Anda di halaman 1dari 27

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PRAKTIK KOMUNITAS MUSYAWARAH DESA I


DI KELURAHAN METESEH KABUPATEN KENDAL

DISUSUN OLEH:
Richatul Lutfiyah 519076 Putri Setyaningrum 519069 Kartika Putri 519047
Rialista Anjili 519075 Sarah Catherine S 519081 Megawati 519055
Rully Martha N 519079 Quina Theresia N 519070 Defrita Lia Sari 519021
Novia Puji Lestari 519062 Rayhand Alivia R 519072 Dini Apriani 51902
Venny Novaridha 519094 Septian Riko M 519082 Nurul Qomariyah 519067
Melinda Cahya P 519057 Khorintus A 519050 Zuyun N M 519101
Ulani Margiyanti 519091 Cahyo Ade P 519017 Meta Isnuari 519058
Rifatul Afifah 519077 Yolla Nandha A 519098 Nova Risa E H 51906
Sonia Wahyu N 519085 Tria Hidayatul H 519088 Ratnasari 519071
Susanti 519086 Wiwit Nia Kusuma 519096
Lifia romianzizah 519052 Elviani Yulia P 519033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO
SEMARANG
2020
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)

MA : Keperawatan Komunitas
Topik : Bersama Wujudkan Masyarakat Sehat
Sasaran : Masyarakat Kelurahan Meteseh
Hari/ tanggal : April 2020
Waktu : 09.00 – selesai
Tempat : Balai Pertemuan Kelurahan 03
Pengajar : Ns. Asti Nuraeni, M.Kep., Sp. Kep. Kom

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat, saling berinteraksi satu

sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat dan interest yang sama (WHO). Komunitas

adalah kelompok dari masyarakat yang tinggal di suatu lokasi yang sama dengan dibawah

pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka tinggal, kelompok sosial

yang mempunyai ketertarikan yang sama (Azrul,2014).

Dalam rangka mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal maka dibutuhkan perawatan

kesehatan masyarakat, dimana perawatan kesehatan masyarakat itu sendiri adalah bidang

keperawatan yang merupakan perpaduan antara kesehatan masyarakat dan perawatan yang

didukung peran serta masyarakat dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh,

melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal

sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. Peningkatan peran serta masyarakat bertujuan
meningkatkan dukungan masyarakat dalam berbagai upaya kesehatan serta mendorong

kemandirian dalam memecahkan masalah kesehatan (Stanhope& Lancaster, 2016).

Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasidalam

pembangunan kesehatan. Salah satu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat di bidang

kesehatan oleh Departemen Kesehatan RI adalah dengan membentuk desa siaga. Desa

siagaadalah yaitu penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan untuk

mencegah danmengatasi masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri

yang bertujuanuntuk terwujudnya masyarakat desa yang sehat serta peduli dan tanggap

terhadap masalah-masalah kesehatan diwilayahnya. Pada dasarnya pergerakan pemberdayaan

masyarakat adalahsuatu proses kegiatan masyarakat melalui pemberian pengalaman belajar dan

secara bertahapdikembangkan pendekatan yang bersifat partisipatif dalam bentuk

pendelegasian wewenang danpemberian peran yang semakin besar kepada masyarakat

(Effendi, 2009).

Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) adalah pertemuan perwakilan warga desa beserta tokoh

masyarakatnya dan para petugas untuk membahas hasil Survei Mawas Diri dan merencanakan

penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari hasil survei mawas diri (Kemenkes RI,

2015). Tujuan penyelenggaraan MMD ini adalah untuk menganalisis masalah-masalah

kesehatan yang ditemukan dari hasil survey dan pembagian angket untuk kemudian dicarikan

alternative penyelesaian masalah hasil survey tersebut dikaitkan denganpotensi yang dimiliki

desa dan disetujui bersma baik mahasiswa dan masyarakat desa (Mubarak, 2012)

Meteseh merupakan salah satu desa di Kecamatan Boja, Kendal, Jawa Tengah dengan luas
wilayah kira-kira 70.000 km. Terdiri atas 7 Dusun, 48 RW dan 47 RT (Profil Desa Meteseh,

2019).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memperkenalkan diri pada masyarakat, melakukan rapid assessment

terhadap masalah yang muncul dan menyampaikan rencana kegiatan dalam rangka

menjalankan praktek stase komunitas.

2. Tujuan Khusus

a. Memperkenalkan diri kepada masyarakat

b. Menyampaikan tujuan praktek stase komunitas dan menyampaikan rencana kegiatan

selama 6 minggu kedepan

c. Mengetahui struktur wilayah RW 3 kelurahan Meteseh

d. Mengetahui data demografi warga RW 3 kelurahan Meteseh

e. Mendapatkan informasi kegiatan dan jadwal perkumpulan warga

f. Menemukan 10 penyakit terbesar masing-masing agregat di RW 3 kelurahan Meteseh

C. Sasaran dan Target

1. Kepala kelurahan Meteseh

2. Ketua RW 3 Kelurahan Meteseh

3. Ketua RT 01-08 RW 3 Kelurahan Meteseh

4. Ketua Kader kesehatan dan kader RT 01-08 RW 3 Kelurahan Meteseh

5. Ketua PKK RT 01-08 RW 3 Kelurahan Meteseh

6. Ketua kelompok Kepemudaan RT 01-08 RW 3 Kelurahan Meteseh

D. Rencana Kegiatan
1. Tema
Ayo bersama wujudkan masyarakat sehat untuk Indonesia kuat di kelurahan Meteseh RW
03
2. Topik
“Bersama Wujudkan Masyarakat Sehat”
3. Sasaran target
a. Ketua RW 3
b. Ketua RT 1-RT 6
c. Kader
d. Tokoh masyarakat
4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi
5. Media dan alat
a. Microphone
b. LCD
c. Laptop
d. Papan tulis
e. Spidol

E. Susunan Kepanitiaan

1. Ketua pelaksanaan : Novia Puji Lestari

2. Sekretaris : Sonia wahyu

3. Bendahara : Meta Isnuari

4. Pembawa acara/MC : Septian Rico

5. Moderator : Khorintus

6. Sie dokumentasi : Zuyun Naimatul

7. Sie Ilmiah :

a. Agregat balita : Tria Hidayatul

Lifia R
b. Agregat anak usia sekolah: Ulani Margiyanti

Melinda Cahya P

c. Agregat remaja : Susanti

Rifatul Afifah

d. Agregat dewasa : Rialista Ajili

Defrita lia S

e. Agregat lansia : Richatul Lutfiyah

Kartika Putri

f. Agregat ibu hamil : Putri setyaningrum

Venny Novarida

g. Agregat ibu menyusui : Wiwit nia K

Yulia

8. Penanggung jawab RT :

a. RT 1 : Nova Risa Elga H

b. RT 2 : Nikita putri pertiwi

c. RT 3 : Dini Apriani

d. RT 4 : Rully Marta

e. RT 5 : Ratnasari

f. RT 6 : Nurul Qomariyah

9. Observer : Megawati

10. Sie konsumsi : Quina theresia N

Karina Galib

11. Sie perlengkapan : Rayhand Alivia

Cahyo Ade

12. Sie Humas : Sarah Catherine S


F. Setting tempat

Keterangan:

: LCD/proyektor

: Moderator

: Kader

: Fasilitator

: Observer

: Notulen

: Papan flipchart

: Meja

G. Susunan acara

Minggu 1

No Acara Metode Waktu Penanggung Jawab


1. Pembukaan Ceramah 2 menit Rifatul afifah
2. Penyampaian tujuan dan Ceramah 5 menit
perkenalan
3. Pembacaan susunan acara Ceramah 2 menit
4. Menyanyikan lagu 2 menit Megawati
Kebangsaan Indonesia Raya
5. Pembacaan Basmalah Ceramah 1 menit Septian
6. Sambutan Ketua Panitia Ceramah 5 menit Novia
7. Sambutan dari Pembimbing Ceramah 5 menit Ns. Asti Nuraeni,
Akademik M.Kep Sp.Kep. Kom
8. Sambutan dari Kepala Ceramah 5 menit Putri
Kelurahan Karangayu
9. Sambutan dari Puskesmas Ceramah 5 menit Ulani
Karangayu
10. FGD (Focus Group Ceramah 20 menit
Discussion) Sonia dan sarah
11. Penyampaian hasil FGD Diskusi 5 menit
12. Doa Penutup Ceramah 2 menit Septian
13. Penutup Ceramah 2 menit Sarah
Planning susunan acara selama 6 minggu kedepan

1. Susunan Acara Minggu II

No Acara Metode Waktu Penanggung Jawab


1. Pembukaan Ceramah 2 menit
2. Penyampaian tujuan dan Ceramah 5 menit
perkenalan
3. Pembacaan susunan acara Ceramah 2 menit
4. Menyanyikan lagu 2 menit
Kebangsaan Indonesia Raya
5. Pembacaan Basmalah Ceramah 1 menit
6. Sambutan Ketua Panitia Ceramah 5 menit
7. Sambutan kepala desa (yang
mewakili)
8. Pemaparan hasil pengkajian Ceramah 5 menit
komunitas
9. Perumusan masalah Ceramah 5 menit
10. Pembagian kelompok diskusi Ceramah 5 menit
11. Diskusi kelompok untuk Ceramah 20 menit
menentukan POA
12. Pembacaan hasil diskusi Diskusi 5 menit
13. Pengucapan ikrar
14. Doa Penutup Ceramah 2 menit
15. Penutup Ceramah 2 menit

2. Susunan Acara Minggu III

No Acara Metode Waktu Penanggung Jawab


1. 1 Pembukaan Ceramah 2 menit
.
2. Penyampaian tujuan Ceramah 5 menit
3. Pembacaan susunan acara Ceramah 2 menit
4. Menyanyikan lagu 2 menit
Kebangsaan Indonesia Raya
5. Pembacaan Basmalah Ceramah 1 menit
6. Sambutan Ketua Panitia Ceramah 5 menit
7. Sambutan kepala desa (yang Ceramah 5 menit
mewakili)
8. Penjelasan peta sosial Ceramah 5 menit
kelurahan
9. Penjelasan prioritas masalah Ceramah 5 menit
10. Pemaparan rencana kegiatan Ceramah 20 menit
dari prioritas masalah
11. Sesi diskusi Diskusi 5 menit
12. Pemaparan hasil diskusi Ceramah 2 menit
13. Pengucapan ikrar
14. Doa penutup
15. Penutup Ceramah 2 menit

3. Susunan Acara Minggu IV

No Acara Metode Waktu Penanggung Jawab


16. Pembukaan Ceramah 2 menit
17. Penyampaian tujuan Ceramah 5 menit
18. Pembacaan susunan acara Ceramah 2 menit
19. Menyanyikan lagu 2 menit
Kebangsaan Indonesia Raya
20. Pembacaan Basmalah Ceramah 1 menit
21. Sambutan Ketua Panitia Ceramah 5 menit
22. Sambutan dari tokoh 5 menit
Ceramah
masyarakat
23. Memberikan materi 5 menit
Ceramah
penyuluhan
24. Sesi tanya jawab Ceramah 5 menit
25. Penyampaian kritik dan 20 menit
Ceramah
saran
26. Penyampaian kesimpulan Diskusi 5 menit
27. Doa Penutup Ceramah 2 menit
28. Penutup Ceramah 2 menit

4. Susunan acara Minggu ke V

No Acara Metode Waktu Penanggung Jawab


1. Pembukaan Ceramah 2 menit

2. Penyampaian tujuan Ceramah 5 menit


3. Pembacaan susunan acara Ceramah 2 menit
4. Menyanyikan lagu 2 menit
Kebangsaan Indonesia Raya
5. Pembacaan Basmalah Ceramah 1 menit
6. Sambutan Ketua Panitia Ceramah 5 menit
7. Sambutan dari tokoh Ceramah 5 menit
masyarakat
8. Megevaluasi materi Ceramah 5 menit
penyuluhan dan seluruh
kegiatan yang sudah
dilakukan
9. Doa Penutup Ceramah 2 menit
10. Penutup Ceramah 2 menit

5. Sususnan acara minggu ke VI

No Acara Metode Waktu Penanggung Jawab


1. Pembukaan Ceramah 2 menit

2. Penyampaian tujuan Ceramah 5 menit


3. Pembacaan susunan acara Ceramah 2 menit
4. Menyanyikan lagu 2 menit
Kebangsaan Indonesia Raya
5. Pembacaan Basmalah Ceramah 1 menit
6. Sambutan Ketua Panitia Ceramah 5 menit
7. Sambutan dari tokoh Ceramah 5 menit
masyarakat
8. Penyampaian kritik dan Ceramah 20 menit
saran
9. Penyampaian kesimpulan Diskusi 5 menit
10. Penyampaian ucapan
terimakasih
11. Doa Penutup Ceramah 2 menit
12. Penutup Ceramah 2 menit

H. Uraian tugas

1. Penanggung Jawab:

a. Ketua RW 3 Kelurahan Meteseh

b. Pembimbing STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2. Pembawa Acara:

a. Membacakan susunan acara

b. Membuat kontrak waktu

c. Menjelaskan tujuan pertemuan

d. Menutup acara

3. Moderator:

a. Memimpin FGD

b. Mengarahkan jalannya FGD

c. Menyampaikan hasil FGD

4. Notulen,

Mencatat hasil pertemuan 1

5. Observer:

a. Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir

b. Membuat laporan hasil pelaksanaan pertemuan 1


6. Fasilitator:

a. Memotivasi warga untuk berperan aktif selama jalannya pertemuan 1

b. Memfasilitasi warga untuk berpartisipasi aktif selama pertemuan 1

7. Dokumentasi

Mendokumentasikan kegiatan pertemuan 1

I. Evaluasi
1. Ketentuan evaluasi

Kriteria evaluasi Persiapan Proses Hasil


Apa yang dievaluasi SAP pertemuan 1 Kehadiran dan Pencapaian kegiatan
antusiasme peserta
Siapa yang Dokumen SAP Peserta pertemuan 1 Peserta pertemuan 1
dievaluasi pertemuan 1,
persiapan pertemuan
1
Evaluator Ners muda Ners muda Ners muda
Instrument Ceklist Ceklist Ceklist
Sampel 1 dokumen SAP Peserta pertemuan 1 30 undangan peserta
pertemuan 1 pertemuan 1
Metode Observasi Observasi Observasi
Waktu 25 Maret 2020 25 Maret 2020 25 Maret 2020
Tempat Posko kelurahan Balai desa kelurahan Balai desa kelurahan
meteseh meteseh meteseh
Hasil evaluasi SAP persiapan 1 Pertemuan 1 Peserta memahami
tersusun, persiapan terlaksana 100% program yang
terlaksana diberikan dan
mahasiswa
mendapatkan data
primer

2. Hasil evaluasi
a. Evaluasi persiapan

Dokumen SAP pertemuan 1 Ada Tidak


Judul kegiatan √ -
Latar belakang √ -
Tujuan √ -
Sasaran dan target √ -
Strategi pelaksanaan √ -
Pengorganisasian √ -
Susunan acara √ -
Total 7 0
Persentase 100% 0%

Persiapan pertemuan 1 Ada Tidak


Tersebarnya undangan √ -
Tersusunya selebaran pertemuan 1 √ -
Perizinan tempat √ -
Total 3 0
Persentase 100% 0%

b. Evaluasi proses

Pelaksanaan pertemuan 1 Ya Tidak


Panitia pertemuan 1 √ -
Jumlah kehadiran peserta >80% √ -
Pembawa acara melakukan pembukaan √ -
Masiswa memperkenalkan diri √ -
Penyaji menyampaikan program √ -
Penyaji menjabarkan masalah kesehatan √ -
Mahasiswa melakukan rapid assesment √ -
Diskusi dan tanya jawab setelah materi √ -
Total 8 0
Persentase 100% 0%

c. Evaluasi hasil

Hasil pertemuan 1 Ya Tidak


Peserta memahami tujuan kegiatan pertemuan 1 √ -
Peserta menjawab assessment cepat dari mahasiswa √ -
Peserta dan mahasiswa menemukan permasalahan di √ -
wilayahnya
Mahasiswa mengetahui struktur wilayah kelurahan meteseh √ -
Mahasiswa mendapatkan data demografi √ -
Mahasiswa menemukan adanya kelompok warga dengan √ -
masalah kesehatan spesifik/ kelompok resiko tinggi
Mahasiswa mendapatkan informasi jadwal perkumpulan warga √ -
Total 7 0
persentase 100% 0
BAB II

MATERI TENTANG PENYULUHAN TERKAIT

A. Konsep FGD

1. Pengertian Focus Group Discussion

FGD biasa juga disebut sebagai metode dan teknik pengumpulan data kualitatif dengan

cara melakukan wawancara kelompok. Guna memperoleh pengertian yang lebih saksama,

kiranya FGD dapat didefinisikan sebagai suatu metode dan teknik dalam mengumpulkan

data kualitatif di mana sekelompok orang berdiskusi tentang suatu fokus masalah atau

topik tertentu dipandu oleh seorang fasilitator atau moderator (Indrizal, 2014).

FGD merupakan metode dan teknik pengumpulan data atau informasi yang awalnya

dikembangkan di dalam penelitian pemasaran. Ketika itu FGD digunakan untuk

mengetahui citra tentang produk tertentu, hal-hal apa yang menarik calon pembeli atau
konsumen, disain produk, pilihan ukuran, pilihan warna, disain kemasan, halhal apa yang

perlu diperbaiki dan sebagainya. Dengan menggunakan FGD, dalam waktu relatif singkat

(cepat) dapat digali mengenai persepsi, pendapat, sikap, motivasi, pengetahuan, masalah

dan harapan perubahan berkaitan dengan masalah tertentu. prinsip-prinsip FGD juga lazim

diterapkan melalui wawancara kelompok dan pembahasan bersama dalam kelompok yang

menandai sebagian besar teknik dan alat dalam kegiatan pengkajian keadaan pedesaan

secara partisipatif (PRA) dan kegiatan perencanaan proyek berorientasi kepada tujuan

(ZOPP) yang dilaksanakan dalam rangka pengembangan pemberdayaan masyarakat

(Sismulyanto, dkk 2017).

2. Karakteristik Focus Group Discussion

Penetapan jumlah peserta FGD menurut Sismulyanto, dkk (2017), adalah sebagi berikut:

a. FGD diikuti oleh para peserta yang idealnya terdiri dari 7-11 orang. Kelompok

tersebut harus cukup kecil agar memungkinkan setiap individu mendapat kesempatan

mengeluarkan pendapatnya, sekaligus agar cukup memperoleh pandangan dari anggota

kelompok yang bervariasi. Dalam jumlah relatif terbatas ini diharapkan juga

penggalian masalah melalui diskusi atau pembahasan kelompok dapat dilakukan

secara relatif lebih memadai. Kenapa jumlahnya lebih baik berbilangan ganjil, agar

manakala FGD harus mengambil keputusan yang akhirnya perlu voting sekalipun,

maka dengan jumlah itu bisa lebih membantu kelompok untuk melakukannya. Namun

harus dipahami, soal jumlah ini bukanlah pembatasan yang mengikat atau mutlak

sifatnya.

b. Peserta FGD terdiri dari orang-orang dengan ciri-ciri yang sama atau relatif homogen

yang ditentukan berdasarkan tujuan dan kebutuhan studi atau proyek. Kesamaan ciri-

ciri ini seperti: persamaan gender, tingkat pendidikan, pekerjaan atau persamaan status
lainnya. Akan lebih baik jika di antara peserta FGD itu berciri-ciri sama tetapi

sebelumnya tidak saling mengenal. Jika syarat peserta sebelumnya tidak saling

mengenal ini sulit ditemukan, maka fasilitator perlu mengatasi kemungkinan diskusi

dan penyampaian pendapat peserta dipengaruhi oleh pengalaman interaksi mereka

sebelumnya.

c. FGD merupakan sebuah proses pengumpulan data dan karenanya mengutamakan

proses. FGD tidak dilakukan untuk tujuan menghasilkan pemecahan masalah secara

langsung ataupun untuk mencapai konsesus. FGD bertujuan untuk menggali dan

memperoleh beragam informasi tentang masalah atau topik tertentu yang sangat

mungkin dipandang secara berbeda-beda dengan penjelasan yang berbeda pula.

Kecuali apabila masalah atau topik yang didiskusikan tentang pemecahan masalah,

maka FGD tentu berguna untuk mengidentifikasi berbagai strategi dan pilihan-pilihan

pemecahan masalah.

d. FGD adalah metode dan teknik pengumpulan data kualitatif. Oleh sebab itu di dalam

metode FGD biasanya digunakan pertanyaan terbuka (open ended) yang

memungkinkan peserta memberi jawaban dengan penjelasanpenjelasan. Fasilitator

berfungsi selaku moderator yang bertugas sebagai pemandu, pendengar, pengamat dan

menganalisa data secara induktif.

e. FGD adalah diskusi terarah dengan adanya fokus masalah atau topik yang jelas untuk

didiskusikan dan dibahas bersama. Topik diskusi ditentukan terlebih dahulu.

Pertanyaan dikembangkan sesuai topik dan disusun secara berurutan atau teratur

alurnya agar mudah dimengerti peserta. Fasilitator mengarahkan diskusi dengan

menggunakan panduan pertanyaan tersebut.

f. Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan Diskusi Kelompok Terarah (FGD)

ini berkisar antara 60 sampai dengan 90 menit. Jika waktu terlalu pendek
dikhawatirkan diskusi dan pembahasan masih terlalu dangkal sehingga data yang

diperoleh sangat terbatas. Sedangkan jika waktu terlalu lama, dikhawatirkan peserta

lelah, bosan atau sangat menyita waktu sehingga berpengaruh terhadap konsentrasi dan

perhatian peserta.

g. Dalam suatu studi yang menggunakan FGD, lazimnya FGD dilakukan beberapa kali.

Jumlahnya tergantung tujuan dan kebutuhan proyek serta pertimbangan teknis seperti

ketersediaan dana dan apakah masih ada informasi baru yang perlu dicari. Kegiatan

FGD yang pertama kali dilakukan biasa memakan waktu lebih panjang dibandingkan

FGD selanjutnya karena pada FGD pertama sebagian besar informasinya baru.

h. FGD sebaiknya dilaksanakan di suatu tempat atau ruang netral disesuaikan dengan

pertimbangan utama bahwa peserta dapat secara bebas dan tidak merasa takut untuk

mengeluarkan pendapatnya. Di pedesaan biasanya tempat yang netral untuk

melakukan FGD seperti: sekolah, gedung pertemuan desa dan tempat posyandu.

Sedangkan rumah-rumah ibadah sering kurang cocok dijadikan tempat FGD karena

dapat mempengaruhi keleluasaan dan kebebasan peserta dalam menyampaikan

pandangan atau pendapatnya.

3. Kegunaan Focus Group Discussion

a. Untuk merancang kuesioner survey

Hasil FGD sangat mungkin bermanfaat dalam pembuatan kuesioner survey.

Mungkin ada pertanyaan-pertanyaan baru yang perlu ditambahkan atau dirubah

yang tidak terpikirkan sebelumnya.

b. Untuk menggali informasi yang mendalam mengenai pengetahuan, sikap dan

persepsi. Dari suatu studi yang menggunakan FGD biasanya akan dapat

menghasilkan istilah-istilah baru yang bersumber dari pengetahuan dan penafsiran

masyarakat lokal.
c. Untuk mengembangkan hipotesa penelitian.

d. Untuk mengumpulkan data kualitatif dalam studi proses-proses penjajagan,

perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pembangunan. Seiring

perubahan paradigma baru pembangunan yang makin banyak menggunakan

pendekatan partisipatif (Participatory Approach), FGD semakin luas pula

digunakan dalam setiap pengkajian kualitatif selama proses-proses pembangunan

untuk tujuan pemberdayaan masyarakat.

B. Persiapan FGD

Hal yang perlu dipersiapkan dalam pelaksanaan forum FGD menurut Paramita dan Kristina.

(2013) yaitu:

1. Persiapan dalam tim

a. Proyek atau tim fasilitator menyediakan panduan pertanyaan FGD sesuai dengan

masalah atau topik yang akan didiskusikan. Panduan pertanyaan wajib disiapkan

dengan baik, didukung pemahaman konsep dan teori yang melatarinya. FGD tanpa

persiapan disain pertanyaan hanya menghasilkan FGD asalan atau abal-abal, dan

karenanya buang waktu dan biaya saja. FGD yang benar dan baik adalah yang

memiliki panduan pertanyaan terdiri atas serangkaian sistematis dari

pertanyaanpertanyaan terbuka yang akan digunakan fasilitator sebagai acuan

memandu FGD.

b. Tim Fasilitator FGD biasanya berjumlah 2-3 orang, terdiri dari: pemandu diskusi

(fasilitator-moderator), pencatat (notulen) dan pengamat (observer). Sekurang-

kurangnya tim fasilitator terdiri dari 2 orang, yakni: pemandu diskusi dan pencatat

proses dan hasil diskusi.


c. Pemandu diskusi (fasilitator-moderator) perlu membekali dirinya untuk memahami

dan mampu menjalankan peran, sebagai berikut:

1) Menjelaskan topik diskusi. Tugas ini dijalankan oleh pemandu diskusi

(fasilitator-moderator). Ia tidak perlu ahli tentang masalah atau topik yang

didiskusikan, yang terpenting adalah harus menguasai

pertanyaanpertanyaannya. Seorang pemandu diskusi juga harus mampu

melakukan pendekatan dan mampu memotivasi peserta FGD agar peserta

terdorong dan dapat spontan mengeluarkan pendapat. Apabila fasilitor

memiliki rasa humor dan mampu memanfaatkannya untuk tujuan tugas

memandu diskusi, maka proses dan hasil FGD biasanya akan menjadi lebih

baik.

2) Mengarahkan kelompok, bukan diarahkan oleh kelompok. Pemandu diskusi

bertugas mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan harus netral terhadap jawaban

peserta. Jangan memberi penilaian jawaban benar atau salah maupun

memberikan persetujuan atau tidak setuju. Hindari penyampaian pendapat

pribadi karena dapat mempengaruhi pendapat peserta nantinya. Pemandu juga

harus mampu mengendalikan ketertiban peserta dalam menyampaikan

pendapat dengan cara memfasilitasi kesempatan bagi setiap peserta secara adil

(tidak pilih-pilih).

3) Pemandu diskusi hendaknya mampu mengendalikan dirinya sendiri.

Kendalikan nada suara dan pilihan kata-kata dalam mengajukan pertanyaan.

Pemandu diskusi juga harus menanamkan sikap sabar. Di lain pihak hindarilah

pembicaraan yang bertele-tele agar waktu tidak lebih banyak digunakan oleh

pemandu dikusi sendiri. Ingatlah waktu yang relatif terbatas harus

dimanfaatkan secara efisien dan optimal.


4) Amati peserta dan tanggap terhadap reaksi mereka. Pemandu harus selalu

menunjukkan semangat, konsentarsi dan perhatian yang tinggi untuk

mendorong semua peserta berpartisipasi dalam diskusi. Amati komunikasi non-

verbal antar peserta dan tanggaplah terhadap hal itu. Jangan biarkan ada orang

yang memonopoli dikusi atau ada pula yang selalu diam.

5) Ciptakan suasana informal dan santai tetapi serius. Biasakan menatap mata

peserta dengan penuh perhatian secara merata untuk menciptakan hubungan

dialogis yang baik dan terjaga.

6) Fleksibel dan terbuka terhadap saran, perubahan-perubahan dan lain-lain.

7) Jika peserta meminta komentar pemandu diskusi, tidak perlu menghindar.

Tanggapilah secara singkat dengan menggunakan jawaban mungkin dan

upayakan segera mengembalikan pertanyaan atau melanjutkan pertanyaan

kepada peserta. Untuk ini pemandu harus mampu melakukan elaborasi,

mengembangkan pertanyaan.

8) Mempersiapkan peranan Pencatat (Notulen). Pencatat (Notulen) bertugas

mencatat hasil dan proses diskusi. Jika di dalam tim ia hanya berdua saja

dengan pemandu diskusi, maka pencatat sekaligus berperan sebagai pengamat

(observer). Sebaiknya pencatat juga dilengkapi dengan alat tape recorder.

Sedangkan foto camera biasanya diperlukan untuk kepentingan dokumentasi.

Catatan yang akan dibuat, meliputi :

a) Waktu pertemuan FGD, terdiri dari Tanggal Pertemuan dan Jam pertemuan

(jam mulai dan jam selesai).

b) Nama masyarakat atau nama kampung/dusun/desa. Catat juga secara

singkat informasi tentang masyarakat atau wilayah yang mungkin


mempengaruhi aktivitas peserta. Misalnya: jarak dari desa ke pusat-pusat

pelayanan administrasi-birokrasi yang lebih tinggi (jarak ke ibukota

kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi) dan sebagainya.

c) Tempat lokasi pertemuan (nama gedung, ruang, atau tempat lainnya). Catat

juga secara ringkat informasi tentang lokasi itu yang mungkin dapat

mempengaruhi partipasi peserta dalam kegiatan FGD. Misalnya, apakah

ruang cukup luas, menyenangkan, dan sebagainya.

d) Jumlah peserta dan beberapa uraian meliputi : nama peserta, umur, jenis

kelamin pendidikan dan sebagainya. Sebaiknya ini dibuat dalam bentuk

daftar hadir dilengkapi dengan tanda tangan peserta yang ditandanangani

peserta pada saat FGD berlangsung.

e) Deskripsi umum mengenai dinamika kelompok, misalnya : derajat

partisipasi peserta, apakah ada peserta yang mendominasi, peserta yang

terkesan bosan, peserta yang selalu diam, dan lain-lain.

f) Pencatat menuliskan setiap kata-kata yang diucapkan dalam bahasa lokal

yang berkenaan dengan masalah atau topik diskusi.

g) Pencatat juga dapat menjalankan tugas sebagai pengamat, mengingatkan

pemandu dikusi kalau ada pertanyaan yang terlupakan, jawaban yang masih

perlu diperdalam, atau mengusulkan pertanyaan baru.

h) Pencatat dapat meminta peserta mengulangi jawaban atau komentarnya

agar benarbenar dapat dicatat secara lebih jelas dan lengkap. Berkenaan

dengan ini pencatat harus menghindari interpretasi atau penafsiran pribadi

dalam membuat catatan dari hasil dikusi.


i) Pencatat bertugas merekam diskusi dengan menggunakan alat tape recorder

serta memeriksa casset dan batrai jika perlu diganti. Hal ini amat penting

untuk menjamin seluruh diskusi terekam dengan baik. Penggunaan foto

camera dilakukan sekedar untuk dokumentasi kegiatan, misalnya pada

waktu senggang di awal, pertengahan, atau akhir acara.

2. Persiapan Kelompok : Menyiapkan Undangan

Persiapan kelompok dilakukan dengan cara mengundang peserta untuk berpartisipasi

dalam FGD yang akan dilakukan. Berkenaan dengan ini hendaknya diperhatikan

beberapa hal sebagai berikut :

a. Siapkan undangan tertulis tetapi lakukan juga kunjungan tatap muka langsung

untuk mengundang peserta.

b. Jelaskan maksud dan tujuan kegiatan serta lembaga yang mengadakan kegiatan

studi.

c. Jelaskan rencana FGD dan mintalah peserta untuk berpartisipasi dalam FGD.

Sebutkan juga mereka yang sudah bersedia ikut serta untuk mendorong peserta lain

juga ikut dalam FGD.

d. Beritahukan tanggal, waktu, tempat dan lamanya pertemuan sesuai dengan yang

tertera pada undangan tertulis. Apabila seseorang tidak bersedia memenuhi

undangan, maka coba tekankan kembali arti pentingnya keikut sertaannya dalam

FGD. Jika tetap menolak juga, sampaikanlah maaf dan terima kasih. Hubungan

baik dan silaturrahim tetap harus dijaga dan tidak boleh terganggu hanya karena

orang yang diundang tidak berkenan memenuhi undangan.

e. Jika orang yang diundang menyatakan kesediaannya berpartisipasi, maka ulanglah

sekali lagi tanggal, tempat dan waktu pelaksanaan FGD untuk mengingatkan

kembali.
C. Pelaksanaan FGD

1. Persiapan sebelum kegiatan (Acara Pertemuan) FGD

a. Tim fasilitator (pengundang) harus datang tepat waktu sebelum peserta (undangan)

tiba. Tim fasilitator sebaiknya memulai komunikasi secara informal dengan peserta

yang berguna untuk menjalin kepercayaan dan pendekatan masyarakat.

b. Tim fasilitator harus mempersiapkan ruangan sedemikian rupa dengan tujuan agar

peserta dapat berpartisipasi secara optimal dalam FGD. Sebaiknya peserta duduk

melingkar bersama-sama dengan fasilitator pemandu dikusi. Pencacat biasanya duduk

di luar lingkaran tersebut tetapi masih di sekitar lingkaran itu. Fasilitator harus

mengusahaakan tidak ada interupsi dari luar dan menjamin bahwa semua peserta yang

berpartisipasi duduk selingkar.

2. Pembukaan FGD (Pemanasan dan penjelasan)

a. Pemandu diskusi hendaknya memulai dengan melakukan pemanasan dan penjelasan

tentang beberapa hal, seperti: sambutan, tujuan pertemuan, prosedur pertemuan dan

perkenalan.

b. Dalam menyampaikan sambutan pembuka ucapkanlah terima kasih atas kehadiran

informan (peserta). Tekankan arti penting kehadiran mereka sambil menjelaskan

pengertian umum FGD. Jelaskanlah maksud dan tujuan diadakannya pertemuan FGD

yang sedang dilakukan.

c. Perkenalkan diri (nama-nama fasilitator) dan peranannya masingmasing. Kemudian

mintalah pula peserta memperkenalkan diri. Pemandu harus cepat mengingat nama

peserta yang berguna pada saat memimpin diksusi.


d. Jelaskan prosedur pertemuan, seperti: menjelaskan penggunaan alat perekam,

kerahasiaan dijaga dan hanya untuk kepentingan studi ini saja, peserta tidak perlu

menunggu untuk dimintai pendapat, silahkan berbicara satu per satu sehingga bisa

direkam dan tata tertib lainnya untuk kelancaran pertemuan.

e. Jelaskan bahwa pertemuan tidak ditujukan untuk mendengarkan memberikan ceramah

kepada peserta dan tekankan bahwa fasilitator ingin belajar dari peserta. Tekankan

juga bahwa pendapat dari semua peserta sangat penting sehingga diharapkan semua

peserta dapat mengeluarkan pendapatnya. Sampaikan bahwa oleh karena itu fasilitator

akan mengemukakan sejumlah pertanyaan yang sudah dipersiapakan sebelumnya.

f. Mulailah pertemuan dengan mengajukan pertanyaan bersifat umum yang tidak

berkaitan dengan masalah atau topik diskusi. Setelah itu proses itu dilalui, barulah

mulai memandu pernyataan dengan menggunakan acuan panduan yang sudah

disediakan. Jangan lupa! Pemandu dikusi harus menguasai pertanyaan-pertanyaan dan

mengemukakan secara sistematis tanpa selalu harus membacakan secara kaku panduan

pertanyaan.

3. Penutupan FGD

a. Untuk menutup pertemuan FGD, menjelang acara berakhir jelaskanlah kepada peserta

bahwa acara diskusi kita tentang masalah dan atau topik tadi segera akan selesai. Jika

pemandu sudah memiliki beberapa kesimpulan umum yang dinilai cukup kuat,

sampaikanlah secara singkat point- point pentingnya. Untuk itu tanyakan kembali

kepada masing-masing peserta apakah masih ada lagi pendapat atau komentar yang

ingin disampaikan atau ditambahkan. Komentar yang sesuai dapat digali lebih

mendalam.

b. Menjelang pertemuan benar-benar ditutup, sampaikanlah terima kasih kepada peserta

atas partisipasi mereka dan nyatakan sekali lagi bahwa pendapat-pendapat mereka
semua sangat berguna. Sesudah FGD selesai, tim fasilitator harus segera berkumpul

untuk melengkapi catatan lapangan hasil dan proses FGD.

D. Kekuatan dan Kelemahan FGD

1. Kekuatan

a. Sinergisme. Suatu kelompok mampu menghasilkan informasi, ide dan pandangan yang

lebih luas.

b. Manfaat bola salju. Komentar yang didapat secara acak dari peserta dapat memacu

reaksi berantai respons yang beragam dan sangat mungkin menghasilkan ide-ide baru.

c. Stimulan. Pengalaman diskusi kelompok sebagai sesuatu yang menyenangkan dan

lebih mendorong orang berpartisipasi mengeluarkan pendapat.

d. Keamanan. Individu biasanya merasa lebih aman, bebas dan leluasa mengekspresikan

perasaan dan pikirannya dibandingkan kalau secara perseorangan yang mungkin ia

akan merasa khawatir.

e. Spontan. Individu dalam kelompok lebih dapat diharapkan menyampaikan pendapat

atau sikap secara spontan dalam merenspons pertanyaan, hal yang belum tentu mudah

terjadi dalam wawancara perseorangan.

2. Kelemahan/ Kesulitan

a. Karena dapat dilakukan secara cepat dan murah, FGD sering digunakan oleh

pembuat keputusan untuk mendukung dugaan/pendapat pembuat keputusannya.

Persoalannya adalah, seberapa jauh FGD dilakukan sesuai prinsip dan prosedur

yang benar.
b. FGD terbatas untuk dapat memperoleh informasi yang lebih mendalam dari

seorang individu yang mungkin dibutuhkan. Hal ini disebabkan FGD terbatas

waktu dan memberi kesempatan secara adil bagi semua peserta untuk

menyampaikan pendapatnya. Untuk ini FGD tidak boleh dipertentangkan dengan

metode lainnya, tetapi justru harus dilihat sebagai saling melengkapi.

c. Teknik FGD mudah dilaksanakan, tetapi sulit melakukan interpretasi datanya.

d. FGD memerlukan fasilitatormoderator (pemandu diskusi) yang memiliki

ketrampilan tinggi. Hal ini amat berpengaruh terhadap hasil.

Demikian proposal kegiatan pertemuan 1 di RW 03 Kelurahan Meteseh Kecamatan Semarang.

Semarang, Maret 2020


Koordinator Program Profesi Ners Ketua Panitia

(Ns. Asti Nuraeni, M.Kep., Sp. Kep. Kom) (Novia Puji, S.Kep)
DAFTAR PUSTAKA

Azrul, A. (2014). Teori dan praktek asuhan keperawatan komunitas. Jakarta: EGC

Effendi. (2009). Manajemen pusat kesehatan masyarakat. Jakarta: salemba medika

Indrizal, E., (2014). Diskusi Kelompok Terarah Focus Group Discussion (FGD): Prinsip-prinsip dan

langkah pelaksanaan lapangan. Jurnal Antropologi, 16(1), pp.75-82.

Mubarak, W., I. (2012). lmu keperawatan komunitas 1 : pengantar dan teori. Jakarta: Salemba

Medika

Nies, M. A, & Mc Ewenn, M. (2015). Comunity/public health nursing-promoting the health of

population, 4-ed. Canada: Saunders Elsevier

Sismulyanto, Priastana, I K., A., & Basuki, H., O. (2017). Pengkajian Keperawatan Komunitas

berdasarkan Pendekatan Empat Metode Pengkajian: Survey, Asset Inventory, FGD, dan

Community Meeting. Surabaya: Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Stanhope, M, & Lancaster, J. (2016). Community public health nursing. St Louis-minssouri:

Mosby

Kemenkes RI. (2015). Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI

Paramita, A., dan Kristina, L. (2013). Teknik Focus Group Discussion dalam Penelitian Kualitatif. Jurnal

Pendidikan, Vol 16. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai