yang agung itu. Ia melihat dirinya sebagai seorang yang berdosa dan ia melihat dosa serta hukumannya yaitu kematian, beridiri diantara jiwanya dan perhubungannya dengan Tuhan. Ia membawa korban yang tersembelih itu kehidupan yang dikorbankan, dengan demikian mengakui tuntutan-tuntutan hukum yang telah dilanggar. Melalui darah yang tertumpah ia memandang kepada korban yang akan dating, Kristusd yang mati di atas Salib Golgota; dan sambal berharap kepada penebusan yang diadakan di sana, ia mempunyai bukti bahwa ia benar dan persembahannya diterima. (Alfa dan Omega jilid 1:5 • Persembahan Abraham (Kejadian 22) Tulisan Roh Nubuat dalam buku Alfa dan omega jilid 1:13 menjelaskan bahwa; Tuhan telah memanggil Abraham untuk menjadi bapa dari orang yang percaya, dan kehidupannya harus nyata sebagai satu teladan iman kepada generasi-generasi mendatang. Tetapi imannya tidaklah sempurna. Ia telah menunjukkan Roh tidak percaya akan Allah dengan menyembunyikan kenyataan bahwa Sarah adalah istrinya, dan lagi dalam pernikahannya dengan Hagar. Agar ia dapat mencapai ukuran yang tertinggi, Allah telah menghadapkannya kepada satu ujian yang lain, yang terberat yang pernah dihadapi manusia. Dalam satu khayal pada waktu malam ia diperintahkan untuk pergi kebukit Moria, dan di sana mempersembahkan anaknya sebagai korban bakaran di atas satu gunung yang telah ditunjukkan kepadanya. Perintah itu dinyatakan dengan kata-kata yang pasti telah menyayat-nyayat hati bapa itu; “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak… dan persembahkan dia di sana sebagai korban bakaran,” Ishak adalah terang rumah tangganya, penghibur dimasa tuanya, di atas segala sesuatunya ahli waris daripada berkat yang dijanjikan itu. Kehilangan seorang anak laki-laki seperti itu oleh kecelakaan ataupun penyakit, akan menghancurkan hati bapa yang berbahagia itu; itu akan membebani kepalanya yang sudah memutih itu dengan kedukaan; tetapi ia telah diperintahkan untuk mencurahkan darah anakitu oleh tangannya sendiri. Banginya seolah-olah hal itu merupakan sesuatu yang mustahil dan mengerikan. Setan ada di samping untuk membisikkan kepadanya bahwa ia pasti tertipu, karena hukum Allah perintahkan “jangan membunuh,” dan Allah tidak akan menuntut sesuatu hal yang pernah dilarangnya. Ia pergi ke luar dari kemahnya dan menengadah ke langit yang terang dan cerah tak berawan, dan mengingat kembali akan janji yang telah diadakan hampir lima puluh tahun sebelumnya, bahwa benihnya (keturunannya) akan menjadi seperti bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya. Jikalau penjanjian ini akan digenapi melalui Ishak, bagaimana mungkin ia harus dibunuh? Abraham tergoda, begitu rupa seperti yang belum pernah dilakukannya sebelumnya, ia meminta beberapa hal untuk meneguhkan perintah itu jikalau memang ia harus laksanakan tugas yang mengerikan itu. Ia mengingat malaikat-malikat yang diutus untuk menyatakan kepadanya maksud Allah untum membinasakan Sodom, dan menyampaikan kepadanya janji akan diperoleh Ishak anaknya, dan ia perrgi ke tempat di mana ia beberapa kali ia telah bertemu dengan pesuruh-pesuruh surga itu, dengan pengharapan akan bertemu lagi dengan mereka itu serta menerima petunjuk-petunjuk lebih jauh; tetapi tidak seorangpun yang dating untuk menolongnya. Kegelapan seolah-olah menyelubunginya; tetapi perintah Allah berdengung ditelinganya; “Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak.” Perintah itu harus diturut dan ia tidak berlambat-lamabatan. Harinya semakin dekat, dan ia harus memulai perjalanannya. Waktu kembali ke kemahnya, ia pergi ke tempat di mana Ishak sedang tertidur dengan nyenyaknya, anak muda itu tertidur dengan tenangnya dan pada wajahnya seolah-olah tidak ada tanda-tanda dosa. Sejenak lamanya bapa memandang kepada wajah anak yang dikasihinya itu, kemudian dengan gemetar ia meninggaalkan anak itu. Ia pergi ke sisi Sarah istrinya juga sedang tertidur. Haruskah dia membangunkan dia, agar sekali lagi memeluk anaknya? Haruskah ia menceritakan kepadanya akan tuntutan Allah itu? Ia rindu mencurahkan segenap beban batinnya kepada istrinya itu, dan memberitahukan kepadanya tanggung jawab yang menegerikan itu; tetapi ia dicegah oleh rasa takut jangan- jangan ia akan menghalanginya. Ishak adalah anak kebanggaan dan kesukaannya; kehidupan Sarah terikat di dalam hidupnya, dan kasih ibu boleh jadi akan menolak pengorbanan seperti itu. Akhirnya Abraham membagunkan anaknya itu, dan menceritakan kepadanya tentang perintah untuk mempersembahkan korban di atas sebuah gunung yang jauh. Ishak sudah sering pergi dengan bapanya untuk berbakti dibeberapa dari antara mezbah yang menjadi tanda pengembaraan bapanya, dan ajakan bapanya ini tidak menimbulkan rasa heran kepadanya. Persiapan untuk perjalanan itu dengan cepat diselesaikan. Kayau-kayu dipersiapkan dan diletakkan di atas keledainya, dan disertai dengan dua orang hambanya mereka pun berangkatlah. Dengan berdampingan bapa dan anak itu menempuh perjalanan tanpa berkata-kata. Bapa itu, sambal merenung- renungkan rahasia yang menekan hatinya, tidak mempunyai hasrat untuk berkata-kata. Pikirannya tetap tertuju kepada ibu yang bangga dan berbahagia itu, dan kepada hari bilamana ia akan pulang ke rumah seorang diri. Ia tahu dengan baik bahwa pisau itu akan menikam jantung ibunya apabila itu akan mencabut nyawa anaknya. Hari itu- hari terpanjang dalam pengalaman hidup Abraham dengan pelahan-lahan mendekati akhirnya. Sementara anaknya dan orang muda itu tidur, ia menggunakan malam itu untuk berdoa, masih mengharapkan bahwa beberapa pesuruh surge akan dating, dan mengatakan bahwa ujian itu sudah cukup, bahwa anak muda itu boleh kembali dengan selamat, kembali kepada ibunya. Tetapi tidak ada yang dating untuk meringankan beban yang menindih jiwanya itu. Setan ada dekat untuk membisikkan kebimbangan dan tidak percaya, tetapi Abraham menolak anjuran-anjuran Iblis itu. Apabila mereka hendak memulaikan perjalanan mereka pada hari yang ketiga, bapa itu sambil memandang ke sebelah utara, melihat tanda yang dijanjikan, segumpal awan kemuliaan menaungi Gunung Moria, dan ia mengetahui bahwa suara yang berkata-kata itu berasal dari dari Surga. Hingga sekarang ini ia tidak bersungut-sungut kepada Allah, tetapi menguatkan jiwanya dengan merenung- renungkan bukti-bukti tentang kebajikan dan kesetiaan Tuhan. Putranya ini telah diberikan dengan tidak diduga-duga; dan bukanlah Dia yang telah memberikan pemberian indah ini mempunyai hak untuk mengambil kembali milik-Nya sendiri? Kemudian iapun mengulangi janjinya itu, “yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dri Ishak” – satu benih yang jumlahnya tak terhitung seperti butir-butir pasir ditepi laut. Ishak adalah anak Mukzijat dan tidak dapatkah kuasa yang telah memberikan hidup kepadanya itu memulihkan dia kembali? Memandang jauh dibalik apa yang dapat dilihat, Abraham memahami kata-kata Ilahi, “karena ia berpikir, bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang-orang sekalipun dari antara orang mati.” Ibrani 11:19. Tetapi tidak seorangpun kecuali Tuhan yang dapat mengerti betapa besarnya pengorbanan seorang bapa dalam menyreahkan anaknya kepada kematian; Abraham menghendaki agar jangan seorangpun kecuali Allah yang menyaksikan perpisahan itu. Ia memerintahkan agar hamba- hambanya menunggu di belakang, sambal berkata, “Aku beserta anak ini akan pergi ke sana; kami akan sembahyang, sesudah itu kami kembali kepadamu.” Kayu – kayu itu diletakkan di atas punda Ishak, seorang yang akan dipersembahkan, bapa membawa pisau dana pi, dan bersama-sama mereka naik ke puncak gunung, anak muda itu dengan diam-diam bertanya-tanya dari manakah, ditempat yang begitu jauh dari kandang dan dari kawanan domba, korban itu akan datang. Akhirnya ia berbicara, “Bapa” “ di sini sudah ada api dan kayu, tapi di manakah anak domba untuk korban bakaran?” O, betapa satu ujian! Betapa kata mesra “bapaku” itu menembus jantung Abraham! Belum - ia belum dapat menceritakannya sekarang ini. “Anakku,” katanya, Allah akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi- Nya.” Di tempat yang telah ditetapkan mereka mendirikan sebuah mezbah dan meletakkan kayu itu di atasnya. Kemudian dengan suara yang gemetar, Abraham memaparkan kepada anaknya tentang pekabaran Ilahi itu. Adalah dengan disertai rasa gentar dan heran, Ishak mengetahui akan nasibnya, tetapi ia tidak menolak. Sebanarnya ia dapat melarikan diri dari kematiannya itu, kalau saja ia mau berbuat demikian; orang tua yang dipenuhi kesediahan itu, yang telah merasa kepayahan setelah bergumuk dengan hebatnya selama tiga hari, tidak dapat menolak keinginan orang muda yang masih kuat itu. Tetapi Ishak telah dilatih sejak kecilnya untuk selalu siap menurut, dan apabila maksud-maksud Allah dinyatakan kepadanya, ia menunjukkan satu penyerahan yang sukarela. Ia adalah seorang yang ikut ambil bagian dalam iman Abraham dan ia merasa satu kehormatan untuk dipanggil menyerahkan hidupnya sebagai satu persembahan kepada Allah. Dengan lemah lembut ia berusaha ia berusaha meringankan kesedihan bapanya, dan menolong tangan bapanya yang lemah mengikatkan tali yang mengikat tubuhnya ke mezbah itu. Dan sekarang kata-kata kasih yang terakhir diucapkan, tetesan air mata berderai, pelukan yang terakhir dilakukan. Bapanya mengangkat pisau itu untuk menyembelih anaknya, dan tiba-tiba tangannya tertahan. Seorang malaikat berseru dari surge kepadanya, “Abraham, Abraham.” Dengan cepat ia menjawab, Ya Tuhan! Dan kembali suara itu terdengar: “Jangan bunuh anak itu dan jangan kau apa-apakan dia, sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku.” Kemudian Abraham melihat “ seokor domba jantan di belakangnya,yang tanduknya tersangkut dalam belukar,” dan dengan cepat ia mengambil korban yang baru itu, dan ia mempersembahkannya sebagai “pengganti anaknya” di dalam kegembiraan dan rasa syukurnya, Abraham memberikan satu nama yang baru bagi tempat yang suci itu “ TUHAN menyediakan”. Perbuatan iman Abraham yang besar itu berdiri sebagai satu menara terang, yang menerangi jalan hamba-hamba Allah di sepanjang zaman yang berikutnya.
Seperti apakah wujud praktis persembahan yang hidup?
Wujud praktis persembahan yang hidup:
Jawabannya Roma 12: 2 yaitu: kita hidup sebagai persembahan bagi
Allah dengan tidak menyesuaikan diri pada nilai-nilai duniawi. Istilah dunia telah dibahas di dalam 1 Yohanes 2:1-16
Bagaimanakah caranya supaya orang percaya tidak
menyesuaikan diri kepada dunia? • Jawabannya : Roma 12 : 2 => “Berubahlah oleh pembaruan budimu.” Langkah-Langkah dalam perubahan: 1. Kita perlu mendengarnya (Roma 10:17) 2. Membaca (Wahyu 1: 3) 3. Mempelajarinya (Kis 17:11) 4. Menghafalnya (Maznur 119-9-11 5. Merenungkannya (Mazmur 1:2-3) 6. Diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Timoteus 3:16)
2. 2. Ibadahmu Yang Sejati
Jawabannya Roma 12:3-8 Ilustrasi : Daniel, Hanaya, Misael dan Azarya Bagaimana penerapannya dalam kehidupan kita sehari-hari Ibadahmu Yang Sejati? • Sering kita berkata Tuhan saya tidak pintar berbicara, alasan kita sama spt Musa ketika Tuhan memanggil dan mengutusnya utk menyelamatkan bangsanya dari Mesir. Lupa bahwa ada sang Khalik pencipta yang dapat memberikan kesanggupan kepadanya. Kita pun demikian kita lupa bahwa ada masing-masing karunia Tuhan berikan kepada kita yaitu Roma 12:4-8.
Kesimpulan
Pelajaran bagi kita dalam Roma 12:1-8 adalah :
1. Menjadi Persembahan yang hidup
2. Yang kudus dan berkenan kepada Allah Dari yang dua ini disimpulkan itulah ibadahmu yang sejati. • Konteks “ibadahmu yang sejati” menurut Roma 12:1 konsepnya adalah selain cara beribadah, tetapi bagaimana cara kita untuk menerapkan (mempraktekkan) bhs batak Mamparangehon Parangeni Yesus Kristus. (Matius 20:28) itulah sebabnya Tuhan memberikan masing-masing kita Karunia Roh utk melayani (Roma 12:4-8) lebih jelas apa itu karunia –karunia Roh baca 1 Korintus 12:1-11. • Ingat ilustrasi Kain dan Habel, Abraham, Daniel, Hananya, Misael dan Azaria. • Marilah kita pulang dari rumah Tuhan ini dengan membawa penuh berkat dan Sukacita selamat Sabat, Tuhan Yesus Memberkati kita semua Amin.!