Anda di halaman 1dari 5

MEMURNIKAN KONSEP TAUHID DALAM PERSPEKTIF

SAYYID QUTB

Makalah
Ditulis Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Worldview Islam
Bersama
Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi, M. A, M. Fil.

Oleh:
Wawan Susetyo Nurrohman
NIM: 402019821424
Muhammad Syamsul Aimah
NIM: 402019821427

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
1441/2020
MEMURNIKAN KONSEP TAUHID DALAM PERSPEKTIF SAYYID
QUTB
Oleh: Wawan Susetyo Nurrohman dan Muhammad Syamsul Aimah

PENDAHULUAN
Agama islam telah disepakati oleh para ulama, sarjana, dan pemeluknya
sendiri sebagai agama tauhid. Maka hal inilah yang membedakan agama islam
dengan agama-agama lainya, yakni monoteisme atau tauhid yang murni, yang
tidak dapat dicampuri dengan segala macam bentuk syirik. Agama monoteistik
atau agama tauhid memang hanya ada pada islam.
Sayyid qutb memberikan penjelasan yang dalam terkait tauhid ini,
bahwasanya muslim yang berikrar akan Allah S.W.T. yang maha esa, diharuskan
untuk tidak menyembah kepada selain-Nya dan hanya meminta, serta mengambil
hukum hanya dari-Nya. Secara tidak langsung, Sayyid qutb mengajak kepada
seluruh umat islam memurnikan ajaran tauhid dengan sempurna tanpa sedikitpun
penyelewengan.
Dalam tulisan singkat ini akan dipaparkan beberapa poin penting tentang
memurnikan konsep tauhid menurut perspektif Sayyid Qutb. Salahsatunya, adalah
Tauhid Al-hakimiyyah.

PEMBAHASAN
Konsep tauhid adalah pondasi utama dalam bangunan peradaban,
keilmuan, dan worldview islam.1 Tuhan dalam perspektif islam bermakna
“Tunggal” atau Wahid (Wailahukum ilah wahid) atau Ahad (Qul Huwallahu
ahad), Tunggal dalam wujud. Tidak berdampingan dengan apapun, tidak pula
menyerupai apapun. Selain tunggal dalam wujud, Tuhan dalam perspektif
Worldview Islam bersifat tunggal dalam perbuatan-Nya. Maksud tunggal dalam
perbuatan ialah Dia-lah satu-satunya zat yang mencipta semua makhluk (segala

1
Sayyid Qutb, Khosoisu at-Tashowwur Al-Islamy wa Muqowwimatuhu, (Cairo: Dar Syuruq,
1983). Cet. Xviii. 189.
sesuatu selain diri-Nya), Dia-lah satu-satunya zat yang menghidupkan/membuat
terbangun dan mematikan/membuat tertidur, memberi dan mencabut,
menyembuhkan dan menjadikan sakit, mengangkat dan menurunkan, memberi
manfaat dan mudarat, dan seterusnya. Keesaaan Allah dalam hal perbuatan-Nya
ini disebut “Tawhid Af’al” atau “Tawhid Rububiyyah”.2 Dengan demikian,
seorang muslim akan menjadikan tauhid sebagai titik tolak dalam berbuat dan
menjadi tujuan akhir dari semua yang diusahakan.
Sayyid Qutb mengatakan bahwasanya ajaran tauhid merupakan ajaran
yang murni dan telah disebarluaskan jauh sebelum nabi Muhammad, atau bahkan
sejak manusia pertama lahir,

‫"ونبادر فنقرر أن التوحيد كان هو الخاصية البارزة في كل دين جاء به من عند اهلل رسول كما أنه كان‬

‫ مبا أن الدين هو‬،‫ كان هو الذي جاء به كل رسول‬-‫على إطالقه‬- ‫ وأن اإلسالم‬،‫املقوم األول يف دين اهلل كله‬

‫ ولكن التحريفات واالنحرافات‬....‫ يف كل شؤون احلياة‬-‫وحده‬- ‫ واتباع منهج اهلل‬،‫إسالم الوجه هلل وحده‬

‫ مل تبق يف األرض كلها‬،‫ على الديانات‬8‫التي وقعت في تصورات أتباع الرسل إلى جانب طغيان الجاهليات‬

‫ ومل‬،‫ فلم متتد إليها يد التحريف‬.‫ إال التصور الذي جاء به حممد صلى اهلل عليه وسلم‬،‫من تصور ديين صحيح‬
3
.‫تطمسها كذلك اجلاهليات اليت طغت على حياة الناس ومن مث أصبح التوحيد خاصية من خصائص هذا الدين‬

Dapat dipahami dari penjelasan diatas, bahwa konsep tauhid telah lama
disebarkan oleh Nabi dan Rosul sebelum nabi Muhammad. Nabi Musa A.S.
misalnya, diutus kepada Bani Israil untuk menyerukan ajaran tuhan Yang Maha
Esa (Allah S.W.T./tauhid), yang kemudian karena penyimpangan pengikutnya
berubah menjadi agama yahudi. Begitupula agama kristen, yang muncul karena
kesalahpaaman para pengikutnya terhadap kenabian nabi Isa A.S.. Seluruh agama
besar yang ada, sejatinya mengajarkan tauhid yang sama dengan apa yang
diajarkan oleh agama Islam, akan tetapi hanya islam-lah yang tetap memurnikan
ajaran tauhid tersebut.

2
M. Kholid Muslih, Worldview Islam, (Gontor; Unida Press, 2018), cet. II, 34.
3
Sayyid Qutb, Khosoisu at-Tashowwur Al-Islamy wa Muqowwimatuhu, (Cairo: Dar Syuruq,
1983). Cet. Xviii. 190.
Menurut Prof. Chudhory, cara pandang yang bertauhid (worldview)
menekankan pada dua sumber, pertama, sumber ilahi yaitu Qur’an dan proses-
orientasi pengetahuan terpadu yang berasal dari sumber ilahi, kedua, proses
intelektual yang diperlukan dalam mengkonstruksi firman Allah yang
diwahyukan.4
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan dalam
beragama ada pada manusia itu sendiri, mereka memahami dan mengikuti ulama’
yang salah dan hanya mementingkan untuk dirinya sendiri. Sedangkan dalam
islam harus berpegang teguh pada Al-Qur’an dan hadits. Kemudian syarat
menjadi ulama’ yaitu harus lebih mendalami dan memahami kedua isi
kandunganya, sebagai upaya mengkonstruksi firman Allah yang diwahyukan.
Sayyid Qutb dalam ‘Khosoisu At-tashowwur Al-Islami’ menambahkan
makna Al-hakimiyyah dalam tauhid, yaitu pengakuan bahwa hanya Allah S. W.T.
sajalah yang berhak mengatur dan membuat hukum bagi alam semesta,

‫ خبصائص‬-‫ إفراد اهلل سبحانه‬-‫يف التصور اإلسالمي‬- ‫"إن من مقتضيات توحيد األلوهية‬
‫ خبصائص األلوهية يف اعتقادهم‬-‫سبحانه‬- ‫ كإفراده‬،‫األلوهية يف تصريف حياة البشر‬
،‫ كما أن املسلم يعتقد أن الإله إال اهلل‬.‫ ويف ضمائرهم وشعائرهم على السواء‬،‫وتصورهم‬
‫ وأن ال نافع أو ضار إال‬،‫ وأن ال رازق إال اهلل‬،‫ وأن ال خالق إال اهلل‬،‫وأن ال معبود إال اهلل‬
‫فيتوجه هلل وحده بالشعائر‬...‫ إال اهلل‬-‫يف شأن الكون كله‬- ‫ وأن ال متصرف يف شأنه‬،‫اهلل‬
‫ كذلك‬.‫ ويتوجه هلل وحده باخلشية والتقوى‬،‫ ويتوجه هلل وحده بالطلب والرجاء‬،‫التعبدية‬
‫ وأن ال منظم حلياة البشر‬،‫ وأن ال مشرع إال اهلل‬،‫يعتقد املسلم أن ال حاكم إال اهلل‬
‫فيتلقى من اهلل‬...‫وعالقاهتم وارتباطاهتم بالكون وباألحياء وبني اإلنسان من جنسه إال اهلل‬
‫ وميزان‬،‫ وقواعد االرتباطات‬،‫ ونظام المعيشة‬،‫ ومنهج الحياة‬،‫وحده التوجيه والتشريع‬
5
"......‫القيم واالعتبارات‬

Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa Allah adalah satu-satunya


sumber hukum, dan penentu jalan hidup manusia. Sebagai konsekuensinya,
syariat islam adalah hal yang wajib adanya. Masyarakat yang tidak mengikuti
syariat islam terlihat mirip seperti masa zaman jahiliyah. Saat itu, mereka
4
Masudul Alam Choudhury, The Islamic Worldview: Socio-Scientific Prespective, (London
and New York: Kegan Paul International Limited, 2000), hlm.9.
5
Sayyid Qutb, Khosoisu at-Tashowwur Al-Islamy wa Muqowwimatuhu, (Cairo: Dar
Syuruq, 1983). Cet. Xviii. 190.
mengakui Allah sebagai tuhan, namun menyembah berhala-berhala. Masa kini,
manusia mempertuhankan Allah dan menyembahnya di masjid-masjid, namun
mereka masih rela diatur dengan hukum-hukum buatan manusia. inilah jahiliyah
modern. Pengingkaran terhadap risalah Nabi S.A.W. dan tidak merasa berdosa
ketika hidup mereka diatur oleh hukum-hukum buatan manusia, merupakan
sesuatu yang tidak memurnikan tauhid kepada Allah.
Syariat islam yang telah di tetapkan oleh Allah semata mata-mata untuk
kemaslahatan umat manusia, karena islam adalah ramatan lilalamiin. Apabila
umat manusia berpegang pada syariat islam yang bertujuan pada tauhid (lillah),
maka mereka akan selamat di dunia dan akhirat.

DAFTAR PUSTAKA

Choudhury, Masudul Alam. 2000. The Islamic Worldview: Socio-Scientific Prespective,


London and New York: Kegan Paul International Limited.
Muslih, Kholid M, 2018. Worldview Islam, Siman; UNIDA Press
Qutb, Sayyid. 1983. Khosoisu at-Tashowwur Al-Islamy wa Muqowwimatuhu,
Cairo: Dar Syuruq.

Anda mungkin juga menyukai