DISUSUN OLEH:
Richatul Lutfiyah 519076 Putri Setyaningrum 519069 Kartika Putri 519047
Rialista Anjili 519075 Sarah Catherine S 519081 Megawati 519055
Rully Martha N 519079 Quina Theresia N 519070 Defrita Lia Sari 519021
Novia Puji Lestari 519062 Rayhand Alivia R 519072 Dini Apriani 51902
Venny Novaridha 519094 Septian Riko M 519082 Nurul Qomariyah 519067
Melinda Cahya P 519057 Khorintus A 519050 Zuyun N M 519101
Ulani Margiyanti 519091 Cahyo Ade P 519017 Meta Isnuari 519058
Rifatul Afifah 519077 Yolla Nandha A 519098 Nova Risa E H 51906
Sonia Wahyu N 519085 Tria Hidayatul H 519088 Ratnasari 519071
Susanti 519086 Wiwit Nia Kusuma 519096
Lifia romianzizah 519052 Elviani Yulia P 519033
MA : Keperawatan Komunitas
Topik : Bersama Wujudkan Masyarakat Sehat
Sasaran : Masyarakat Kelurahan Meteseh
Hari/ tanggal : April 2020
Waktu : 09.00 – selesai
Tempat : Balai Pertemuan Kelurahan 03
Pengajar : Ns. Asti Nuraeni, M.Kep., Sp. Kep. Kom
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu
sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas
adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial
Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan perawatan
kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang
keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang
didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal
sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan
meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong
Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasidalam
kesehatan oleh Departemen Kesehatan RI adalah dengan membentuk desa siaga. Desa
siagaadalah yaitu penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk
yang bertujuanuntuk terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap
masyarakat adalahsuatu proses kegiatan masyarakat melalui pemberian pengalaman belajar dan
(Effendi, 2009).
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah pertemuan perwakilan warga desa beserta tokoh
masyarakatnya dan para petugas untuk membahas hasil Survei Mawas Diri dan merencanakan
penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil survei mawas diri (Kemenkes RI,
kesehatan yang ditemukan dari hasil survey dan pembagian angket untuk kemudian dicarikan
alternative penyelesaian masalah hasil survey tersebut dikaitkan denganpotensi yang dimiliki
desa dan disetujui bersma baik mahasiswa dan masyarakat desa (Mubarak, 2012)
Meteseh merupakan salah satu desa di Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah dengan luas
wilayah kira-kira 70.000 km. Terdiri atas 7 Dusun, 48 RW dan 47 RT (Profil Desa Meteseh,
2019).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
terhadap masalah yang muncul dan menyampaikan rencana kegiatan dalam rangka
2. Tujuan Khusus
D. Rencana Kegiatan
1. Tema
Ayo bersama wujudkan masyarakat sehat untuk Indonesia kuat di kelurahan Meteseh RW
03
2. Topik
“Bersama Wujudkan Masyarakat Sehat”
3. Sasaran target
a. Ketua RW 3
b. Ketua RT 1-RT 6
c. Kader
d. Tokoh masyarakat
4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
5. Media dan alat
a. Microphone
b. LCD
c. Laptop
d. Papan tulis
e. Spidol
E. Susunan Kepanitiaan
5. Moderator : Khorintus
7. Sie Ilmiah :
Lifia R
b. Agregat anak usia sekolah: Ulani Margiyanti
Melinda Cahya P
Rifatul Afifah
Defrita lia S
Kartika Putri
Venny Novarida
Yulia
8. Penanggung jawab RT :
c. RT 3 : Dini Apriani
d. RT 4 : Rully Marta
e. RT 5 : Ratnasari
f. RT 6 : Nurul Qomariyah
9. Observer : Megawati
Karina Galib
Cahyo Ade
Keterangan:
: LCD/proyektor
: Moderator
: Kader
: Fasilitator
: Observer
: Notulen
: Papan flipchart
: Meja
G. Susunan acara
Minggu 1
H. Uraian tugas
1. Penanggung Jawab:
2. Pembawa Acara:
d. Menutup acara
3. Moderator:
a. Memimpin FGD
4. Notulen,
5. Observer:
7. Dokumentasi
I. Evaluasi
1. Ketentuan evaluasi
2. Hasil evaluasi
a. Evaluasi persiapan
b. Evaluasi proses
c. Evaluasi hasil
A. Konsep FGD
FGD biasa juga disebut sebagai metode dan teknik pengumpulan data kualitatif dengan
cara melakukan wawancara kelompok. Guna memperoleh pengertian yang lebih saksama,
kiranya FGD dapat didefinisikan sebagai suatu metode dan teknik dalam mengumpulkan
data kualitatif di mana sekelompok orang berdiskusi tentang suatu fokus masalah atau
topik tertentu dipandu oleh seorang fasilitator atau moderator (Indrizal, 2014).
FGD merupakan metode dan teknik pengumpulan data atau informasi yang awalnya
mengetahui citra tentang produk tertentu, hal-hal apa yang menarik calon pembeli atau
konsumen, disain produk, pilihan ukuran, pilihan warna, disain kemasan, halhal apa yang
perlu diperbaiki dan sebagainya. Dengan menggunakan FGD, dalam waktu relatif singkat
(cepat) dapat digali mengenai persepsi, pendapat, sikap, motivasi, pengetahuan, masalah
dan harapan perubahan berkaitan dengan masalah tertentu. prinsip-prinsip FGD juga lazim
diterapkan melalui wawancara kelompok dan pembahasan bersama dalam kelompok yang
menandai sebagian besar teknik dan alat dalam kegiatan pengkajian keadaan pedesaan
secara partisipatif (PRA) dan kegiatan perencanaan proyek berorientasi kepada tujuan
Penetapan jumlah peserta FGD menurut Sismulyanto, dkk (2017), adalah sebagi berikut:
a. FGD diikuti oleh para peserta yang idealnya terdiri dari 7-11 orang. Kelompok
tersebut harus cukup kecil agar memungkinkan setiap individu mendapat kesempatan
kelompok yang bervariasi. Dalam jumlah relatif terbatas ini diharapkan juga
secara relatif lebih memadai. Kenapa jumlahnya lebih baik berbilangan ganjil, agar
manakala FGD harus mengambil keputusan yang akhirnya perlu voting sekalipun,
maka dengan jumlah itu bisa lebih membantu kelompok untuk melakukannya. Namun
harus dipahami, soal jumlah ini bukanlah pembatasan yang mengikat atau mutlak
sifatnya.
b. Peserta FGD terdiri dari orang-orang dengan ciri-ciri yang sama atau relatif homogen
yang ditentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan studi atau proyek. Kesamaan ciri-
ciri ini seperti: persamaan gender, tingkat pendidikan, pekerjaan atau persamaan status
lainnya. Akan lebih baik jika di antara peserta FGD itu berciri-ciri sama tetapi
sebelumnya tidak saling mengenal. Jika syarat peserta sebelumnya tidak saling
mengenal ini sulit ditemukan, maka fasilitator perlu mengatasi kemungkinan diskusi
sebelumnya.
proses. FGD tidak dilakukan untuk tujuan menghasilkan pemecahan masalah secara
langsung ataupun untuk mencapai konsesus. FGD bertujuan untuk menggali dan
memperoleh beragam informasi tentang masalah atau topik tertentu yang sangat
Kecuali apabila masalah atau topik yang didiskusikan tentang pemecahan masalah,
maka FGD tentu berguna untuk mengidentifikasi berbagai strategi dan pilihan-pilihan
pemecahan masalah.
d. FGD adalah metode dan teknik pengumpulan data kualitatif. Oleh sebab itu di dalam
berfungsi selaku moderator yang bertugas sebagai pemandu, pendengar, pengamat dan
e. FGD adalah diskusi terarah dengan adanya fokus masalah atau topik yang jelas untuk
Pertanyaan dikembangkan sesuai topik dan disusun secara berurutan atau teratur
f. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Diskusi Kelompok Terarah (FGD)
ini berkisar antara 60 sampai dengan 90 menit. Jika waktu terlalu pendek
dikhawatirkan diskusi dan pembahasan masih terlalu dangkal sehingga data yang
diperoleh sangat terbatas. Sedangkan jika waktu terlalu lama, dikhawatirkan peserta
lelah, bosan atau sangat menyita waktu sehingga berpengaruh terhadap konsentrasi dan
perhatian peserta.
g. Dalam suatu studi yang menggunakan FGD, lazimnya FGD dilakukan beberapa kali.
Jumlahnya tergantung tujuan dan kebutuhan proyek serta pertimbangan teknis seperti
ketersediaan dana dan apakah masih ada informasi baru yang perlu dicari. Kegiatan
FGD yang pertama kali dilakukan biasa memakan waktu lebih panjang dibandingkan
FGD selanjutnya karena pada FGD pertama sebagian besar informasinya baru.
h. FGD sebaiknya dilaksanakan di suatu tempat atau ruang netral disesuaikan dengan
pertimbangan utama bahwa peserta dapat secara bebas dan tidak merasa takut untuk
melakukan FGD seperti: sekolah, gedung pertemuan desa dan tempat posyandu.
Sedangkan rumah-rumah ibadah sering kurang cocok dijadikan tempat FGD karena
persepsi. Dari suatu studi yang menggunakan FGD biasanya akan dapat
masyarakat lokal.
c. Untuk mengembangkan hipotesa penelitian.
B. Persiapan FGD
Hal yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan forum FGD menurut Paramita dan Kristina.
(2013) yaitu:
a. Proyek atau tim fasilitator menyediakan panduan pertanyaan FGD sesuai dengan
masalah atau topik yang akan didiskusikan. Panduan pertanyaan wajib disiapkan
dengan baik, didukung pemahaman konsep dan teori yang melatarinya. FGD tanpa
persiapan disain pertanyaan hanya menghasilkan FGD asalan atau abal-abal, dan
karenanya buang waktu dan biaya saja. FGD yang benar dan baik adalah yang
memandu FGD.
b. Tim Fasilitator FGD biasanya berjumlah 2-3 orang, terdiri dari: pemandu diskusi
kurangnya tim fasilitator terdiri dari 2 orang, yakni: pemandu diskusi dan pencatat
memandu diskusi, maka proses dan hasil FGD biasanya akan menjadi lebih
baik.
pendapat dengan cara memfasilitasi kesempatan bagi setiap peserta secara adil
(tidak pilih-pilih).
Pemandu diskusi juga harus menanamkan sikap sabar. Di lain pihak hindarilah
pembicaraan yang bertele-tele agar waktu tidak lebih banyak digunakan oleh
verbal antar peserta dan tanggaplah terhadap hal itu. Jangan biarkan ada orang
5) Ciptakan suasana informal dan santai tetapi serius. Biasakan menatap mata
mengembangkan pertanyaan.
mencatat hasil dan proses diskusi. Jika di dalam tim ia hanya berdua saja
a) Waktu pertemuan FGD, terdiri dari Tanggal Pertemuan dan Jam pertemuan
c) Tempat lokasi pertemuan (nama gedung, ruang, atau tempat lainnya). Catat
juga secara ringkat informasi tentang lokasi itu yang mungkin dapat
d) Jumlah peserta dan beberapa uraian meliputi : nama peserta, umur, jenis
pemandu dikusi kalau ada pertanyaan yang terlupakan, jawaban yang masih
agar benarbenar dapat dicatat secara lebih jelas dan lengkap. Berkenaan
serta memeriksa casset dan batrai jika perlu diganti. Hal ini amat penting
dalam FGD yang akan dilakukan. Berkenaan dengan ini hendaknya diperhatikan
a. Siapkan undangan tertulis tetapi lakukan juga kunjungan tatap muka langsung
b. Jelaskan maksud dan tujuan kegiatan serta lembaga yang mengadakan kegiatan
studi.
c. Jelaskan rencana FGD dan mintalah peserta untuk berpartisipasi dalam FGD.
Sebutkan juga mereka yang sudah bersedia ikut serta untuk mendorong peserta lain
d. Beritahukan tanggal, waktu, tempat dan lamanya pertemuan sesuai dengan yang
undangan, maka coba tekankan kembali arti pentingnya keikut sertaannya dalam
FGD. Jika tetap menolak juga, sampaikanlah maaf dan terima kasih. Hubungan
baik dan silaturrahim tetap harus dijaga dan tidak boleh terganggu hanya karena
sekali lagi tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan FGD untuk mengingatkan
kembali.
C. Pelaksanaan FGD
a. Tim fasilitator (pengundang) harus datang tepat waktu sebelum peserta (undangan)
tiba. Tim fasilitator sebaiknya memulai komunikasi secara informal dengan peserta
b. Tim fasilitator harus mempersiapkan ruangan sedemikian rupa dengan tujuan agar
peserta dapat berpartisipasi secara optimal dalam FGD. Sebaiknya peserta duduk
di luar lingkaran tersebut tetapi masih di sekitar lingkaran itu. Fasilitator harus
mengusahaakan tidak ada interupsi dari luar dan menjamin bahwa semua peserta yang
tentang beberapa hal, seperti: sambutan, tujuan pertemuan, prosedur pertemuan dan
perkenalan.
pengertian umum FGD. Jelaskanlah maksud dan tujuan diadakannya pertemuan FGD
mintalah pula peserta memperkenalkan diri. Pemandu harus cepat mengingat nama
kerahasiaan dijaga dan hanya untuk kepentingan studi ini saja, peserta tidak perlu
menunggu untuk dimintai pendapat, silahkan berbicara satu per satu sehingga bisa
kepada peserta dan tekankan bahwa fasilitator ingin belajar dari peserta. Tekankan
juga bahwa pendapat dari semua peserta sangat penting sehingga diharapkan semua
peserta dapat mengeluarkan pendapatnya. Sampaikan bahwa oleh karena itu fasilitator
berkaitan dengan masalah atau topik diskusi. Setelah itu proses itu dilalui, barulah
mengemukakan secara sistematis tanpa selalu harus membacakan secara kaku panduan
pertanyaan.
3. Penutupan FGD
a. Untuk menutup pertemuan FGD, menjelang acara berakhir jelaskanlah kepada peserta
bahwa acara diskusi kita tentang masalah dan atau topik tadi segera akan selesai. Jika
pemandu sudah memiliki beberapa kesimpulan umum yang dinilai cukup kuat,
sampaikanlah secara singkat point- point pentingnya. Untuk itu tanyakan kembali
kepada masing-masing peserta apakah masih ada lagi pendapat atau komentar yang
ingin disampaikan atau ditambahkan. Komentar yang sesuai dapat digali lebih
mendalam.
atas partisipasi mereka dan nyatakan sekali lagi bahwa pendapat-pendapat mereka
semua sangat berguna. Sesudah FGD selesai, tim fasilitator harus segera berkumpul
1. Kekuatan
a. Sinergisme. Suatu kelompok mampu menghasilkan informasi, ide dan pandangan yang
lebih luas.
b. Manfaat bola salju. Komentar yang didapat secara acak dari peserta dapat memacu
reaksi berantai respons yang beragam dan sangat mungkin menghasilkan ide-ide baru.
d. Keamanan. Individu biasanya merasa lebih aman, bebas dan leluasa mengekspresikan
atau sikap secara spontan dalam merenspons pertanyaan, hal yang belum tentu mudah
2. Kelemahan/ Kesulitan
a. Karena dapat dilakukan secara cepat dan murah, FGD sering digunakan oleh
Persoalannya adalah, seberapa jauh FGD dilakukan sesuai prinsip dan prosedur
yang benar.
b. FGD terbatas untuk dapat memperoleh informasi yang lebih mendalam dari
seorang individu yang mungkin dibutuhkan. Hal ini disebabkan FGD terbatas
waktu dan memberi kesempatan secara adil bagi semua peserta untuk
(Ns. Asti Nuraeni, M.Kep., Sp. Kep. Kom) (Novia Puji, S.Kep)
DAFTAR PUSTAKA
Azrul, A. (2014). Teori dan praktek asuhan keperawatan komunitas. Jakarta: EGC
Indrizal, E., (2014). Diskusi Kelompok Terarah Focus Group Discussion (FGD): Prinsip-prinsip dan
Mubarak, W., I. (2012). lmu keperawatan komunitas 1 : pengantar dan teori. Jakarta: Salemba
Medika
Sismulyanto, Priastana, I K., A., & Basuki, H., O. (2017). Pengkajian Keperawatan Komunitas
berdasarkan Pendekatan Empat Metode Pengkajian: Survey, Asset Inventory, FGD, dan
Mosby
Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI
Paramita, A., dan Kristina, L. (2013). Teknik Focus Group Discussion dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal